Anda di halaman 1dari 7

TUGAS : MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK

IRSAT
NIM : 20151040036

PROGRAM PASCCA SARJANA


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

Tugas : Manajemen Keuangan Publik


Nama : Irsat
Nim

: 20151040036

1. TEORI TENTANG PUBLIK EXPENDITURE MANAJEMEN.


Public Expenditure Management (PEM) adalah suatu pendekatan baru dalam
permasalahan pengalokasian uang negara melalui pilihan-pilihan kolektif. PEM
bekerja melalui mekanisme kebijakan anggaran yang berbeda dengan penganggaran
konvensional. Perbedaan ini dapat dilihat dalam dua kategori:
a. PEM memberikan suplemen peraturan prosedural yang konvensional terhadap
norma kebijakan yang substantive. PEM tidak hanya cukup dengan pemerintah
menerapkan prosedur yang benar tetapi yang lebih esensial adalah bagaimana
pemerintah menciptakan kebijakan yang efisien untuk mencapai hasil yang
diinginkan.
b. PEM memiliki cakupan sangat luas pada berbagai kelembagaan dan pengaturan
manajemen pemerintah. PEM mengakui bahwa hasil anggaran yang tidak
mungkin akan optimal jika sektor publik kurang terstruktur dan dikelola dengan
baik, atau informasi-informasi yang diberikan kepada pembuat kebijakan tidak
maksimal sehingga mendorong mereka untuk membuat keputusan yang
menyimpang.
Unsur utama dari manajemen pengeluaran publik, adalah:
Aggregate Fiscal Dicipline. Total anggaran harus merupakan hasil yang eksplisit,
keputusan yang berkekuatan, dimana tidak hanya mengakomodasi penempatan
kebutuhan. Total anggaran ini harus dibuat sebelum penetapan rinciannya, dan harus
bertahan pada jangka waktu menengah.
a. Allocative Efficiency. Pengeluaran

harus

didasarkan

pada

prioritas

pemerintah dan keefektifan dari program publik yang dijalankan. Sistem


anggran harus mendorong relokasi dana dari program dengan prioritas yang
rendah ke priorotas yang tinggi dan dari program yang keefektifannya rendah
b.

sampai yang tinggi.


Operational Efficiency. Agen-agen harus menghasilkan barang-barang dan jasa
pada tingkat cost untuk mencapai tujuan yang efisien dan pada tingkat biaya

yang kompetitif dengan pasar.


Terdapat beberapa prinsip dasar dalam penganggaran, yakni:
a. Comprehensiveness (anggaran harus mencakup pendapatan dan pengeluaran).
b. Accuracy ( anggaran harus mencerminkan transaksi dan aliran yang aktual)

c. Annuality ( anggaran harus mencakup periode waktu yang tetap, biasanya pada
satu waktu fiskal).
d. Authoritativeness (dana publik yang dibelanjakan harus dibawah kuasa hukum).
e. Transparency (pemerintah harus memperlihatkan informasi anggaran baik yang
berupa estimasi maupun pengeluaran yang sebenarnya secara berkala).
Prinsip-prinsip penganggaran ini adalah untuk diterapkan dan dijalankan
melalui aturan-aturan

prosedural

yang

detail,

mencakup

lingkup

anggaran,

informasi didalamnya, timetable untuk pengambilan tindakan tertentu, bentuk-bentuk


untuk digunakan, otorisasi diperlukan sebelum dana-dana publik dikeluarkan, dst.
Due Process
Pendekatan Due Process memberikan manfaat yaitu membentuk basis
pengawasan keuangan dalam pemerintahan, memastikan bahwa informasi keuangan
rasional dan akurat, seragam, dan tepat waktu. Pemerintah tidak dapat mengatur
pengeluarannya sendiri secara efektif jika due process dilanggar secara material.
Namun, due process merupakan basis yang kurang memadai untuk mengatur
pengeluaran publik karena secara sistematis akan membawa pada hasil yang
bertentangan dan tidak diinginkan.
Manajemen pengeluaran pemerintah (PEM) berhubungan dengan fokus
insentif pada aspek informal penganggaran, sikap partisipan, dan perilaku yang
dipengaruhi aturan anggaran. Kedua, PEM juga dipengaruhi oleh informasi pembuat
kebijakan dan para manajer yang mengeluarkan uang publik. Kondisi informasi ini
dipengaruhi dari dua faktor yang berkaitan : yaitu biaya dalam menghasilkan dan
menyebarluaskan informasi yang relevan, dan manfaat-manfaat dimana penghasil
informasi (agen) memiliki informasi pengguna yang lebih (prinsipil). Ketiga, PEM
berkaitan dengan peran formal dimana pengawas pusat memiliki wewenang resmi
untuk

