Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Darah merupakan sesuatu yang sangat penting dalam tubuh manusia,karena
manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam pembuluh
darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung menuju paru-paru untuk
melepaskan sisa metabolisme berupa karbon dioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh
arteri pulmonalis, lalu dibawa kembali ke jantung melalui vena pulmonalis. Setelah itu darah
dikirimkan ke seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta. Darah mengedarkan oksigen ke
seluruh tubuh melalui saluran halus darah yang disebut pembuluh kapiler. Darah kemudian
kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena cava superior dan vena cava inferior.Darah
juga memiliki fungsi mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah
juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan
mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari
berbagai penyakit.
Jumlah darah total berkisar antara 7-8% bobot tubuh. Pada orang dewasa harga ini yaitu
4-6 liter volume darah (normovolemia).Secara fisiologi, volume darah normal dapat turun
(hipovolemia setalah pengeluaran keringat yang banyak dan lama atau kehausan) atau menignkat
(hipervolemia pada bayi, wanita hamil dan orang hidup di pegunungan tinggi). Organ yang
kurang atau tidak mendapat pasokan darah yang cukup akan dengan cepat kehilangan
kemampuan fungsi normalnya.
Didalam darah mengandung komponen komponen penyusun darah seperti eritrosit,
leukosit, trombosit, dan plasma darah.Darah manusia berwarna merah, antara merah terang
apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah
disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi
dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen.

Didalam makalah ini penulis akan membahas tentang komponen darah yaitu Eritrosit, karena
banyak penyakit yang disebabkan karena adanya kelainan pada sel darah merah ini yang sebagai
pembawa oksigen ke seluruh tubuh. Sel darah merah ini berfungsi untuk membantu darah untuk
mengangkut oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh ke seluruh tubuh manusia. Sel darah merah
merupakan bagian yang paling besar yang berupa bikonkaftak berinti dengan diameter rata-rata
7,5m (normosit), tebal tepi sekitar 2m dan tebal bagian tengahnya sekitar 1m.
Di dalam tubuh, eritrosit mengandung hemoglobin yang diperlukan untuk mengangkut
oksigen, yaitu sekitar 3x10 g tiap eritrosit. tidak berasosiasi secara ketat dengan organ atau
jaringan tertentu, mereka bekerja secara independen seperti organisme sel tunggal. Leukosit
mampu bergerak secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan seluler, partikel asing,
atau mikroorganisme penyusup. Selain itu, leukosit tidak bisa membelah diri atau bereproduksi
dengan cara mereka sendiri, melainkan mereka adalah produk dari sel puncahematopoietic
pluripotent yang ada pada sumsum tulang. Leukosit turunan meliputi: sel NK, sel biang,
eosinofil, basofil, dan fagosit termasuk makrofaga, neutrofil, dan sel dendritik
Ada lima jenis leukosit yang dipisahkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama
adalah kelompok leukosit yang sitoplasmanya bergranula, disebut leukosit bergranula
(granulosit). Granulosit ini merupakan perkembangan dari sel-sel sumsum merah tulang. Sel
Leukosit bergranula juga disebut dengan leukosit polimorfonuklier karena bentuk inti selnya
beraneka ragam.
I.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini diharapkan mahasiswa :
1. Mengetahui fisiologi sel darah merah (eritrosit) meliputi klasifikasi, morfologi,
fungsi,pembentukan eritosit, danmasa hidup eritrosit,.
2. Mengetahui etiologi, patogenesis, gejala klinis, dan komplikasi dari penyakit yang
memiliki kelainan eritrosit.
3. Mengetahui dasar penegakkan diagnosis dan tata laksana penyakit pada kelainan
ataupun kekurangan eritrosit.
2

I.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana fisiologi sel darah merah (eritrisot) meliputi klasifikasi, morfologi, fungsi,
dan pembentukan eritrosit, masa hidup eritrosit, perhitungan jumlah eritrosit?
2.

Bagaimana

etiologi,

patogenesis,

gejala

klinis,

dan

komplikasi

dari

kekurangan/kelebihan eritosit?
3. Apa saja dasar penegakkan diagnosis dan tata laksana penyakit kekurangan/kelainan
eritrosit?

I.4 Manfaat penulisan


Manfaat penulisan laporan ini diharapkan mahasiswa :Dapat mendiagnosis pasien dengan
keganasan hematologi khususnya penyakit-penyakit yang disebabkan dengan adanya gangguan
pada sel darah merah (eritrosit) secara cermat dan tepat serta dapat melakukan penatalaksanaan
pada pasien dengan kelainan sel darah merah (eritrosit) secara profesional.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1

Defenisi Darah
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup(kecuali tumbuhan) tingkat

tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh,
mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap
virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau
hemato- yang berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah.
Pada serangga, darah (atau lebih dikenal sebagai hemolimfe) tidak terlibat dalam
peredaran oksigen. Oksigen pada serangga diedarkan melalui sistem trakea berupa saluransaluran yang menyalurkan udara secara langsung ke jaringan tubuh. Darah serangga mengangkut
zat ke jaringan tubuh dan menyingkirkan bahan sisa metabolisme.
Pada hewan lain, fungsi utama darah ialah mengangkut oksigen dari paru-paru atau
insang ke jaringan tubuh. Dalam darah terkandung hemoglobin yang berfungsi sebagai pengikat
oksigen. Pada sebagian hewan tak bertulang belakang atau invertebrata yang berukuran kecil,
oksigen langsung meresap ke dalam plasma darah karena protein pembawa oksigennya terlarut
secara bebas. Hemoglobin merupakan protein pengangkut oksigen paling efektif dan terdapat
pada hewan-hewan bertulang belakang atau vertebrata. Hemosianin, yang berwarna biru,
mengandung tembaga, dan digunakan oleh hewan crustaceae. Cumi-cumi menggunakan
vanadium kromagen (berwarna hijau muda, biru, atau kuning oranye).
Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari
darah, angka ini dinyatakan dalam nilai hermatokrit atau volume sel darah merah yang
dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan
yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah.

