Anda di halaman 1dari 6

ANALISA JURNAL

HUBUNGAN KINERJA PENGAWAS MENELAN OBAT DENGAN


KESEMBUHAN TUBERKULOSIS DI UPT
PUSKESMAS ARCAMANIK
KOTA BANDUNG

Oleh:
, S. Kep
NIM. 15149011

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NERS A
2016

ANALISA JURNAL
1. Judul Penelitian
Hubungan kinerja pengawas menelan obat dengan kesembuhan tuberkulosis di
upt puskesmas arcamanik kota bandung
2. Nama Peneliti
Dewi Hayati1, Elly Musa\
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di di UPT puskesmas arcamanik kota bandung
4. Alamat Jurnal
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph.
5. Latar Belakang
Penyakit tuberkulosis merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia
karena telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Pada tahun 1993 WHO
(World Health Organization) mencanangkan kedaruratan global penyakit TB. Hal
ini disebabkan banyaknya penderita yang tidak berhasil disembuhkan. Prevalensi
TB di Indonesia dan negara-negara sedang berkembang lainnya cukup tinggi.
Angka kematian karena infeksi TB berjumlah sekitar 300 orang per hari dan
terjadi >100.000 kematian per tahun (Saptawati et al., 2012).
Menurut laporan WHO 2013, Indonesia menempati urutan ke tiga jumlah kasus
tuberkulosis setelah India dan Cina dengan jumlah 700 ribu kasus. Secara kasar di
perkirakan di Indonesia setiap 100.000 penduduk terdapat 130 penderita baru
BTA (+).
WHO telah menetapkan target untuk temuan kasus TB melalui strategi DOTS
(Directly Observed Treatment Short-course) sebesar >70% dan angka
kesembuhan >85%. Sementara pencapaian secara global temuan kasus untuk
semua bentuk TB pada tahun 2011 adalah 66% (rentang: 64-69%), meningkat dari
53-59% pada tahun 2005 dan 38-43% di tahun 1995 (Depkes RI, 2012). Pada
tahun 2014, di Jawa Barat telah ditemukan dan diobati sebanyak 25.038 kasus

TB. Sebanyak 3.832 atau 16% kasus TB yang ditemukan dan diobati yaitu kasus
baru TB BTA positif. Angka kesembuhan TB di Jawa Barat mencapai 92% (Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2014). Kasus TB di Kota Bandung pada tahun
2014 mencapai 1.323 jiwa, 38% kasus dengan TB BTA (+). Angka kesembuhan
penyakit TB di Kota Bandung hanya mencapai 78%. (Dinas Kesehatan Kota
Bandung, 2014).
6. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional.
7. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah penderita TB yang berobat di poli DOTS
Puskesmas Arcamanik Kota Bandung.
8. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara kinerja
PMO dengan kesembuhan TB dengan nilai p value = 0,001.
9. Kekurangan Penelitian
Arikunto menyatakan dalam pengolahan judul sebaiknya ditulis selengkap
mungkin yang dapat menggambarkan isi penelitian secara keseluruhan
seperti: jenis, dan sifat penelitian, tempat penelitian, dan kapan penelitian itu
dilakukan.
Nursalam (2014) menyatakan pengambilan referensi untuk daftar pustaka
paling lama terbitan 10 tahun dari tahun pembuatan jurnal.
Kadang-kadang untuk memilih kontrol dengan matching kita mengalami
kesulitan oleh karena banyaknya faktor risiko dan/atau sedikitnya subyek
penelitian.
10. Kelebihan Penelitian
Nursalam (2014) menyatakan jumlah kata dalam abstrak paling banyak 250
kata.
Studi kasus-kontrol dapat atau kadang bahkan merupakan satu-satunya cara
untuk meneliti kasus yang jarang atau yang masa latennya panjang.
11. Implikasi Jurnal

Dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengembangkan penelitian selanjutnya.


Dapat dijadikan sebagai referensi terhadap sumber data dibidang keperawatan.
Perawat dapat memberikan penkes berupa penjelasan tentang obesitas dapat
menyebabkan hernia inguinalis.
12. Daftar Pustaka
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
Rineka Cipta
Nursalam. 2014. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

ANALISIS JURNAL PICO

1. P (Population)
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan tehnik non probability
sampling, jenis total sampling yaitu semua subjek penelitian (keluarga dan
pasien stroke) yang dirawat inap, dan memenuhi kriteria inklusif yaitu
keluarga pasien yang didiagnosa stroke hemoragik dan non hemoragik, ada
bersama pasien saat serangan stroke terjadi, usia 18 tahun ke atas, kooperatif
dan bersedia menjadi responden. Penelitian ini dilaksanakan di ruang
Anggrek, Bougenville, Cempaka, Komodo, Kelimutu dan IGD RSUD Prof
Dr. W.Z. Johannes Kupang. Waktu penelitian dilakukan dari tanggal 26 Juni26 Agustus 2015. Dalam penelitian ini menggunakan instrumen pengumpulan
data berupa kuesioner. Kuesioner disusun berdasarkan pedoman dari AHA dan
telah dilakukan uji validitas terhadap 12 orang responden dan hanya
pertanyaan yang nilai r hitung > 0,5 yang dimasukkan dalam penelitian.
2. I (Intervention)
Kerusakan neurologis yang mungkin terjadi adalah kelumpuhan, tonus otot
lemah, hilangnya sensasi rasa, gangguan lapang pandang, kesulitan bicara,
gangguan persepsi dan tidak mengenal orang. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kerusakan neurologis yang dialami oleh pasien adalah tonus otot yang
lemah, hilangnya sensasi rasa dan kelumpuhan, dalam kategori kelompok
berat.
3. C (Comparison)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar penanganan awal
dilaksanakan oleh keluarga yaitu memberikan lingkungan yang aman dan
nyaman, selain itu keluarga juga memberikan kesempatan kepada pasien
untuk tirah baring. Defisit neurologis yang dialami oleh pasien adalah tonus
otot yang lemah, hilangnya sensasi rasa dan kelumpuhan. Faktor risikonya
adalah kebiasaan makan daging atau makanan berlemak, selain itu juga
penyakit darah tinggi yang menjadi faktor dominan terjadinya serangan stroke
pada pasien. Gangguan neurologis kaku yang berhubungan dengan
penanganan awal stroke di rumah.
4. O (Outcome)

Jurnal ini menjelaskan tentang deficit neurologis akibat serangan stroke, tetapi
tidak disebutkan tentang cara penanganan serangan stroke.

Anda mungkin juga menyukai