Melanie Klein
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut asma Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ilmiah tentang teori kepribadian menurut Melanie Klein ini dengan baik meskipun masih
banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak Luthfi
Fathan Dahriyanto., S.Psi., M.A selaku Dosen mata kuliah Teori Kepribadian
Psikodinamika dan Neo-Freudian yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai teori kepribadian menurut Melanie Klein. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna, Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di lain waktu, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun pembacanya.
Sekiranya makalah ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari anda demi
perbaikan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam psikologi, tentunya membahas tentang individu atau manusia. Di dalam
diri manusia terdapat satu aspek yang disebut sebagai kepribadian. Kepribadian sendiri
merupakan karakteristik seseorang yang tidak dikenai nilai. Kepribadian seseorang ini
salah satunya terbentuk karena interaksi sosial antar individu satu dengan individu lain,
karena menusia sendiri merupakan mahluk sosial. Hal ini juga berkaitan dengan
hubungan batin diantara ibu dan anaknya yang sangat kuat. Hubungan antara anak dan
ibu tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena keduanya saling membutuhkan.
Sehingga munculah teori tentang relasi objek yang membahas tentang hubungan yang
berasal dari kedekatan seorang ibu dengan anaknya. Beberapa tokoh dunia yang meneliti
dan mengembangkan teori tentang hubungan ibu dan anak ini diantaranya; teori Melani
Klein, Paranoid-Skizoid yaitu tentang kehidupan Psikis bayi.
B.
1.
2.
3.
4.
Rumusan Masalah
Bagaimana Gambaran umum mengenai teori relasi objek?
Bagaimana konsep kesehatan mental menurut Melanie Klein ?
Psikoterapi Melanie Klein
Kritik relasi objek Melanie Klein
Pada masa anak-anak Klein mengamati kedua orang tuanya menjalani perkerjaan
yg mereka tidak sukai. Ayahnya seorang dokter yang berkerja di bidang obat-obatan yang
kemudian berakhir dengan berkerja sebagai asisten dokter gigi. Ibunya memiliki sebuah
toko tumbuhan dan reptil. Sebuah perkerjaan yang sulit,memalukan dan menakutkan
untuk seseorang yang takut akan ular (H.Segal,1979). Meskipun ayahnya bergelar dokter
dan tidak memiliki penghasilan yang mencukupi keluarganya, klein bercita-cita menjadi
seorang dokter sama seperti ayahnya.
Hubungan-hubungan Klein di awal kehidupannya merupakkan hubunganhubungan yang tidak sehat atau beraakhir dengan tragedi. Ia merasa diabaikan oleh
ayahnya, yang dipandang sebagai sosok yang dingin dan jauh, sedangkan hubungan
dengan ibunya dirasakan sangat kaku , walaupun ia mencintai dan mengidolakan ibunya.
Klein memiliki kedekatan dengan kakak perempuannya Sidonie, yang lebih tua empat
tahun darinya dan sering mengajarkan aritmatika juga membaca. Sayangnya, Sidonie
meninggal ketika Melanie berusia empat tahun. Pada tahun-tahun berikutnya, melanie
mengaku bahwa ia tidak pernah merasa sangat sedih atas kematian sidonie (H.
segal,1992).
Setelah kematian, Sidoine, klein jadi sangat dekat dengan kakak laki-lakinya
Emmanuel, yang merupakan kakak laki-laki satu-satunya dan berusia lima tahun lebih
tua dari Melanie. Ia sangat mengagumi dan terobsesi pada Emmanuel. Kemungkinan
obsesi ini kemudian berpengaruh pada kesulitannya dalam membina hubungan dengan
laki-laki. Seperti Sidonie, Emmanuel juga mengajari Melaniedengan sangat baik
sehingga Melanie berhasil lolos dalam ujian masuk sebuah sekolah persiapan yang
bereputasi baik (Petot, 1990).
Saat Klein berusia 18 tahun, ayahnya meninggal, tetapi tragedi yang lebih besar
terjadi dua tahun kemudian, yaitu ketika kakak laki-lakin yang sangat di cintainya,
Emmanuel meninggal. Kematian Emmanuel sangat mengguncang klein. Ketika masih
berduka atas kematiannya, Melanie menikahi Arthur Klein, seseorang insinyur teman
dekat Emmanuel. Pernikahan ini diyakini melanie sebagai penyebab dari kegagalannya
menjadi seorang dokter sehingga disepanjang sisa hidupnya, ia terus menyesal karna
tidak mencapai tujuannya itu (Grosskurth, 1986).
Sayangnya, pernikahan Klein tidak bahagia, ia menghindari hubungan seksual
dan tidak ingin hamil (Grosskurth, 1986). Meskipun demikian, ia mempunyai tiga anak
dari pernikahannya dengan Arthur, yaitu Melitta lahir tahun 1904, Hans lahir tahun 1907,
dan Erich lahir tahun 1914, pada tahun 1909, keluarga Klein pindah ke Budapest karena
Arthur ditugaskan disana. Di tempat itu, Klein bertemu dengan Sandor Ferenczi, salah
satu anggota lingkaran dalam Freud, yang kemudian mengenalkannya pada dunia
psikoanalisis. Ketika ibunya meninggal pada tahun 1914, Klein mengalami depresi dan
meminta Ferenczi untuk menganalisisnya. Pengalaman ini merupakian titik balik dalam
kehidupannya. Pada tahun yang sama, ia membaca buku Freud yang berjudul On
Dreams (1901/1953) dan dalam seketika menyadari apa yang menjadi tujuan saya.
