Anda di halaman 1dari 17

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Hipertensi


Menurut WHO (1999), hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan
darah arterial abnormal yang berlangsung terus-menerus dimana tekanan darah
sistolik 140 mmHg dan diastolik 90 mmHg. 15 Sedangkan menurut Bustan (2000),
hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan
berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung
koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan left ventricle hypertrophy (untuk otot
jantung). Dengan target organ di otak yang berupa stroke, hipertensi adalah penyebab
utama stroke yang membawa kematian tinggi. 16
Menurut Hull (1996), hipertensi adalah desakan darah yang berlebihan dan
hampir konstan pada arteri. Menurut Hendraswari (2008) tekanan sistolik berkaitan
dengan tingginya tekanan pada arteri bila jantung berkontraksi (denyutan) atau
tekanan maksimum dalam arteri pada suatu saat. Sedangkan tekanan diastolik
berkaitan dengan tekanan dalam arteri bila jantung berada dalam keadaan relaksasi di
antara dua denyutan atau tekanan minimum dalam arteri pada suatu saat. 16
Menurut Smeltzer (2001), hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah
persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90
mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. 17 Menurut defenisi ini, sekitar 18% penduduk

Universitas Sumatera Utara

Amerika Serikat menderita hipertensi dan 50% dari penderita tersebut menderita
hipertensi pada usia 65 tahun. (Nelly, 1998) 18

2.2.Lansia
2.2.1. Pengertian Lansia
Lansia merupakan kelompok umur dimana terjadi penurunan kondisi
fisik/biologis, kondisi psikologis, serta perubahan kondisi sosial. Menurut UU No.13
Tahun 1998 dinyatakan bahwa usia 60 tahun ke atas adalah yang paling layak disebut
usia lanjut. Menurut Smith dan Smith (1999), menggolongkan usia lanjut menjadi tiga
yaitu: young old (65-74 tahun); middle old (75-84 tahun) dan old-old (lebih dari 85
tahun).3 Sedangkan menurut WHO, lansia dapat diklasifikasikan menjadi usia
pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lansia (elderly) 60-74 tahun, lansia tua (old)
75-90 tahun, lansia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. 17
Sedangkan Posyandu Lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat
lanjut usia di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh
masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu Lansia
juga merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan
kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan
melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial.

Universitas Sumatera Utara

2.2.2. Tujuan Posyandu Lansia


Secara garis besar tujuan dari Posyandu Lansia adalah :
a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga
terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia.
b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta
dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara
masyarakat usia lanjut.
2.2.3. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia
Pelayanan yang diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada
mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah kabupaten maupun
kota penyelenggara. Ada yang menggunakan sistem pelayanan 3 meja, dengan
kegiatan sebagai berikut :
a. Meja I : pendaftaran lansia, pengukur an dan penimbangan berat badan dan atau
tinggi badan
b. Meja II : melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh
(IMT). Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga
dilakukan di meja II ini.
c. Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa
dilakukan pelayanan pojok gizi. 19

Universitas Sumatera Utara

2.3.Klasifikasi Hipertensi
2.3.1. Berdasarkan Penyebab Hipertensi
a. Hipertensi Primer (Esensial)
Hipertensi primer (esensial) adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri
yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal tanpa
penyebab sekunder yang jelas.20 Menurut Yugiantoro (2007), hipertensi esensial
adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama karena interaksi antara faktorfaktor risiko tertentu.5
Hipertensi esensial tidak dapat diketahui penyebabnya secara pasti. Sekitar
95% kasus hipertensi merupakan hipertensi esensial. Proporsi hipertensi essensial di
Amerika Serikat pada orang kulit putih dewasa 10-15% dan proporsi pada orang kulit
hitam dewasa 20-30%. Hipertensi esensial biasanya muncul pada pasien yang berusia
antara 25-55 tahun, sedangkan usia dibawah 20 tahun jarang ditemukan. Patogenesis
hipertensi esensial adalah multifaktorial. 21
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi sebagai akibat sekunder penyakit yang
sudah ada sebelumnya.22

Kondisi ini biasanya muncul secara tiba-tiba dan

menyebabkan tekanan darah lebih tinggi daripada hipertensi primer. Beberapa kondisi
pemicunya antara lain gangguan fungsi ginjal, pemakaian kontrasepsi oral, dan
terganggunya hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan darah. 15 Kira-kira 5%
pasien dengan hipertensi yang diketahui mempunyai penyebab yang spesifik. 21

