PENDAHULUAN
BAB II
1
1
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Anestesi
Kata anestesi diperkenalkan oleh Oliver Wendell Holmes yang menggambarkan keadaan
tidak sadar yang bersifat sementara.Berdasarkan analisis kata anestesi (an=tidak, aestesi =
rasa ) dan reanimasi (re=kembali, animasi/animation=gerak=hidup)
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunanian-"tidak, tanpa" dan aesthtos,
"persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa
sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit
pada tubuh.1
Anastesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasari berbagai tindakan meliputi
pemberian anastesi maupun analgetik, pengawasan keselamatan pasien di operasi maupun
tindakan lainnya, bantuan hidup (resusitasi), perawatan intensif pasien gawat, pemberian terapi
inhalasi dan penanggulangan nyeri menahun.2
Ada beberapa ahli yang menambahkan Ilmu anestesi dan reanimasi yaitu cabang ilmu
kedokteran yang mempelajari tatalaksa untuk mematikan rasa, baik rasa nyeri, takut dan rasa
tidak nyaman yang lain sehingga pasien nyaman dan ilmu yang mempelajari tatalaksana untuk
menjaga / mempertahankan hidup dan kehidupan pasien selama mengalami kematian akibat
obat anesthesia.3
Tindakan anestesi yang memadai, meliputi tiga komponen: 3,4
1. Hipnotik (tidak sadarkan diri, tidur, hilang kesadaran = mati ingatan)
2. Analgesia (bebas nyeri, hilang perasaan/sakit = mati rasa)
3. Relaksansia (relaksasi otot = mati gerak)
Stadium
Keterangan
2
I (stadium analgesia)
II (stadium eksitasi)
III (stadium pembedahan)
IV (stadium paralisis)
Stadium
Volume
Kecil
Pupil
Ukuran
Kecil
Tidak
teratur
Besar
Lebar
Stadium III
Plane 1
Teratur
Besar
Kecil
Plane 2
Teratur
Sedang
lebar
Diverge
n
Kornea
Plane 3
Teratur,
pause
setelah
ekspirasi
Sedang
lebar
Menetap
ditengah
Faring, peritoneum
Tidak
teratur
Kecil
Stadium I
Stadium II
Plane 4
Respirasi
Rhitme
Tidak
teratur
Depresi- reflex
Letak
Diverge
n
Diverge
n
Tidak ada
Bulu mata
Kelopak mata
Kulit konjungtiva
Menetap
ditengah
Melebar
maksima
l
Stadium IV
Menetap
ditengah
Status Fisik
Tidak ada gangguan organic, biokimia dan psikiatri, misalnya
II
III
IV
misalnya
penderita
DM
dengan
a. Anestesi Lokal
Anestesi lokal adalah tindakan pemberian obat yang mampu menghambat konduksi saraf
/ blockade pompa natrium pada dinding syaraf secara reversibel pada bagian tubuh yang spesifik.
Pada anestesi umum, rasa nyeri hilang bersamaan dengan hilangnya kesadaran penderita.
Sedangkan pada anestesi lokal (sering juga diistilahkan dengan analgesia lokal), kesadaran
penderita tetap utuh dan rasa nyeri yang hilang bersifat setempat (lokal).
Pembiusan atau anestesi lokal biasa dimanfaatkan untuk banyak hal. Misalnya, sulam
bibir, sulam alis, dan liposuction, kegiatan sosial seperti sirkumsisi (sunatan), mencabut gigi
berlubang, hingga merawat luka terbuka yang disertai tindakan penjahitan.
Anestesi lokal dibagi menjadi dua golongan :
1. Golongan Ester: kokain, benzokain, prokain, kloropokain
2. Golongan amida: lidokain, mepivakain, bupivacaine, ropivakain
Anestesi lokal bersifat ringan dan biasanya digunakan untuk tindakan yang hanya perlu
waktu singkat. Oleh karena efek mati rasa yang didapat hanya mampu dipertahankan selama
kurun waktu sekitar 30 menit seusai injeksi, bila lebih dari itu, maka akan diperlukan injeksi
tambahan untuk melanjutkan tindakan tanpa rasa nyeri. 1,2
b. Anestesi Regional
Anestesi regional biasanya dimanfaatkan untuk kasus bedah yang pasiennya perlu dalam
kondisi sadar untuk meminimalisasi efek samping operasi yang lebih besar, bila pasien tak sadar.
Misalnya, pada persalinan Caesar, operasi usus buntu, operasi pada lengan dan tungkai.
Anesthesia regional terdiri dari :
1. Blok sentral : blok spinal, epidural, dan kaudal ( yang paling sering dikerjakan)
2. Blok perifer : blok pleksus brakialis, aksiler, ,dll
Caranya dengan menginjeksikan obat-obatan bius pada bagian utama pengantar register
rasa nyeri ke otak yaitu saraf utama yang ada di dalam tulang belakang. Sehingga, obat anestesi
mampu menghentikan impuls saraf di area itu. Sensasi nyeri yang ditimbulkan organ-organ
5
melalui sistem saraf tadi lalu terhambat dan tak dapat diregister sebagai sensasi nyeri di otak.
Dan sifat anestesi atau efek mati rasa akan lebih luas dan lama dibanding anestesi lokal.
