7.3 - Specify The Characteristics That Determine The Persuasiveness of Evidence - YuwanindaMegaSeptiani.1432207
7.3 - Specify The Characteristics That Determine The Persuasiveness of Evidence - YuwanindaMegaSeptiani.1432207
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pemerikasan Akuntansi I
yang diampu oleh Sir J.R SItumorang
Oleh
NIM 1432207
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ADVENT INDONESIA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat, karunia terutama
kesempatan yang diberikan-Nya, sehingga saya dapat menyelasaikan penulisan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam mengerti persuasivitas
bukti audit
Dalam penulisan makalah ini saya mengucapkan terimakasih yang kepada dosen kami Sir
J.R Situmorang yang telah memberikan kesempatan dan arahan dalam menyusun makalah ini.
Dalam penulisan makalah menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan dan kekeliruan, baik dari segi isi maupun dari segi penulisanya. Segala
kritikan dan masukan dari semua pihak, akan menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi
demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 5
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................4
1.3. Tujuan..........................................................................................................................4
BAB II ISI
1.1. Bukti Audit..................................................................................................................5
1.2. Persusivitas Bukti Audit..............................................................................................5
2.2.1 Kompetensi Bukti Audit.....................................................................................6
2.2.2 kecukupan..........................................................................................................9
2.2.3 Efek Gabungan...................................................................................................12
2.2.4 Persuasuvitas Biaya............................................................................................12
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan...............................................................................................................14
3.2. Saran.........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................15
BAB I
3
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dasar dalam proses audit adalah bukti-bukti yang dikumpulkan dan dievaluasi
oleh auditor. Auditor harus memiliki pengetahuan dan keahlian untuk mengumpulkan
bukti audit yang cukup kompeten dalam setiap proses auditnya untuk memenuhi
berbagai standar yang ditetapkan oleh profesi. Bukti audit sangat besar pengaruhnya
terhadap kesimpulan yang diambil oleh auditor dalam
laporan keuangan yang diauditnya. Oleh karena itu auditor harus mengumpulkan dan
mengevaluasi bukti yang cukup dan kompeten agar kesimpulan yang diambilnya tidak
menyesatkan bagi pihak pemakai dan juga untuk menghindar dari tuntutan pihak pihak
yang berkepentingan di kemudian hari apabila pendapat yang diberikannya tidak pantas.
Tipe bukti audit berupa dokumentasi (bukti dokumenter) juga penting bagi auditor.
Namun, dokumentasi pendukung yang dibuat dan hanya digunakan dalam organisasi
klien merupakan bukti audit yang kualitasnya lebih rendah karena tidak adanya
pengecekan dari pihak luar yang bebas.
Jumlah dan jenis bukti audit yang dibutuhkan oleh auditor untuk mendukung
pendapatnya memerlukan pertimbangan profesional auditor setelah mempelajari dengan
teliti keadaan yang dihadapinya. Dalam banyak hal, auditor independen lebih
mengandalkan bukti yang bersifat pengarahan (persuasive evidence) daripada bukti yang
bersifat menyakinkan (convincing evidence). Dan ada dua penentu persuasivitas bukti
audit adalah kompetensi dan kecukupan yang langsung diambil dari standar pekerjaan
lapangan ketiga.
1.2. Rumusan Masalah
Apa yang Menjadi Persuasivitas Bukti Audit ?
1.3. Tujuan
Untuk mengetahui tentang Bukti Audit baik dari pengertian bukti audit , kompetensi
bukti audit dan persuasivitas bukti audit.
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.2.1
Kompetensi Bukti
Kompetensi bukti merujuk pada tingkat dimana bukti tersebut dianggap
dapat dipercaya atau diyakini kebenarannya. Jika bukti audit dianggap memiliki
kompetensi yang tinggi, maka bantuan bukti tersebut untuk meyakinkan auditor
bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar sangatlah besar.
Sebagai contoh jika perhitungan persediaan dilakukan oleh auditor, maka
bukti audit yang diperoleh akan lebih kompeten daripada jika menajemenlah yang
memberikan daftar perhitungan persediaan yang dibuatnya sendiri kepada auditor.
Mayoritas auditor mempergunakan istialah keterpercayaan bukti sebagai sinonim
dari kompetensi.