Setidaknya, untuk tahun-tahun dimana saya merasa sangat antusias mencari apa yang
dapat memuaskan saya, baik secara intelektual maupun emosional.
Pada saat yang sama ketika ia mulai mengenal Freud, lahirlah anak ketiga, Erich.
Klein sangat mempercayai psikoanalisis dan mengajar anaknya sesuai dengan prinsipprinsip Freudian. Sebagai bagian dari pengajarannya, ia mulai menerapkan
psikoanalisisterhadap Erich sejak ia masih kecil.selain itu, ia juga menganalisis Melitta
dan Hans, yang masa mendatang keduanyamalah menemui analisis lain.yang kemudian
menjadi psikoanalis, menemui Karen Horney dan juga analisis lain.
Hubungan antara Horney dan Klein sangat menarik karena di kemudian hari,
Klein menganalisis dua puteri Horney yang termuda ketika usia mereka dua belas dan
sembilan tahun (putri tertua Horney yang berusia empat belas tahun menolak dianalisis).
Tidak seperti Melitta yang dianalisis dengan suka rela,kedua putri Horney merasa
terpaksa menghadiri sesi analisis. Sesi ini bukan sesi untuk menyembuhkan gangguan
neurotik,melainkan sesi dengan tujuan pencegahan (Quinn, 1987).
Klein berpisah dengan suaminya pada tahun 1919,namun percerainya baru terjadi
beberapa tahun kemudian. Setelah perpisahannya, ia membangun praktik psikoanalisis di
Berlin dan membuat makalah mengenai analisisnya terhadap Erich. Makalah ini
merupakan kontribusi pertamanya dalam literatur psikoanalisis. Erich , dalam makalah
tersebut tidak diperkenalkan sebagai anaknya bahkan sampai beberapa waktu lamanya
setelah kematian Klein (Grosskurth, 1998). Tidak merasa puas akan analisis yang
dilakukan oleh Ferenczi terhadap dirinya sendiri, Klein mengakhiri hubungan
dengannya.
Kemudian, ia mulai dianalisis oleh Karl Abraham, anggota lain dari lingkaran
dalam Freud. Setelah hubungan iniberjalan selama empat belas bulan,Klein mengalami
tragedi lain yaitu kematian Abraham. Pada titik saat itu,Klein memutuskan untuk
melakukan analisis terhadap diri sendiri(self analysis),analisis yang terus dilakukan
selama sisa hidupnya. Sebelum tahun 1919,semua psikoanalis,termasuk Freud,membuat
teori mengenai perkembangan anak berdasarkan penanganan terapi mereka pada orang
dewasa. Kasus tunggal Freud yang berhubungan dengan anak hanyalah Little Hans. Ia
adalah anak laki-laki yang menjadi pasiennya hanya dalam sekali pertemuan. Melanie
Klein mengubah situasi tersebut dengan melakukan psikoanalisis langsung pada anak.
Tetapi yang dilakukannya pada anak yang sangat muda,termasuk anaknya sendiri,
menyakikannya bahwa anak-anak menyimpan perasaan positif dan negatif terhadap
ibunya. Mereka juga mengembangkan superego lebih awal daripada yang diyakini oleh
Freud.
Pandangan yang berbeda dari standar teori psikoanalisis ini menyebabkan
munculnya banyak kritik dari koleganya di Berlin sehingga membuatnya tidak merasa
nyaman
lagi
tinggal
Jonesmengundangnya
dikota
ke
tersebut.kemudian
London
untuk
pada
menganalisis
tahun
1926,
Ernest
anak-anaknya
dan
menghasilkan
buku
pertamanya
The
Psycho-Analysis
of
Children
(Klein,1932).
Pada tahun 1927, ia memutuskan pindah ke Inggris dan menetap disana sampai ia
meninggal pada tanggal 22 September 1960. Pada hari pemakaman Klein (Melitta)
melakukan
penghinaan
terhadapnya
dengan
memberikan
ceramah
profesional
menggunakan sepatu bot merah sehingga mengejutkan para pengunjung yang hadir
disana (Grosskurth,1986).
Selama tinggal di London,kehidupan Klein ditandai dengan perbedaan dan
kontrovensi. Meskipun ia tetap menyebut dirinya sebagai Freudian, namun Freud dan
anaknya (anna) tidak menerima konsepnya yang menekankan pentingnya masa kanakkanak awal dalam teknik analisis yang dilakukan pada anak-anak. Perseteruannya
dengan Anna Freud dimulai ketika keluarga Freud masih tinggal di Wina,dan semakin
memuncak ketika Anna berserta ayah dan ibunya pindah ke London pada tahun 1938.