memutuskan segalanya mulai

dari

total

anggaran hingga beragam

pengeluaran.
Manajemen Pengeluaran Publik (Pem) Yang Modern
Manajemen pengeluaran publik (PEM) pada saat ini lebih mengacu pada
proses budgeting karena aturan-aturan yang prosedural sangat mempengaruhi
outcomes (hasil) dari pengeluaran. Aspek kunci dari budgeting yang mempengaruhi
hasil pengeluaran adalah pengaturan institusional, jenis informasi yang tersedia untuk
membuat dan menjalankan kebijakan pengeluaran, insentif yang menyediakan cara
untuk mempromosikan keinginan akan outcomes, serta jaminan dan implementasi
substanstif.
PEM terbagi dalam tiga basis objektif dari Manajemen Pengeluaran Publik
yang Modern, yaitu:
4

1. Aggregate Fiscal Dicipline


Disiplin fiskal memerlukan pengawasan pengumpulan anggaran yang efektif
yaitu : penerimaan total dan pengeluaran serta keseimbangan diantara total ini. Pada
saat kendali aggregat bekerja secara efektif,outcomes ini akan menjadi lebih disiplin
daripada akomodasi, hasilnya mereka peroleh dari keputusan yang dijalankan secara
eksplisit pada aggregatnya oleh pemerintahan.
Pengaturan Kelembagaan bagi Aggregate Fiscal Dicipline
a. Rules
Penetapan (pembatasan) pengeluaran total dan sektoral ditetapkan sebelum
pembuatan rinciannya. Pengeluaran total ini harus konsisten dengan batasan yang
telah ditentukan, yakni dalam kerangka waktu jangka menengah antara 3-5 tahun
(Medium-Term Expenditure Framework).
b. Roles
Peran Departemen keuangan harus kuat dalam penetapan total anggaran dalam
negosiasi dengan departemen teknis dan dalam rapat kabinet. Dalam tahap
implementasi anggaran, Departemen Keuangan dapat melakukan suatu tindakan
tegas jika ternyata terjadi pelanggaran dalam batas total.
c. Information
Medium Term Expenditure Framework memberikan suatu garis batas untuk
mengukur dampak anggaran dari adanya perubahan kebijakan. Dalam tahap
implementasi anggaran, pengeluaran diawasi untuk memastikan bahwa aggregate
fiscal dipenuhi.
2. Allocative Efficiency
Efisiensi alokatif dapat di kembangkan hanya bila permintaan informational dapat
diatur, konflik mengenai penganggaran dapat diredam dan para pembuat kebijakan
pengeluaran

tidak

melakukan

sabotase

pengaturan

prioritas

dan

proses

pengimplementasian anggaran.

Pengaturan Kelembagaan bagi Allocative Efficiency


a. Rules
Penetapan batas pengeluaran bagi sektor/departemen dan menteri didorong untuk
mere-alokasi dananya pada batas yang telah ditetapkan.
b. Roles
5