Pada kasus bedah, bisa membuat mati rasa dari perut ke bawah. Namun, oleh karena
tidak mempengaruhi hingga ke susunan saraf pusat atau otak, maka pasien yang sudah di
anestesi regional masih bisa sadar dan mampu berkomunikasi, walaupun tidak merasakan nyeri
di daerah yang sedang dioperasi.1, 2,3
c. Anestesi Umum
Anestesi umum (general anestesi) atau bius total disebut juga dengan nama narkose
umum (NU). Anestesi umum adalah meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya
kesadaran yang bersifat pulih kembali (reversibel) . Anestesi umum biasanya dimanfaatkan untuk
tindakan operasi besar yang memerlukan ketenangan pasien dan waktu pengerjaan lebih panjang,
misalnya pada kasus bedah jantung, pengangkatan batu empedu, bedah rekonstruksi tulang, dan
lain-lain.
Cara kerja anestesi umum selain menghilangkan rasa nyeri, menghilangkan kesadaran,
dan membuat amnesia, juga merelaksasi seluruh otot. Maka, selama penggunaan anestesi juga
diperlukan alat bantu nafas, selain deteksi jantung untuk meminimalisasi kegagalan organ vital
melakukan fungsinya selama operasi dilakukan.
General anestesi merupakan tehnik yang paling banyak dilakukan pada berbagai macam
prosedur pembedahan. Tehnik ini menghilangkan kesadaran yang bersifat pulih kembali
(reversible) dan meniadakan nyeri secara sentral.1,2,3
2.3 Jenis dan Metode Pemberian Obat Anestesi
Premedikasi Anestesi
Yang dimaksud dengan premedikasi yaitu pemberian obat-obatan sebelum anesthesia
yang ada hubungannya dengan anesthesia.Premedikasi adalah salah satu unsure yang penting
yang harus dilaksanakan pre-operatif.
anesthesia
6. Menghilangkan side efek dari obat-obatan sebelum premedikasi dan obat-obat anesthesia
sendiri
7. Dengan memberikan obat-obatan premedikasi, dosis obat-obat anesthesia dapat dikurangi
karena efek potensiasi
8. Menciptakan amnesia
9. Mengurangi cairan lambung dan mengurangi muntah pasca bedah
Obat obat yang sering digunakan sebagai premedikasi adalah :
1. Obat antikholinergik
2. Obat sedative
3. Obat analgetik narkotik. 1,4,7
1. Obat antikholinergik
Obat golongan antikholinergik adalah obat-obatan yang berkhasiat menekan /
menghambat aktivitas kholinergik atau parasimpatis.Obat
mencegah salvasi dan sekresi bronkus sebagai respon terhadap objek kering didalam
mulut,seperti pipa nafas atau pipa trakea. Beberapa zat inhalasi juga mengiritasi dan merangsang
aktivitas sekretorik, tetapi zat-zat ini hamper tinggal riwayat saja.Reflek laring bekerja aktif pada
tingkatan ringan anestesi, dan saliva dalam jumlah kecil pun dapat menyebabkan spasme
laring.Pencegahan salvasi pun amat penting sebelum penggunaan ketamin.Obat ini juga
melindungi jantung dari aritmia.
Obat golongan antikholinergik yang digunakan dalam praktik anesthesia adalah preparat
Alkoloid Belladona, yang turunannya adalah sulfas atropine dan skopolamin.Mekanisme kerja
asetil kolinpada organ yang diinervasi oleh serabut otonom parasimpatis atau serabut saraf yang
mempunyai neurotransmitter asetil kolin.alkaloid belladonna menghambat muskarinik secara
kompetitif yang timbul oleh asetil kolin pada sel efektor organ utama pada kelenjar eksorin, otot
polos dan otot jantung.
Cara pemberian dan dosis yang diberikan :
a. Intramuskular, dosis 0,01 mg/kg BB, diberikan 30-45 menit sebelum induksi.
b. Intravena, dosis 0,005 mg/kg BB, diberikan 5-10 menit sebelum induksi.
Kontraindikasi
Alkaloid belladonna ini tidak diberikan pada pasien yang menderita : demam, takikardi,
glukoma dan tirotoksikosis.1,4,7
2. Obat golongan sedative
Obat golongan sedative adalah obat-obat yang berkhasiat anti cemas dan menimbulkan
rasa kantuk.Tujuan pemberian obat-obat golongan ini adalah untuk memberikan susasana
nyaman bagi pasien prabedah, bebas dari rasa cemas dan takut, sehingga pasien menjadi tidak
peduli dengan lingkungannya. Untuk keperluan ini, obat golongan sedative / tranquilizer yang
sering digunakan adalah :1,4,7
a. Derivat fenothiazin (prometazin)
b. Derivate benzodiasepin (diazepam dan midazolam)
c. Derivate butirofenon (dehidrobenzperidol)
d. Derivate barbiturate (pentobarbital)
e. Antihistamin (derivate defenhidramin)
3. Obat golongan analgetik narkotik
Berdasarkan struktur kimia, analgetik narkotik atau opioid, dibedakan menjadi 3
kelompok :
a. Alkaloid opium : morfin dan kodein
b. Derivate semisintetik : diasetilmorfin (heroin), hidromorfin, oksimorfon,
hidrokodon dan oksikodon.