Sebelum kepindahan Anna Freud ke London,sekolah psikoanalisis di Inggris sudah
menjadi sekolah Kleinian dan Klein berseteru terbatas hanya pada orang-orang yang
memiliki hubungan dengan anaknya (Melitta). Perseteruan-perseteruan Klein ini
biasanya sangat keras dan personal.
Pada tahun 1934, putra Klein yang kedua (Hans) meninggal karena jatuh. Melitta,
yang baru saja pindah ke London dengan suaminya yang juga seorang psikoanalis,
Walter Schmideberg, menyakini bahwa adiknya meninggal karena bunuh diri dan ia
menyalahkan ibunya atas kematian adiknya. Pada tahun yang sama , Melitta memulai
analisis dengan Edward Glover, salah satu saingan Klein dalam British Society. Hal ini
membuat hubungan Klein dan putrinya semakin memburuk, baik secara personal
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Teori Relasi Objek
Klein menekankan pentingnya empat sampai enam bulan setelah kelahiran. Ia juga
menekankan bahwa dorongan-dorongan pada bayi (lapar, seks, dan lainnya) dilandasi
oleh sebuah objek, yaitu payudara, penis, vagina, dan seterusnya. Menurut Klein,
hubungan anak dengan payudara merupakan dasar dari sebuah hubungan dan berperan
sebagai prototipe dari hubungan selanjutnya, seperti ibu dan ayah. Kecenderungan awal
seorang bayi untuk menghubungkan bagian-bagian dari suatu objek membuatnya
mengalami suatu kondisi tidak realistis atau serupa dengan khayalan yang memengaruhi
hubungan interpersonalnya di kemudian hari.
Selain teori Klein, ada beberapa teori lain yang juga berpendapat mengenai
pentingnya pengalaman awal seorang anak dengan ibunya.Margaret Mahler percaya
bahwa penginderaan pembentukan identitas seorang anak bergantung pada tiga tahap
hubungan dengan ibunya. Pertama, bayi memiliki kebutuhan dasar untuk disayangi dan
diasuh oleh ibunya; kemudian, mereka mengembangkan hubungan simbiotik yang aman;
dan akhirnya, mereka keluar dari lingkaran perpektif ibunya dan membangun identitas
individualis mereka. Heinz Kohut berteori bahwa anak mengembangkan pengindraan diri
selama periode awal kehidupan bayi. Hal ini terjadi ketika orang tua dan yang lainnya
memperlakukan mereka layaknya bayi yang bisa mengenali identitas diri mereka sendiri.
John Bowlby menyelidiki kedekatan bayi dengan ibunya. Mary Ainsworth dan
partnernya mengembangkan teknik untuk mengukur tipe gaya kedekatan yang
dikembangkan seorang bayi terhadap orang yang mengasuhnya
B. Konsep Kesehatan Mental
Melalui metodenya, dia berusaha untuk meringankan rasa bersalah pada anak, dengan
meminta mereka langsung menuju terapis sehingga terapis dapat mengetahui perasaan
agresif dan oedipal mereka yang tidak dapat mereka sampaikan kepada orangtuanya.
Dalam hal ini, Melanie mengalami perselisihan besar dengan Anna Freud, putri Sigmund
Freud, yang merasa bahwa anak-anak tidak dapat dianalisa (Grosskurth, 1986).
dengan seluruh orang. Akhirnya, Fairbairn dan lain-lain mengembangkan apa yang
disebut objek teori hubungan.
Menurutnya, anak yang tidak menerima hubungan cukup baik dengan ibu, akan semakin
mundur ke dalam dunia batin objek fantasi dengan siapa ia mencoba untuk memuaskan
kebutuhannya, sebagai hubungan dekat (Segal, 1980).
Teori obyek hubungan Melanie Klein, berbeda dari teori Freudian dalam setidaknya ada
tiga cara:
(1) Lebih menekankan pada hubungan interpersonal,
(2) Menekankan hubungan bayi dengan ibu ketimbang ayah, dan
(3) Serta menunjukkan bahwa orang yang termotivasi terutama untuk kontak manusia
bukan untuk kenikmatan seksual.
Istilah Obyek di dalam teori hubungan objek mengacu pada setiap orang atau bagian dari
seseorang bahwa bayi introject, atau mengambil ke dalam struktur psikis mereka dan
kemudian proyek ke orang lain.
Sexuality
Menurut Klein, baik kreativitas artistik dan kesenangan tubuh adalah arena di mana
perjuangan manusia tengah antara cinta, benci, dan kompensasi dimainkan. Pria dan
wanita dipandang sangat prihatin tentang keseimbangan antara kemampuan mereka
sendiri di dalam cinta dan benci, tentang kapasitas mereka untuk menjaga kehidupan
mereka, baik hubungan mereka dengan orang lain sebagai objek yang nyata dan objek
internal mereka, kebaikan hati mereka dan vitalitas (kemampuan untuk bertahan hidup).
Klein melihat hubungan seksual sebagai arena yang sangat dramatis di mana dampak
baik seseorang dan kualitas esensi berada di jalurnya tersendiri.
