PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam perkembangan dunia industri belakangan ini, pembuatan barang yang
beraneka ragam menjadi syarat mutlak untuk untuk melakukan proses produksi. Hal
tersebut dilakukan agar terjadi inovasi pada barang yang diproduksi. Untuk membuat
barang yang beraneka ragam, dibutuhkan proses produksi dimana proses produksi
juga beragam bentuknya. Dan untuk menambah kecepatan inovasi barang tersebut,
maka dibutuhkanlah proses produksi yang efisien.
Komponen mesin yang terbuat dari logam memiliki bentuk yang beraneka
ragam, umumnya dibuat dengan proses permesinan dari bahan yang berasal dari
proses penuangan (Casting) atau proses pengolahan bentuk (Metal Forming). Oleh
sebab itu, proses permesinan yang dilakukan bermacam macam, sesuai dengan yang
diinginkan. Macam-macam proses permesinan yang dimaksud ditinjau dari jenis
pahat dan gerak relatif antara pahat dengan benda kerja,
1. Proses Bubut (Turning),
2. Proses Gurdi (Drilling),
3. Proses Frais (Milling),
4. Proses Gerindra Rata (Surface Grinding),
5. Proses Gerindra Silndrik (Cylindrical Frinding),
6. Proses Sekrap (Shaping, Planning),
7. Proses Gergaji atau Parut (Sawing, Broaching)
Proses permesinan di atas digunakan sesuai dengan tujuan masing masing. Dimana
tujuan tersebut digunakan untuk membentuk dimensi dari benda produk. Penentuan
proses permesinan juga menentukan kualitas produk.
Kualitas barang produksi yang dianggap baik biasanya ditandai dengan
kualitas permukaan komponen yang baik. Untuk mendapatkan hasil kualitas
permukaan yang sesuai dengan tuntutan perancangan bukanlah hal yang mudah,
karena banyak faktor yang harus diperhatikan. Seorang operator mesin harus
memiliki pengetahuan yang benar tentang penggunaan alat ukur dan mesin supaya
dapat memenuhi permintaan penyelesaian permukaan (surface finish) yang sesuai
dengan perancangan.
Parameter pemesinan yang terdiri dari kecepatan putaran spindel (spindle
speed), kecepatan pemakanan (feed rate), kedalaman pemakanan (depth of cut) dan
penggunaan cairan pendingin (kondisi pemotongan) sangat mempengaruhi dari hasil
produksi. Penelitian ini bertujuan mencari optimasi permesinan milling pada material
dengan kekerasan tinggi dengan metode taguchi. Metode ini digunakan dengan
tujuan untuk memperbaiki kualitas produk dan proses dalam waktu yang bersamaan
sehingga diperoleh kondisi yang optimal.
Menurut Wang M.Y. (2004), yang melakukan analisis pengaruh kecepatan
potong, kecepatan pemakanan, kedalaman pemakanan dan geometri pahat terhadap
kekasaran permukaan ketika melakukan slot end milling pada material Al 2014-T6.
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa untuk kondisi tanpa
cairan pendingin, kekasaran permukaan sangat dipengaruhi oleh kecepatan potong,
kecepatan pemakanan dan geometri pahat. Sedangkan untuk kondisi dengan cairan
pendingin, faktor yang sangat berpengaruh terhadap kekasaran permukaan adalah
kecepatan pemakanan dan geometri pahat.
Bernardos P.G. dan Vosniakos G.C. (2003) memprediksi hubungan antara
kedalaman pemakanan, kecepatan makan per gigi, kecepatan potong, pahat, cairan
pendingin dan dan gaya potong dengan kekasaran permukaan pada pemesinan
milling paduan aluminium.Penelitian yang dilakukan menggunakan Taguchi design
of experimental dan Artificial Neural Networks. Parameter pemesinan memiliki
pengaruh signifikan terhadap kekasaran permukaan adalah kecepatan putaran spindel
dan kondisi pemotongan. Bertambahnya kedalaman pemakanan ataupun kecepatan
potong tidak meningkatkan hasil kekasaran pada benda uji (Widodo, 2010).
