Anda di halaman 1dari 3

Sensasi Posisi

Sensasi posisi biasanya disebut sebagai sensasi propriosepsi. Sensasi Proprioseptif dapat dibagi
menjadi 2 subtipe : 1. Sensasi posisi statis, persepsi sadar yang dirasakan mengenai berbagai
bagian pada tubuh, 2. Sensasi gerakan, yang sering disebut sebagai kinesthesia atau proprioseptif
dinamis
Reseptor
Persepsi posisi, baik statis maupun dinamis tergantung pada berbagai derajat angulasi dari semua
sendi dan derajat perubahannya. Karenanya, berbagai tipe reseptor yang berbeda untuk menilai
angulasi sendi digunakan bersama untuk mengetahui posisi. Reseptor taktil pada kulit dan
reseptor dalam yang berada di dekat sendi digunakan.
Untuk menilai angulasi sendi pada gerakan yang ringan, reseptor yang paling berperan adalah
muscle spindle. Muscle spindle ini juga sangat berperan dalam membantu mengontrol
pergerakan otot,. Saat sudut sendi berubah, beberapa otot yang berperan mengalami peregangan,
dimaan yang lain terjadi relaksasi, dan informasi dari spindle ditransmisikan menuju system
computational di medulla spinalis dan regio lebih tinggi dari kolumna dorsalis.
Pada pergerakan sendi yang ekstrem, peregangan ligament dan jaringan dalam sekitar snedi juga
merupakan hal yng penting dalam menentukan posisi. Tipe reseptor sensori yang berperan adalah
korpuskel pacini, Ruffini, dan reseptor yang mirip dengan reseptor tendo golgi yang ditemukan
pada tendo otot.

Nyeri adalah mekanisme protektif untuk menimbulkan kesadaran akan kenyataan bahwa
sedang atau akan terjadi kerusakan jaringan. Tidak seperti modalitas somatosensorik lain, sensasi
nyeri disertai respon perilaku termotivasi (menarik diri atau bertahan) dan reaksi emosional
(menangis atau takut).
Tersapat 3 kategori reseptor nyeri atau nosiseptor : Nosiseptor mekanis, nosiseptor suhu,
nosiseptor polimodal. Impuls nyeri dari nosiseptor disalurkan ke SSP melalui salah satu dari 2
jenis serat nyeri aferen, yaitu serat A-delta dan serat C.
Serat A-delta halus bermielin menghantarkan impuls dari nosiseptor mekanis dan suhu
dengan cepat (30 m/detik). Sementara serat C halus tak bermielin menghantarkan impuls dari
nosiseptor polimodal dengan lambat (12 m/detik). Nyeri yang dibawa oleh serat A-delta bersifat
tajam, menusuk, singkat, dan mudah diketahui lokasinya. Sedangkan nyeri yang dibawa oleh
serat C bersifat tumpul, pegal, menetap lebih lama, dan lokalisasi nyerinya tidak jelas.
Serat (serabut) saraf
Diameter
Tipe
(um)

NCV=KHST (m/s)

13 22

70 120

8 12

40 70

48

14 40

14

5 15

13

3 14

0,2 1,0

0,2 2

Fungsi
Motor
Proprioseptor otot
Rasa raba
Rasa gerak
Rasa raba
Tekanan eksitasi muscle spindle
Rasa nyeri, panas, dingin
Rasa tekan
Otonom preganglioner
Nyeri, panas, dingin, tekan
Otonom postganglioner

Berdasarkan sumbernya, nyeri dibagi menjadi :


1. Nyeri nosiseptif
Nyeri yang timbul akibat terangsangnya nosiseptor oleh karena adanya kerusakan jaringan.
2. Nyeri neurogenik (neuropati)
Nyeri yang timbul akibat adanya ganggguan pada jalur sensorik yang dapat terjadi di semua
tingkat mulai dari saraf tepi sampai ke sistem saraf pusat.
3. Nyeri psikogenik-idiopatik
Ada 4 proses fisiologis dalam proses nosisepsi :
1. Transduksi
Pada proses transduksi, rangsang nyeri diubah menjadi aktivitas listrik yang kemudian akan
diterima oleh ujung-ujung saraf sensoris.

2. Transmisi
Transmisi adalah proses dimana terjadi perambatan rangsang nyeri melalui serabut sensoris.
3. Modulasi
Modulasi merupakan proses interaksi antara sistem analgesik endogen dengan input nyeri
yang masuk di kornu posterior medulla spinalis.
4. Persepsi

Anda mungkin juga menyukai