Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Artritis gout merupakan penyakit heterogen sebagai akibat deposisi
kristal monosodium urat pada jaringan atau supersaturasi asam urat didalam
cairan ekstarseluler (Anastesya W, 2009).
Dari waktu ke waktu jumlah penderita asam urat cenderung meningkat.
Penyakit gout dapat ditemukan di seluruh dunia, pada semua ras manusia.
Prevalensi asam urat cenderung memasuki usia semakin muda yaitu usia produktif
yang nantinya berdampak pada penurunan produktivitas kerja. Prevalensi asam
urat di Indonesia terjadi pada usia di bawah 34 tahun sebesar 32% dan kejadian
tertinggi pada penduduk Minahasa sebesar 29,2%. Pada tahun 2009, Denpasar,
Bali, mendapatkan prevalensi hiperurisemia sebesar 18,2%. (Pratiwi VF, 2013).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari artritis gout?
2. Apa etiologi dari artritis gout?
3. Bagaimana prognosis dari artritis gout?
4. Apa saja manifestasi klinis dari artritis gout?
5. Bagaimana klasifikasi dari artritis gout?
6. Bagaimana patofisiologi dari artritis gout?
7. Bagaimana komplikasi dari artritis gout?
8. Bagaimana pemeriksaan lab dari artritis gout?
9. Bagaimana penatalaksanaan dari artritis gout?
10. Bagaimana pengkajian dari artritis gout?
11. Apa saja diagnosa keperawatan yang ditemukan pada artritis gout?
12. Bagaimana rencana asuhan keperawatan pada artritis gout?

C. Tujuan
1
2
3
4
5

Mengetahui definisi dari artritis gout.


Mengetahui etiologi dari artritis gout.
Mengetahui prognosis dari artritis gout.
Mengetahui manifestasi klinis dari artritis gout.
Mengetahui klasifikasi dari artritis gout.

6
7
8
9
10
11
12

Mengetahui patofisiologi dari artritis gout.


Mengetahui komplikasi dari artritis gout.
Mengetahui pemeriksaan lab dari artritis gout.
Mengetahui penatalaksanaan dari artritis gout.
Mengetahui pengkajian pada artritis gout.
Mengetahui diagnosa yang terdapat pada artritis gout.
Mengetahui rencana asuhan keperawatan pada artritis gout.

D. Manfaat Penulisan
Hasil dari penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada semua pihak baik penulis maupun pembaca. Manfaat lain dari penulisan
makalah

ini adalah dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan dapat

dijadikan acuan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu akan semakin


banyak orang yang mengerti dan memahami tentang Gout. Sehingga mereka akan
lebih berhati-hati dan menjaga pola kehidupan sehari hari dalam rangka mencegah
terjadinya Gout ataupun dalam penatalaksanaannya.

BAB II
KONSEP MEDIS
A. Pengertian
Anastesya (2009) menjelaskan bahwa Artritis

Gout

merupakan

penyakit heterogen sebagai akibat deposisi kristal monosodium urat pada jaringan
atau supersaturasi asam urat didalam cairan ekstarseluler.

B. Etiologi
Andry (2009) mengungkapkan bahwa faktor yang menyebabkan orang
terserang penyakit artritis gout adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Usia
Asupan senyawa purin berlebihan
Konsumsi alkohol berlebih
Kegemukan (obesitas)
Kurangnya aktivitas fisik
Hipertensi dan penyakit jantung
Obat-obatan tertentu (terutama diuretika)
Gangguan fungsi ginjal