8
c. Derivate sintetik
Fenilpiperidine
Benzmorfans
Morfinans
Propionanilides
Tramadol
Sebagai analgetik, opioid bekerja secara sentral pada reseptor-reseptor opioid yang
diketahui ada 4 reseptor, yaitu:1,4,7
a. Reseptor Mu
Morpin bekerja secara agonis pada reseptor ini. Stimulasi pada reseptor ini
menyebabkan analgesia, rasa segar, euphoria, dan depresi respirasi.
b. Reseptor Kappa
Stimulasi reseptor ini menyebabkan analgesia, sedasi dan anesthesia.Morpin
bekerja pada reseptor ini.
c. Reseptor Sigma
Stimulasi reseptor ini menimbulkan perasaan disforia, halusinasi, pupil midriasis
dan stimulasi respirasi.
d. Reseptor Beta
Pada manusia peran reseptor ini belum diketahui dengan jelas.Diduga
memperkuat reseptor Mu.1,4,7
Golongan narkotik yang sering digunakan sebagai obat premedikasi adalah petidin dan
morfin.Sedangkan fentanil digunakan sebagai suplemen anesthesia.Morfin mempunyai kekuatan
10 kali petidin, yang artinya dosis morpin sepersepuluh petidin, sedangkan fentanil 100 kali dari
petidin. Untuk premedikasi, petidin diberikan intramuscular dengan dosis 1 mg/kg BB atau
intravena 0,5 mg/kg BB, sedangkan morpin sepersepuluh petidin, sedangkan fentanil
seperseratus petidin.
Pemberian narkotik harus hati-hati pada pasien orang tua atau bayi dan keadaan umum
yang buruk.Tidak boleh diberikan pada pasien yang mendapatkan preparat penghambat
monoamine oksidase, pasien asma dan penderita penyakit hati.
Efek samping dan tanda intoksikasi dari penggunaan narkotik ini adalah:
a. Memperpanjang masa pulih anesthesia
b. Depresi pusat nafas
c. Pupil miosis
9
d.
e.
f.
g.
Indiksi Anestesi
Induksi anastesi ialah tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi tidak sadar
sehingga memungkinkan dimulainya anesthesia dan pembedahan.
Untuk persiapan indukai anestesia sebaiknya kita ingat kata STATICS :
S = Scope
T = tubes
Pipa trakea. Pilih sesuai usia. Usia < 5 tahun tanpa balon (cuffed) dan > 5
tahun dengan balon (cuffed).
A = Airway
T = Tape
I = Introducer
Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastik (kabel) yang mudah
dibengkokkan untuk pemandu supaya pipa trakea mudah dimasukkan.
10
C = Connector
S = Suction
Obat-obat anestesia intravena adalah obat anestesi yang diberikan melalui jalur intravena,
baik obat berkhasiat hipnotik, ataupun analgetik maupun pelumpuh otot.
Setelah masuk kedalam pembuluh darah vena, obat-obat ini akan diedarkan ke seluruh
jaringan tubuh melalui sirkulasi umum, selanjutnya akan menuju ke target organ masing-masing
dan akhirnya dieksresikan, sesuai dengan farmakokinetiknnya masing-masing.1,4
1. Benzodiazepine
Anggota tertentu dalam kelompok obat sedative hypnosis seperti diazepam, lorazepam,
dan midazolam, yang dipergunakan pada prosedur anestesi (dasar-dasar farmakologi
benzodiazepin) diazepam dan lorazepan tidak larut dalam air dan penggunaan intravenanya
memerlukan vehikulum yang tidak encer, sehingga pemberian intravena dapat menyebabkan
iritasi luka. Formulasi mudah larut dalam air dan kurang iritasi tetapi mudah larut dalam lemak
pada pH fisiologis serta mudah melewati pembuluh darah otak.
efek farmakologi benzodiazepine merupakan akibat aksi gamma-aminobutyric acid
(GABA) sebagai neurotransmitter penghambat sistem kanal klorida terbuka dan terjadi
hiperpolarisasi post sinaptik membran sel dan mendorong post sinaptik membrane sel tidak dapat
dieksitasi. hal ini menghasilkan efek anxiolisis, sedasi, amnesia retrograde, potensiasi alkohol,
antikonvulsi dan relaksasi otot skeletal.4,7
2. Anestesi analgesik opioid
Dosis besar analgesik opioid telah digunakan untuk anestetik umum, terutana pada
penderita operasi jantung atau operasi besar lainnya ketika sirkulasi dalam keadaan minimal.
Pemberian morfin, secara intravena dengan dosis 1 sampai 3 per kg digunakan dalam keadaan
sirkulasi yang berat.Diberikan dosis tinggi, tak menggangu kardiovaskular, sehingga banyak
digunakan untuk pasien dengan kelainan jantung.Untuk induksi dosis 20-50mg/kgBB, rumatan
dosis 0,3-1 mg/kgBB/mnt.4,7
3. Etomidat : Etomidat merupakan imidazol karboksilasi yang digunakan untuk induksi anestesi
dan teknik anestesi secara seimbang yang tidak boleh diberikan untuk jangka lama. Kelebihan
utama dari anestestik ini yaitu depresi kardiovaskular dan respirasi yang minimal.7
4. Ketamin : Ketamin menimbulkan anestesi disosiatif yang ditandai dengan kataton, amnesia,
dan analgesia. Mekanisme kerjanya adalah dengan cara menghambat efek membrane eksitator
neurotrasmiter asam glutamate pada subtype reseptor.Kurang disenangi karena sering takikardi,
12
HT, hipersalivasi, nyeri kepala. Paska anestesi mual, muntah, pandangan kabur dan mimpi buruk.