Universitas Sumatera Utara

2.3.2. Berdasarkan Derajat Tekanan Darah


Menurut Join Nation Committee On prevention detection, evaluation, and
treatment of high pressure VII (JNC-VII) tahun 2003 mengklasifikasikan hipertensi
untuk melihat faktor risiko dalam pengobatannya sebagai berikut: 23
a. Normal yaitu tekanan darah sistolik
120 mmHg dan tekanan darah
diastolik 80 mmHg.
b. Prehipertensi yaitu tekanan darah sistolik 120 139 mmHg dan tekanan darah
diastolik 80 90 mmHg.
c. Hipertensi Derajat 1 yaitu tekanan darah sistolik 140 159 mmHg dan tekanan
darah diastolik 90 99 mmHg
d. Hipertensi Derajat 2 yaitu tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah
diastolik 100 mmHg.
2.4.Epidemiologi Hipertensi
2.4.1. Distribusi dan Frekuensi Hipertensi
a. Orang
Di negara maju seperti di Amerika Serikat, 15% orang dewasa kulit putih
menderita hipertensi dan 25-30% golongan kulit hitam juga menderita gangguan
tersebut. 10 Proporsi penduduk dewasa dunia yang menderita hipertensi lebih besar dari
20%.20 Banyaknya penderita hipertensi di Indonesia diperkirakan 15 juta jiwa tetapi
hanya 4% yang terkontrol. 1
Hipertensi sering ditemukan pada usia lanjut. Menurut batasan hipertensi yang
dipakai sekarang ini, diperkirakan 23% wanita dan 14% pria yang berusia lebih dari

Universitas Sumatera Utara

65 tahun menderita hipertensi. 6 Peningkatan tekanan sistolik (>160/80) terjadi pada


8% dari mereka yang berusia 60 sampai 69 tahun, 11% dari mereka yang berusia 70
tahun hingga 79 tahun dan 22% dari mereka yang berusia 80 tahun. 25
b. Tempat
Salah satu penelitian mengemukakan bahwa masyarakat perkotaan mempunyai
prevalensi hipertensi lebih tinggi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini mungkin
dapat dikaitkan dengan stress psikososial yang lebih besar pada masyarakat perkotaan
dibanding pedesaan.26 Prevalensi hipertensi di dunia sekitar 5-18%. Prevalensi
hipertensi di Indonesia tidak jauh berbeda sekitar 6-15%, walaupun dilaporkan adanya
prevalensi yang rendah yaitu Ungaran (1,8%) dan Lembah Balim (0,6%), serta adanya
prevalensi yang tinggi yaitu Silungkang (19,4%) dan Talang (17,8%).27
Hasil Riskesdas yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
Depkes RI pada tahun 2007 menunjukkan secara nasional, 10 kabupaten/kota dengan
prevalensi hipertensi pada penduduk umur >18 tahun tertinggi adalah Natuna (53,3%),
Mamasa (50,6%), Katingan (49,6%), Wonogiri (49,5%), Hulu Sungai Selatan
(48,2%), Rokan Hilir (47,7%), Kuantan Senggigi (46,3%), Bener Meriah (46,1%),
Tapin (46,1%), dan Kota Salatiga (45,2%). Sedangkan menurut provinsi, prevalensi
hipertensi tertinggi di Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat
(20,1%).11
c. Waktu
Mulai tahun 1995, saat batasan hipertensi berubah, mulai dilakukan penelitian
berskala nasional, antara lain Susenas, Surkesnas, dan SKRT. Survei Kesehatan
Nasional (Surkesnas) 2001 menunjukkan proporsi hipertensi pada pria 27% dan