C. Prognosis
Tanpa pengobatan, serangan akut gout biasanya sembuh dalam lima
sampai tujuh hari. Namun, 60% dari orang mengalami serangan kedua dalam satu
tahun. Mereka dengan gout berada pada peningkatan risiko hipertensi, diabetes
mellitus, sindrom metabolik, dan ginjal dan penyakit kardiovaskular, dan dengan
demikian akan meningkatkan risiko kematian. Hal ini mungkin sebagian karena
hubungannya dengan resistensi insulin dan obesitas, tetapi beberapa dari
peningkatan risiko tampaknya independen. (Misnadiarly, 2008)
Tanpa pengobatan, episode gout akut dapat berkembang menjadi gout
kronik dengan kerusakan permukaan sendi, deformitas sendi, dan tophi
menyakitkan.Tophi ini terjadi pada 30% dari mereka yang tidak diobati selama
lima tahun, sering dalam helix telinga , atas olecranon proses, atau pada tendon
Achilles. Dengan pengobatan agresif, mereka dapat membubarkan. Batu ginjal
juga sering menyulitkan gout, mempengaruhi antara 10 dan 40% dari orang, dan
terjadi karena pH urin rendah mempromosikan pengendapan asam urat.Bentuk
lain dari disfungsi ginjal kronis dapat terjadi. (Misnadiarly, 2008)
D. Manifestasi Klinis
Terdapat empat tahap perjalanan klinis dari artritis gout, antara lain:
1. Tanpa gejala
Pada tahap ini terjadi kelebihan asam urat tetapi tidak
menimbulkan gejala klinik. Penderitan harus di upayakan untuk

menurunkan kelebihan urat tersebut dengan mengubah pola makan atau


gaya hidup. (Kaparang, 2007; Firestein 2009)
2. Gout akut
Pada tahap ini gejalanya muncul tibatiba dan biasanya
menyerang satu atau beberapa persendian. Sakit yang di rasakan
penderita sering di mulai di malam hari, dan rasanya berdenyut-denyut
atau nyeri seperti di tusuk jarum. Persendian yang terserang meradang,
merah, terasa panas dan bengkak. Rasa sakit pada persendian tersebut
mungkin dapat berkurang dalam beberapa hari, tapi bisa muncul kembali
pada interval yang tidak menentu. Serangan susulan biasanya
berlangsung lebih lama, pada beberapa penderita berlanjut menjadi
artritis gout yang kronis, sedang di lain pihak banyak pula yang tidak
akan mengalaminya lagi. (Kaparang, 2007; Firestein 2009)
3. Interkritikal
Pada tahap ini penderita mengalami serangan asam urat yang
berulangulang tapi waktunya tidak menentu. (Kaparang, 2007; Firestein
2009)
4. Kronis.
Pada tahap ini masa kristal asam urat (tofi) menumpuk di berbagai
wilayah jaringan lunak tubuh penderitanya. (Kaparang, 2007; Firestein 2009)
E. Klasifikasi
Artritis gout dibagi dalam beberapa klasifikasi, antara lain :
1. Artritis gout primer yaitu hiperurisemia karena gangguan metabolisme
purin atau gangguan ekresi asam urat urin karena sebab genetik. Salah
satu sebabnya karena kelainan genetik yang dapat diidentifikasi, adanya
kekurangan enzim HGPRT (hypoxantin guanine phosphoribosyle
tranferase) atau kenaikan aktifitas enzim PRPP (phosphoribosyle
pyrophosphate ), kasus ini yang dapat diidentifikasi hanya 1 % saja.
2.

(Suntoko, 2010)
Artritis gout sekunder disebabkan antara lain karena meningkatnya
produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengonsumsi makanan dengan
kadar purin yang tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organic
yang menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam
kelompok asam amino, unsur pembentuk protein. Produksi asam urat

meningkat juga bisa karena penyakit darah (penyakit sumsum tulang,


polisitemia), obat-obatan (alkohol, obat-obat kanker, vitamin B12).
Penyebab

lainnya

adalah

obesitas

(kegemukan),

penyakit

kulit

(psoriasis), kadar trigliserida yang tinggi. Pada penderita diabetes yang


tidak terkontrol dengan baik biasanya terdapat kadar benda-benda keton
(hasil buangan metabolisme lemak) yang meninggi. Benda-benda keton
yang meninggi akan menyebabkan asam urat juga ikut meninggi.
(Suntoko, 2010)
F. Patofisiologi
Untuk menjadi gout arthritis, asam urat harus melalui tahapan-tahapan
tertentu yang menandai perjalanan penyakit ini. Gejala awal ditandai oleh
hiperurisemia kemudian berkembang menjadi goutdan komplikasi yang
ditimbulkannya.Prosesnya berjalan cukup lama tergantung kuat atau lemahnya
faktor resiko yang dialami oleh seorang penderita hiperurisemia. (Price, S. dan
Wilson, Lorraine : 2005)
Jika hiperurisemia tidak ditangani dengan baik, cepat atau lambat
penderita akan mengalami serangan gout akut. Jika kadar asam urat tetap tinggi
selama beberapa tahun, penderita tersebut akan mengalami stadium interkritikal.
Setelah memasuki fase ini, tidak butuh waktu lama untuk menuju fase akhir yang
dinamakan dengan stadium gout kronis. (Price, S. dan Wilson, Lorraine : 2005)

Alkohol

Makanan
(kepiting, seafood, dll.)