Dosis bolus iv 1-2mg/kgBB, im 3-10mg/kgBB.Dikemas dalam cairan bening kepekatan 5%,
10%, 1%.7
5. Propofol : Merupakan derivate fenol dengan nama kimia di-iso profil fenol.pertama kali
digunakan pada tahun 1977 sebagai obat induksi. Berbentuk cairan berwarna putih seperti susu,
tidak larut dalam air dan bersifat asam. Dikemas dalam bentuk ampul, berisi 20ml/ampul, yang
mengandung 10mg/ml. pemberian dosis 2mg/kg BB, pemulihan kesadaran berlangsung cepat,
pasien akan bangun setelah 4-5 menit tanpa efek samping.
Farmakokinetik: Propofol didegradasi di hati melalui metabolisme oksidatif hepatic oleh
cytochrome P-450. namun, metabolismenya tidak hanya dipengaruhi hepatic tetapi juga
ekstrahepatik. Metabolisme hepatic lebih cepat dan lebih banyak menimbulkan inaktivasi obat
dan terlarut air sementara metabolisme asam glukoronat diekskresikan melalui ginjal. kurang
dari 0,3% dosis obat diekskresikan melalui urin.7
6. Fentanil : merupakan obat narkotik sintetik yang paling banyak digunakan. Mempunyai
potensi 1000 kali lebih kuat dari petidin atau 50-100 kali lebih kuat dari morpin.Mulai kerja dan
masa kerjanya cepat.Pada awal digunakan sebagai obat analgesia nerolept yang di kombinasikan
dengan droperidol.Untuk analgesia dosis, 1-2ug/kg BB, diberikan IM.Untuk induksi anesthesia,
100-200ug/kg BB secara intravena, dan untuk suplemen analgesia, 1-2 ug/kg BB, secara
intravena.7
b. Intramuscular: Tiopental : anestesi injeksi pada pembedahan kecil seperti di mulut, efek
samping menekan pernafasan.7
c. Melalui inhalasi
Obat anesthesia inhalasi adalah obat-obat anesthesia yang berupa gas atau cairan mudah
menguap, yang diberikan melalui pernafasan pasien.Campuran gas atau uap obat anesthesia dan
oksigen masuk melalui aliran udara inspirasi, mengisi seluruhrongga paru, selanjutnya
mengalami difusi dari alveoli ke kapiler paru sesuai dengan sifat fisik masing-masing gas.4,7
Berdasarkan kemasannya, obat anesthesia umum inhalasi dibagi atas 2 macam:
1. Obat anesthesia umum inhalasi yang berupa cairan yang mudah menguap, yaitu:
1. Derivat halogen hidro karbon
13
a. Halotan
b. Trikhloroetilin
c. Chloroform
2. Derivat eter
a. Dietil eter
b. Metoksifluran
c. Enfluran
d. Isofluran
2. Obat anesthesia umum inhalasi yang berupa gas
a. Nitrous oksida
b. Siklopropan
1. Halotan : Merupakan cairan tidak berwarna, berbau harum tidak mudah terbakar atau
meledak, tidak iritatif dan tidak tahan terhadap sinar matahari. Apabila kena sinar matahari,
akan mengalami dekomposisi.Efek sampingnya yaitu dengan menekan pernafasan, aritmia,
dan hipotensi. Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasi adalah 2,03,0% bersama-sama dengan N2O.4,7
2. Isofluran : Merupakan halogenasi eter, dikemas dalam bentuk cairan, tidak berwarna, tidak
eksplosif, tidak mengandung zat pengawet dan relative tidak larut dalam darah tepi cukup
iritatif terhadap jalan nafas sehingga pada saat induksi sering menimbulkan batuk dan tahan
nafas. Proses induksi dan pemulihannya relative cepat dibandingkan dengan obat-obat
anesthesia inhalasi yang ada pada saat ini tapi masih lebih lambat dibandingkan dengan
sevofluran. Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasiadalah 2,0-3,0%
bersama N2O.4,7
3. Nitrous Oksida (N2O)
merupakan gas tak berwarna, berbau harum manis, tidak mudah terbakar dan tidak mudah
meledak tetapi membantu proses kebakaran akibat gas lain. Dalam praktek anesthesia, N 2O
digunakan sebagai obat dasar dari anesthesia umum inhalasi dan selalu dikombinasikan
dengan oksigen dengan perbandingan antaraN2O : O2= 70:30 (pasien normal), 60:40 (untuk
pasien yang memerlukan tunjangan oksigen lebih banyak), 50:50 (untuk pasien yang
beresiko tinggi).4,7
Cara kerja :
- N2O tidak terikat pada Hb tetapi terikat langsung di plasma, tidak bereaksi dengan
-
dengan campuran 20% O2 dan 80% N2O, analgetiknya lebih kuat bila dibandingkan
Side efect :
-
tengah
dapat terjadi anastesi yang lama jika terjadi difusi gas ke dalam rongga usus / pleura
b. Intubasi : Kerusakan sering terjadi pada bibir dan gusi akibat intubasi trachea oleh
orang yang tidak berpengalaman.. Jika dibiarkan tidak terdeteksi, intubasi nasotrachea
dapat menyebabkan epistaksis yang tak menyenangkan dan kadangkadang sonde
dapat membentuk saluran di bawah mukosa hidung, intubasi hidung sering
memfraktura concha (Ellis & Campbell, 1986). Kerusakan pada struktur tonsila dan
larynx (terutama pita suara) untungnya sering terjadi..
2. Saraf Superfisialis: Tekanan langsung terus menerus akan merusak saraf,
3. Pernafasan
Komplikasi pernapasan yang mungkin timbul termasuk hipoksemia yang tidak terdeteksi,
atelektasis, bronkhitis, bronkhopneumonia, pneumonia lobaris, kongesti pulmonal
hipostatik, plurisi, dan superinfeksi.