Universitas Sumatera Utara

wanita 29%. Penyakit sistem sirkulasi dari hasil SKRT tahun 1992, 1995, dan 2001
selalu menduduki peringkat pertama dengan prevalensi terus meningkat yaitu 16,0%,
18,9%, dan 26,4%.9 Berdasarkan hasil Riskesdas 2007 prevalensi hipertensi yang
mendapat cakupan diagnosis hipertensi oleh tenaga kesehatan sebesar 24 %, dengan
kata lain sebanyak 76% kasus hipertensi dalam masyarakat tidak terdiagnosis. 11
2.4.2 Faktor Risiko Hipertensi
a. Umur
Hipertensi terjadi pada segala usia, tetapi paling sering menyerang orang
dewasa yang berusia 35 tahun atau lebih. Terjadi peningkatan tekanan darah seiring
dengan bertambahnya usia. Hal ini disebabkan adanya perubahan alami pada jantung,
pembuluh darah, dan hormon. 28 Insidensi hipertensi meningkat dengan bertambahnya
usia. Prevalensi hipertensi ringan sebesar 2% pada usia 25 tahun atau kurang,
meningkat menjadi 25% pada usia 50 tahun dan 50% pada usia 70 tahun. 29
b. Jenis Kelamin
Hipertensi baik primer dan sekunder, keduanya menimbulkan masalah.
Perkiraan baru-baru ini menunjukkan satu dari tiga orang dewasa menderita hipertensi.
Pada kelompok umur dewasa ini, sebahagian tidak terdiagnosa, dan sebahagian tidak
terkontrol. Pria lebih cenderung untuk menderita hipertensi daripada wanita hingga
usia 55 tahun, setelah usia tersebut proporsi penderita hipertensi wanita melebihi pria.
30

c. Riwayat Keluarga
Kejadian hipertensi dapat dilihat dari riwayat keluarga. Jika salah satu dari
orangtua kita menderita penyakit hipertensi, sepanjang hidup kita memiliki risiko

Universitas Sumatera Utara

terkena hipertensi sebesar 25%. Jika kedua orangtua kita menderita hipertensi,
kemungkinan kita terkena penyakit ini sebesar 60%. Namun, kemungkinan itu tidak
selamanya terjadi. Ada seseorang yang sebagian besar keluargannya penderita
hipertensi, tetapi dirinya tidak terkena penyakit tersebut. 28
Peranan keturunan terhadap hipertensi esensial dapat dibuktikan dengan
beberapa kenyataan hipertensi, misalnya kejadian hipertensi lebih banyak terjadi pada
anak kembar, bila salah satu penderita hipertensi. Selain itu pada 70% - 80 % kasus
hipertensi, ternyata terdapat pada keluarga yang mempunyai riwayat hipertensi. 26
d. Ras atau Suku Bangsa
Berdasarkan penelitian, rata-rata orang dari ras Afrika Amerika (Black
American) memiliki level tekanan darah yang cukup tinggi dibandingkan dengan ras
kulit putih (Caucasian). Mereka cenderung sensitif terhadap natrium. Umumnya
hipertensi menyerang mereka di usia muda.

31

Statistik di Amerika menunjukkan

prevalensi hipertensi pada orang kulit hitam hampir dua kali lebih banyak
dibandingkan dengan orang kulit putih. 15
e. Konsumsi Garam
Garam berhubungan erat dengan terjadinya hipertensi. Gangguan pembuluh
darah ini hampir tidak ditemui pada suku pedalaman yang asupan garamnya rendah.
Jika asupan garam kurang dari 3 gram sehari, prevalensi hipertensi presentasenya
rendah, tetapi jika asupan garam 5-15 gram per hari akan meningkatkan prevalensi
menjadi

15-20 %. Asupan garam dalam kadar normal sebenarnya sangat diperlukan

dalam mendukung fungsi organ tubuh, seperti membantu kontraksi otot, membantu
konsentrasi otak, dan menjaga agar tubuh tidak lemas. 10

Universitas Sumatera Utara

f. Obesitas
Obesitas adalah keadaan berat badan lebih, kelainan ini dapat diukur dengan
body mass index (BMI) atau index massa tubuh (IMT). BMI dihitung dengan
membagi berat badan badan dalam kilogram dengan tinggi badan dalam meter
kuadrat. Berdasarkan WHO (2000) dikatakan obesitas jika BMI 30 kg/m 2. 32
Dari banyak penelitian yang dilakukan ternyata ditemukan bahwa kebanyakan
masalah gizi pada lansia berupa masalah gizi lebih atau kegemukan (obesitas) yang
pada gilirannya memacu timbulnya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit
jantung koroner, hipertensi, diabetes, batu empedu, Gout (rematik), penyakit ginjal,
sirosis hati, dan penyakit-penyakit keganasan (kanker). Lansia yang mengalami
obesitas lebih sering pada wanita dibanding pria yaitu sebesar 26,1% : 15,6% (Survei
IMT, Depkes 1997).
Menurut Monica (1992), kegemukan meningkatkan risiko menderita PJK
sebesar 1-3 kali; penyakit hipertensi sebesar 1,5 kali; penyakit diabetes 2,9 kali; dan
penyakit empedu sebesar 1-6 kali. 3
g. Hiperlipidemia/Dislipidemia
Hiperlipidemia atau dislipidemia atau kadar lemak di dalam darah meningkat
di atas normal. Lemak yang mengalami peningkatan ini meliputi kolesterol,
trigliserida, atau kombinasi keduanya.33 Jika kolesterol dalam tubuh jumlahnya
berlebih akan menimbulkan sumbatan-sumbatan pada saluran darah. Kondisi ini
menyebabkan terganggunya aliran darah, akibatnya tekanan darah meningkat
(hipertensi).34 Komplikasi hipertensi akan bertambah parah dengan tingginya kadar
lemak. 7