Kadar laktat dalam darah

Penyakit & obat-obatan

Menghambat ekskresi asam urat di tubulus ginjal


Purin dalam tubuh

Sekresi as. urat

Produksi as. urat

pengeluaran / sintesis zat pirogen ol/ leukosit yang meradang

Gangguan metabolisme purin


GOUT

Terjadi plepsan pirogen endogen

Dlm & sekitr sendi

Diluar cairan tbh

Proses peradangan
Penimbunan pd membran sinovial & tl. Rawan artikular
MencapaiKurang
hipotalamus
pengetahuan/pemahaman trhdap penyakit
Pelepasan MUS
Erosi tl. Rawan, poliferasi sinovial & pembentukan panus
Penimbunan kristal urat

Meransang set poin


Stress psikologi

Pelepasan mediator kimia (bradikinin)


Degenerasi tl. Rawan sendi
Peningkatan suhu tubuh

Cemas
Terbentuk tofus, fibrosis, akilosis pd tulang

Hipertermi

Ansietas

Meransang nosiseptor
6

Medulla spinalis

Pembentukan tukak pada


Perubahan
sendi bentuk tubuh pd tulang & sendi

Kortex serebri

Tofus-tofus mengering

Merangsang ujung saraf

Sendi mjd kaku

Nyeri di persepsikan

Membatasi pergerakan sendi

Nyeri

Hambatan Mobilitas Fisik

G3 Citra Tubuh

Resiko jatuh

(resmisari T. Liena. Editors. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta: EGC: 2007. p.250)

G. Komplikasi
Ada beberapa masalah kesehatan lainnya yang bisa muncul akibat
penyakit asam urat atau gout. Komplikasi tersebut diantaranya adalah penyakit
batu ginjal, munculnya benjolan-benjolan di bawah kulit yang disebut tofi dan
kerusakan

sendi

yang

dapat

memengaruhi

kehidupan

sehari-hari.

(Misnadiarly,2008)
1. Penyakit Batu Ginjal
Gout dapat menciptakan endapan-endapan di dalam ginjal,
terlebih jika kadarnya yang tinggi. Umumnya endapan-endapan tersebut
berukuran mikro dan dapat secara alami dikeluarkan melalui saluran
kemih. Namun jika ukurannya terlalu besar, maka akan menimbulkan
masalah kesehatan yaitu penyakit batu ginjal. Menurut data, sekitar 10%25%

penderita

gout

turut

mengalami

masalah

batu

ginjal.

(Misnadiarly,2008)
2. Munculnya Benjolan-benjolan Tofi
Tofi adalah gumpalan yang terbentuk akibat endapan kristalkristal asam urat di bawah kulit. Biasanya tofi muncul pada penderita
gout parah atau gout yang sudah lama tidak ditangani. Namun ada juga
tofi yang muncul pada penderita yang bahkan belum pernah mengalami
serangan akut. (Misnadiarly,2008)
3. Kerusakan pada Sendi
Kerusakan sendi terjadi akibat penyakit gout yang tidak kunjung
ditangani. Kristal-kristal natrium urat yang terus menumpuk dan
membentuk tofi di dalam tulang rawan dan tulang sendi, lambat laun
akan terus merusak sendi dan bahkan kerusakan tersebut pada akhirnya
menjadi permanen. (Misnadiarly,2008)

H. Pemeriksaan Lab
Agar diagnosis tepat biasanya akan dilakukan tes atau pemeriksaan lebih
lanjut untuk memastikan apakah pasien terkena penyakit asam urat atau
kondisi lainnya. Beberapa tes tersebut diantaranya adalah pemeriksaan darah,