II. 2

Fungsi Darah
Fungsi Utama Darah diantaranya adalah :
Mentransport oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan dengan bantuan eritrosit,
karbondioksida dari jaringan dibawa kembali ke paru-paru

Pada saat yang sama makanan, mineral, hormon, dll, serta bahan obat dan produknya
dibawa ke sel dan hasil metabolisme dibawa kembali untuk dibuang

Disamping itu darah berperan penting dalam pemeliharaan PH dalam tubuh sehingga
berperan sebagai dapar (protein, fosfat, hidrogen, karbonat)

Pengaturan suhu tubuh organisme dengan membawa energi kalor yang dibentuk
metabolisme ke permukaan tubuh

Darah ikut berperan penting dalam pertahanan tubuh terhadap masuknya zat asing atau
penyebab penyakitnya.

II. 3

Bagian-Bagian Darah
Darah terdiri atas sel sel darah ( 45% ) dan plasma darah atau cairan darah (55%). Pada

darah terdapat komponen komponen darah yang menjadi bagian bagian penting dari darah
yang mengalir pada tubuh kita,diantaranya adalah sebagai berikut :

Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%).


a. Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak dianggap sebagai
sel dari segi biologi. Sel darah merah juga berperan dalam penentuan golongan darah.
Orang yang kekurangan eritrosit menderita penyakit anemia.Sel darah merah
(eritrosit) merupakan sel yang paling banyak dibandingkan dengan 2 sel lainnya,
dalam keadaan normal mencapai hampir separuh dari volume darah. sel darah merah
mengandung hemoglobin, yang memungkinkan sel darah merah membawa oksigen
dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh jaringan tubuh. Oksigen dipakai
untuk membentuk energi bagi sel-sel, dengan bahan limbah berupa karbon dioksida,
yang akan diangkut oleh sel darah merah dari jaringan dan kembali ke paru-paru.

Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%)


Trombosit bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah. Keping darah (trombosit),
Merupakan paritikel yang menyerupai sel, dengan ukuran lebih kecil daripada sel darah
merah atau sel darah putih. Trombosit (platelet) adalah komponen sel darah yang
berfungsi dalam proses menghentikan perdarahan dengan membentuk gumpalan.
Penurunan sampai di bawah 100.000/ l (Mcl) berpotensi terjadi perdarahan dan
hambatan pembekuan darah. Jumlah normal pada tubuh manusia adalah 200.000400.000/Mcl darah. Sebagai bagian dari mekanisme perlindungan darah untuk
menghentikan perdarahan, trombosit berkumpul dapa daerah yang mengalami perdarahan
dan mengalami pengaktivan. Setelah mengalami pengaktivan, trombosit akan melekat
satu sama lain dan menggumpal untuk membentuk sumbatan yang membantu menutup
pembuluh darah dan menghentikan perdarahan. Pada saat yang sama, trombosit
melepaskan bahan yang membantu mempermudah pembekuan.

Sel darah putih atau leukosit (0,2%)


Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk
memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal virus
atau bakteri. Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk yang tetap. Orang
yang kelebihan leukosit menderita penyakit leukimia, sedangkan orang yang kekurangan
leukosit menderita penyakit leukopenia.Sel darah putih (leukosit).

Jumlahnya lebih

sedikit, dengan perbandingan sekitar 1 sel darah putih untuk setiap 660 sel darah merah.
terdapat 5 jenis utama dari sel darah putih yang bekerja sama untuk membangun
mekanisme utama tubuh dalam melawan infeksi, termasuk menghasilkan antibodi. Antara
lain ;
neutrofil, juga disebut granulosit karena berisi enzim yang mengandung granulgranul, jumlahnya paling banyak. neutrofil membantu melindungi tubuh melawan
infeksi bakteri dan jamur dan mencerna benda asing sisa-sisa peradangan. Ada 2

jenis neutrofil, yaitu neutrofil berbentuk pita (imatur, belum matang) dan neutrofil
bersegmen (matur, matang).
limfosit memiliki 2 jenis utama, yaitu limfosit t (memberikan perlindungan
terhadap infeksi virus dan bisa menemukan dan merusak beberapa sel kanker) dan
limfosit b (membentuk sel-sel yang menghasilkan antibodi atau sel plasma).
monosit mencerna sel-sel yang mati atau yang rusak dan memberikan perlawanan
imunologis terhadap berbagai organisme penyebab infeksi.
eosinofil membunuh parasit, merusak sel-sel kanker dan berperan dalam respon
alergi.
basofil juga berperan dalam respon alergi.