Envy/Iri
Pemahaman Klein iri, dipahami dengan membandingkan keserakahan. Mereka merasa
tergantung pada payudara untuk makanan, keamanan, dan kesenangan.
Introyeksi
Introyeksi menurut Klein adalah hayalan yang diperoleh bayi mengenai persepsi dan
pengalaman mereka dengan object eksternal, yang asalnya dari payudara ibu. Introyeksi
dimulai pertama kali pada saat bayi mulai menyusui. Ketika dilakukannya usah untuk
memasukkan puting ibu ke dalam mulut bayi. Biasanya, bayi mencoba untuk
mengintroyeksi objek-objek bayi dan menyambut puting ibunya itu sebagai objek yang
dapat melindunginya dari rasa cemas. Namun, bayi juga mengintroyeksikan objek-objek
buruk, seperti "payudara buruk" dan "penis buruk", untuk mengambil kendali dari objekobjek tersebut.
Objek yang di introyeksi bukan representasi akurat dari objek nyata, tapi diwarnai
dengan hayalan anak-anak. Contoh, bayi berhayal ibunya selalu ada bersamanya,
sehingga sang bayi merasa ibunya selalu berada di dalam badannya, namun pada
kenyataannya ibunya tidak selalu ada di sampingnya, tetapi sang bayi tidak ingin
menghilangkan khayalannya, sehingga sosok ibunya selalu menjadi objek internal.
Teori relasi objek merupakan bagian dari teori freud mengenai teori insting, tetapi
penyebabnya berbeda setidaknya dalam tiga hal. Pertama, teori relasi objek tidak terlalu
menekankan dorongan dorongan biologis dan lebih menekankan pada pentingnya pola
yang konsisten dalam hubungan interpersonal. Kedua, kebalikan dari teori freud yang
bersifat paternalistis dan menekan pada kekuatan dan kontrol ayah, teori relasi objek
cenderung lebih maternal dengan menekankan ke intiman dan pengasuhan ibu. Ketiga,
teori relasi objek umumnya lebih memandang kontak dan hubungan sebagai motif utama
tingkah laku manusia bukan kesenangan seksual.
Secara lebih spesifik dijabarkan bahwa teori mengandung banyak makna sesuai
dengan jumlahnya. Sebagai gambaran, mahler menganggap penting kemampuan
mempertahankan diri pada bayi untuk mencapai otonomi dan indra mengenai diri sendiri.
Kohud lebih menekankan pada pembentukan diri sendiri, sedangkan bowlby
menekankan tahapan pemisahan kecemasan dan aisworth lebih kepada daya
kedekatan.
Jika klein disebut sebagai ibu dari teori relasi objek, maka freud adalah ayahnya.
Tujuan dan objek berdampak pada faktor psikologis walaupun kelihatanya tiap dorongan
yang berbeda mempunyai tujuan masing masing, namun tujuan dasar keduanya selalu
sama yaitu untuk mengurangi ketegangan dengan mencapai kesenangan, dalam istilah
freudian, manusia adalah objek suatu dorongan, bagian dari seseorang atau sesuatu yang
dapat membuat tercapainya suatu tujuan. Klein dan teori relasi objek lainya memulai dari
asumsi dasar yang di kemukakan freud tersebut.kemudian mereka berspekulasi mengenai
bagaiman kenyataan atau khayalan seorang bayi di awal hubungan dengan ibunya atau
dengan payudara ibunya. Juga bagaimana keduanya menjadi model dari hubungan
interpersonalnya dimasa datang.
Meskipun klein terus menyebut dirinya sebagai freudian, namun ia melanjutkan
teori psikoanalisnya di luar batasan yang telah di tetapkan oleh freud. Dilain pihak, freud
sendiri cenderung mengabaikan klein.
Dalam kehidupan psikis bayi klein lebih menekankan pada pentingnya 4 sampai
6 bulan pertama. Baginya seorang bayi tidak memulai hidupnya sebagai individu yang
kosong. Bayi membawa predisposisi untuk mengurangi pengalaman kecemasan yang
dihasilkan oleh dorongan insting hidup dan insting mati. Kesiapan bayi untuk bertindak
atau bereaksi seperti yang diharapkan secra filogenetis merupak faktor bawaan, sebuah
konsep yang juga disetujui oleh freud.
a. Fantasi
Fantasi atau khayalan hidup yang aktif dimiliki oleh seorang bayi sejak ia lahir.
Fantasi ini merupakan representasi psikis dari ketidak sadaran insting id yang tidak bisa
dicampur adukan dengan fantasi kesadaran yang dimiliki oleh anak anak dan dewasa.
Ketika klein (1932) menulis mengenai dinamika kehidupan fantasi pada bayi, ia tidak
mengatakan bahwa bayi yang baru kahir bisa merangkum pemikiranya melalui kata kata.
Maksudnya adalah bahkan sejak masih sangat kecil, bayi memiliki gambaran ketidak
sadaran dari baik dan buruk. Contohnya perut penuh adalah baik; perut kosong tidak
baik. Selanjutnya, klein mengemukakan bahwa bayi yan tertidur saat sedang mengisap
jarinya sedang berfantasi bhwa ia mengisap punting payudara ibunya yang baik.