pemeriksaan cairan sendi, pemindaian dengan menggunakan ultrasound, dan


pemeriksaan sinar X. (Misnadiarly, 2008)
1. Pemeriksaan Darah
Untuk mengukur kadar asam urat di dalam darah, biasanya
dilakukan sebuah tes yang dinamakan serum uric acid test. Tes ini
dilakukan pada empat atau enam minggu setelah terjadinya serangan gout
(Misnadiarly, 2008).
Menuru WHO nilai normal asam urat antara lain :
a. Pada laki-laki dewasa kadar normal asam uratnya adalah sekitar 2
7,5 mg/dL, sementara itu pada wanita yang sudah dewasa adalah 2
6,5 mg/dL.
b. Pada laiki-laki dengan usia diatas 40 tahun kadar normal asam
uratnya 2 8,5 mg/dL, pada wanita 2 8 mg/dL
c. Anak-anak laki-laki yang berusia 10 18 tahun kadar asam uratnya
3,6 5,5 mg/dL, sementara itu pada anak wanita 3,6 4 mg/dL.
2. Pemeriksaan Cairan Sendi
Pada pemeriksaan ini diambil sampel cairan pada sendi yang
mengalami radang, yaitu cairan sinovial. Cairan tersebut diambil
menggunakan sebuah jarum dan akan diteliti dengan sebuah mikroskop.
Jika pasien memang menderita gout, biasanya kristal-kristal natrium urat
hampir selalu terlihat pada sampel cairan sinovialnya. (Misnadiarly,2008)
3. Pemeriksaan Sinar - X
Pemeriksaan sinar X dipakai sebagai metode eliminasi. Karena
pemeriksaan ini biasanya tidak dapat mendeteksi radang akibat serangan
penyakit asam urat, namun mampu mendeteksi masalah sendi lainnya,
seperti chondrocalcinosis atau penumpukan kristal kalsium pada sendi.
Jika masalah sendi lainnya tidak ditemukan pada pasien, maka
kesimpulan

bisa

lebih

mengarah

pada

penyakit

asam

urat.

(Misnadiarly,2008)
4. Pemindaian ultrasound
Pemindaian ultrasound pada sendi yang mengalami radang kini
marak digunakan. Alasannya adalah metode ini dianggap sederhana dan
aman untuk mendeteksi keberadaan kristal-kristal natrium urat di dalam
tulang rawan sendi atau di bawah kulit yang biasanya tidak akan terlihat
melalui pemeriksaan fisik. (Misnadiarly, 2008)

I. Penatalaksanaan
Anastesya (2009) mengungkapkan Penatalaksanaan ditujukan untuk
mengakhiri serangan akut secepat mungkin, mencegah serangan berulang dan
pencegahan komplikasi.
1. Penatalaksanaan farmakologi
Pilihan terapi gout akut adalah NSAID, COX2 inhibitor,
colchicines, dan kortikosteroid sitemik atau intraartikular. Pada
kebanyakan pasien tanpa komplikasi atau komorbid, NSAID merupakan
obat pilihan. (Anastesya, W. 2009)
Faktor terpenting untuk keberhasilan terapi adalah kecepatan
pemberian NSAID, harus segera digunakan pada saat timbul gejala
serangan.

Kolkisin

merupakan

alternatif,

tapi

sifat

toksiknya

menyebabkan obat ini kurang populer. (Anastesya, W. 2009)


Untuk kontrol jangka lama hiperurisemia dan penatalaksaan
secara farmakologis gout kronik, penting diperhatikan untuk mencegah
sequelae yang berkaitan dengan tingginya kadar urat, terutama pada
pasien yang mengalami serangan arthritis gout akut lebih dari 2 kali
dalam setahun. (Anastesya, W. 2009)
Allopurinol merupakan obat pilihan untuk menurunkan kadar
urat, febuxostat mungkin merupakan alternatif. Jika allopurinol tidak
dapat diberikan dan untuk pasien yang ekskresinya rendah, maka obat
alternatif

adalah

urikosurik

(probenesid,

benzbromarone).

(Anastesya,W.2009)
2. Penatalaksanaan non farmakologi
Terapi nonobat merupakan strategi esensial dalam penanganan
gout. Gout adalah gangguan metabolik, yang dipengaruhi oleh diet,
asupan alkohol, hiperlipidemia dan berat badan. Intervensi seperti
istirahat yang cukup, penggunaan kompres dingin, modifikasi diet,
mengurangi asupan alkohol dan menurunkan berat badan pada pasien
yang kelebihan berat badan terbukti efektif. (Anastesya, W. 2009)

10

BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas : Data identitas pasien secara lengkap
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama :
Klien mengatakan terasa nyeri hebat pada persendian dan
disekitarnya.
2) Riwayat keluhan utama :

11

: hal yang menjadi faktor nyeri adalah gangguan


metaboliesme purin yang ditandai dengan

Q
R
T

hiperurisemia
: nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk
: nyeri pada sendi metatarsofalangeal ibu jari kaki.
: nyeri yang dirasakan antara 1-3 pada rentang
pengukuran 0-5. Tidak ada hubungan antara
beratnya nyeri dan luas kerusakan yang terlihat

pada pemeriksaan radiologi.