Gambar I
Susunan Darah. serum darah atau plasma terdiri atas:
1. Air: 91,0%
2. Protein: 8,0% (Albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen)
3. Mineral: 0.9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam dari kalsium, fosfor,
magnesium dan zat besi, dll)
Plasma darah pada dasarnya adalah larutan air yang mengandung :

albumin

bahan pembeku darah

II. 4

immunoglobin (antibodi)

hormon

berbagai jenis protein

berbagai jenis garam


Pembentukan Sel darah
Hematopoiesis merupakan proses pembentukan komponen sel darah, dimana terjadi

proliferasi, maturasi dan diferensiasi sel yang terjadi secara serentak. Proliferasi sel
menyebabkan peningkatan atau pelipatgandaan jumlah sel, dari satu sel hematopoietik
pluripotent menghasilkan sejumlah sel darah. Maturasi merupakan proses pematangan sel darah,
sedangkan diferensiasi menyebabkan beberapa sel darah yang terbentuk memiliki sifat khusus
yang berbeda-beda. Di dalam sumsum tulang, semua sel darah berasal dari satu jenis sel yang
disebut sel stem. Jika sebuah sel stem membelah, yang pertama kali terbentuk adalah sel darah
merah yang belum matang (imatur), sel darah putih atau sel yang membentuk trombosit
(megakariosit). Kemudian jika sel imatur membelah, akan menjadi matang dan pada akhirnya
menjadi sel darah merah, sel darah putih atau trombosit.
Proses yang terjadi bisa lebih jelas dilihat melalui gambar di bawah ini :

Hematopoiesis pada manusia terdiri atas beberapa periode :


1. Mesoblastik
Dari embrio umur 2 10 minggu. Terjadi di dalam yolk sac. Yang dihasilkan adalah
HbG1, HbG2, dan Hb Portland.
2. Hepatik
Dimulai sejak embrio umur 6 minggu terjadi di hati Sedangkan pada limpa terjadi pada
umur 12 minggu dengan produksi yang lebih sedikit dari hati. Disini menghasilkan Hb.
3. Mieloid
Dimulai pada usia kehamilan 20 minggu terjadi di dalam sumsum tulang, kelenjar
limfonodi, dan timus. Di sumsum tulang, hematopoiesis berlangsung seumur hidup terutama
menghasilkan HbA, granulosit, dan trombosit. Pada kelenjar limfonodi terutama sel-sel
limfosit, sedangkan pada timus yaitu limfosit, terutama limfosit T.
Beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembentukan sel darah di antaranya adalah asam
amino, vitamin, mineral, hormone, ketersediaan oksigen, transfusi darah.

BAB III
PEMBAHASAN
III. 1.

Definisi Eritrosot atau Sel Darah Merah


Eritrosit berasal dari Bahasa Yunani, yaitu erythros berarti merah dan kytos yang berarti

selubung sel, sel darah merah adalah jenis sel darah yang paling banyak.Eritrosit merupakan
bagian utama dari sel-sel darah. Warna eritrosit kekuning-kuningan dan dapat berwarna merah
karena dalam sitoplasmanya terdapat pigmen warna merah berupa hemoglobin.Menurut Sloane
(2003), eritrosit merupakan diskus bikonkaf, bentuknya bulat dengan lekukan pada sentralnya
dan berdiameter 7,65 m. Eritrosit terbungkus dalam membran sel dengan permeabilitas tinggi.
Membran ini elastis dan fleksibel, sehingga memungkinkan eritrosit menembus kapiler
(pembuluh darah terkecil). Setiap eritrosit mengandung sekitar 200 juta molekul hemoglobin,
sejenis pigmen pernapasan yang mengikat oksigen. Volume hemoglobin mencapai sepertiga
volume sel.
Eritrosit merupakan sel yang paling banyak dibandingkan dengan 2 sel lainnya, dalam
keadaan normal mencapai hampir separuh dari volume darah.Setiap mm kubiknya darah pada

10

seorang laki-laki dewasa mengandung kira-kira 5 juta sel darah merah dan pada seorang
perempuan dewasa kira-kira 4 juta sel darah merah.
Gambar Eritrosit

III. 2.

Fungsi Eritrosit
1. Tiap-tiap sel darah merah mengandung 200 juta molekul hemoglobin. Fungsi utama dari
sel sel darah merah atau eritrosit, yang mengandung hemoglobin. Hemoglobin (Hb)
merupakan suatu protein yang mengandung senyawa besi hemin, hemoglobin berfungsi
mengikat oksigen di paru-paru untuk diedarkan ke seluruh

jaringan tubuh dan

mengikatbahan limbah berupa karbondioksida yang diangkut dari jaringan tubuh kembali
ke paru-paru dan dikeluarkan dari tubuh.
2Hb2+ 4 O2 ==> 4 Hb O2 (oksihemoglobin). Setelah sampai di sel-sel tubuh, terjadi
reaksi pelepasan oksigen oleh Hb.
4 Hb O2 ==> 2 Hb2+ 4 O2.Hb yang tadi bersenyawa dengan oksigen setalah dilepaskan
oksigen akan mengikat karbondioksida yang disebut karbondioksida hemoglobin yang
mana kabondioksida tersebut akan dikeluarkan melalui paru-paru.
Selain mengangkut hemoglobin, sel-sel darah merah juga mempunyai fungsi lain.
Contohnya, ia mengandung banyak sekali karbonik anhidrase, yang mengkatalisis reaksi
antara karbon dioksida dan air, sehingga meningkatkan kecepatan reaksi bolak-balik ini
beberapa ribu kali lipat. Cepatnya reaksi ini membuat air dalam darah bereaksi dengan
banyak sekali karbon dioksida, dan dengan demikian mengangkutnya dari jaringan
menuju paru-paru dalam bentuk ion bikarbonakt (HCO3-). Hemoglobin yang terdapat sel
dalam sel juga merupakan dapar asam-basa (seperti juga pada kebanyakan protein),
11