Seiring dengan berkembangnya sang bayi fantasi ketidaksadaran yang muncul
belakangn ini di bentuk melalui kenyataan yang dialami dan predisposisi bawaan. Salah
satu daripreposisi adalah qedifus complex atau keinginan anak untuk menghancurkan
salah satu orang tuanya dan untuk terlibat secara seksual dengan orang tuanya.
b. Objek
Manusia mempunyai dorongan bawaan atau insting, termasuk insting kematian.
Dorongan-dorongan tersebut berupa objek dan objek-objek tersebut adalah dorongan
lapar untuk mendapatkan payudara baik, dorongan berhubungan badan dan memiliki
organ seksual, juga lainnya. Klein (1948) yakin bahwa pada sejak masa bayi awal, anak
sudah berkaitan dengan objek-objek eksternal ini, dan kemudian mulai berminat pada
wajah dan tangan yang dapat memenuhi kebutuhan untuk mereka. Dalam khayalan
aktifnya bayi mengintroyeksi atau mencapai struktur psikis pada objek-objek eksternal,
termasuk penis ayahnya, tangan dan wajah ibunya, serta bagian tubuh lainnya.
Posisi-posisi
Klein memilih istilah posisi daripada tahapan perkembangan untuk
mengindikasikan bahwa posisi dapat maju dan mundur. Posisi bukanlah merupakan
periode perkembangan dalam rentan waktu tertentu dalam pase kehidupan manusia.
Meskipun ia menggunakan label-label psikiatris atau patologis klein bertujuan
menempatkan posisi untuk mewakili pertumbuhan dan perkembangan normal. Dua
posisi yang dikemukakannya adalah posisi paranoid-schizoid dan posisi depresif.
a.
Posisi paranoid-schizoid
Menurut klein bayi mengembangkan posisi paranois-schizoid ketika berusia 3-4
bulan. Pada saat ini, egonya mempersepsi dunia eksternal sebagai dunia yang subjektif
dan fantastis, bukan objektif dan nyata. Pada awal kehidupannya, bayi melakukan kontak
dengan payudara ibu, yang dipersepsi sebagai payudara baik dan buruk. Pengalaman
kontak ini memberikan pilihan antara keberhasilan atau kegagalan.
Klein menyatakan bahwa bayi memiliki keinginan menguasai payudara dan
dorongan
untuk
menghancurkan
payudara.
Kedua
keinginan
berlawanan
ini
subjek aktif. Mereka cenderung berkata,ia adalah orang yang berbahaya ketimbang
mengatakansaya merasa bahwa ia berbahaya bagi saya. Orang lain bisa
memproyeksikan perasaan paranoid yang tak disadari terhadap orang lain,yang kemudian
melihat orang tersebut sebagai orang yang sempurna sementara memandang dirinya
kosong dan tidak bermakna.
Ciri-Ciri Diagnostic Dari Kepribadian Paranoid
diterimanya
Mempersepsi adanya serangan terhadap karakter atau reputasinya bagi orang lain
Kecurigaan tanpa alasan yang berulang kali muncul bahwa suami/istri atau mitra
Menggambarkan orang yang memiliki sedikit minat, bila ada, dalam hubungan
sosial, menunjukkai dan ekspresi emosi yang terbatas, serta tampak jauh dan menjaga
jarak
Pola pelepasan diri dari hubungan sosial dan ragam ekspresi emosi terbatas, yang
Kurang memiliki sahabat atau teman karib di luar anggota keluarga batihnya
Tampak tidak peduli terhadap pujian maupun kritik dari orang lain
lainnya
b.
Posisi depresif
Saat usia lima atau enam bulan bayi mulai dapat melihat objek eksternal secara
utuh dan melihat terdapat kebaikan sekaligus keburukan pada seseorang. Oleh karena itu,
pada saat ini, bayi dapat mengembangkan gambaran yang realistis sebagai individu yang
bebas dan juga dapat melakukan kebaikan sekaligus keburukan dalam dirinya. Selain itu,
ego nya sudah matang. Hal ini ditunjukkan pada saat bayi mulai dapat menerima
perasaan-perasaannya yang buruk, daripada memproyeksikannya.
Pada masa ini, bayi sudah mulai menyadari bahwa ibunya dapat pergi jauh dan
hilang selamanya, sehingga ia merasa takut kehilangan dan berusaha melindungi ibunya
dari segala hal yang membahayakan ibunya tersebut. Namun, di sisi lain, bayi sadar
bahwa ia tidak dapat melindungi ibunya, sehingga hal ini membuatnya merasa bersalah.
Kondisi dimana bayi kehilangan objek yang dicintai, ditambah dengan perasaan bersalah
karena tidak dapat melindungi ibu, ini yang disebut dengan posisi depresif. Kondisi ini
akan menjadi faktor yang menguntungkan bagi bayi dalam menjalin hubungan
interpersonalnya di masa yang akan datang.