3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya :
b. Status Kesehatan Massa Lalu :
Menanyakan riwayat penyakit sebelumnya jika ada.
c. Riwayat Penyakit Keluarga :
d. Diagnosa Medis dan Therapi :
3. Pola Kebutuhan Dasar (Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
4. Pengkajian Fisik :
a. Keadaan umum
Tingkat Kesadaran
: Compos Mentis
GCS
:E:4,V:5,M:6
b. Tanda-tanda Vital
c. Keadaan fisik
Head to toe terdiri dari: Pemeriksaan dilakukan mulai dari
kepala

sampai

kaki

(menggunakan

Data

fokus)

dengan

menggunakan teknik inspeksi (gerakan dada yang tidak simetris),


palpasi (terdapat getaran yang tidak simetris), perkusi, dan
auskultas
1) Inspeksi dan palapasi pada sendi
a) Inspeksi dilakukan pada kulit di bagian sendi
b) Diperhatikan jika terdapat sebaran tanda kemerahan dan
juga teraba panas pada sendi.
c) Dilihat pada sendi metatarsal phalanges I terdapat
pembengkakan yang simetris atau tidak, terasa nyeri atau
tidak untuk mengonfomasi adanya podagra.
d) Pada pasien dengan stadium gout menahun akan teraba
tophus terutama di cuping telinga, metatarsal phalanges I,
olecranon, tendon Achilles dan jari tangan
5. Pemeriksaan penunjang
a. Data laboratorium yang berhubungan

:
12

1) Didapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah yaitu =


> 6 mg % normalnya pada pria 8 mg% dan pada wanita 7 mg
%.
2) Pemeriksaan cairan tofi sangat penting untuk pemeriksaan
diagnosa yaitu cairan berwarna putih seperti susu dan sangat
kental sekali.
3) Pemeriksaan darah lengkap
4) Pemeriksaan ureua dan kratinin
Kadar urea darah normal
Kadar kratinin darah normal

: 5-20 ,mg/dl
:0,5-1 mg/dl

b. Pemeriksaan radiologi
Gambar 1 dan Gambar 2

Baca 1)

Baca 2)

Gambar 1
Gambar 2
Foto Konvensional (X-Ray)
1) Ditemukan pembengkakan jaringan lunak dengan kalsifikasi
(tophus) berbentuk seperti topi terutama di sekitar sendi ibu
jari kaki.
2) Tampak pembengkakan sendi yang asimetris dan kista
arthritis erosif.
3) Peradangan dan efusi sendi
c. Hasil konsultasi
d. Pemeriksaan penunjang diagnostik lain
B. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri Akut (00132)
Domain
: 12 Kenyamanan

13

Kelas

: 1 Kenyamanan Fisik

2. Hipertermia (00007)
Domian

: 11 Keamanan/Perlindungan

Kelas

: 6 Termoregulasi

3. Hambatan Mobilitas Fisik (00085)


Domain

: 4 Aktivitas/Istrahat

Kelas

: 2 Aktivitas/Latihan

4. Gangguan Citra Tubuh (00018)


Domain

: 6 Presepsi/Kognisi

Kelas

: 3 Citra Tubuh

5. Resiko Jatuh (00155)


Domain

: 11 Keamanan/Perlindungan

Kelas

: 2 Cedera Fisik

6. Ansietas (00145)
Domain

: 9 Koping/Toleransi Stres

Kelas

: 2 Respons Koping

14

15

C. Rencana Asuhan Keperawatan


No
1.