sehingga sel darah merah bertanggung jawab untuk sebagian besar daya pendaparan
seluruh darah.
2. Berfungsi dalam penentuan golongan darah
3. Eritrosit berperan dalam kekebalan tubuh. Ketika sel darah merah mengalami proses lisis
oleh pathogen atau bakteri, maka hemoglobin di dalam sel darah merah akan melepaskan
radikal bebas yang akan menghancurkan dinding dan membrane sel pathogen serta
membunuhnya
4. Melebarkan pembuluh darah dan melancarkan arus darah, (dimana eritrosit melepaskan
senyawa S-nitrosothiol saat hemoglobin teroksigenasi yang juga berfungsi untuk
melebarkan dan melancarkan arus darah menuju ke daerah tubuh yang kekurangan
oksigen).
III. 3.

Pembentukan dan Masa Hidup Eritrosit


Setelah masa hidup kemudian dirombak di dalam hati dan limpa. Sebagian hemoglobin

diubah menjadi bilirubin dan biliverdin, yaitu pigmen biru yang memberi warna empedu zat besi
hasil penguraian hemoglobin dikirim ke hati dan limpa, selanjutnya digunakan untuk membentuk
eritrosit baru.
Eritrosit dihasilkan pertama kali di dalam kantong kuning telah pada saat embrio mingguminggu pertama. Eritropoisis adalah proses pembentukan eritrosit. Setelah beberapa bulan
kemudian eitrosit terbentuk di dalam hati, limfa, dan kelenjar sum-sum tulang.Hormone
eritropoietin merangsang pembentukan eritrosit, setalah dewasa eritrosit dibentuk di sum-sum
tulang membranosa. Semakin bertambah usia seseorang, maka produktivitas sum-sum tulang
semakin turun.
Eritrosit dibentuk dalam sum-sum merah tulang pipih, misalnya di tulang dada, tulang
selangka dan di dalam ruas-ruas tulng belakang. Pembentukannya terjadi selama 7 hari.Pada
awalnya eritrosit mempunyai inti, kemudian inti lenyap dan hemoglobin terbentuk. Setetah
hemoglobin terbentuk, eritrosit dilepas dari tempat pembentukannya dan masuk ke dalam
sirkulasi darah,kira-kira setiap hari ada 200.000 eritrosit yang dibentuk dan dirombak. Jumlah ini
kurang dari 1% dari jumlah eritrosit secara keseluruhan.
Masa Hidup Eritrosit

12

Masa hidup eritrosit hanya sekitar 120 hr atau 4 bulan.Dalam keadaan normal, sel darah
merah atau eritrosit mempunyai waktu hidup 120 hari didalam sirkulasi darah, Jika menjadi tua,
sel darah merah akan mudah sekali hancur atau robek sewaktu sel ini melalui kapiler terutama
sewaktu melalui limpa. Penghancuran sel darah merah bisa dipengaruhi oleh faktor intrinsik
seperti :genetik, kelainan membran, glikolisis, enzim, dan hemoglobinopat (kelainan pada
hemoglobin), sedangkan faktot ekstrinsik : gangguan sistem imun, keracunan obat, infeksi
seperti akibat plasmodium jika suatu penyakit menghancurkan sel darah merah sebelum
waktunya

(hemolisis),

sumsum tulang

berusaha

menggantinya

dengan

mempercepat

pembentukan sel darah merah yang baru, sampai 10 kali kecepatan normal. Jika penghancuran
sel

darah merah

melebihi

pembentukannya, maka akan

terjadi anemia

hemolitik.

(Guyton&Hall Fisiologi Kedokteran Edisi 9 :61).

III. 4.

Kelainan Eritrosit

Kelainan eritrosit dapat digolongkan menjadi :


1) Kelainan berdasarkan ukuran eritrosit
Ukuran normal eritrosit antara 6,2 8,2 Nm (normosit)
Kelainan berdasarkan ukuran:
a) Makrosit
Ukuran eritrosit yang lebih dari 8,2 Nm terjadi karena pematangan inti eritrosit
terganggu, dijumpai pada defisiensi vitamin B atau asam folat.
Penyebab

lainnya

adalahkarena

rangsangan

eritropoietin

yang

berakibat

meningkatkatnya sintesa hemoglobin dan meningkatkan pelepasan retikulosit kedalam


sirkulasi darah. Sel ini didapatkan pada anemia megaloblastik, penyakit hati menahun
berupa thin macrocytes dan pada keadaan dengan retikulositosis, seperti anemia
hemolitik atau anemia paska pendarahan.
b) Mikrosit
Ukuran eritrosit yang kurang dari 6,2 Nm. Terjadinya karena menurunnya sintesa
hemoglobin yang disebabkan defisiensi besi, defeksintesa globulin, atau kelainan
mitokondria yang mempengaruhi unsure hem dalam molekul hemoglobin. Sel ini
didapatkan pada anemia hemolitik, anemia megaloblastik, dan pada anemia defisiensi
besi.
13