Pemerintah pusat harus memiliki kapasitas untuk mendefiniskan tujuan dan


prioritas nasional dan melakukan alokasi antar sektor secara konsisten dengan
Medium-Term Expenditure Framework. Menteri teknis yang kuat dengan otoritas
yang memadai untuk mere-alokasi dana pada area tanggung jawabnya melalui
masukan dari kabinet atau parlemen.
c. Information
Para menteri dan manager menyiapkan informasi atau menerima informasi
mengenai kebejasilan program yang direncanakan dan yang sesungguhnya dapat
dicapai. Mereka juga menerima informasi mengenai dampak dari pengeluaran yang
dilakukan dalam perspektif medium-term framework.
3. Operational Efficiency
Salah satu tujuan penganggaran adalah membuat ekonomis suatu pengoperasian
pemerintahan dengan mengendalikan items pengeluaran, yaitu pegawai, suplai,
peralatan, dll yang dibeli oleh agen-agen pemerintah.
Pengaturan Kelembagaan bagi Allocative Efficiency
a. Rules
Biaya operasional sangat terbatas karena itu para manajer diberikan diskresi dalam
menggunakan sumber daya. Biaya operasional ini sebisa mungkin dikurangi secara
progrsif untuk meningkatkan efisiensi.
b. Roles
Manajer tingkat menengah berperan menetapkan bagaimana berbagai sumber daya
yang terbatas digunakan. Diskrsi operasional diberikan kepada manajer berkaitan
dengan hal tersebut.
c. Information
Output anggaran dispesifikkan lebih lanjut dan output actual diperbandingkan
dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya. Informasi akan keuangan dan
organisasi yang mengatur anggaran dipublikasikan dalam laporan berkala dan pada
dokumen-dokumen lainnya.
2. KETERKAITAN

ANTARA

PUBLIK

EXPENDITURE

MANAJEMEN

DAN

KEUANGAN PUBLIK LOKAL.


Penerapan NPM seharusnya didukung dengan penerapan Public Expenditure
Management (PEM) dalam pengalokasian dan penggunaan sumber daya secara
responsif, efektif, dan efisien (Schiavo-Campo and Tomasi, 1999). PEM tidak hanya
dikaitkan dengan pengeluaran, tetapi juga memperhatikan pendapatan sebagai suatu
6

kesatuan, sehingga kooperasi aparat pajak dengan aparat penganggaran untuk


berbagai hal seperti budget forecasting, macroeconomic framework formulation,
trade-offs between outright expenditures, dan tax concessions adalah suatu keharusan.
Dalam kerangka desentralisasi, PEM dilaksanakan dengan memperhatikan
kondisi ekonomi, sosial, dan kemampuan daerah serta memperhatikan local factor
endowments, institusi daerah, dan kebutuhan daerah dalam perspektif jangka panjang.
Penerapan PEM dilaksanakan untuk mewujudkan agregate fiscal discipline, allocative
efficiency, dan operational efficiency (Schiavo-Campo and Tomasi, 1999; Campos,
2001). Hal tersebut dapat dilaksanakan apabila StrategicManagementAccounting
(SMA) diterapkan dalam pemerintahan. SMA membantu penyediaan informasi,
pengendalian, dan evaluasi kinerja meskipun lingkungan dan kebutuhan organisasi
terus berubah karena SMA menekankan continual feedback dan orientasi jangka
panjang dalam membuat keputusan strategis dan menilai efektivitasnya (Hoque,
2002).
3. SARAN UNTUK MELAKUKAN PENGENDALIAN BELANJA.
Dengan melihat APBN 2016 serta kapasitas fiskal yang ada maka adapun
saran yang diberikan untuk melakukan pengendalian belanja yaitu perlu adanya
Pemangkasan belanja di setiap pos-pos kementrerian dan lembaga, pemangkasan
dapat dilakukan mulai dari instrumen honor pegawai, perjalanan dinas, bantuan sosial
umum dan lain-lain. Kementerian dan lembaga yang ada juga harus melakukan
perencanaan belanja mana saja yang bisa dihemat.
Untuk melakukan pengendalain belanja maka hal-hal yang juga dapat
dilakuakan setiap kementerian dan lembaga adalah adalah:
Mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi, dan
kewenangan masing-masing, dalam rangka penghematan dan pengendalian
belanja kementerian dan lembaga.
Dengan tetap mengupayakan terpenuhinya pencapaian output/outcome dari
kegiatan/program prioritas nasional.
memperhatikan realisasi anggaran belanja Kementerian Negara/Lembaga
sampai

dengan

saat dilakukannya pemotongan anggaran, kegiatan yang

sudah terikat kontrak, pemenuhan kewajiban pemerintah yang bersifat in


kracht, serta tunggakan yang tidak dapat ditunda
pemotongan alokasi anggaran belanja barang non

mengoptimalkan

operasional

non

prioritas,

anggaran

yang diblokir, output cadangan,

perjalanan dinas, honorarium, dan biaya rapat, serta hasil optimalisasi/sisa


dana swakelola, sebagai sumber pemenuhan pemotongan anggaran;
7

Anda mungkin juga menyukai