Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Praktikum Mikrobiologi Dasar

Pengontrolan Mikroorganisme
Alifida Rahma Fanani, Eka Lestariya, Juhaini, Najla Sari, Siska Paradifta, Sri Rohana Dewi, Zakina Octaviano
Kelompok 2A , Praktikum Mikrobiologi Dasar
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman

Abstrak
Mikroorganisme dapat meneyebabkan permasalahan, hal itu nampak dari kemampuannya
menginfeksi manusia, hewan, serta tanaman yang menimbulkan penyakit. Bukan hanya itu aktifitas
negatif menimbulkan rusaknya bahan makanan hingga berakibat tidak dapat di konsumsi bahkan beracun.
Karena itu perlu adanya suatu usaha untuk mengendalikan aktifitas dari mikroba. Yang di maksud
pengendalian di sini adalah upaya pemberantasan, penghambatan dan pemusnahan sel mikroba dan segala
bentuk sel vegetatif. Telah banyak di temukan teknik-teknik dalam pengendalian mikroorganisme seperti
desinfektan, sterilisasi, pasteurisasi, antiseptik, germisida, bakteoristatik, bakterisid. Salah satunya yang
kita gunakan adalah teknik desinfektan. Daya kerja antibiotik dengan menggunakan metode swab atau
metode Kirby/Bauer. Caranya, yaitu dengan mengoles media LBA dengan swab yang telah dicelupkan ke
dalam aquades yang bercampur 1 ose biakan bakteri. Lalu dicelupkan kertas cakran dalam larutan-larutan
desinfektan dan diletakkan ke media LBA yang telah di swab. Terakhir, inkubasikan selama 48 jam pada
suhu ruang. Dari praktikum yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa larutan rinso yang
memiliki desinfektan terbaik karena dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Selanjutnya bayclin yang
memiliki zona hambat sebesar 12,25 mm sehingga menjadi desinfektan kedua terbaik. Lalu, lifebuoy yang
memiliki zona hambat sebesar 9,6 mm. Terakhir, kloromfenikol yang hanya memiliki zona hambat sebesar
8,6 mm yang artinya kloromfenikol belum bekerja sempurna untuk mengendalikan pertumbuhan bakteri
karena kandungan desinfektannya yang sedikit. Berbagai faktor yang mempenqaruhi penahambatan
mikroorganisme mencakup kepadatan populasi mikroorganisme, kepekaan_terhadap_bahan antimikrobial
volume bahan yang disterilkan, lamanya _ bahan antimikrobial diaplikasikan pads mikroorganisme,
konsentrasi bahan antimikrobial, suhu, dan kand_, omen bahan organik. Protein akan mengurangi daya
kerja disinfektan; sedangkan panes mempercepat daya kerjanya. Daya kerja disinfektan terhadap bakteri
Kata Kunci : Desinfektan/Antibiotik/Luria Bertani/Swab
Tanggal Praktikum: 14 Desember 2015 Diserahkan tanggal: 18 Desember 2015

Pendahuluan
Mikroorganisme terdapat dalam populasi
yang besar dan beragam, dan mereka terdapat
hampir dimana-mana di alam ini. Mereka
merupakan bentuk kehidupan yang tersebar paling
luas dan terdapat paling banyak di planet ini.
Sesungguhnya telah dihitung bahwa massa
mikroorganisme di bumi melebihi massa organisme
lain. Didalam setiap gram tanah subur terdapat
berjuta-juta mikroorgansime[4].

Peranan
mikroorganisme
dalam
kehidupan
sangat
penting,
teknologi
mikrobiologis telah memecahkan sekelumit
permasalahan manusia. Pengadaan energi,
pangan , obat-obatan merupakan hasil dari
peranan mikroorganisme. Fermentasi sel
mikrobe
menghasilkan
alkohol
dapat
digunakan untuk bahan bakar alternatif.
Pengadaan nutrisi untuk pakan ternak
merupakan salah satu terobosan pemecahan
masalah dalam pengadaan pakan ternak.
Namun
mikroorganisme
dapat
meneyebabkan permasalahan, hal itu nampak

dari kemampuannya menginfeksi manusia,


hewan, serta tanaman yang menimbulkan
penyakit. Bukan hanya itu aktifitas negatif
menimbulkan rusaknya bahan makanan hingga
berakibat tidak dapat di konsumsi bahkan
beracun. Karena itu perlu adanya suatu usaha
untuk mengendalikan aktifitas dari mikroba.
Yang di maksud pengendalian di sini adalah
upaya pemberantasan, penghambatan dan
pemusnahan sel mikroba dan segala bentuk sel
vegetatif. Telah banyak di temukan teknikteknik dalam pengendalian mikroorganisme
seperti desinfektan, sterilisasi, pasteurisasi,
antiseptik, germisida, bakteoristatik, bakterisid
yang tentu saja tiap-tiap teknik harus melewati
serangkaian prosedur yang benar sehingga
upaya pengendalian dapat memberikan hasil
yang maksimal. Perlu di garis bawahi bahwa
tiap-tiap teknik memiliki suatu tujuan dalam
pengendalian seperti teknik sterilisasi yang

Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi, Biologi FMIPA UNMUL

Jurnal Praktikum Mikrobiologi Dasar


Pengendalian mikroba dilakukan untuk:
Mencegah penyebaran penyakit dan infeksi,
Berbagai macam sarana proses fisik telah Membasmi mikroorganisme pada inang yang
tersedia untuk mengendalikan populasi mikroba. terinfeksi, Mencegah pembusukan dan perusakan
Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan cara bahan oleh mikroorganisme. Kondisi yang
mematikan
mikro-organisme,
menghambat mempengaruhi pengendalian mikroba adalah:
pertumbuhan dan metabolismenya, atau secara fisik Temperature, Jenis mikroba, Struktur fisiologis, dan
menyingkirkannya. Cara pengendalian mana yang Lingkungan.
Mikroorganisme
dapat
dikendalikan
digunakan tergantung kepada keadaan yang berlaku
dengan beberapa cara, dapat dengan diminimalisir,
pada situasi tertentu.
Pemberian suhu tinggi/terutama pada uap dihambat dan dibunuh dengan sarana atau proses
bertekanan, merupakan salah satu cara yang paling fisika atau bahan kimia. Pengendalian dapat
efisien dan efektif untuk mensterilkan sesuatu dilakukan dengan cara: Sterilisasi yaitu proses
bahan. Namun demikian bahan-bahan tertentu yang pembinasaan seluruh bentuk kehidupan dari
biasa digunakan di laboratorium, rumah-rumah mikroba pada sebuah objek atau didalam suatu
penduduk, dan rumah-rumah sakit mudah rusak material, Disinfeksi atau proses pembinasaan
bila dikenai suhu tinggi. Prosedur sterilisasi pilihan patogen vegetatif namun tidak termasuk endospora
seperti radiasi, penggunaan berkas elektron, atau dan virus. Bakteri yang menghasilkan endospora
penyaringan harus digunakan untuk mensterilkan contohnya Bacillus anthraxis, Bakteriostatis yaitu
kondisi
pertumbuhan
bakteri
dan
bahan-bahan yang akan rusak bila diberi suhu suatu
.[3]
multiplikasinya dihambat, namun bakteri tersebut
tinggi .
Tersedia beribu-ribu zat kimia dipakai tidak mati, Asepsis ialah Kondisi ketiadaan patogen
untuk mengendalikan mikroorganisme. Penting pada suatu obyek atau daerah. Teknik aseptik
sekali memahami ciri-ciri pembeda masing-masing dirancang dengan tujuan untuk mencegah
zat ini dan organisme yang dapat dikendalikannya masuknya patogen ke dalam tubuh. Filtrasi udara,
serta bagaimana zat-zat tersebut dipengaruhi oleh sinar UV, penggunaan masker, sarung tangan, dan
lingkungannya. Setiap zat kimia mempunyai sterilisasi peralatan merupakan keseluruhan faktor
keterbatasan dalam keefektifannya, bila digunakan yang dibutuhkan untuk mencapai asepsis, Sanitasi
dalam kondisi praktis keterbatasan-keterbatasan ini Mengurangi patogen pada peralatan makan untuk
perlu di amati. Tujuan yang dikehendaki dalam hal mengamankan kesehatan masyarakat dengan cara
.[5]
pengendalian mikroorganisme tidak selalu sama. pencucian secara mekanik/kimia
Status
fisiologis
bakteri
dalam
Pada beberapa kasus mungkin perlu mematikan
pertumbuhan
mudah
terbunuh
karena
sel-sel
belum
semua organisme (sterilisasi) sedangkan pada
kasus-kasus lain mungkin cukup mematikan tumbuh secara sempurna. Ketika mikroba telah
sebagian mikroorganisme tetapi tidak semua membentuk endospora, endospora tersebut bersifat
lebih resisten dibanding sel vegetati. Contohnya
(sanitasi).
Dengan demikian pemilihan suatu bahan Endospora clostridiumbotulinom tahan dalam air
selama
berjam-jam.
Umumnya
kimia untuk penggunaan praktis dipengaruhi juga mendidih
Endospora
clostridiumbotulinom
tinggal
dibawah
oleh hasil antimikrobial yang diharapkan
.[3]
.[5]
tanah .
daripadanya .

Lingkungan, dengan menggunakan tingkat


Cara
kerja
zat-zat
kimia
dalam
menghambat atau mematikan mikroorganisme itu keasaaman Ph. Kinerja dari agen-agen pembunuh
berbeda-beda, beberapa diantaranya mengubah mikroba target utamanya membran sel. Targetnya
struktur dinding sel atau membran sel yang lain membran sel karena membran sebagai pelindung
menghambat sintetis komponen-komponen seluler dan sebagai alat transpor. Agen-agen ini merusak
yang vital atau yang mengubah keadaan fisik bahan protein dan asam-asam nukleat sehingga bakteri
selular. Pengetahuan mengenai perilaku khusus baru tidak dapat berkembang. Kerusakan ikatan
tentang bagaimana suatu zat kimia menghasilkan tersebut mengakibatkan denaturasi protein dan
efek anti mikroba sangat berguna baik untuk dapat terjadi kerusakan pada DNA dan RNA (DNA
mempertimbangkan
kemungkinannya
bagi dan RNA merupakan pebawa pesan genetik).
Mikroorganisme
menyatakan
suatu
penggunaan praktis maupun untuk mengusulkan
perbaikan-perbaikan apa yang mungkin dilakukan keadaan mikroorganisme yang meskipun masih
hidup ( viable ) tetapi tidak mengadakan
untuk merancang bahan bahan kimia baru.

bertujuan untuk membunuh segala macam sel


mikroba dan bentuk vegetatifnya.[4]

Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi, Biologi FMIPA UNMUL

Jurnal Praktikum Mikrobiologi Dasar


multiplikasi. Terjadinya keadaan mikrobiastis dapat
disebabkan oleh pengaruh fisik seperti ,
pengeringan , immobilitasi air sel dengan larutan
yang tekanan osmotisnya tinggi, atau dengan
gabungan dari cara cara tersebut. Mikrobiostatis
kimia dapat disinfiksi adalah dua ungkapan yang
perbedannya terletak pada apa yang diartikan
dengan mematikan secara cepat ( yaitu disenfeksi )
dan apa yang diartikan dengan mematikan secara
lambat ( yaitu mikrobiostatis ). Zat zat kimia yang
merupakan tipe umum dari mikrobiostatis kimia
terdiri dari tiga macam yaitu zat warna aniline,
sulfonamide, dan antibiotic[2].
Zat zat yang menghambat pembiakan
secara bakteri dengan tiada membunuhnya disebut
zat antiseptic atau zat bakteriostatik. Zat yang dapat
membunuh bakteri disebut disenfektan, germisida
atau bakterisida. Ada disenfektan yang membunuh
bakteri dengan tidak merusaknya sama sekali,
tetapi zat zat kimia seperti basa dan asam organic
menyebabkan hancurnya bakteri dan mungkin
terjadi kehancuran ini akibat dari suatu hidrolisis.
Kerusakan bakteri pada umumnya dibagi atas 3
golongan
yaitu
oksidasi,
koagulasi
atau
penggumpalan protein, depresi dan ketegangan
permukaan[1].
Pada umumnya bakteri yang muda kurang
daya tahannya terhadap disenfektan dari pada
bakteri yang tua. Faktor factor yang
mempengaruhi daya disenfektan antara lain pekat
encernya
kosentrasi,
kenaikan
temperature
menambah daya disenfektan, medium juga dapat
menawarkan disenfektan. Susu , plasma darah dan
zat zat lain yang serupa protein sering melindungi
bakteri terhadap pengaruh disenfektan tertentu[1].
Beberapa disenfektan dan antiseptic , zat
zat yang dapat membunuh atau menghambat
pertumbuhan bakteri dapat dibagi atas gram gram
logam , fenol dan senyawa - senyawa lain yang
sejenis, formal dehida , alkohol, yodium klor dan
persenyawaan klor, zat warna , detergen , sulfona
muda, dan antibiotic[1].
Menurut Waksman, antibiotic adalah zat
zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme , dan zat
zat itu dalam jumlah yang sedikit pun mempunyai
daya penghambat kegiatan mikroorganisme yang
lain. Antibiotik yang pertama dikenal adalah
penisilin, suatu zat yang dihasilkan oleh jamur
penicilium. Sp. Penisilin ditemukan oleh flerning5.
pada tahun 1929, namun baru sejak tahun 1943
antibiotik ini banyak digunakan sebagai pembunuh
bakteri. Antibiotik yang efektif bagi banyak spesies
bakteri dikatakan mempunyai spectrum luas,

sebaliknya antibiotic yang hanya efektif untuk


spesies tertentu mempunyai spectrum yang sempit.
Sebelum suatu antibiotic digunakan untuk
keperluan pengobatan, maka perlulah terlebih
dahulu antibiotic diuji efeknya terhadap spesies
bakteri tertentu. Sesuai dengan keperluan , maka
suatu antibiotic dapat diberikan kepada seorang
pasien dengan jalan penyuntikan dapat dilakukan
dengan intra moskular [1].
Kekuatan antibiotic yang diproduksi harus
disesuaikan dengan Internasional Standard
Sample dan satuan internasional. Pada umumnya
contoh baku internasional dari suatu antibiotic
mengandung sejumlah antibiotic yang telah
dimurnikan secara teliti, baik terhadap kekuatannya
maupun keaktifannya. Ada beberapa cara untuk
menentukan preparat antibiotic.
Penentuan
kekuatan ini dapat dilakukan dengan tujuan sebagai
berikut, menghitung daerah penghambatan dalam
dalam lempeng agar dapat menentukan kosentrasi
terkecil
yang
masih
dapat
menghambat
pertumbuhan ( MIC ) dari suatu antibiotic terhadap
organisme yang belum diketahui , dan untuk
mengetahui konsentrasi antibiotic yang dapat
tercapai dalam cairan tubuh atau jaringan [2].
Berdasarkan luas aktifitasnya antibiotika
dapat digolongkan atas zat zat dengan aktifitas
sempit dan zat zat dengan aktifitas luas , adapun
penggolongan antibiotika adalah sebagai berikut
golongan penisilin , golongan sefalosparin,
golongan
aminoglikosida
,
golongan
chlorampenicol, golongan tetrasidin, golongan
makrosida, golongan quinolon [3].
Pada mulanya diduga mekanisme
aktifitasnya antimikroba adalah antagonisme
kompetitif, tetapi nyatanya organisme kompetitif
jarang terjadi. Kebanyakan zat antimikroba yang
efektif kerjanya mengganggu sintesis penyusunan
atau komponen komponen makromolekul sel.[2].
Metode Penelitian
Alat dan Bahan
Bahan
Bahan-bahan yang kami gunakan dalam
praktikum ini:
-Biakan bakteri Staphylococcus aureus
Aquades steril 9 ml.
-Media LBA (Luria Bertani Agar) yang terdiri dari

yeast extract, peptone, NaCl, agar, aquades.