c) Anisositosis
Pada kelainan ini tidak ditemukan suatu kelainan hematologic yang spesifik,
keadaan ini ditandai dengan adanya eritrosit dengan ukuran yang tidak sama besar
dalam sediaan apusan darah tepi (bermacam-macam ukuran). Sel ini didapatkan pada
anemia mikrositik yang ada bersamaan anemia makrositik seperti pada anemia gizi.
Dalam masyarakat dikenal penyakit kurang darah yang biasa disebut dengan anemia. Sebenarnya
anemia bukanlah penyakit kurang darah. Definisi yang lebih tepat adalah kurangnya (defisiensi)
sel darah merah karena kadar hemoglobin yang rendah dalam darah.
Jumlah rata rata sel darah merah/mm pada laki-laki normal adalah 5.200.000,
sedangkan pada wanita normal 4.700.000. Jika seseorang memiliki jumlah sel darah merah/mm
kurang dari rata-rata jumlah normal, bisa dikatakan ia menderita anemia. Sel darah merah
dibentuk di sumsum tulang. Dalam pembentukannya diperlukan vitamin B12 (sianokobalamin)
dan asam folat.
Salah satu bagian yang menyusun sel darah merah adalah hemoglobin. Hemoglobin
merupakan suatu struktur protein yang merupakan bagian dari sel darah merah dan yang
menyebabkan warna merah pada darah. Hemoglobin bertugas mengikat oksigen dari paru-paru
dan membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen semua
jaringan tubuh.
Dalam pembentukan hemoglobin diperlukan zat besi. Jika tubuh kekurangan zat besi
(defisiensi zat besi), maka akan menghambat pembentukan hemoglobin yang berakibat pada
terhambatnya pembentukan sel darah merah. Selanjutnya timbullah anemia akibat kekurangan
zat besi yang disebut dengan anemia defisiensi zat besi.
Pembagian anemia :

Anemia hemoragi, terjadi akibat kehilangan darah akut. Sumsum tulang secara bertahap

akan memproduksi sel darah merah baru untuk kembali kekondisi normal
Anemia defisiensi zat besi, terjadi akibat penurunan asupan makanan,penurunan daya

absorsi atau kehilangan zat besi secara berlebihan


Anemia aplastik (sumsum tulang tidak aktif) ditandai dengan penurunan sel darah merah
secara

besar-besaran.

Hal

ini

dapat

berlebihan,keracunan zat kimia atau kanker.


14

terjadi

karena

pajanan

radiasi

yang

Anemia pernicious, karena tidak ada vitamin B12


Anemia sel sabit, penyakit keturunan dimana molekul hemoglobin yang berbeda dari
hemoglobin normalnya karena penggantian salah satu asam amino pada rantai polipeptida
beta. Akibatnya sel darah merah terdistorsi menjadi berbentuk sabit dalam kondisi
konsentrasi oksigen yang rendah. Sel-sel terdistorsi ini menutup kapiler dan mengganggu
aliaran darah.

Gambar eritrosit abnormal :

Hipochrome, dapat ditemukan pada anemia kurang besi (defisiensi fe), sickle cells anemia,
thalassemia, atau anemia karena penyakit kronis.

Makrositik, berarti volume eritrosit lebih besar dari normal. Dapat ditemukan pada penyakit
anemia megaloblastik karena kurang vit.B12 atau asam folat, anemia setelah perdarahan akut,
atau anemia karena penyakit hati kronik.

15

Bintik basofil, dapat ditemukan pada anemia sideroblastik dan keracunan timbal.

Gametosit

Ring Form

Kedua gambaran ini dapat ditemukan pada pasien malaria. Prosedur pemeriksaannya dengan
tetes tebal dan tetes tipis. Pada pemeriksaan ini dapat juga ditemukan skizon dan eritrosit yang
telah pecah karena hemolisis.

Aglutinasi

Akantosit

16

Sel Sabit

Sferosit

Howell Joly Bodies

Skistosit

2) Kelainan berdasarkan bentuk eritrosit


a) Ovalosit
Eritrosit yang berbentuk lonjong . Evalosit memiliki sel dengan sumbu panjang
kurang dari dua kali sumbu pendek. Evalosit ditemukan dengan kemungkinan bahwa
pasien menderita kelainan yang diturunkan yang mempengaruhi sitoskelekton eritrosit
misalnya ovalositosis herediter.
b) Sferosit
Sel yang berbentuk bulat atau mendekati bulat. Sferosit merupakan sel yang telah
kehilangan sitosol yang setara. Karena kelainan dari sitoskelekton dan membrane
eritrosit.
c) Schistocyte