Yang paling ditakuti adalah obstruksi saluran pernapasan akut selama atau segera setelah
induksi anestesi. Spasme Larynx dan penahanan napas dapat sulit dibedakan serta dapat
timbul sebagai respon terhadap anestesi yang ringan, terutama jika saluran pernapasan
dirangsang oleh uap anestesi iritan atau materi asing yang mencakup sekresi dan
kandungan asam lambung. Intubasi yang gagal dapat menjadi mimpi buruk, bila mungkin
terjadi aspirasi lambung, seperti pasien obstetri dan kedaruratan yang tak dipersiapkan.
Gagal pernapasan terutama merupakan fenomena pasca bedah, biasanya karena
kombinasi kejadian. Kelamahan otot setelah pemulihan dari relaksan yang tidak adekuat,
depresi sentral dengan opioid dan zat anestesi, hambatan batuk dan ventilasi alveolus
yang tak adekuat sekunder terhadap nyeri luka bergabung untuk menimbulkan gagal
pernapasan restriktif dengan retensi CO2 serta kemudian narcosis CO2, terutama jika
PO2 dipertahankan dengan pemberian oksigen. 3
4.
Kardiovaskuler
Komplikasi kardiovaskuler yang dapat terjadi antara lain hipotensi, hipertensi, aritmia
jantung, dan payah jantung. Hipotensi didefinisikan sebagai tekanan darah systole kurang
dari 70 mmHg atau turun lebih dari 25% dari nilai sebelumnya. Hipotensi dapat
disebabkan oleh hipovolemia yang diakibatkan oleh perdarahan, overdosis obat
16
5. Hati
Penyebab hepatitis pasca bedah dapat disebabkan oleh halotan. Insidens virus Hepatitis A
aktif dalam populasi umum mungkin jauh lebih lazim, yang diperkirakan sekitar 100400
per sejuta pada suatu waktu. Mungkin bahwa zat anestesi mengurangi kemanjuran
susunan kekebalan dan membuat pasien lebih cenderung ke infeksi yang mencakup
hepatitis virus. Anestesi Halotan berulang dalam interval 6 minggu mungkin harus
dihalangi.
6. Suhu tubuh
Akibat venodilatasi perifer yang tetap ditimbulkan anestesi menyebabkan penurunan
suhu inti tubuh. Selama pembedahan yang lama, terutama dengan pemaparan vesera, bisa
timbul hipotermi yang parah, yang menyebabkan pengembalian kesadaran tertunda,
pernapasan dan perfusi perifer tidak adekuat. Masalah pernapasan akan dirumitkan, jika
kebutuhan oksigen meningkat sebagai akibat menggigil selama masa pasca bedah. 3
b. Bahaya anestesi
Bahaya utama anestesi dapat disebabkan banyak penyebab. Sebagian penyebab pada
mulanya tidak berarti, tetapi jika bahaya tersebut tidak diperhatikan sama sekali, atau
tidak diatasi dengan baik, maka bahaya akan terjadi. Bahaya lain mungkin tidak
berbahaya tetapi merupakan sumber utama ketidaknyamanan, nyeri, atau iritasi terhadap
penderita. Bahaya anestesi yang mungkin dapat terjadi antara lain:
17
18
Obstruksi jalan nafas besar ( epiglotitis, corpus alienum, paralisis pita suara) baik secara
anatomis maupun fungsional.
Tindakan profilaksis ( pasien yang tidak sadar untuk pemindahan ke rumah sakit lain atau
pada keadaan di mana potensial terjadi kegawatan nafas dalam proses transportasi pasien)
Saluran untuk pelaksanaan pulmanary toilet darurat (sebagai contoh : penghisapan atau
bronchoscopy untuk aspirasi akut atau pun trakheitis bakterialis berat)
Tindakan untuk memberikan tekanan positif dan kontinu yang tinggi pada jalan nafas
( respiratory distress syndrome pada orang dewasa dan penyakit membran hyalin)
( Dibutuhkan tekanan inspirasi yang tinggi atau PEEP).
3. Ventilasi mekanik.
Ventilasi mekanik pada kegagalan respirasi yang dikarenakan :
Pulmonar : penyakit asma, penyakit paru obstruktif kronik, emboli paru, pneumonia.
( Work of breathing berlebihan)
3. Peralatan6
Sebelum mengerjakan intubasi trakea, dapat diingat kata STATICS
S : scope, laringioskop dan stetoskop
T : tubes, pipa endotrakeal
A : airway tubes, pipa orofaring/nasofaring
T : tape, plester
I : introducer, stilet, mandrin
C: connector, sambungan-sambungan
S : suction, penghisap lendir
A. Pipa Endotrakea1
Pipa endotrakea menghantar gas anastetik langsung ke dalam trakea dan biasanya dibuat
dari bahan standar polivinil-klorida. Ukuran diameter lubang pipa trakea dalam milimeter.
Karena penampang trakea bayi, anak kecil dan dewasa berbeda, penampang lintang trakea bayi
dan anak kecil dibawah usia 5 tahun hampir bulat, sedangkan dewasa seperti huruf D, maka
untuk bayi, anak kecil digunakan pipa trakea tanpa cuff dan untuk anak yang besar dan dewasa
menggunakan cuff, supaya tidak bocor. Penggunaan cuff pada bayi dan anak kecil dapat
membuat trauma selaput lendir trakea dan selain itu jika kita ingin mmenggunakan pipa trakea
dengan cuff pada bayi harus menggunakan ukuran pipa trakea yang diameternya lebih kecil dan
ini membuat resiko tahanan napas lebih besar.