Posisi depresif ini akan hilang, jika kelak bayi dapat membuat khayalan untuk
memperbaiki keadaan, dan meyakini bahwa ibu tidak akan hilang selamanya, melainkan
akan kembali setiap kali ibu pergi. Hilangnya posisi depresif ini akan menghilangkan
pandangan bayi bahwa ada ibu baik dan ada ibu buruk. Hal itu tidak berlaku lagi pada
bayi. Ketika posisi itu sudah dilewati, bayi tidak hanya akan mampu menerima kasih
sayang dari ibunya, tetapi juga dapat menunjukkan kasih sayang kepada ibunya.
2.
beberapa mekanisme pertahanan psikis untuk melindungi perasaan yang berasal dari
kecemasan sadistis oral mengenai payudara-payudara sebagai objek yang menyenangkan
dan sangat membantunya di sisi yang lain. Untuk mengontrol kecemasan ini, bayi
menggunakan beberapa mekanisme pertahanan diri, seperti :
Introyeksi
Introyeksi adalah khayalan yang diperoleh bayi mengenai persepsi dan
pengalaman mereka dengan objek eksternal yang asalnya dari payudara ibu. Introyeksi
dimulai ketika pertama kali bayi disusui, dimana puting ibu berusaha dimasukkan ke
dalam mulut bayi. Bayi yang mampu melakukan introyeksi objek baik, akan menyambut
puting ibu sebagai objek yang dapat melindunginya, memberinya kehangatan, dan kasih
sayang. Bayi yang melakukan introyeksi objek buruk akan menolak puting ibu, karena
menganggap itu berbahaya. Jika hal ini terjadi, maka payudara akan dianggap sebagai
sesuatu yang membahayakan, mengancam, atau menakutkan bayi.
Proyeksi
Proyeksi merupakan khayalan atau dorongan yang dirasakan oleh bayi dan
kemudian dipindahkan pada orang lain. Misalnya, anak laki-laki memiliki keinginan
untuk mengebiri ayahnya. Namun karena hal ini dirasa tidak pantas, maka anak tersebut
menyalahkan ayahnya dengan mengatakan bahwa ayah ingin mengebiri dirinya sendiri.
Atau, seorang anak perempuan yang ingin menguasai ibunya, namun anak ini berkhayal
bahwa ibu akan menyiksa dirinya.
Pemisahan
Pemisahan merupakan usaha bayi dalam mengembangkan gambaran yang
terpisah antara dirinya yang baik dan dirinya yang buruk. Hal ini dapat terjadi ketika bayi
sudah mampu memisahkan impuls-impuls yang tidak sesuai. Pemisahan ini dapat
berakibat positif maupun negatif bagi anak ketika mereka dewasa kelak. Jika pemisahan
ini dilakukan dengan tidak ekstrem dan tidak kaku, maka dampaknya positif, yaitu
membantu anak melihat sisi positif dan negatif dalam kepribadiannya sendiri, serta dapat
membedakan mana kepribadian yang ia sukai maupun yang tidak ia sukai.
Sebaliknya, jika pemisahan dilakukan secara berlebihan dan tidak luwes, maka
akan menyebabkan represi patologis. Misalnya, jika anak yang memiliki ego sangat
kaku, tidak mampu memisahkan sisi baik dan buruk dalam dirinya, maka anak tidak akan
pernah mampu menerima dan mengakui sisi negatif atau perilaku buruknya. Perilaku
buruk akan ditekan, sehingga kelak akan menjadi sesuatu hal yang patologis.
Identifikasi proyektif
yaitu usaha memisahkan bagian dari diri mereka yang tidak dapat diterimanya.
Hasil pemisahan ini kemudian diproyeksikan menjadi objek lain, dan diintroyeksikan ke
dalam diri mereka dalam bentuk yang berbeda. Misalnya, bayi ingin memukul payudara
ibu, kemudian memproyeksikan bahwa payudara itu membuatnya takut. Selanjutnya, ia
mengatakan bahwa payudara itu menyenangkan untuknya. Usaha ini membuat mereka
mampu memiliki kendali bahwa payudara itu objek yang menakutkan, namun juga
menyenangkan.
Usaha ini memiliki pengaruh yang kuat pada hubungan interpersonal bayi ketika
ia dewasa kelak. Misalnya, suami memiliki kecenderungan untuk mendominasi orang
lain. Ia tidak menyukai kecenderungan ini, sehingga ia proyeksikan ke istrinya. Ia
berpikir bahwa istrinya adalah orang yang suka mendominasi orang lain. Selanjutnya,
suami membuat istri mendominasi, dengan cara berperilaku submisif pada istri, agar istri
menunjukkan kecenderungan mendominasi.
3.
Internalisasi
Internalisasi merupakan usaha orang untuk melakukan introyeksi, yaitu memasukkan
aspek eksternal, dan mengolah menjadi sesuatu yang bermakna psikologis. Teori
Kleinian menyebutkan tiga internalisasi yang penting, yaitu :
1. Ego
Klein meyakini bahwa ego sudah matang pada tahap lebih awal daripada yang
diyakini Freud. Freud menduga ego sudah ada pada saat bayi lahir, namun ia tidak
menghubungkan fungsi psikis tersebut hingga usia tiga atau empat tahun. Freud
meyakini, anak kecil didominasi id, sedangkan Klein mengabaikan id, dan mendasarkan
teorinya pada ego sejak awal kelahiran.