Diagnosa
Nyeri Akut (00132)

Tujuan &Kriteria Hasil


NOC

NIC

Domain 12: Kenyamanan

Pain level

Pain Menegement

Kelas 1: Kenyamanan fisik

Pain control

Definisi : Pengalaman sensori

Comfort level

nyeri secara kompr

dan emosional yang tidak

Tujuan :

termasuk lokasi,

menyenangkan yang muncul

Setelah

akibat kerusakan jaringan yang

keperawatan selama.x24 jam

frekuensi, kualitas

actual atau potensial atau

masalah nyeri dapat teratasi.

presipitasi

digambarkan dalam hal

Kriteria Hasil :

kerusakan sedemikian rupa

Mampu mengontrol nyeri

(international association for the


study of pain); awitang yang
tiba-tiba atau lambat dari
intensitas ringan hinggga berat
dengan akhir yang dapat
diantisipasi dan diprediksi dan
berlangsung <6 bulan
Batasan Karakteristik :

Perubahan tekanan darah

Sikap melindungi area nyeri

dilakukan

(tahu

untuk

Lakukan pengk

karakteristik, duras

tindakan

penyebab

Observasi reaks
nonverbal dari
ketidaknyamanan

nyeri,

menggunakan

mampu
tehnik

Intervensi

non

menemukan dukun

nyeri,

mencari bantuan)
Melaporkan

keluarga untuk men

farmakologi

mengurangi

Bantu pasien da

Kontrol lingkun

bahwa nyeri

dapat mempengaru

dengan

seperti suhu ruanga

menggunakan management

pencahayaan dan k

berkurang

nyeri
Mamp

mengenali

nyeri

Kaji tipe dan su

nyeri untuk menent

16

Indikasi nyeri yang dapat

(skala

diamati

frekuensi dan tanda nyeri)

Perubahan posisi untuk


menghindari nyeri

nyeri,

intensitas,

intervensi

Menyatakan rasa nyaman


setelah nyeri berkurang

Berikan analge
mengurangi nyeri:

Tingkatkan isti

Melaporkan nyeri secara


verbal

Gangguan tidur

Factor yang Berhubungan:

2.

Agens cedera (mis.,biologis,

zat kimia, fisik, psikologis )


Hipertermi (00007)

NOC

NIC

Domain 11:

Thermoregulation

Fever treatment

Keamanan/Perlindungan

Tujuan :

Kelas 6: Termoregulasi

Setelah

Definisi : Peningkatan suhu

keperawatan selama.x24 jam

Monitor warna

tubuh diatas kisaran normal

masalah

Monitor intake

Batasan karakteristik :

teratasi.

Konvulsi

Kriteria Hasil :

Kulit kemerahan

Suhu tubuh dalam rentang

Peningkatan suhu tubuh


diatas kisaran normal

Faktor yang Berhubungan :

3.

Penyakit
Peningkatan laju

dilakukan
hipertermi

tindakan

Monitor suhu s
mungkin

dapat

normal

output

Berikan anti pir

Kompres pasien

lipat paha dan aksila

Nadi dan RR dalam rentang

daerah yang mengal

normal
Tidak ada perubahan warna
kulit dan tidak ada pusing

inflamasi

Monitor TD, na

metabolisme
Hambatan Mobilitas Fisik

NOC

NIC

(00085)

Join Movement : Active

Exercise therapy : am

Domain 4 : Aktivitas/Istirahat

Mobility Level

Kelas 2 : Aktivitas/Latihan

Self care : ADLs

terapi fisik tentang

Definisi : Keterbatasan pada

Transfer performance

ambulasi sesuai de

Konsultasikan d

17

pergerakan fisik tubuh atau suatu

Tujuan :

atau lebih ekstremitas secara

Setelah

mandiri dan terarah.

keperawatan selama .x24 jam

menggunakan tong

Batasan Karakteristik :

masalah hambatasan mobilitas

berjalan dan cegah

Perubahan cara berjalan

fisik teratasi.

cedera

Keterbatasan kemampuan

Kriteria Hasil :

melakukan keterampilan

Klien

motorik halus dan kasar

Keterbatasan rentan
pergerakan sendi

Ketidakstabilan postur

Pergerakan lambat

Faktor yang Berhubungan :

Intoleran aktivitas

Ansietas

Indeks masa tubuh diatas

kebutuhan
dilakukan

tindakan

meningkat

dalam

tentang teknik amb


tujuan

dari

peningkatan mobilitas

Kaji kemampua
dalam mobilisasi

Memverbalisasikan
perasaan

Ajarkan pasien

tenaga kesehatan la

aktivitas fisik
Mengerti

Bantu klien unt

Dampingi dan B

dalam

pasien saat mobilis

meningkatkan kemampuan

bantu penuhi kebu

berpindah
Memperagakan penggunaan
alat bantu untuk mobilitas
(walker)

persentil ke-75 sesuai usia

Kontraktur

Fisik tidak bugar

Penurunan ketahanan tubuh

Merasa tidak nyaman

Kaku sendi

Gangguan musculoskeletal

Agens obat

Program pembatasan gerak

18

4.