Pipa trakea dapat dimasukkan melalui mulut (orotracheal tube) atau hidung
(nasotracheal tube). Di pasaran bebas dikenal beberapa ukuran dan perkiraan ukuran yamg dapat
dlihat pada tabel dibawah ini:
20
Usia
Diameter (mm)
Prematur
2.0-2.5
Neonatus
2.5-3.5
1-6 bulan
3.0-4.0
-1 tahun
3.5-3.5
1-4 tahun
4.0-5.0
4-6 tahun
4.5-5.5
6-8 tahun
5.0-5.5*
8-10 tahun
5.5-6.0*
10-12 tahun
6.0-6.5*
12-14 tahun
6.5-7.0
Dewasa (wanita)
6.5-8.5
Dewasa (pria)
7.5-10.0
*tersedia dengan atau tanpa kaf (cuff)
Skala French
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28-30
28-30
32-34
= 12 + umur (tahun)
= 12 + umur (tahun)
C. Pipa orofaring/nasofaring. Alat ini digunakan untuk mencegah obstruksi jalan napas karena
jatuhnya lidah dan faring pada pasien yang tidak di intubasi6
4. Kesulitan intubasi:1
5. Komplikasi intubasi :6
a. Komplikasi tindakan laringioskopi dan intubasi:
1)Malposisi: intubasi esofagus, intubasi endobronkial, malposisi laryngeal cuff.
2) Trauma jalan napas: kerusakan gigi, laserasi bibir, lidah, atau mukosa mulut, cedera
tenggorokan, dislokasi mandibula, dan diseksi retrofangeal.
3) Gangguan refleks: hipertensi, takikardi, tekarian intrakranial meningkat, tekanan
intraokular meningkat, dan spasme laring.
4) Malfungsi tuba: perforasi cuff.
b. Komplikasi pemasukan pipa endotrakeal:
1) Malposisi: ekstubasi yang terjadi sendiri, intubasi ke endobronkial, malposisi
laringeal cuff.
2) Trauma jalan napas: inflamasi dan ulserasi mukosa, serta ekskoriasi kulit hidung.
3) Malfungsi tuba: obstruksi.
22
Pipa endotrakeal ( orotracheal ) dengan ukuran : perempuan no. 7; 7,5 ; 8 . Lakilaki : 8 ; 8,5. Keadaan emergency : 7,5
Spuit 10 cc atau 20 cc
Stilet
24
Mulut pasien dibuka dengan tangan kanan dan gagang laringoskop dipegang dengan
tangan kiri. Daun laringoskop dimasukkan dari sudut kanan dan lapangan pandang
25
plester.
Dada dipastikan mengembang saat diberikan ventilasi. Sewaktu ventilasi, dilakukan
auskultasi dada dengan steteskop, diharapkan suara nafas kanan dan kiri sama. Bila
dada ditekan terasa ada aliran udara di pipa endotrakeal. Bila terjadi intubasi
endotrakeal yang terlalu dalam akan terdapat tandatanda berupa suara nafas kanan
berbeda dengan suara nafas kiri, kadangkadang timbul suara wheezing, sekret lebih
banyak dan tahanan jalan nafas terasa lebih berat. Jika ada ventilasi ke satu sisi
seperti ini, pipa ditarik sedikit sampai ventilasi kedua paru sama. Sedangkan bila
terjadi intubasi ke daerah esofagus maka daerah epigastrium atau gaster akan
mengembang, terdengar suara saat ventilasi (dengan stetoskop), kadangkadang
keluar cairan lambung, dan makin lama pasien akan nampak semakin membiru.
Untuk hal tersebut pipa dicabut dan intubasi dilakukan kembali setelah diberikan
oksigenasi yang cukup.
26
27
2.7.
Jumlah cairan tubuh berkisar antara 40-65% dari berat badan (rata-rata 55%) pada lakilaki dan 47% wanita. Cairan tubuh terdiri dari 2 bagian. Bagian ekstra celluler (plasma darah
dan cairan interstitial yang jumlahnya dari jumlah caira tubuh). Cairann intra celluler yang
jumlahnya dari jumlah cairan tubuh. Makin banyak lemak tubuh seseorang maka akan
semakin sedikit persentase cairannya. 1,2
Cairan Pemeliharaan
Tujuannya adalah untuk menggganti kehilangan air tubuh lewat urin, feses, paru dan
keringat, jumlah kehilangan air tubuh ini berbeda sesuai dengan umur, yaitu:
1
2
3
4
Dewasa
Anak-anak
Bayi
Neonates
: 1,5-2 ml/kgbb/jam
: 2-4 ml/kgbb/jam
: 4-6 ml/kgbb/jam
: 3 ml/kgbb/jam (2)
28
Klinis
1.
2.
3.
4.
Kesadaran umum
Mata cekung,
Air mata
Mulut dan lidah
5.
6.
7.
8.