Kompetensi bukti hanya berkaitan dengan prosedur-prosedur audit yang
terseleksi. Tingkat kompetensi tidak dapat ditingkatkan dengan cara memperbesar
ukuran sampel atau mengambil item-item lainnya dari suatu populasi. Tingkat
kompetensi hanya dapat diperbesar dengan memilih berbagai prosedur yang
mengandung tingkat kualitas yang lebih tinggi atas satu atau lebih dari ketujuh
karakteristik kompetensi bukti audit berikut ini:
a) Relevansi
Bukti audit harus selaras atau relevan dengan tujuan audit yang akan diuji
oleh auditor sebelum bukti tersebut dapat dipercaya. Bukti audit yang relevan
adalah yang sesuai atau tepat jika digunakan untuk suatu maksud tertentu. Bukti
yang relevan lebih kompeten daripada bukti yang tidak relevan. Sebagai contoh
pengamatan fisik persediaan yang di auditor relevan digunakan untuk menentukan
keberadaan persediaan. Namun, pengamatan fisik persediaan tidak relevan
digunakan untuk menentukan apakah persediaan tersebut benar-benar dimiliki
perusahaan.
b) Independensi penyedia bukti
Bukti audit yang diperoleh dari sumber di luar entitas akan lebih
dipercaya daripada bukti audit yang diperoleh dari dalam entitas. Sabgai contoh,
bukti-bukti eksternal seperti sejumlah komunikasi dengan bank, pengacara, atau
para pelanggan umumnya dianggap lebih terpercaya daripada jawaban-jawaban
6
yang diperoleh dari wawancara dengan klien. Serupa dengan hal itu, berbagai
dokumen yang berasal dari luar organisasi klien akan dianggap lebih terpercay
daripada dokumen yang berasal dari intern perusahaan serta tidak pernah dikirim
ke luar organisasi. Suatu contoh dari dokumen pertama adalah selembar polis
asuransi, dan contoh kedua adalah suatu permintaan pembelian.
c) Efektivitas Pengendalian Intern Klien.
Jika pengendalian intern klien berjalan secara efektif, maka bukti audit
yang diperoleh akan dapat lebih dipercaya daripada jika pengendalian intern itu
lemah. Sebagai contoh, jika pengendalian intern atas penjualan dan penagihan
berjalan efektif, auditor dapat memperoleh lebih banyak bukti yang kompeten dari
faktur penjualan dan dokumen pengiriman daripad jika pengendalian intern yang
ada tidak memadai.
d) Pemahaman Langsung Auditor
Bukti audit yang diperoleh langsung oleh auditor melalui pengujian fisik,
observasi, perhitungan dan inspeksi akan lebih kompeten daripada informasi yang
diperoleh secara tidak langsung. Sebagai contoh, jika auditor menghitung
pendapatan kotor sebagai suatu presentase dari penjualan dan membandingkannya
dengan periode sebelumnya, bukti audit tersebut akan lebih dapat dipercaya
daripada jika auditor menyadarkan diri pada perhitungan dari controller
perusahaan.
e) Berbagai kualifikasi individu yang menyediakan informasi
Walaupun jika sumber informasi itu bersifat independen, bukti audit tidak
akan dapat dipercaya kecuali jika individu yang menyediakan informasi tersebut
memilikikualifikasi untuk melakukan hal itu. Selanjutnya, berbagai komunikasi
dari para pengacara dan konfirmasi-konfirmasi bank umumnya memiliki
tingkatan yang lebih tinggi daripada berbagai konfirmasi piuutang dagang dari
orang-orang yang tidak berpengalaman dalam dunia bisnis. Selain itu, bukti-bukti
yang diperoleh langsung oleh auditor pun tidak akan dapat dipercaya jika ia
7
sendiri kurang memiliki kualifikasi untuk mengevaluasi bukti itu. Sebagi contoh,
pengujian atas suatu persediaan permata oleh seorang auditor yang tidak terlatih
dalam membedakan antara permata dan kaca tidak akan dapat mnyediakan bukti
audit yang terpercaya akan keberadaan itu.
f) Tingkat obyektivitas.