Universitas Sumatera Utara

h. Merokok
Menurut hasil penelitian, diungkapkan bahwa rokok dapat menaikkan tekanan
darah. Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan kesehatan. Selain
dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah, nikotin juga dapat
menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah.

Hasil Riskesdas yang

dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes RI pada tahun 2007
menunjukkan secara nasional, persentase nasional merokok setiap hari pada penduduk
umur > 10 Tahun adalah 23,7%. 11
i. Kurangnya Aktifitas Fisik
Orang yang kurang aktif melakukan olahraga pada umumnya cenderung
mengalami kegemukan. 6 Latihan fisik aerobik sedang secara teratur (jalan atau renang
selama 30-45 menit 3-4 kali semingu) mungkin lebih efektif menurunkan tekanan
darah dibandingkan olahraga berat seperti lari, jogging. Tekanan darah sistolik turun
4-8 mmHg. Latihan fisik isometrik seperti angkat besi dapat meningkatkan tekanan
darah dan harus dihindari pada penderita hipertensi (WHO-ISH, 1999).27
Menurut Kingwell dan Jennings (1993) aktivitas fisik yang dilakukan secara
teratur diketahui dapat mengurangi kekakuan pembuluh darah dan meningkatkan daya
tahan jantung serta paru-paru sehingga mampu menurunkan tekanan darah. 15
Hasil Riskesdas yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
Depkes RI pada tahun 2007 menunjukkan secara nasional, prevalensi nasional kurang
aktivitas fisik pada penduduk umur > 10 Tahun adalah 48,2%.11

Universitas Sumatera Utara

2.5 Gejala Klinis


Pada umumnya sebagian besar penderita hipertensi tanpa keluhan dan tidak
mengetahui bahwa dirinya menderita hipertensi. Keluhan biasanya muncul jika sudah
ada komplikasi, atau bila terbukti dari hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tekanan
darahnya tinggi dan sudah cukup lama diderita. Gejala hipertensi untuk setiap
penderita tidak selalu sama, sebagian penderita akan

mengalami sakit kepala

berkepanjangan, rasa mual, tetapi sebagian penderita yang lain tidak. 35

2.6 Komplikasi Hipertensi


Komplikasi hipertensi berhubungan dengan tekanan darah yang sudah
meningkat sebelumnya dengan konsekuensi perubahan dalam pembuluh darah dan
jantung, maupun dengan aterosklerosis yang menyertai dan dipercepat oleh hipertensi
yang sudah lama diderita. Tekanan darah yang naik turun atau tidak stabil ini
berkaitan dengan kerusakan organ target. 21
2.6.1 Gangguan pada Otak21, 24,31
Tekanan yang tinggi pada pembuluh darah otak mengakibatkan pembuluh sulit
meregang sehingga darah yang ke otak kekurangan oksigen, biasanya ini terjadi secara
mendadak dan menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit. Ganggua n ini
menyebabkan stroke, demensia dan serangan iskemik otak sementara (transient
ischaemic attack) . Pada otak sering terjadi perdarahan, akibat pecahnya
mikroaneurisma yang dapat mengakibatkan kematian.