17

Merupakan fragmen eritrosit berukuran kecil dan bentuknya tak teratur, berwarna
lebih tua. Terjadi pada anemia hemolitik karena combusco reaksi penolakan pada
transplantasi ginjal.
d) Teardrop cells (dacroytes)
Berbentuk seperti buah pir. Terjadi ketika ada fibrosis sumsum tulang atau
diseritropoesis berat dan juga dibeberapa anemia hemolitik, anemia megaloblastik,
thalasemia mayor, myelofibrosi idiopati karena metastatis karsinoma atau infiltrasi
myelofibrosis sumsum tulang lainnya.
e) Blister cells
Eritrosit yang terdapat lepuhan satu atau lebih berupa vakuola yang mudah pecah,
bila pecah sel tersebut bisa menjadi keratosit dan fragmentosit. Terjadi pada anemia
hemolitik mikroangiopati.
f) Acantocyte / Burr cells
Eritrosit mempunyai tonjolan satu atau lebih pada membrane dinding sel kaku.
Terdapat duri-duri di permukaan membrane yang ukurannya bervariasi dan
menyebabkan sensitif terhadap pengaruh dari dalam maupun luar sel. Terjadi pada
sirosis hati yang disertai anemia hemolitik, hemangioma hati, hepatitis pada neonatal.
g) Sickle cells (Drepanocytes)
Eritrosit yang berbentuk sabit. Terjadi pada reaksi transfusi, sferositosis
congenital, anemia sel sickle, anemia hemolitik.
h) Stomatocyte
Eritrosit bentuk central pallor seperti mulut. Tarjadi pada alkoholisme akut, sirosis
alkoholik, defisiensi glutsthione, sferosis herediter, nukleosis infeksiosa, keganasan,
thallasemia.
i) Target cells
Eritrosit yang bentuknya seperti tembak atau topi orang meksiko.Terjadi pada
hemogfobinopati, anemia hemolitika, penyakit hati.

18

Gambar Kelaninan Eritrosit Berdasarkan Bentuknya

3)

Kelainan berdasarkan warna eritrosit


a) Hipokromia
Penurunan warna eritrosit yaitu peningkatan diameter central pallor melebihi
normal sehingga tampak lebih pucat. Terjadi pada anemia defisiensi besi, anemia
sideroblastik, thallasemia dan pada infeksi menahun.
b) Hiperkromia
Warna tampak lebih tua biasanya jarang digunakan untuk menggambarkan ADT.
c) Anisokromasia
Adanya peningkatan variabillitas warna dari hipokrom dan normokrom.
Anisokromasia umumnya menunjukkan adanya perubahan kondisi seperti kekurangan
zat besi dan anemia penyakit kronis.
d) Polikromasia
Eritrosit berwarna merah muda sampai biru. Terjadi pada anemia hemolitik, dan
hemopoeisis ekstrameduler.

4)

Kelainan berdasarkan benda inklusi eritrosit


a) Basophilic stipping

19

Suatu granula berbentuk ramping / bulat, berwarna biru tua. Sel ini sulit
ditemukan karena distribusinya jarang.
b) Kristal
Bentuk batang lurus atau bengkok, mengandung pollimer rantai beta Hb A,
dengan pewarnaan brilliant cresyl blue yang Nampak berwarna biru.
c) Heinz bodies
Benda inklusi berukuran 0,2 -22,0 Nm. Dapat dilihat dengan pewarnaan crystal
violet / brillian cresyl blue.
d) Howell-jouy bodies
Bentuk bulat, berwarna biru tua atau ungu, jumlahnya satu atau dua mengandung
DNA. Karena percepatan atau abnormalitas eritropoeisis. Terjadi pada anemia
hemolitik, post operasi, atrofi lien.
e) Pappenheimer bodies
Berupa bintik, warna ungu dengan pewarnaan wright. Dijumpai pada
hiposplenisme, anemia hemolitika.
III. 5.

Cara Pemeriksaan Eritrosit


1. Menghitung Jumlah Eritrosit
Prinsip:Darah diencerkan dalam pipet eritrosit, kemudian dimasukkan ke dalam kamarhitung.
Jumlah eritrosit dihitung dalam volume tertentu. Dengan mengalikan terhadap faktor
perhitungan diperoleh jumlah eritrosit dalam satuan volume darah.
Bahan: Darah kapiler
Reagen:

- Alkohol
- Larutan Hayem, terdiri dari:
Natrium sulfat 2.5g, Natrium klorid 0.5g, Merkuri klorid 0.2g dan

Aquadest 100 ml.


- Larutan gowers, terdiri dari :
Natrium sulfat 12,5 g, Asam asetat glacial 33,3 ml, Aquadest add 200 ml
Menghitung sel darah dengan menggunakan mikroskop.
Nilai normal jumlah eritrosit:
Laki-laki : 4,6 s/d 6,2 juta/ml

Wanita : 4,2 s/d 5,4 juta/ml

2. Sediaan Apus Darah Tepi

20

Sedian apus darah tepi (A peripheral blood smear / peripheral blood film)
merupakan slide untuk mikroskop (kaca objek) yang pada salah satu sisinya di lapisi
dengan lapisan tipis darah vena yang diwarnai dengan pewarnaan (biasanya Giemsa,
Wright) dan diperiksa di bawah/ dengan menggunakan mikroskop.
Metode: Teknik slide dorong (push slide) yang pertama kali diperkenalkan oleh Maxwell
Wintrobe dan menjadi metoda standar untuk sedian apus darah tepi.
Tujuan :Untuk menilai berbagai unsur sel darah tepi seperti eritrosit, leukosit, trombosit
dan mencari adanya parasit seperti malaria, microfilaria dan lain sebagainya.
Bahan:Darah kapiler tanpa antikoagulan atau darah vena dengan antikoagulan EDTA
dengan perbandingan 1 mg/ cc darah.