Klein yakin bahwa walaupun ego belum berkembang dengan baik, namun mampu
merasakan kecemasan, mampu menggunakan mekanisme pertahanan, dan mampu
membentuk objek relasi awal pada khayalan dan kenyataan. Ego mulai muncul ketika
menyusu pada ibunya. Pada saat ini ego mengetahui apakah ia mendapatkan kasih
sayang dan cinta atau tidak mendapatkannya. Gambaran ini menjadi titik utama
pembentukkan ego selanjutnya. Payudara menjadi relasi objek yang pertama bagi bayi,
dan selanjutnya menjadi prototipe untuk perkembangan ego dan hubungan interpersonal
di kemudian hari.
Namun demikian,sebelum bergabung ego harus berpindah terlebih dulu. Klein
berasumsi bahwa secara bawaan,bayi tidak hanya didorong untuk berintegrasi, tetapi
juga dipaksa untuk menghadapi dorongan-dorongan hidup dan mati, seperti direfleksikan
dalam pengalaman mereka terhadap payudara baik dan payudara buruk.
2. Superego
Gambaran superego Klein berbeda dari Freud. Konsep superego yang dikemukakan
Freud terdiri dari dua subsistem, yaitu : (a) ego ideal yang menghasilkan perasaan
inferior ; (b) yang menghasilkan perasaan bersalah.
terhadap penis ayahnya dan berkhayal bahwa ayahnya akan memenuhinya dengan bayibayi. Jika proses perkembangan Oedipus feminine ini berjalan dengan mulus, makan
anak perempuan akan menempatkan dirinya pada posisi feminine dan mengembangkan
hubungan positif dengan kedua orang tuanya.
Namun,dalam situasi yang tidak terlalu ideal,anak perempuan akan melihat
ibunya sebagai saingannya dan berkhayal untuk merebut penis ayahnya dari ibunya dan
mengambil bayi-bayi ibunya. Keinginannya ini menghasilkan paranoid bahwa ibunya
akan menyakitinya dengan cara melukai dan mengambil bayi-bayinya. Kecemasan yang
dimiliki oleh anak perempuan ini dating dari ketakutan di dalam dirinya yang merasa
dilukai oleh ibunya, suatu kcemasan yang hanya akan berkurang ketika ia kemudian
melahirkan seorang bayi yang sehat. Menurut Klein(1945), rasa iri akan penis(penis
envy) dating dari keinginan anakan perempuan untuk diinternalisasi oleh penis ayanya
dan untuk memperoleh bayi darinya. Khayalan ini menjadi penyebab semua hasrat akan
penis eksternal. Bertolak belakang drngan pandangan Freud, Klein tidak dapat
menemukan adanya bukti mengapa anak perempuan menyalahkan ibunya kerena
menghadirkannya di dunia tanpa penis. Sebaliknya, Klein memnadang anak perempuan
memiliki kedekatan yang sangat kuat dengan ibunya selama periode Oedipal.
Perkembangan Oedipal pada Laki-laki yaitu terjadi saat fase maskulinitas
Seperti pada anak perempuan,anak laki-laki juga memandang payudara ibunya
sebagai objek baik dan buruk. Kemudian selama bulan-bulan pertama perkembangan
oedipal,anak laki-laki mengganti hasrat oralnya,yang semula pada payudara ibunya
diganti menjadi hasrat terhadap penis ayahnya. Ada masa ini,anak laki-laki sedang
berada pada posisi feminine dimana ia mengadopsi sikap homoseksual pasif terhadap
ayahnya. Kemudian ia bergerak menuju hubungan heteroseksual dengan ibunya. Oleh
karena persaan homoseksual terhadap ayahnya yang pernah dimilikinya, maka ia tidak
takut ayahnya akan mengebirinya. Klein percaya bahwa posisi homoseksual pasif ini
meruakan factor awal terbentuknya hubungan heteroseksual yang sehat dengan ibunya.
Sederhannya,seorang anak laki-laki harus memiliki perasaan yang baik terhadap penis
ayahnya terlebih dulu sebelum ia dapat menilai miliknya.
Klein merepresentasikan perubahan pemikiran yang penting dalam psikoanalitik.
Ketimbang hanya memfokuskan perhatian mereka terhadap dorongan biologis libidinal,
Klein dan para koleganya mulai serius memperhatikan kualitas hubungan antara
klien/pasien dan orang lain:
Dalam teori object relation, pikiran dan struktur psikis yang merupakan
pembandingnya berkembang lebih karena interaksi dengan orang lain ketimbang karena
ketegangan biologis. Ketimbang termotivasi oleh pengurangan ketegangan, seseorang
lebih termotivasi oleh kebutuhan untuk membangun dan membina hubungan. Dengan
kata lain, adalah kebutuhan akan interaksi dengan manusia lain yang membentuk motif
utama dalam perspektif object relation.