Parameter yang mempengaruhi hasil kualitas permukaan suatu komponen diketahui
bahwa parameter yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kekasaran permukaan
adalan kecepatan potong, kedalaman pemakanan, dan kecepatan pemakanan
(Sunaryo, 2010). Kondisi optimal kekasaran terendah permukaan dapat dicapai pada
kedalaman pemakanan level 3 (1.5 mm), kecepatan potong pada level 1 (20 m/min),
gerak makan pada level 2 (0.33 mm/rev) dengan kombinasi tersebut dihasilkan harga
kekasaran terendah 1,52 m.
Pendinginan menggunakan udara pada proses pemesinan logam diharapkan
menjadi nilai tambah pada usaha pemesinan logam, karena secara ekonomis mampu
mengurangi biaya yang seharusnya digunakan untuk membeli cairan pendingin,
membeli pahat akibat rendahnya umur pahat, serta biaya pengiriman dan pengolahan
limbah. Dari beberapa literatur yang telah disebutkan diatas, pada proses pemesinan
milling terdapat beberapa parameter yang berpengaruh pada kekasaran permukaan
komponen diantaranya adalah kecepatan pemotongan atau kecepatan putaran spindel,
meningkatkan gradien suhu dengan mendinginkan udara melalui penukar kalor. Alat
di desain untuk menyerap panas fluida agar dapat di atur pada kondisi suhu fluida
pada 8-10oC.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh metode taguchi terhadap kualitas hasil permesinan
alumunium AC4B.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh metode taguchi terhadap kualitas hasil
permesinan alumunium AC4B.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1.
2.
3.
alumunium AC4B.
Memperbaiki kualitas produk dan proses
Menekan biaya dan sumber daya seminimal mungkin sehingga dicapai kondisi
yang optimal dan efisien
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Machinability
Machinability adalah kemampuan material untuk dimesinkan. Suatu bahan
dikatakan machinability adalah, suatu bahan yang mampu di proses lebih lanjut
dengan menggunakan peralatan-peralatan permesinan dan machinability sangat
dipengaruhi oleh jenis dan bentuk pahat yang digunakan Oleh karena itu, hal-hal
yang mempengaruhi suatu bahan dikatakan machinability adalah :
jenis pahat
bahan pahat
umur pahat
daya yang dibutuhkan untuk memotong
biaya
kondisi permukaan benda kerja yang diperoleh
Dalam hal ini, terlihat bahwa umur pahat, merupakan suatu variabel yang
sangat penting, bahkan sering sangat dominan, maka harus dihindarkan pemahatan/
pembubutan, bila sampai harus merusak pahat (mengurangi umur pahat).
Sesungguhnya ada 2 (dua) faktor paling signifikan yang dapat mempengaruhi
kemampumesinan suatu logam, yakni keuletan dan kekerasannya. Bila kekerasan
logam ditingkatkan, maka penetrasi mata pahat akan semakin sulit, maka dikatakan
logam tersebut tidak atau kurang machinability. Demikian juga, suatu logam yang
tingkat keuletannya tinggi, akan tidak mungkin menghasilkan geram terputus-putus
(segmental chip), oleh karena itu harus diusahakan suatu benda kerja (logam) yang
akan di milling (machining) mempunyai tingkat keuletan yang rendah, walaupun
dalam prakteknya hal ini akan sulit didapat, sebab pada umumnya setiap logam yang
keuletannya berkurang, akan menyebabkan kekerasan logamnya meningkat,
sehingga sulit juga untuk dipotong (kurang machinability) Kemampumesinan yang
baik, bukan berarti penyelesaian permukaan yang baik, tetapi lebih ditujukan kepada
faktor ekonomi yang dikaitkan dengan pembentukan geram (gaya untuk membentuk
geram, terkait dengan biaya).
Secara umum ada 3 (tiga) pengujian yang dapat di aplikasikan untuk
menentukan nilai kemampu mesinan suatu logam, yakni:
a. Menggunakan pahat dengan bentuk tertentu untuk memotong pada
kedalaman dan hantaran tertentu pula (pemotongan berat), bila pahat mampu
berfungsi dengan baik untuk waktu 1 jam (non stop), maka dikatakan benda
itu machinability nya baik.
b. Menggunakan pahat sembarang (selain karbida dan keramik) dan dengan
metode radio aktif, dapat melihat tingkat ke-aus an dari pahatnya. Makin
cepat pahatnya aus, makin rendah tingkat machinability benda kerjanya,
demikian sebaliknya.