Bukti yang obyekif akan dapat lebih dipercayadari pada bukti yang
membutuhkan pertimbangan tertentu untuk menentukan apakah bukti tersebut
memang benar. Berbagai contoh bukti yang obyektif termasuk konfirmasi atas
piutang dagang dan saldo-saldo bank, perhitungan fisik surat berharga dn kas,
serta perhitungan ulang saldo dalam daftar utang dagang untuk menentukan
apakah data-data tersebut sesuai dengan saldo pada buku besar. Sedangkan
contoh-contoh dari bukti-bukti yang subyektif termasuk selembar surat yang
ditulis oleh pengacara klien yang membahas mengenai kemungkinan hasil yang
diperoleh dari berbagai gugatan hukum yang sedang dihadapi oleh klien,
observasi atas persediaan yang usang selama dilakukannya pengujian fisik, serta
berbagai informasi yang didapat dari menejer kredit tentang kolektibilitas dari
piutang dagang yang belum dibayar oleh pelanggan.
g) Ketepatan waktu.
Ketepatan waktu atas bukti audit dapat merujuk baik kapan bukti itu di
kumpulkan atau kapan periode wktu yang tercover oleh proses audit itu.
Ketepatan waktu sangat penting, terutama dalam melakukan verifikasi atas aktiva
lancar, utang lancar, dan akun surplus-defisit terkait karena berkaitan dengan
apakah cut off atau pisah batas telah dilakukan secara tepat. Bukti yang diperoleh
mendekati tanggal neraca lebih kompeten dibanding bukti yang diperoleh jauh
dari tanggal neraca.
2.2.2
Kecukupan
Guy, Alderman dan Winters (2002 : 165) mendefinisikan kecukupan bukti
audit sebagai berikut:
Kecukupan berkaitan dengan kualitas dan kuantitas bukti audit yang
diperoleh. Pada saat menentukan apakah bukti sudah mencukupi, auditor harus
menggunakan pertimbangan profesional mengenai berapa banyak dan apa saja
bukti audit yang dibutuhkan, berdasarkan sifat akun yang sedang diuji,
materialitas kemungkinan kesalahan dan kecurangan, tingkat resiko terkait dan
jenis serta kompetensi bukti yang tersedia.
Pada dasarnya kecukupan bukti audit lebih berkaitan dengan kuantitas bukti
audit. Jumlah bahan bukti audit yang dikumpulkan menentukan kecukupannya.
Jumlah diukur terutama dengan besarnya sampel yang dipilih auditor. Auditor
tidak mungkin mengumpulkan dan mengevaluasi seluruh bukti audit yang ada
untuk mendukung pendapatnya karena hal tersebut sangat tidak efisien.
Pengumpulan bukti audit dan pengevaluasian bukti audit dilakukan berdasarkan
atas uji petik atau teknik sampling.
Ada beberapa faktor yang menentukan kelayakan besar sampel dalam audit,
dan yang paling penting adalah perkiraan atau ekspektasi auditor atas terjadinya
kekeliruan dan salah saji dan efektivitas struktur pengendalian intern klien.
Misalnya dalam mengaudit PT. X, auditor menyimpulkan bahwa klien
mempunyai pengendalian yang efektif atas pencatatan aktiva tetap, maka auditor
dapat mengambil sampel yang lebih sedikit untuk audit atas aktiva tetap. Selain
besarnya sampel, pos tertentu yang diuji akan mempengaruhi kecukupan bukti
audit. Sampel yang berisi unsur populasi dengan nilai rupiah yang besar, unsur
dengan kemungkinan salah saji yang tinggi, dan unsur yang mewakili populasi
biasanya dipertimbangkan mencukupi.
Sebaliknya, sebagian besar auditor biasanya mempertimbangkan suatu
sampel yang hanya berisi jumlah rupiah yang terbesar dari populasi sebagai hal
yang tidak mencukupi, kecuali unsur ini merupakan bagian yang besar dari
jumlah total populasi.
Menurut Boynton, Johnson dan Kell (2002 : 206) ada empat faktor faktor
yang mempengaruhi kecukupan bukti audit, yaitu :
a) Materialitas
Materialitas adalah pertimbangan utama dalam menentukan laporan audit
yang harus dikeluarkan. Karena bertanggungjawab menentukan apakah laporan
keuangan salah saji secara material, auditor harus, berdasarkan temuan salah saji
yang material, menyampaikan hal itu kepada klien sehingga bisa dilakukan
tindakan koreksi. Jika klien menolak untuk mengoreksi laporan keuangan itu,
auditor harus mengeluarkan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat
tidak wajar, tergantung pada seberapa material salah saji tersebut.