Universitas Sumatera Utara

2.6.2 Gangguan pada Sistem Kardiovaskuler21, 24,28


Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat
untuk memompa darah dan menyebabkan pembesaran otot jantung kiri sehingga
jantung mengalami gagal fungsi. Pembesaran pada otot jantung kiri disebabkan kerja
keras jantung untuk memompa darah. Gangguannya terdiri dari arteriosklerosis,
aterosklerosis, aneurisma, penyakit arteri koronaria, hiopertrofi bilik kiri, dan gagal
jantung.
2.6.3 Gangguan pada Ginjal 21,24
Gangguan ginjal dapat berupa nekrosis fibrinoid pada pembuluh aferen dan
penebalan intima pada arteri interlobularis yang dapat menimbulkan nekrosis kapiler
glomelurus. Kelainan ini bermanifaste klinis dengan proteinuria, hematuria, bahkan
gagal ginjal akut. Tingginya tekanan darah membuat pembuluh darah dalam ginjal
tertekan dan akhirnya menyebabkan pembuluh darah rusak. Akibatnya fungsi ginjal
menurun hingga mengalami gagal ginjal.
2.6.4 Gangguan pada Mata24
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh
darah dan saraf pada mata. Gangguan pada mata berupa perdarahan pada retina
(retinopati hipertensi), gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan.
2.7 Diagnosis Hipertensi
Seperti penyakit lain, hipertensi esensial ditegakkan berdasarkan anamnesis
(konsultasi dokter), pemeriksaan jasmani, pemeriksaan laboratorium, maupun
pemeriksaan penunjang. Adapun hal-hal yang perlu diberitahukan pada saat konsultasi

Universitas Sumatera Utara

dengan dokter adalah riwayat hipertensi orang tuanya, pengobatan yang sedang
dijalaninya saat itu dan data penyakit yang diderita seperti diabetes mellitus, penyakit
ginjal, serta faktor risiko terjadinya hipertensi, misalnya rokok, alkohol, stres, berat
badan.
Pada perempuan, keterangan mengenai hipertensi kehamilan, riwayat
eklampsia (keracunan kehamilan), riwayat persalinan, dan penggunaan pil kontrasepsi
perlu juga diberitahukan ke dokter. Agar akurat , sebaiknya pengukuran dilakukan
setelah pasien beristirahat dengan cukup. Minimal setelah 5 menit berbaring.
Pengukuran dilakukan pada posisi berbaring, duduk, dan berdiri sebanyak 3-4 kali
pemeriksaan dengan interval waktu antara 5-10 menit. 6

2.8 Pencegahan Hipertensi


2.9.1 Pencegahan Primordial 1,36
Upaya

ini

dimaksudkan

memberi

kondisi

pada

masyarakat

yang

memungkinkan penyakit itu tidak mendapat dukungan dari kebiasaan, gaya hidup dan
faktor risiko lainnya. Dengan kata lain tidak terdapat faktor risiko. Intervensi
dilakukan dengan meningkatkan derajat kesehatan dengan gizi dan perilaku hidup
sehat dapat dilakukan dengan menciptakan suasana damai, santai, rileks didalam hati,
pikiran dalam setiap keadaan dan tindakan.
2.9.2 Pencegahan Primer1,35,36
Pencegahan primer juga masih dilakukan pada orang yang masih sehat atau
orang yang tidak ada gejala tetapi memiliki faktor risiko yang telah teridentifikasi. Hal
ini dimaksudkan agar orang sehat tetap sehat. Ataupun orang yang sehat tidak menjadi

Universitas Sumatera Utara

sakit. Pencegahan ini dilakukan dengan cara memodifikasi faktor risiko dengan cara
memperkuat riwayat alamiah penyakit. Program pencegahan harus didukung dengan
sistem data yang akurat (bukti). Dan juga harus fleksibel dan sensitif dengan budaya
setempat.
Primary prevention dilakukan dengan cara promosi kesehatan dan pencegahan
khusus atau pencegahan keterpaparan. Misalnya mengurangi makanan yang
mengandung lemak kolesterol tinggi, makanan berminyak, santan, goreng-gorengan.
Mengkonsumsi makanan berserat tinggi, diet rendah garam dan membatasi konsumsi
kafein. Menghindari rokok dan alkohol. Mengendalikan stres, emosi, dan ketegangan
saraf,. Rajin melakukan olahraga secara teratur, sesuai dengan kemampuan tubuh,
meningkatkan aktivitas fisik.
2.9.3 Pencegahan Sekunder 1, 35, 36
Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk mejadikan orang yang sakit
menjadi sembuh, menghindarkan komplikasi, dan kecacatan akibatnya. Misalnya
mengukur tekanan darah secara rutin dan skreening. Pencegahan sekunder juga dapat
dilakukan terapi nonfarmakologis seperti menejemen stres

dengan relaksasi,

pengurangan berat badan dan berhenti merokok.