pendingin. Cairan pendingin pada proses pemesinan memiliki beberapa fungsi, yaitu
fungsi utama dan fungsi kedua. Fungsi utama adalah fungsi yang dikehendaki oleh
perencana proses pemesinan dan operator mesin perkakas. Fungsi kedua adalah
fungsi tak langsung yang menguntungkan dengan adanya penerapan cairan pendingin
tersebut. Fungsi utama dari cairan pendingin pada proses pemesinan adalah
melumasi
proses
pemotongan
khususnya
pada
kecepatan
potong
rendah,
mendinginkan benda kerja khususnya pada kecepatan po-tong tinggi dan membuang
geram dari daerah pemotongan (Widarto,2008).
2.4 Temperatur Pemotongan
Pada proses pemotongan logam, temperatur pahat dan benda kerja akan naik
yang disebabkan karena adanya gesekan diantara keduanya. Jika tidak didinginkan
hal ini akan menaikkan laju keausan pahat dan menimbulkan kerusakan pada benda
kerja. Pada proses pemotongan logam, temperatur pahat dan benda kerja akan naik
yang disebabkan karena adanya gesekan diantara keduanya. Jika tidak didinginkan
hal ini akan menaikkan laju keausan pahat dan menimbulkan kerusakan pada benda
kerja.
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan
pendinginan metode MQL/MQC diperoleh hasil yang hampir sama dengan
menggunakan pendinginan dromus, tetapi metode MQL/MQC ini memiliki
kekurangan yaitu timbulnya aerosol coolant di daerah pemotongan logam, hal ini
jelas akan membahayakan kesehatan operator.
2.5 Alumunium dan Paduannya
Penggunaan aluminium sebagai logam berada pada urutan yang kedua setelah
besi dan baja, dan merupakan urutan tertinggi diantara logam non ferro. Aluminium
merupakan logam ringan yang mempunyai ketahanan korosi yang baik, hantaran
listrik yang baik dan sifat-sifat lainnya. Untuk menambah sifat mekaniknya,
ditambahkan Cu, Mg, Si, Mn, Zn, Ni dan sebagainya, secara satu persatu atau
bersama-sama. Dengan penambahan unsur-unsur tadi akan berpengaruh terhadap
sifat baik lainnya, seperti ketahanan korosi, ketahanan aus, koefisien pemuaian
rendah dan lain-lain.
Material ini dipergunakan dalam bidang yang luas, bukan saja untuk
peralatan rumah tangga tapi juga dipakai untuk material pesawat terbang, mobil,
kapal laut, konstruksi dan penggunaan lainnya.
1. Aluminium Murni
d.
e.
f.
ekonomis
dan
peningkatan
performansi
produk
dengan
masih
b.
Gambar 2.1 Tekstur permukaan benda kerja (S. Lou, Mike., dkk., 1998).
Untuk mengukur kekasaran permukaan salah satunya digunakan Surface
Roughness Tester seperti pada Gambar 3. Penelitian tentang kekasaran permukaan
sampai saat ini terus dilakukan. Pada Tabel 4 menunjukkan perkembangan penelitian
b.
c.
Biaya kualitas harus diukur dengan fungsi deviasi standar tertentu dan
kerugian harus diukur pada seluruh sistem.
Rasio S/N digunakan untuk memilih faktor-faktor yang memiliki kontribusi pada
pengurangan variansi suatu respon. Rasio S/N merupakan rancangan untuk
transformasi pengulangan data (paling sedikit dua untuk satu trial) ke dalam suatu
nilai yang merupakan ukuran variansi yang timbul (Ross.[1988],h.172).
Terdapat beberapa jenis rasio S/N sesuai dengan tipe karakteristik kualitas
yaitu smaller the better, nominal is the best, dan larger the better. Rasio S/N yang
digunakan untuk mengevaluasi trial-trial percobaan tergantung pada tipe karakteristik
kualitas yang diamati. Taguchi mengkategorikan faktor-faktor menjadi Controllable
Factors dan Noise Factors. Sebagai contoh, pada percobaan pembuatan kue, terdapat
faktor-faktor yang dapat diidentifikasi yaitu faktor gula, mentega, telur, susu, dan
tepung. Dan semua faktor-faktor tersebut disebut Controlled Factors karena dapat
dikendalikan. Selain itu juga terdapat faktor-faktor eksternal yang tidak didisain ke