Zona morfologi sebaiknya paling kurang 2 cm.

Gambar 2. Zona pemeriksaan sediaan apus darah tepi

21

Teknik pemeriksaan apus darah tepi adalah sebagai berikut:


Sediaan apus darah tepi terdiri atas bagian kepala dan bagian ekor. Pada bagian
kepala sel-sel bertumpuk-tumpuk terutama eritrosit, sehingga bagian ini tidak dapat
dipakai untuk pemeriksaan morfologi sel. Eritrosit sebaiknya diperiksa di bagian
belakang ekor, karena disini eritrosit terpisah satu sama lain (Pendidikan Ahli Madya
Analis Kesehatan, 1996).
Ciri sediaan apus darah tepi yang baik adalah:
1. Sediaan tidak melebar sampai tepi kaca objek, panjangnya1/2 sampai 2/3 panjang kaca.
2. Mempunyai bagian yang cukup tipis untuk diperiksa, pada bagian itu eritrosit tersebar
rata berdekatan dan tidak saling bertumpukan.
3. Pinggir sediaan rata, tidak berlubang-lubang atau bergaris-garis.
4. Penyebaran leukosit yang baik tidak berkumpul pada pinggir atau ujung sedimen.
Dari pemeriksaan sediaan apus sel darah tepi maka dapat dilihat bentuk sel darah merah
yang normal dan sel darah merah yang abnormal.
3. Laju Endap Darah (LED/BBS)
Metode: Wastergreen
Prinsip : Darah yang telah diberi antikoagulan bila didiamkan dalam beberapa waktu
tertentu akan mengendap. Dalam hal ini yang dihitung adalah kecepatan waktu
pengendapannya
Tujuan : Menetapkan laju endap darah (LED) dalam waktu tertentu
Alat : - Pipet Wastergreen
- Rak Wetergreen
- Karet penghisap
-Pencatat waktu/stop watch
- Tabung penampung darah
Bahan : - Darah vena
- Larutan natrium sitrat 3,8%
Cara kerja :
1. Siapkan tabung yang kering dan bersih kemudian isi dengan larutan natrium sitrat
3,8% sebanyak 0,4 ml
2. Masukkan darah kedalam tabung yang telah terisi natrium sitrat 3,8% sebanyak
1,6ml
3. Isap kedalam pipet wastergreen dengan menggunakan karet penghisap sampai
tanda 0 mm
22

4. Pipet kemudian dipasang pada rak wastergreen dalam posisi tegak lurus
5. Baca setelah 60 menit. Tinggi lapisan plasma dibaca dari 0 sampai batas plasma
endapan darah
Nilai normal
- Laki-laki : 0-12 mm/jam
- Wanita
: 0-20 mm/jam
- Anak <10 mm/jam
- Bayi baru lahir 0-2 mm/jam
4. Hematokrit (HMT)
Hematokrit adalah proses pemisahan darah. Hematokrit berasal dari kata haimat
yang berarti darah, dan krinein yang berarti memisahkan (Dep Kes RI, 1989).Hematokrit
(mikro) adalah volume eritrosit yang dipisahkan dari plasma dengan memutarnya di
dalam tabung khusus yang nilainya dinyatakan dalam persen.
Nilai hematokrit digunakan untuk mengetahui nilai eritrosit rata-rata dan untuk
mengetahui ada tidaknya anemia.
Penetapan nilai hematokrit dapat dilakukan dengan cara makro dan mikro. Penetapan
hematokrit cara manual (metode mikro) dapat dilakukan sangat teliti, kesalahan metodik
rata-rata 2 % (Gandasoebrata, 2007).
Nilai normal (%):
- Pria 40-48 vol %
- Wanita 37-43 vol %
- Anak-anak 33-38 vol %
Penurunan HMT terjadi pada pasien:
Yang mengalami kehilangan darah akut (kehilangan darah secara mendadak, misal pada
kecelakaan), anemia, leukemia, gagal ginjal kronik, mainutrisi, kekurangan vitamin B
dan C, kehamilan, ulkuspeptikum (penyakit tukak lambung).
Peningkatan HMT terjadi pada pesien:
Yang dehidrasi, diare berat, eklampsia (komplikasi pada kehamilan), efek pembedahan,
dan luka bakar, dan Iain-Iain.
5. Hemoglobin (HB)
Hemoglobin adalah molekul di dalam eritrosit (sel darah merah) dan bertugas
untukmengangkut oksigen. Kualitas darah dan warna merah pada darah ditentukan oleh
kadar

Hemoglobin.

Nilai normal Hb :
-

Wanita 12-16 g/dL

- Pria 14-18g/dL
23

Anak-anak 10-16 g/dL

- Bayi baru lahir 12-24 g/dL

Penurunan Hb terjadi pada penderita:


Anemia penyakit ginjal, dan pemberian cairan intra-vena (misalnya infus) yang
berlebihan. Selain itu dapat pula disebabkan oleh obat-obatan tertentu seperti antibiotika,
aspirin, antineoplastik (obat kanker), indometasin (obat antiradang).