-Kertas Cakram berdiameter 4 mm sebanyak 3
lembar

Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi, Biologi FMIPA UNMUL

Jurnal Praktikum Mikrobiologi Dasar


-Alkohol 70%
-Lidi yang ujungnya diberi kapas steril
-Larutan rinso
-Larutan bayclin
-Larutan cloromfenikol
-Larutan lifebuoy
-Kertas label
Alat
Alat-alat yang kami gunakan dalam praktikum
ini: Cawan Petri,tabung reaksi, vortex, rak tabung
reaksi, lampu bunsen, pinset, penggaris, pensil,
spidol, jarum ose, dan inkubator.
Waktu Pelaksanaan
Praktikum
tentang
Pengontrolan
Mikroorganisme dilaksanakan pada tanggal 14
Desember 2015 pada pukul 13.00-15.00 WITA,
bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Mulawarman.
Cara Kerja
1. Daya kerja antibiotik dan desinfektan dengan
menggunakan metode kirby/baver (swab)

lampu bunsen dan dibuka perlahan untuk


diswabkan secara vertikal dan horizontal
menggunakan lidi kapas pada permukaan LBA
sampai
tertutup
seluruh
permukaanya.
Panaskan pinset dan tepi cawan petri berisi
kertas cakram di atas lampu bunsen. Ambil satu
paper disc (kertas cakram) menggunakan pinset
dan letakkan dalam cawan petri berisi larutan
Rinso. Ambil secara perlahan dan satu per satu
hingga 3 kertas cakram terambil dan letakkan
dalam larutan Rinso. Selalu panaskan pinset
jika akan mengambil kertas cakram atau untuk
memindahkan sesuatu. Ambil kertas cakram
dalam larutan Rinso menggunakan pinset yang
telah difiksasi sebelumnya lalu masukkan ke
dalam cawan petri berisi media LBA tadi.
Sebarkan 3 kertas cakram tersebut secara
merata dengan jarak yang berjauhan agar dapat
mengetahui zona hambatnya. Berilah label dan
tulis dengan spidol pada cawan petri sesuai
dengan bahannya (contoh : Rinso kelompok
2A). Inkubasikan selama 24-48 jam pada suhu
ruang. Lakukan cara kerja yang sama untuk
bahan Cloromfenikol.

Bersihkan tangan menggunakan alkohol 70%. 3. Uji daya hambat mikroba menggunakan
Siapkan suspensi biakan bakteri Staphylococcus
desinfektan (Bayclin dan Lifebuoy)

aureus. Masukkan aquades 9 ml ke dalam


tabung reaksi. Buatlah lidi dan berilah kapas
pada ujungnya (seperti cotton bud). Ambillah 1
lup ose biakan bakteri Staphylococcus aureus
menggunakan jarum ose. Lalu masukkan ke
dalam tabung reaksi berisi aquades kemudian
homogenkan dengan vortex. Letakkan dalam
rak tabung reaksi. Celupkan lidi dalam tabung
reaksi yang telah dihomogenkan lalu tiriskan di
tepi tabung. Lalu oleskan pada cawan petri
berisi media LBA (Luria Bertani Agar) untuk
kemudian dilakukan uji daya hambat.
2. Uji daya hambat mikroba menggunakan
antimikroba (Rinso dan Cloromfenikol)
Bersihkan tangan dengan menggunakan
alkohol 70%. Siapkan tabung reaksi yang berisi
larutan yang telah dikerjakan pada metode
pertama. Celupkan lidi berujung kapas dalam
tabung reaksi dan tiriskan di tepi tabung.
Fiksasikan cawan petri berisi media LBA diatas

Bersihkan tangan dengan menggunakan


alkohol 70%. Siapkan tabung reaksi yang berisi
larutan yang telah dikerjakan pada metode
pertama. Celupkan lidi berujung kapas dalam
tabung reaksi dan tiriskan di tepi tabung.
Fiksasikan cawan petri berisi media LBA diatas
lampu bunsen dan dibuka perlahan untuk
diswabkan secara vertikal dan horizontal
menggunakan lidi kapas pada permukaan LBA
sampai
tertutup
seluruh
permukaanya.
Panaskan pinset dan tepi cawan petri berisi
kertas cakram di atas lampu bunsen. Ambil satu
paper disc (kertas cakram) menggunakan pinset
dan letakkan dalam cawan petri berisi larutan
Bayclin. Ambil secara perlahan dan satu per
satu hingga 3 kertas cakram terambil dan
letakkan dalam larutan Bayclin. Selalu
panaskan pinset jika akan mengambil kertas
cakram atau untuk memindahkan sesuatu.
Ambil kertas cakram dalam larutan Bayclin
menggunakan pinset yang telah difiksasi

Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi, Biologi FMIPA UNMUL

Jurnal Praktikum Mikrobiologi Dasar

sebelumnya lalu masukkan ke dalam cawan


petri berisi media LBA tadi. Sebarkan 3 kertas
cakram tersebut secara merata dengan jarak
yang berjauhan agar dapat mengetahui zona
hambatnya. Berilah label dan tulis dengan
spidol pada cawan petri sesuai dengan
bahannya (contoh : Bayclin kelompok 2A).
Inkubasikan selama 24-48 jam pada suhu
ruang. Lakukan cara kerja yang sama untuk 2.
bahan Lifebuoy.

Lifebuoy

Daya hambat
sebesar
9,4
mm.

Hasil dan Pembahasan


1.1 Tabel hasil pengamatan uji daya hambat
mikroba
1.1.1 Antimikroba
No
Gambar
.
1.
Rinso

2.