Gangguan Citra Tubuh (00018) NOC

NIC

Domain 6 : Persepsi/kognisi

Body image

Kelas 3 : Citra Tubuh

Self esteem

Body image enhancem


Kaji secara verbal

Definisi : Konfusi dalam

Tujuan

gambaran mental tentang diri-

Setelah

fisik individu.

keperawatan selama .x24 jam

Batasan Karakteristik

masalah gangguan citra tubuh

Perilaku memantau tubuh

teratasi.

individu

Kriteria Hasil

dilakukan

Body image positif

persepsi perubahan pada

Mampu

struktur, fungsi)

yang mencerminkan

tubuh

tubuh individu dalam

dirinya
Jelaskan tentang p

secara

perubahan

Mempertahankan

prognosis penyaki
Dorong klien
mengungkapkan

mengidentifikasi

Mendiskripsikan
faktual

klien terhadap tubu


Monitor frkuensi m

kekuatan personal

Mengungkapkan persepsi
perubahan pandangan tentang

tindakan

perawatan kemaju

Respon non verbal terhadap


tubuh (mis penampilan,

nonverbal terhadap

perasaannya
Identifikasi arti

pengurangan mela

fungsi

bantu

interaksi

social

penampilan
5.

Faktor yang Berhubungan : Resiko Jatuh (00155)

NOC

NIC
Fall Prevention

Keamanan/Perlindungan

Trauma risk for


Injury risk for

Kelas 2 : Cedera Fisik

Tujuan :

dalam gaya berjal

Definisi : Peningkatan

setelah dilakukan tindakan

pasien

kerentanan untuk jatuh yang

selama x24jam masalah resiko

dapat menyebabkan bahaya fisik.

jatuh teratasi dengan

Faktor Resiko:

Kriteria Hasil :

Medikasi

Gerakan terkoordinasi :

Domain 11 :

Penggunaan alkohol

kemampuan otot untuk

Fisiologis

berkerja sama secara

volunteer untuk melakukan

Atritis

Sarankan

Mendorong pas

menggunakan ton

alat pembantu berj

Ajarkan
bagaimana

jatuh

meminimalkan ced

Mengidentifika
19

Kesulitan gaya berjalan

Penurunan kekuatan
ekstremitas bawah

6.

Kesulitan gaya berjalan

Gangguan mobilitas fisik

gerakan yang bertujuan


Kejadian jatuh : tidak ada
Pengendalian risiko :

karakteristik

li

yang dapat men


potensi

penggunaan alcohol

untuk

(misalnya, lantai y

dan tangga terbuka

Ansietas (00145)

NOC

NIC

Domain 9 : Koping/Toleransi

Anxiety self control


Anxiety level
Coping

Anxiety Reduction

Stres
Kelas 2 : Respons Koping
Definisi : Perasaan tidak nyaman
atau kekhawatiran yang samar
disertai respons autonon (sumber
sering kali tidak spesifik atau
tidak diketauhi oleh individu) ;
perasaan takut yang disebabkan
oleh antisipasi terhadap bahaya.
Hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang
memperingatkan individu akan
adanya bahaya dan
memampukan individu untuk
bertindak menghadapi ancaman.