Terdapat hubungan terbalik antara tingkat materialitas dengan kuantitas
bukti audit yang diperlukan. Semakin rendah tingkat materialitas maka akan
semakin banyak kuantitas bukti audit yang diperlukan dan juga demikian
sebaliknya. Rendahnya salah saji yang dapat ditoleransi mengharuskan auditor
untuk mengumpulkan lebih banyak bukti sehingga auditor yakin tidak ada salah
saji material yang terjadi. Auditor harus dapat membedakan dengan jelas antara
tingkat materialitas saldo akun dengan akun yang material.
Pada umumnya akun yang material terhadap laporan keuangan
memerlukan bukti yang lebih banyak daripada akun yang tidak material, dan akun
yang mempunyai resiko tinggi terhadap salah saji dalam laporan keuangan juga
memerlukan lebih banyak bukti daripada akun yang beresiko rendah terjadi salah
saji.
b) Resiko audit Terdapat hubungan erat antara resiko audit dengan materialitas
Untuk mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan. Rendahnya
resiko audit berarti juga tingginya tingkat kepastian yang diyakini auditor
mengenai ketepatan pendapatnya sehingga bukti yang dikumpulkan juga harus
lebih banyak. Semakin rendah tingkat resiko audit yang dapat diterima auditor
maka semakin banyak juga kuantitas bukti yang diperlukan.
Hubungan terbalik juga terdapat antara resiko deteksi dengan jumlah bukti
yang diperlukan, dan sebaliknya terdapat hubungan searah antara resiko bawaan
dan resiko pengendalian dengan kuantits bukti yang diperlukan, dimana semakin
tinggi tingkat resiko bawaan maka semakin banyak bukti yang diperlukan.
Demikian juga jika semakin tinggi tingkat resiko pengendalian maka
semakin banyak bukti yang diperlukan. Standar pekerjaan lapangan kedua
mengharuskan auditor memahami entitas dan lingkungannya, termasuk
pengendalian internalnya, untuk menilai resiko salah saji yang material dalam
10
Efek Gabungan
Terdapat hubungan langsung antara keempat bukti audit dan dua kualitas
yang menentukan persuasivitas bukti audit[tabel 7.2]. Persuasivitas bukti hanya
dapat dievaluasi setelah mempertimbangkan kombinasi kompetensi dan
kecukupan, termasuk pula pengaruh-pengaruh dari berbagai faktor yang
mempengaruhi kompetensi dan kecukupan ini. Sampel bukti audit besar yang
dipersiapkan oleh pihak independen tidak akan bersifat persuasif kecuali jika
bukti audit tersebut relevan dengan tujuan audit yang sedang diuji.
11
Tabel 7-2
Berbagai prosedur
pelaksanaannya
audit
dan
Kombinasi dari keempat bukti audit harus menghasilkan bukti audit yang
cukup persuasif utnuk memuaskan auditor bahwa secara material nilai persedian
telah disajikan dengan benar. Dalam prakteknya, auditor menerapkan keempat
keputusan bukti audit ini untuk menentukan berbagai tujuan audit spesifik dalam
memutuskan bukti audit yang cukup dan kompeten.
2.2.4
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi
lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai
dasar untuk menyatakan pendapatnya. Standar pekerjaan lapangan ketiga mewajibkan
auditor untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan kompeten sebagai dasar untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya. Cukup atau tidaknya bukti
audit menyangkut kuantitas bukti yang harus diperoleh auditor dalam auditnya,
Sedangkan kompetensi bukti audit menyangkut kualitas atau keandalan bukti. Dalam
proses pengumpulan bukti audit, auditor melakukan empat pengambilan keputusan yang
13
saling berkaitan yaitu: penentuan prosedur audit yang akan digunakan, penentuan
besarnya sampel untuk waktu yang cocok untuk melaksanakan prosedur audit tertentu.
3.2 Saran
Diharapkan para pambaca makalah ini dapat dengan mudah memahami tantang
Bukti Audit dan Persuasivitas Bukti Audit dan diharapkan juga kepada pembuat makalah
selanjutnya agar lebih mengembangkan pembahasan tentang pengauditan yang telah ada
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Alvin A. Arens, Randal J. Elder, dan Mark S, Auditing dan Jasa Assurance
https://fitrirahmayanti99.wordpress.com/2013/07/11/rangkuman-chapter-6-bukti-audit-tujuanaudit-program-audit-dan-kertas-kerja/
www.academia.edu/10748943/Modul_8_Bukti_Audit
keuanganlsm.com/kecukupan-dan-kompetensi-bukti-audit/
14
15