9.
kering
Haus
Turgor
Nadi
Tekanan darah
Air kemih
Dehidrasi
Dehidrasi sedang
ringan (5%)
Composmentis
Normal
Ada
Lembab
Minum normal
Baik
Normal
Normal
Normal
(5-10%)
Gelisah,
lesu
Cekung
Kering
Kering
Haus
Jelek
Cepat
Turun
oligouria
Dehidrasi berat
(>10%)
rewel, Letargi, tak sadar
Sangat cekung
Kering sekali
Sangat kering
Tidak bias minum
Sangat jelek
Cepat sekali
Turun sekali
Kurang sekali
Tonusitas
Na
Ca
Cl
infus
(mOsm/l)
(mEq/l
Glukos
Laktat
Aset
(mEq/l) at
(gram/l)
(mE
q/l)
Plasma
D5W
isotonus
Hipotonus
146
Isotonus
154
4,2
2,5
105
27
50
(dextrose
5%
in
water)
NS
154
(normal
saline)
29
D5NS
Hipertonu
154
154
50
D5
s
Isotonus
38,5
38,5
50
1/4NS
Darrow
RL
D5RL
Asering
Isotonus
isotonus
Isotonus
Isotonus
122
130
130
130
35
4
4
4
3
3
3
104
109
109
109
50
53
28
28
28
(asetat
ringer)
kedua. Dan 0,25 nya lagi pada jam ketiga. Banyaknya cairan yang hilang karena translokasi
selama pembedahan tergantung pada jenis terapinya. 3,5
Pembedahan akan menyebabkan pindahnya cairan keruang ketiga (penguapan). Untuk
menggantikannya tergantung dari besar kecilnya operasi.
1. 6-8ml/kgbb untuk bedah besar
2. 4-6 ml/kgbb untuk bedah sedang
3. 2-4 ml/kgbb untuk bedah kecil.
Pada prinsipnya kecepatan pemberian cairan selama pembedahan adalah dapat menjamin
tekanan darah stabil tanpa menggunakan obat-obatan vasokonstriktor, dengan produksi urin
mencapai 0,5-1 ml/kgbb/jam.
Perdarahan pada pembedahan tidak selalu perlu transfuse, untuk perdarahan dibawah
20% dari volume darah total dari orang dewasa cukup diganti dengan cairan infus yang
30
komposisi electrolitnya kira-kira sama dengan komposisi electrolit serum misalnya dengan
ringer-laktat atau ringer-asetat. Untuk bayi dan anak perdarahan diatas 10% dari volume darah
baru diperlukan transfuse.3,5
1. Volume darah bayi, anak : 80 ml/kgbb
2. Volume darah dewasa pria :75ml/kgbb
3. Volume darah dewasa wanita : 65 ml/kgbb
Cairan infus dapat berupa cairan kristaloid, cairan koloid atau campuran keduanya.
Pemberian cairan tanpa electrolit (dextrose 5% atau 10%) secara intravena akan cepat keluar
sirkulasi dan mengisi ruang antar sel, sehingga yang tinggal disirkulasi hanya sedikit sekali
sekitar 5% sehingga dextrose tiidak punya peran paada terapi hippovolemik. Apabila diberikan
dengan tetesan cepat, akan segera keluar tubuh lewat urin.
Koloid atau plasma ekspander kalau diberikan secara intravena dapat bertahan lama
disirkulasi. Koloid cdapat berupa gelatin, polimer dextrose dan haes. 5
Teknik Pemberian
Untuk pemberian terapi cairan dalam waktu singkat dapat digunakan vena-vena
dipunggung tangan , sekitar daerah pergelangan tangan, lengan bawah atau daerah kubiti.pada
anak kecil dan bayi sering digunakan daerah punggung kaki, depan mata kaki dalam ataau
dikepala. Bayi baru lahir dapat digunakan vena umbilicus..
Penggunaan jarum anti karat atau kateter plastic anti trombogenik pada vena perifer biasanya
perlu diiganti 1-3 hari untu mencegah infeksi dan macetnnya tetesan. Pemberian infus lebih
lama dari 3 hari, sebaiknya menggunakan kateter besar dan panjang yang ditusukkan pada vena
femoralis, vena kubiti, vena subclavia, vena jugularis interna dan eksterna yang ujungnya
sedekat mungkin dengan atrium kanan atau divena cava inferior dan superior. 5
Cara terapi dan monitoring
1. Apabila pasien syok atau deficit berat berikan ringer-laktat atau NaCL 0,9% 20 ml/kgbb
dengan cepat , jika setelah itu syok belum juga dapat diatasi ulangi lagi, tujuan tindakan
pertama ini adalah memulihkan volume darah/ plasma dan mengatasi syok.
31
2. Berikutnya 8 jam pertama diberikan 50% dari deficit yang diperhitungkan dan 16 jam
berikutnya diberikan sisa 50% dan deficit yang masih ketinggalan . setelah syok dapat
diatasi
dengan terapi.
3. Jika produksi urin sudah ada , kalau perlu dapat diberikan 4-5 ml/kgbb selama 24-36 jam.
4. Adakan evaluasi keadaan penderita secara berkala setiap 4-6 jam.
5. Sebagai tanda- tanda bahwa sirkulasi dan perfusi sudah baik adalah bahwa telapak tangan
atau kaki menunjukkan tanda-tanda hangat , merah dan kering ( sebaliknya pada waktu
deficit terdapat tanda- ramda dingin, kelabu dan lembab). 3
Terapi cairan pasca pembedahan
Pengaruh hormonal yang masih menetap beberapa hari pasca bedah dan mempengaruhi
keseimbangan air dan elektrolit tubuh harus diperhatikan dalam menentukan cairan tersebut. Bila
penderita telah boleh minum secepatnya diberikan peroral, jika tidak bias secara peroral berikan
secara parenteral. Air diberiakn sesuai dengan pengeluaran yang ada (urin+ insensible loss).