Tujuan :

terhadap situasi str


Temani pasien unt

memberikan keam

selama x 24 jam masalah


ansietas teratasi dengan

mengurangi takut
Identifikasi tingka

kecemasan
Instruksikan pasie

Kriteria Hasil :
Klien mampu
engidentifikasi,

menggunakan tekn

mengungkapkan gejala

relaksasi

cemas
Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan
menunjukkan tekhnik untuk
mengontrol cemas
Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh dan

Perilaku

tingkat aktivitas

Penurunan produktivitas
Mengekspresikan

Pahami prespektif

Setelah dilakukan tindakan

Batasan Karakteristik :

menunjukkan berkurangnya
kecemasan

kekhawatiran karena
prubahan dalam peristiwa

hidup
Tampak waspada

20

Afektif

Gelisah
Ketakutan
Rasa nyeri yang
meningkatkan
ketidakberdayaan

Faktor yang Berhubungan :

Perubahan dalam status

kesehatan
Ancaman pada status
kesehatan

21

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan :
1. Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran
khusus, yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria
dari pada wanita. Pada pria sering mengenai usia pertengahan, sedangkan
pada wanita biasanya mendekati masa menopause.
2. Gejala arthritis akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan terhadap
pembentukan kristal monosodium urat monohidrat. Karena itu, dilihat
dari penyebabnya, penyakit ini termasuk dalam kelainan metabolik.
3. Tujuan dari pengobatan asam urat adalah membatasi serangan akut,
mencegah kekambuhan (khususnya serangan gout artritis), dan mencegah
komplikasi yang terkait dengan pengendapan kristal urat di jaringan.
Edukasi pasien dan pemahaman mengenai dasar terapi diperlukan untuk
menjamin keberhasilan terapi gout.
4. Asam urat adalah produk sisa metabolisme purin. Pada keadaan normal
terjadi keseimbangan antara produksi dan ekskresi. Sekitar dua pertiga
(2/3) Jumlah yang, diproduksi setiap hari diekskresikan melalui ginjal
dan sisanya melalui feses. Serum asam urat normal dipertahankan antara
3,4 7,0 mg/dl pada pria dan 2,4 6,0 pada wanita, pada level lebih dari
7,0 mg/dl akan terbentuk kristal monosodium urat.
B. Saran
Pada kesempatan ini penulis akan mengemukakan beberapa saran sebagai
bahan masukan yang bermanfaat bagi usaha peningkatan mutu pelayanan asuhan
keperawatan yang akan datang, diantaranya :
1. Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat mengetahui atau mengerti
tentang

rencana

keperawatan

pada

pasien

dengan

artritis

gout,

pendokumentasian harus jelas dan dapat menjalin hubungan yang baik


dengan klien dan keluarga.

22

2. Dalam rangka mengatasi masalah resiko injuri pada klien dengan artritis
gout maka tugas perawat yang utama adalah sering mengobservasi akan
kebutuhan klien yang mengalami rheumatoid artritis.
3. Untuk perawat diharapkan mampu menciptakan hubungan yang harmonis
dengan keluarga sehingga keluarga diharapkan mampu membantu dan
memotivasi klien dalam proses penyembuhan.

23

DAFTAR PUSTAKA
Anastesya, W. 2009. Artritis Pirai (Gout) dan Penatalaksanaannya. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Andry, Saryono, Arif S. U. 2009. Analisis FaktorFaktor yang Mempengaruhi
Kadar

Asam

Urat

pada

Pekerja

Kantor

di

Desa

KarangTuri,

KecamatanBumiayu, Kabupaten Brebes. Jurnal Keperawatan Soedirman


(The Soedirman Journal of Nursing).; Volume 4 No.1 Maret
Firestein GS, Budd RC, Harris ED, Rudy S, Sergen JS. 2009. (eds) Kelleys
Textbook of Rheumatology, 8th ed. W.B Saunders, Philadelphia.
Kaparang, K. 2007. Penyakit Kaum Bangsawan. Etika Media Utama. Jakarta
Misnadiarly.

2008.

Mengenal

Penyakit

Artritis.

Online

Journals,

http:jurnal.unej.ac.id.index/php/articl e/view/2606/2434 . 13 Oktober 2015


(20:21).
Nurarif, A, Kusuma, H. 2013. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 1 dan Jilid 2. Medi Action. Yogyakarta.
Pratiwi VF. 2013. Gambaran Kejadian Asam Urat (Gout) Berdasarkan
Kegemukandan Konsumsi Makanan (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas
Kalisat Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember). Disertasi. Bagian Gizi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.
Jember.
Suntoko, B.2010.Mengenal Lebih Jauh Artritis Gout Dr Bantar Suntoko,Sp PDKR Sub Bagian Reumatologi,FKUndip/RSUP Dr Kariadi. Jurnal Nasional
Kedokteran

24

25

Anda mungkin juga menyukai