Para teoretikus object relation mengadopsi istilah object sebagai peringatan
bahwa kenyataannya hubungan seseorang yang penting secara emosional mungkin saja
dilakukan dengan orang lain sebagai seseorang yang utuh, dengan citra akan seseorang
yang terinternalisasikan atau terkenang yang merupakan bagian dari seseorang atau
dengan objek fisik.
Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya, seorang anak makin mampu
menerima bahwa kebaikan dan keburukan dapat berjalan bersama, dan karena itu mulai
membedakan kebaikan dan keburukan dalam berbagai tingkatan. Ketika perkembangan
ini tak berjalan memuaskan atau ketika ancaman eksternal membangkitkan kembali
perasaan tidak aman pada bulan awal kehidupan ini, maka seseorang akan tumbuh
dengan kecenderungan untuk merasakan dunia sebagai objek yang terpecah antara yang
baik dan yang buruk, atau menggunakan mekanisme pertahanan diri ini pada situasi
tertentu.
D. Psikoterapi
Klein menggunakan psikoanalisis terhadap anak-anak tetapi tidak di terima
dengan baik oleh analisis-analisi lain. Penolakan gagasan mengenai psikoanalisis
terhadap masa kanak-kanank ini terutama dilakukan oleh Anna Freud,yang mengatakan
bahwa terapis tidak dapat mengembangkan transferens pada anak kecil yang masih
sangat dekat dengan orang tuanya karena mereka tidak memiliki khayalan atau gambaran
yang tidak sadar. Oleh karena itu,ia mengklaim bahwa anak kecil tidak bisa memperoleh
keuntungan dari terapi psikoanalisis. Sebaliknya,Klein percaya bahwa,baik anak-anak
yang
mengalami
gangguan
akan
memperoleh
keuntungan
dari
penanganan
penderitaan
yang
diakibatkan
oleh
objek
yang
dibenarkan karena teori ini hanya memunculkan sangat sedikit hipotesis yang bisa di uji.
Dilain pihak teori kedekatan dinilai tinggi dalam hal ketidak mampuannya untuk diulangi.
Kegunaan yang terpenting dari teori relasi objek adalah kemampuannya dalam
mengorganisasi atau mengelola informasi tentang perilaku bayi. Melebihi kebanyakan
pencetus lain, pencetus relasi objek berspekulasi terhadap bagaimana manusia secara
bertahap menjadi peka terhadap identitas mereka.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Teori relasi objek memandang kepribadian manusia sebagai produk dari hubungan awal
antara ibu dan anaknya yang berusia empat hingga enam bulan pertama yang merupakan
masa paling kritis untuk perkembangan kepribadian. Klein percaya bahwa terdapat
representasi internal psikis yaitu merupakan bagian terpenting dalam objek signifikan awal,
seperti pada payudara ibu dan penis ayah. Menurut Klein, hubungan anak dengan payudara
merupakan dasar dari sebuah hubungan dan berperan sebagai prototipe dari hubungan
selanjutnya. Perkembangan ini mencoba mencari tahu bagaimana gambaran dan pola awal
hubungan diri sendiri dengan orang lain, yang dibangun pada masa kanak-kanak yang mana
bisa mempengaruhi konsep diri kita dan hubungan sosial melalui tantangan-tantangan hidup
dimasa selanjutnya.
Teori relasi objek merupakan bagian dari teori Freud mengenai teori insting, tetapi
penyebabnya berbeda. Teori relasi objek menekankan pada pentingnya pola yang konsisten
dalam hubungan interpersonal sedangkan teori Freud menekankan dorongan-dorongan
biologis, teori relasi objek bersifat maternal yang menekankan keintiman dan pengasuhan ibu
sedangkan teori Freud bersifat paternal dan menekankan pada kekuatan kontrol ayah, dan
yang terakhir teori relasi objek lebih memandang kontak dan hubungan sebagai motif utama
tingkah laku manusia sedangkan teori Freud lebih memandang kesenangan seksual sebagai
motif utama tingkah laku manusia.
Teori relasi objek telah mendorong munculnya banyak penelitian. Teori relasi objek
memiliki permasalahan dalam hal ketidakmampuannya untuk diulang atau diuji
kebenarannya, seperti halnya teori Freud (teori psikoanalisis ortodoks). Kebanyakan gagasan
didasarkan pada apa yang terjadi dalam diri psikis seorang bayi sehingga asumsi tersebut
tidak dapat diulang untuk disangkal atau dibenarkan. Teori ini hanya memunculkan sedikit
hipotesis yang diuji. Di lain pihak, teori kedekatan dinilai tinggi dalam hal
ketidakmampuannya untuk diulangi. Kegunaan yang paling penting dari teori relasi objek
adalah kemampuannya dalam mengorganisasi atau mengelola informasi tentang perilaku
bayi. Di luar masa kanak-kanak teori relasi objek kurang bermanfaat sebagai pengorganisasi
pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Corey, Gerald. 1995. Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi.
Semarang : IKIP Semarang Press
Georgy, Feist J. 2013. Teori Kepribadian. Jakarta : Salemba Humanika
Hjelle, Larry A. & Daniel J. Ziegler. 1976. Personality Theories Basic Assumptions
Research, and Aplications. USA : Kingsport Press