Masuknya kembali cairandari ruangan ketiga dan interstitial kedalam cairan ekstra
selyang berfungsi terjadi secara bertahap selama 5-6 hari dan pada penderita tanpa gangguan
fungi jantung dan ginjal hal ini tidak mempengaruhi keseimbangan air dan electrolit. 3
Pada penderita yang menjalanioperasi, baik karena enyakitnya tersendiri atau karena adanya
trauma pembedahan , maka akan terjadi perubahan- perubahan fisiologis tubuh, perubahan ittu
antara lain:
32
ml/kgbb
95
Cukup bulan
85
Anak kecil
80
Anak besar
75-80
Pria dewasa
75
Wanita dewasa
65
Kehilangan darah
Pada bayi, anak dengan kadar hemoglobin normal kehilangan darah sebanyak 10-15%
volume darah,karena tidak memberatkan kompensasi badan , maka cukup diberikann cairan
kristaloid atau keloid. Sedangkan diatas 15% perlu transfuse darah karena adanya gangguan
pengangkutan oksigen. Sedangkan untuk orang dewasa dengan kadar hemoglobin normal angka
patokannya adalah 20%, kehilangan darah sampai 20% dicurigai adanya gangguan factor
pembekuan . cairan kristaloid untuk mengisi cairan intravena diberikan sebanyak 3 kali jumlah
darah yang hilang, sedangkan koloid diberikan dengan jumlah yang sama.1,3
Indikasi transfuse darah
33
Transfuse darah umumnya >50% umumnya diberikan pada saat perioperative dengan
tujuan untuk menaikkan kepastian pengangkutan oksigen dan volume intravaskuler. Kalau hanya
menaikkan volume intravaskuler saja cukup dengan koloid dan kristaloid.
Indikasi transfuse darah adalah
1. Perdarahan akut sampai Hb < 8 gr% atau Ht < 30%, pada orang tua kelainan paru,
kelainan jantung Hb <10 g/dl
2. Bedah mayor kehilangan darah > 20% dari volume darah (1)
2.8.
: 1,0-2,0 mg/kg BB
: 0,004-0,10 mg/kgBB
: 0,01 mg/kg BB
34
Anestesia umum inhalasi (imbang) dengan pemasangan pipa endotralea dan nafas
terkendali.
5. Pemeliharaan selama anesthesia dan reanimasi
a. Rutin : Sesuai dengan standar pemantauan
b. Khusus :
i. Waspadai kemungkinan terjadinya reflex vagal akibat manipulasi organ
visceral.
ii. Kalau perlu dilakukan pemantauan tekanan vena sentral.
6. Terapi cairan dan tranfusi darah selama operasi
Pada perdarahan yang terjadi <20% dari perkiraan volume darah pasien berikan, cairan
pengganti kristaliod atau koloid, tetapi apabila terjadi perdarahan >20% dari perkiraan
volume pasien, berikan tranfusi darah.
7. Pemulihan anesthesia
a. Segera setelah operasi selesai, hentikan aliran obat anesthesia, berikan oksigen
100%.
b. Berikan obat penawar pelumpuh otot.
c. Bersihkan jalan nafas.
d. Ekstubasi dilakukan setelah pasien nafas spontan dan adekuat serta jalan nafas
bersih.
8. Pasca bedah
a. Pasien dirawat di ruang pulih, sesuai dengan tata laksana pasca anesthesia.
b. Pada pasien yang akan diantisipasiakan mengalami depresi nafas, langsung kirim
ke ruang terapi intensif.
c. Masalah pasca bedah, khususnya kasus bedah digestifadalah nyeri abdomen dan
nutrisi.
d. Nyeri pasca laparotomi tinggi akan mengganggu mekanisme batuk dan
menurunkan kapasitas vital paru diatasi dengan cara :
i. Pada pasien tanpa problem pernapasan praoperatif, diberikan analgesia
epidural dengan morpin atau dengan analgesia balans melalui infuse tetes
kontinyu.
ii. Pada kasus dengan problem pernafasan praoperatifdiberikan
ventilasimekanik disertai obat sedative dan analgetik yang adekuat.3,5
2.9.
Carsinoma Gaster
Definisi
Karsinoma gaster merupakan suatu tumor epitel pada mukosa gaster yang bersifat
malignan dengan diferensiasi kelenjar. Karsinoma gaster meupakan karsinoma nomor dua
35
terbanyak dibunia. Setiap tahunnya sekitar 880.000 orang yang terdiagnosa sebagai kanker
lambung, dan700.000 orang diantaranya meninggal dunia akibat penyakit ini.8
Factor- factor yang berperan terhadap timbulnya karsinoma gaster:
1. Infeksi Helicobacter pyloris
2. Diet
3. Reflux empedu
36
KESIMPULAN
Anestesi secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan
pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Anestesi
terbagi atas anestesi lokal, regional dan anestesi umum (general anestesi). Cara pemberian obat
anestesi dapat melalui beberapa cara berupa intravena, intra muscular dan inhalasi. General
anestesi dengan endotrakeal tube merupakan salaah satu teknik anestesi yang digunakan dengan
tujuan untuk mempertahankan jalan nafas dan memasukkan obat-obatan inhalasi selama operasi.
Cara anestesi ini dipilih karena beberapa pertimbangan dan salah satunya digunakan pada kasus
Gastrectomi yang disebabkan oleh karsinoma gaster.
37
DAFTAR39PUSTAKA
1. Latief A Said, 2009. Petunjuk Praktis Anestesiologi Edisi Kedua. Jakarta : Bagian
anestesiologi dan terapi intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal : 29- 54
& Hal : 133-146
2. Muhadi Muhiman,
38
40