Peningkatan Hb terjadi pada pasien:


Dehidrasi, penyakit paru obstruktif menahun (COPD), gagal jantung kongestif,
dan luka bakar. Obat yang dapat meningkatkan Hb yaitu metildopa (salah satu jenis obat
darah tinggi) dan gentamicin (Obat untuk infeksi pada kulit).
III. 6.

Akibat Kelebihan dan Kekurangan Eritrosit

a) Penurunan eritrosit
- Kehilangan darah (perdarahan)
- Anemia, infeksi kronis, leukemia, dan hidrasi berlebihan.
b) Peningkatan eritrosit
- Polisitemia vena
- Hemokonsentrasi
- Dehidrasi
- Penyakit kardio vaskuler
III. 7.

Pengobatan atau Tatalaksana


1. Pengobatan untuk penderita anemia
Makanlah variasi makanan yang kaya besi, asam folat, dan B12 dari empat kelompok
makanan wajib (protein, karbohidrat, lemak, sayuran dan buah) Mengkonsumsi makanan
yang kaya akan vitamin C ( asam askorbat) seperti jeruk, tomat,mangga dan lain-lain,
sebab asam askorbat dapat meningkatkan penyerapan zat besi.
2. Pengobatan untuk penderita anemia defisiensi zat besi

24

Pengobatan terdiri atas pemberian preparat besi secara oral berupa garam fero
(sulfat, glukonat, fumarat dan lain-lain).Penggunaan secara intramuskular atau
intravena berupa besi dextran dapat dipertimbangkan jika respon pengobatan oral
tidak berjalan baik 4-30 hari setelah pengobatan didapatkan peningkatan kadar
hemoglobin dan cadangan besi terpenuhi 1-3 bulan setelah pengobatan.10 Untuk
menghindari adanya kelebihan besi maka jangka waktu terapi tidak boleh lebih dari 5
bulan.Transfusi darah.

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Eritrosit berasal dari Bahasa Yunani, yaitu erythros berarti merah dan kytos yang berarti
selubung sel, sel darah merah adalah jenis sel darah yang paling banyak.Eritrosit merupakan
bagian utama dari sel-sel darah. Fungsi utama eritrosit adalah untuk pertukaran gas yang
membawa oksigen dari paru menuju ke jaringan tubuh dan membawa karbondioksida (CO) dari
jaringan tubuh ke paru dan dikeluarkan dari tubuh.
Eritrosit mempunyai bentuk bikonkaf, seperti cakram dengan garis tengah 7,5 uM dan
tidak berinti. Bentuk bikonkaf tersebut menyebabkan eritrosit bersifat fleksibel sehingga dapat
melewatipembuluh darah yang sangat kecil dengan baik.
Masa hidup eritrosit selam 120 hr atau 4 bulan yang kemudian eritrosit akan dihancurkan.
Eritrosit dibentuk dalam sumsum merah tulang pipih, misalnya di tulang dada, tulang selangka,
dan di dalam ruas-ruas tulang belakang. Pembentukannya terjadi selama tujuh hari. Pada
awalnya eritrosit mempunyai inti, kemudian inti lenyap dan hemoglobin terbentuk. Setelah
hemoglobin terbentuk, eritrosit dilepas dari tempat pembentukannya dan masuk ke dalam
sirkulasi darah.
Kelainan eritrosit dapat digolongkan menjadi 4, yakni kelainan berdasarkan ukuran
eritrosit ( makrosit, mikrosit, serta anisositosis ), kelainan berdasarkan bentuk eritrosit ( ovalosit,
sferosit, schistocyte, teardrop cells, blister cells, acantocyte / burr cells, dll ), kelainan
berdasarkan warna eritrosit ( hipokromia, hiperkromia, anisokromasia dan polikromasia ) , serta
kelainan brdasarkan benda inklusi eritrosit ( basophilic stipping, kristal, heinz bodies, dll ).
Anemia adalah kurangnya (defisiensi) sel darah merah karena kadar hemoglobin yang rendah
25

dalam darah. Jika tubuh kekurangan zat besi (defisiensi zat besi), maka akan menghambat
pembentukan hemoglobin yang berakibat pada terhambatnya pembentukan sel darah merah.
Selanjutnya timbullah anemia akibat kekurangan zat besi yang disebut dengan anemia
defisiensi zat besi.
Pemeriksaan Eritrosit ( Antal Eritrosit ) dapat dilakukan dengan menggunakan
Cara menghitung jumlah eritrosit, laju endap darah, sediaan apus darah tepi, hematocrit,
hemoglobin
Pengobatan untuk penderita anemia
Makanlah variasi makanan yang

kaya

besi,

asam

folat,

dan

B12

dari

empat

kelompokmakananwajib.
Pengobatan untuk penderita anemia defisiensi zat besi
Pengobatan terdiri atas pemberian preparat besi secara oral berupa garam fero (sulfat, glukonat,
fumarat dan lain-lain).Penggunaan secara intramuskular atau intravena berupa besi dextran dapat
dipertimbangkan jika respon pengobatan oral tidak berjalan baik 4-30 hari setelah pengobatan
didapatkan peningkatan kadar hemoglobin dan cadangan besi terpenuhi 1-3 bulan setelah
pengobatan.10 Untuk menghindari adanya kelebihan besi maka jangka waktu terapi tidak boleh
lebih dari 5 bulan.Transfusi darah.

26

Anda mungkin juga menyukai