Cloromfenikol

Keterangan
Perhitungan :
Tidak
ada
indeks daya
hambat
karena
diameter
tidak dapat
diukur dan
inkubasi
lebih dari 24
jam.
Daya hambat
sebesar 8,6
mm.

Antimikroba :
1. Rinso
Tidak ada indeks daya hambat karena diameter
tidakdapat diukur.
2. Cloromfenikol
Diameter zona bening
U1 = D1 (0,9 cm)
D3 (1,1 cm)
D2 (0,9 cm)
D4 (1 cm)
U2 = D1 (0,9 cm)
D2 (0,8 cm)

D3 (1,4 cm)
D4 (1 cm)

U3 = D1 (1 cm)
D2 (1,2 cm)

D3 (1 cm)
D4 (0,9 cm)

Indeks daya hambat:

Diameter zona bening Diameter cakram


Diameter cakram
1.1.2 Desinfektan
No
gambar
.
1.
Bayclin

keterangan
Daya hambat
sebesar 12,25
mm.

U1 = D1+D2+D3+D4
= 0,9+0,9+1,1+1
= 3,9 cm 39 mm
Indeks daya hambat : 39 mm-6 mm

4
: 8,25 mm
U2 = D1+D2+D3+D4
= 0,9+0,8+1,4+1
= 4,1 cm 41 mm
Indeks daya hambat : 41 mm-6 mm

Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi, Biologi FMIPA UNMUL

Jurnal Praktikum Mikrobiologi Dasar


4
: 8,75 mm
U3 = D1+D2+D3+D4
= 1+1,2+1+0,9
= 4,1 cm 41 mm
Indeks daya hambat : 41 mm-6mm
4
: 8,75 mm
Rata-rata keseluruhan :
= (U1+U2+U3) : 3
=(8,25+8,75+8,75) : 3
=25,75 : 3
= 8,6 mm
Jadi, daya hambat keseluruhan menggunakan
cloromfenikol adalah sebesar 8,6 mm.
Desinfektan :
1. Bayclin
Diameter zona bening
U1 = D1 (1,8 cm)
D2 (1,7 cm)

D3 (1,9 cm)
D4 (1,7 cm)

U2 = D1 (1,5 cm)
D2 (1,5 cm)

D3 (1,4 cm)
D4 (1,4 cm)

U3 = D1 (1 cm)
D2 (0,9 cm)

D3 (0,8 cm)
D4 (0,9 cm)

4
: 7,5 mm
Rata-rata keseluruhan :
= (U1+U2+U3) : 3
=(16,25+13+7,5) : 3
=36,75 : 3
= 12,25 mm
Jadi, daya hambat keseluruhan menggunakan
Bayclin adalah sebesar 12,25 mm.
2. Lifebuoy
Diameter zona bening
U1 = D1 (0,6 cm)
D3 (0,5 cm)
D2 (0,5 cm)
D4 (0,7 cm)
U2 = D1 (0,5 cm)
D2 (0,4 cm)

D3 (0,4 cm)
D4 (0,4 cm)

U3 = D1 (1,2 cm)
D2 (2,2 cm)

D3 (1,5 cm)
D4 (1 cm)

Indeks daya hambat:

Diameter zona bening Diameter cakram


Diameter cakram
U1 = D1+D2+D3+D4
= 0,6+0,5+0,5+0,7
= 2,3 cm 23 mm
Indeks daya hambat : 23 mm-6 mm

Indeks daya hambat:

Diameter zona bening Diameter cakram


Diameter cakram
U1 = D1+D2+D3+D4
= 1,8+1,7+1,9+1,7
= 7,1 cm 71 mm
Indeks daya hambat : 71 mm-6 mm

4
: 16,25 mm
U2 = D1+D2+D3+D4
= 1,5+1,5+1,4+1,4
= 5,8 cm 58 mm
Indeks daya hambat : 58 mm-6 mm
4
: 13 mm
U3 = D1+D2+D3+D4
= 1+0,9+0,8+0,9
= 3,6 cm 36 mm
Indeks daya hambat : 36 mm-6mm

: 4,25 mm
U2 = D1+D2+D3+D4
= 0,5+0,4+0,4+0,4
= 1,7 cm 17 mm
Indeks daya hambat : 17 mm-6 mm
4
: 0,75 mm
U3 = D1+D2+D3+D4
= 1,2+2,2+1,5+1
= 5,9 cm 59 mm
Indeks daya hambat : 59 mm-6mm
4
: 13,25 mm
Rata-rata keseluruhan :
= (U1+U2+U3) : 3
=(4,25+0,75+13,25) : 3
=36,75 : 3
= 9,4 mm

Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi, Biologi FMIPA UNMUL

Jurnal Praktikum Mikrobiologi Dasar


Jadi, daya hambat keseluruhan menggunakan
Lifebuoy adalah sebesar 9,4 mm.
Dari praktikum yang telah dilakukan maka
dapat diketahui bahwa pada larutan bayclin telah
dihitung rata-rata keseluruhan dari diameter zona
hambat yaitu sebesar 12,25 mm menunjukkan
bahwa bayclin merupakan desinfektan yang baik
untuk
mengahambat
pertumbuhan
bakteri.
Penggolongan
bayclin
sebagai
desinfektan
ditunjukkan dengan komposisi bahan yang dimiliki
bayclin. Didalam bayclin terdapat larutan hipoklorit
untuk digunakan sebagai desinfektan rumah sakit
yang dijual dengan nama dagang Eusol dan
larutan Dakin atau Bayclin yang diproduksi PT.
Bayer Indonesia. Pemutih rumah tangga pada
umumnya, adalah larutan yang mengandung
natrium hipoklorit 4-6% dan natrium hidroksida
0,01-0,05%, sedangkan natrium hidroksida
digunakan untuk menunda penguraian natrium
hipoklorit menjadi natrium klorida dan natrium
klorat.
Pada larutan lifebuoy diketahui zona
hambatnya rata-rata sebesar 9,4 mm menunjukkan
bahwa kerja lifebuoy dalam menangkal bakteri
cukup baik dibandingkan dengan cloramfenikol.
lifebuoy disebut sebagai desinfektan karena
mengandung triclocarban sebagai zat dengan sifat
anti-bakteri dan anti-jamur yang dirancang untuk
mengurangi jumlah bakteri berbahaya pada kulit
yang lebih baik daripada penggunaan sabun biasa.
Penggunaan Triclocarban membantu untuk
menghentikan penularan kuman ke orang lain atau
benda.
Sedangkan rinso memiliki zona bening
yang terlalu besar sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa rinso merupakan antimikroba
yang sangat bagus untuk menghambat pertumbuhan
bakteri karena rinso mengandung natrium karbonat
yang merupakan penghilang noda, minyak anggur
dan lain-lainnya. Rinso mengandung natrium
karbonat (juga dikenal sebagai soda cuci dan soda
abu), Na2CO3, adalah garam natrium dari asam
karbonat yang mudah larut dalam air. Natrium
karbonat murni berwarna putih, bubuk tanpa warna
yang menyerap embun dari udara, punya rasa
alkalin/pahit, dan membentuk larutan alkali yang
kuat. Dapat digunakan sebagai pelembut air dalam
mencuci pakaian. Ia beradu dengan ion magnesium
dan kalsium di air dan mencegahnya berikatan
dengan deterjen yang sedang dipakai. Natrium
karbonat dapat dipakai untuk menghilangkan

minyak, oli, dan karat anggur itulah sebabnya rinso


termasuk antimikroba.
Data yang diperoleh telah sesuai dengan
pustaka yang menyebutkan bahwa semakin besar
konsentrasi antibiotik yang digunakan maka
semakin besar zona bening (hambatan) yang
dihasilkan [1] Chloramphenicol sama seperti adalah
antibiotik yang memiliki spektrum luas karena bisa
bersifat bakteriostatik terhadap bakteri gram positif
dan gram negatif. Dilihat dari tabel pengamatan,
terlihat bahwa antibiotik chloramphenicol adalah
antibiotik yang dapat menghasilkan zona bening
paling kecil dengan rata-rata 8,6 mm dibandingkan
dengan antibiotik lainnya. Hal ini menunjukkan
bahwa antibiotik chloramphenicol kerjanya lebih
buruk daripada antibiotik lainnya karena bakteri
belum
mengalami
resistensi
terhadap
Chloramphenicol. Chloramphenicol merupakan
antibiotik dengan struktur sederhana sehingga
mudah
dibuat
secara
sintetik
daripada
mengisolasinya. Ukurannya relatif kecil sehingga
mudah berdifusi ke dalam tubuh. Efek negatif
chloramphenicol
adalah
dapat
menekan
pembentukan sel darah merah. Mekanisme kerja
dari antibiotik ini adalah dengan cara bereaksi pada
subunit ribosom dan menghalangi aktivitas enzim
peptidil transferase. Enzim ini berfungsi untuk
membentuk ikatan peptida antara asam amino baru
yang masih melekat pada tRNA dengan asam
amino terakhir yang sedang berkembang. Sebagai
akibatnya, sintesis protein bakteri akan terhenti
seketika[5].

Kloramfenikol
mempunyai
daya
antimikroba yang kuat maka penggunaan
Kloramfenikol meluas dengan cepat sampai
pada
tahun
1950
diketahui
bahwa
Kloramfenikol dapat menimbulkan anemia
aplastik yang fatal. Efek antimikroba dalam
Kloramfenikol
bekerja
dengan
jalan
menghambat sintesis protein kuman. Yang
dihambat adalah enzim peptidil transferase
yang berperan sebagai katalisator untuk
membentuk ikatan-ikatan peptida pada proses
sintesis
protein
kuman.
Efek
toksis
Kloramfenikol pada sel mamalia terutama
terlihat pada sistem hemopoetik/darah dan
diduga berhubungan dengan mekanisme kerja
Kloramfenikol. Kloramfenikol digunakan
untuk mengatasi H.influenzae dan S. thypi
karena bersifat toksit terhadap sumsum tulang.
Kontrol
terhadap
pertumbuhan
mikroorganisme dapat dilakukan dengan cara

Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi, Biologi FMIPA UNMUL

Jurnal Praktikum Mikrobiologi Dasar


membunuh mikroorganisme, atau menghambat
pertumbuhannya. Kontrol terhadap pertumbuhan
dapat dilakukan secara :
1. Fisik
Secara fisik, menggunakan uap air panas
dan tekanan tinggi, diperoleh panas lembab, efektif
dengan menggunakan autoklaf. Sterilisasi dengan
otoklaf memerlukan suhu 1210C, tekanan 15
psi/1,5 kg/cm2, selama 15 menit. Sterilisasi fisik
dapat juga dengan panas kering menggunakan
oven1600C, 2 jam. Sterilisasi dengan oven untuk
alat-alat gelas dan bahan yang tidak tembus air.
2. Secara kimia
Penggunaan
senyawa
kimia
untuk
mengendalikan pertumbuha mikroorganisme ,
contoh : HgCl (0,1%), menyebabkan koagulasi
protein .
3. Secara mekanik
Bahan yang mudah rusak karena
pemanasan, misalnya vitamin, enzim, serum,
antibiotik. Contoh : filtrasi, menggunakan filter
berupa membran dengan tebal tertentu, terbuat dari
asbes, diatom, porselen, kaca berpori, selulosa.
membran selulosa : diameter pori 0,01-10 m
Bahan/zat yang tidak dapat dipanaskan pada suhu
lebih dari 1000C, dapat dilakukan pasteurisasi dan
tindalisasi. Pasteurisasi memerlukan pemanasan 6373 oC, digunakan untuk pengawetan air, susu, bir,
anggur.
Pasteurisasi
dapat
membunuh
mikroorganisme
pathogen
(Mycobacterium,
Salmonella,
Coxiella)
dan
beberapa
mikroorganisme normal.[1].
Mikroorganisme
dapat
dikendalikan
dengan beberapa cara, dapat dengan diminimalisir,
dihambat dan dibunuh dengan sarana atau proses
fisika atau bahan kimia. Pengendalian dapat
dilakukan dengan cara: Sterilisasi, Proses
pembinasaan seluruh bentuk kehidupan dari
mikroba pada sebuah objek atau didalam suatu
material. Disinfeksi, Proses pembinasaan patogen

vegetatif namun tidak termasuk endospora dan


virus. Bakteri yang menghasilkan endospora
contohnya Bacillus anthraxis. Bakteriostatis, Suatu
kondisi pertumbuhan bakteri dan multiplikasinya

dihambat, namun bakteri tersebut tidak mati.


Asepsis, Kondisi ketiadaan patogen pada suatu
obyek atau daerah. Teknik aseptik dirancang
dengan tujuan untuk mencegah masuknya patogen

ke dalam tubuh. Filtrasi udara, sinar UV,


penggunaan masker, sarung tangan, dan sterilisasi
peralatan merupakan keseluruhan faktor yang
dibutuhkan untuk mencapai asepsis. Sanitasi,
Mengurangi patogen pada peralatan makan untuk

mengamankan kesehatan masyarakat dengan cara


pencucian secara mekanik/kimia. Status fisiologis,
Bakteri dalam pertumbuhan mudah terbunuh
karena sel-sel belum tumbuh secara sempurna.
Ketika mikroba telah membentuk endospora,
endospora tersebut bersifat lebih resisten dibanding
sel
vegetati.
Contohnya
Endospora
clostridiumbotulinom tahan dalam air mendidih
selama
berjam-jam.
Umumnya
Endospora
clostridiumbotulinom
tinggal dibawah tanah.
Lingkungan, Dengan menggunakan tingkat
keasaaman Ph. Kinerja dari agen-agen pembunuh
mikroba target utamanya membran sel.
Targetnya membran sel karena membran
sebagai pelindung dan sebagai alat transpor. Agenagen ini merusak protein dan asam-asam nukleat
sehingga bakteri baru tidak dapat berkembang.
Kerusakan
ikatan
tersebut
mengakibatkan
denaturasi protein dan dapat terjadi kerusakan pada
DNA dan RNA (DNA dan RNA merupakan pebawa
pesan genetik).[3].
Metode-metode fisik dalam kontrol
mikroba : Panas dibagi atas 2, yaitu: Bentuk panas
basah (bersentuhan langsung dengan cair) dan
Panas kering (terhadap uap air). Konsep titik mati
panas : Thermal Death Point: temperature terendah
yang diperlukan untuk membunuh mikroorganisme
di dalam suatu supensi cair dalam 10 menit.
Thermal Death Time: waktu minimum yang
dibutuhkan untuk membunuh semua bakteri di
dalam suatu medium cair pada suhu tertentu.
Pasteurisasi, dengan menggunakan suhu
rendah yaitu 63OC. Louis pasteur dengan
melakukan percobaan yaitu pencegahan kerusakan
bir dan anggur dengan menggunaka pemanasan
yang cukup untuk mikroba. Dengan menggunakan
suhu yang rendah saja karena jika dengan
menggunakan suhu yang tinggi maka akan dapat
merusak warna.
HTST (High Temperature Short Time) Dengan
menggunakan suhu 72 C dengan waktu 15 detik.
LTLT (Long Temperature Long Time) Dengan
menggunakan suhu 61 C dengan waktu 30 menit.
UHT (Ultra High Temperature) Dengan
menggunakan suhu 131 C dengan waktu 0,5 detik.
Biasanya UHT ini digunakan pada produsen susu
kemasan).[3].
Sterilisasi panas kering : Pembakaran
langsung (direct flaming) Pekerjaan di laboratorium
mikrobiologi ketika mensterilkan loop inokulasi.
Sterilisasi udara panas : Bahan-bahan yang akan
disterilkan di tempatkan di dalam sebuah oven.
Dengan menggunakan suhu 170C dengan waktu 2

Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi, Biologi FMIPA UNMUL

Jurnal Praktikum Mikrobiologi Dasar


jam. Autolavisasi, digunakan untuk sterilisasi alatalat filtrasi atau penyinaran mikroba. Temperatur
yang digunakan rendah tergantung pada jenis
mikroba dan intesitas aplikaisnya. Tekanan osmosis
Penggunaan larutan garam dan gula berkonsentrasi
tinggi dalam pengawetan makanan didasarkan pada
efek tekanan osmosis. Radiasi ionisasi, Contohnya :
sinar gamma. Metode ini dilakukan untuk
menyeleksi disinfektan.
Senyawa kimia yang dapat mengendalikan
pertumbuhan mikroorganisme, dapat dibedakan
memjadi antiseptic, desinfektan, dan bahan
kemoterapetik/antibiotic.
Antiseptik
adalah
substansi kimia yang digunakan pada jaringan
hidup yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisma. Desinfektan adalah substansi
kimia yang dapat menghambat pertumbuhan sel
vegetatif pada materi yang tidak hidup. Bahan
kemoterapetik :substansi kimia yang dapat
merusak/menghambat
pertumbuhan
mikroorganisme dalam jaringan hidup, dihasilkan
oleh mikroorganisme.[2].
Zat antimikroba adalah senyawa yang
dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme. Zat antimikroba dapat bersifat
membunuh mikroorganisme (microbicidal) atau
menghambat
pertumbuhan
mikroorganisme
(microbiostatic). Disinfektan yaitu suatu senyawa
kimia yang dapat menekan pertumbuhan
mikroorganisme pada permukaan benda mati
seperti meja, lantai dan pisau bedah. Adapun
antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan
untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme pada
jaringan tubuh, misalnya kulit. Efisiensi dan
efektivitas disinfektan dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu: Konsentrasi, Waktu terpapar, jenis
mikroba, Kondisi lingkungan: temperatur, pH dan
jenis tempat hidup.[5].
Antibiotik adalah bahan yang dihasilkan
oleh mikroorganisme atau sintetis yang dalam
jumlah kecil mampu menekan menghambat atau
membunuh mikroorganisme lainnya. Antibiotik
memiliki spektrum aktivitas antibiosis yang
beragam.
Antibiotik dikelompokkan berdasarkan
gugus aktifnya, misal antibiotik macrolide,
antimikroba peptida. Adapun penamaannya
biasanya berdasarkan gugus kimiawinya ataupun
mikroorganisma
produsernya,
misalnya:
Mekanisme kerja antibiotik antara lain :
Menghambat dsintesis dinding sel, Merusak
permeabilitas membran sel, Menghambat sintesis
RNA (proses transkripsi), Menghambat sintesis

protein (proses translasi), Menghambat replikasi


DNA.
Prosedur difusi-kertas cakram-agar yang
distandardisasikan
(metode
Kirby-Bauer)
merupakan cara untuk menentukan sensitivitas
antibiotik untuk bakteri. Sensitivitas suatu bakteri
terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter zona
hambat yang terbentuk. Semakin besar diameternya
maka semakin terhambat pertumbuhannya,
sehingga diperlukan standar acuan untuk
menentukan apakah bakteri itu resisten atau peka
terhadap
suatu
antibiotik.
Faktor yang mempengaruhi metode Kirby-Bauer :
Konsentrasi mikroba uji, Konsentrasi antibiotik
yang terdapat dalam cakram, Jenis antibiotic, pH
medium.[4].
Berbagai faktor yang mempenqaruhi
penahambatan
mikroorganisme
mencakup
kepadatan
populasi
mikroorganisme,
kepekaan_terhadap_bahan antimikrobial volume
bahan yang disterilkan, lamanya _ bahan
antimikrobial diaplikasikan pads mikroorganisme,
konsentrasi bahan antimikrobial, suhu, dan kand_,
omen bahan organik. Protein akan mengurangi daya
kerja disinfektan; sedangkan panes mempercepat
daya kerjanya. Daya kerja disinfektan terhadap
bakteri pembentuk spore dan Mycobacterium
kurang baik.[1].
Kesimpulan
Pengendalian

adalah
upaya
pemberantasan,
penghambatan
dan
pemusnahan sel mikroba dan segala bentuk sel
vegetatif. Teknik-teknik dalam pengendalian
mikroorganisme seperti desinfektan, sterilisasi,
pasteurisasi,
antiseptik,
germisida,
bakteoristatik, bakterisid. Cara pengontrolan
mikroba itu ada secara fisika, kimia dan
mekanik. Antiseptik adalah substansi kimia yang
digunakan pada jaringan hidup yang dapat
menghambat
pertumbuhan
mikroorganisma.
Desinfektan adalah substansi kimia yang dapat
menghambat pertumbuhan sel vegetatif pada materi
yang tidak hidup.
Dari praktikum diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa Rinso merupakan bahan
kimiayang paling baik untuk menghambat
pertumbuhan bakteri, selanjutnya bayclin lalu
lifebuoy dan yang memiliki cara kerja yang buruk
dalam peenghambatan bakteri yaitu kloromfenikol

Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi, Biologi FMIPA UNMUL

Jurnal Praktikum Mikrobiologi Dasar


yang memiliki sedikit zona hambat terhadap
bakteri.
Referensi
[1] Dwidjoseputro,D.2010.Dasar-Dasar. Mikrobiologi. Djambatan.Jakarta.
[2] Irianto. 2006. Mikrobiologi Terapan.
Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.

[3] Martin Dworkin et,al. The prokaryotes third


edition a handbook on the biology of bacteria
vol.2. Springer : New York.
[4] Pelczar,MichaelJ.danE.C.S. Chan.2013.
Dasar-Dasar Mikrobiologi.UI-Press.Jakarta.
[5] Pratiwi. 2008. Cemaran kapang pada pakan
dan pengendaliannya. Balai besar penelitian
veterinera : Bogor.

Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi, Biologi FMIPA UNMUL

Anda mungkin juga menyukai