Sedangkan terapi farmakologis dilakukan dengan pengelolaan menggunakan
obat

meliputi pengobatan dari dokter dan pengobatan alami dengan tumbuhan

(herba). Obat-obatan memang tidak selalu menyembuhkan, tetapi dapat membantu


mengendalikan tekanan darah. Obat terutama dibutuhkan untuk mengendalikan
hipertensi yang parah. Pada orang yang lebih tua dengan hipertensi diketahui bahwa

Universitas Sumatera Utara

terapi obat anti hipertensi mencegah infark miokard fatal dan non fatal serta
keseluruhan mortalitas kardiovasikuler.
2.9.4 Pencegahan Tersier 1,35,36
Pencegahan tersier merupakan upaya perbaikan dampak lanjut hipertensi yang
tidak dapat diobati atau mengalami kecacatan dengan pemantauan dan penatalaksaan
hipertensi. Oleh karena itu sangat diperlukan pemaksimalan fungsi tubuhnya.
Pencegahan ini ditujukan untuk penderita hipertensi yang komplikasi dan kronis
dalam upaya perbaikan dampak lanjut hipertensi yang tidak bisa diobati dengan
menjaga kualitas hidup.
Pencegahan tersier dapat dilakukan dengan follow up penderita hipertensi
yang mendapat terapi

dan rehabilitasi. Follow up ditujukan untuk menentukan

kemungkinan dilakukannya pengurangan atau penambahan dosis obat. Adapun


rehabilitasi dilakukan sesuai komplikasi yang diderita yaitu:
a.

Komplikasi Stroke (Otak)37


Menurut Angliadi (2001) komplikasi stroke ditangani melalui rehabilitasi

medik yang terdiri dari fase awal dan fase lanjutan. Tujuan dari fase awal adalah untuk
mencegah komplikasi sekunder dan melindungi fungsi yang tersisa. Program ini
dimulai sedini mungkin setelah keadaan umum memungkinkan dimulainya
rehabilitasi. Hal-hal yang dapat dikerjakan adalah proper bed positioning, latihan luas
gerak sendi, stimulasi elektrikal dan begitu penderita sadar dimulai penanganan
masalah emosional.
Sedangkan tujuan fase lanjutan adalah untuk mencapai kemandirian fungsional
dalam mobilisasi dan aktifitas kegiatan sehari-hari (AKS). Fase ini dimulai pada

Universitas Sumatera Utara

waktu penderita secara medik telah stabil. Biasanya penderita dengan stroke trombotik
atau embolik, biasanya mobilisasi dimulai pada 2-3 hari setelah stroke. Penderita
dengan perdarahan subarakhnoid mobilisasi dimulai 10-15 hari setelah stroke.
Program pada fase ini meliputi fisioterapi, okupasi terapi, terapi bicara, ortotik
prostetik, dan psikologi.
b.

Komplikasi Gagal Jantung21,39


Pasien dapat menderita gagal jantung kiri akut akibat hipertensi yang

dideritanya. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan antara lain pemberian venodilator,


vasodilator, dan inotropik untuk menurunkan beban jantung dan meningkatkan
kontraktilitas jantung. Penderita sebaiknya melakukan terapi nonfarmakologis dan
farmakologis secara teratur. Terapi nonfarmakologis berupa mengurangi asupan
lemak, garam sera minuman alhokol, mengurangi atau menurunkan berat badan,
latihan atau olah raga, dan berhenti merokok untuk membantu penurunan tekanan
darah selain menggunakan terapi farmakologis. Selain itu dapat juga dilakukan
transplantasi jantung, tetapi biaya yang tinggi dan terbatasnya jumlah donor jantung
menyebabkan seleksi pasien harus cermat sejak awal.
c.

Komplikasi Ginjal5,38
Sebelum adanya obat antihipertensi, komplikasi pada ginjal sering ditemukan

pada penderita hipertensi essensial. Untuk itu dilakukan pengendalian tekanan darah
yang ketat (< 130 / 80 mmHg). Intervensi terapi yang terintegrasi (obat antihipertensi,
statin, terapi antiplatelet, dll) sering harus dipertimbangkan pada pasien dengan
kerusakan ginjal. Untuk gagal ginjal stadium akhir dilakukakan terapi penggantian
ginjal berupa hemodialisis, dialisis peritoneal dan transplantasi ginjal.

Universitas Sumatera Utara

d.

Komplikas Retinopati Hipertensi (Mata) 40


Retinopati Hipertensi (Hypertensive retinopathy) adalah kerusakan pada retina

sebagai akibat tekanan darah tinggi. Tujuan pengobatan Retinopati Hipertensi


(Hypertensive retinopathy) adalah untuk merendahkan tekanan darah. Untuk
mengatasi dan mengontrol hipertensi diperlukan obatobatan antihipertensi. Selain itu
juga dilakukan follow up hipertensi setiap 23 bulan pertama, selanjutnya setiap
6 12 bulan.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai