Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KLIPING

TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR

DISUSUN OLEH :
RISQI ARIF HADIPUTRA (15041000106)
CAKRA ADITYA (15041000117)
ORTEGA JEAN TIGANA (15041000105)
DENDY ALDILA RIFKY (15041900113)

UNIVERSITAS MERDEKA MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

1. Isu : Banjir di empat daerah Kalimantan Barat.


2. Dampak dan kerugian materiil :
Ratusan rumah di wilayah Kabupaten Sambas, Landak, Bengkayang, dan Kota
Sengkawang Kalimantan Barat terendam banjir dengan ketinggian sekitar satu meter.
3. Penyebab :
Hujan lebat dalam beberapa hari membuat sungai di sejumlah wilayah meluap dan
menggenangi pemukiman warga.
4. Penyebab utama :
Karena hutan disekitar singkawang tidak bisa menyerap air akibat banyak lahan yang
dikonversi menjadi perkebunan sawit.
5. Solusi alternatif :
Membersihkan selokan, menanam pohan, tidak membuang sampah sembarangan.
6. Solusi prioritas :
Pemerintah harus memiliki program jangka panjang salah satunya dengan
memperbaiki tata kota.
7. Rencana tindak :
Menanam kembali pohon-pohon yang ditebang oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab.
8. Kesimpulan :
Banjir diempat daerah Kalimantan Barat yang disebabkan oleh hujan lebat serta
adanya sedimentasi di drainase dan maraknya penebangan liar.
9. Saran/ rekomendasi :
Yaitu dengan memberikan kesadaran kepada masyarakat untuk tidak membuang
sampah sembarangan dan tidak melakukan penebangan liar.
10. Sumber : KOMPAS, KAMIS, 18 JUNI 2015.
1. Isu : Kekeringan hebat landa Korea Utara.
2. Dampak dan kerugian materiil :
Menyebabkan lebih dari 30 persen sawah di negara tersebut terpanggang dan produksi
pangan Korea Utara turun hingga 20 persen.
3. Penyebab :
Curah hujan rendah.
4. Penyebab utama :
Laporan cuaca menyebutkan curah hujan di Korea Utara telah turun secara drastis,
terutama di area lumbung pangan negeri itu.
Solusi alternatif :
Membuat embung (penampang air hujan), memelihara waduk, penghijauan
6. Solusi prioritas dan rencana tindak :
-melakukan distribusi air bersih dengan tangki air.
-Perbaikan pipa.
-Pembuatan sumur bor.
5.

7. Kesimpulan :
Kekeringan hebat yang melanda Korea Utara disebabkan oleh rendahnya curah hujan
dan menyebabkan menurunnya produksi pangan Korea Utara
8. Saran/ rekomendasi :
Untuk sementara sebaiknya korea utara meminta bantuan dari PBB berupa kucuran
dana agar dapat memulai rencana tindak seperti pembuatan sumur bor, melakukan
distribusi air bersih, membuat embung, penghijauan, dan lain sebagainya.
9. Sumber : KOMPAS, KAMIS, 18 JUNI 2015.

1. Isu : Tebing pantai runtuh, 11 wisatawan hilang.


2. Dampak dan kerugian materriil :
Tiga orang meninggal, dua orang luka-luka dan 11 orang belum ditemukan.
3. Penyebab :
Erosi yang disebabkan aliran air permukaan atau air hujan.
4. Penyebab utama :
Hujan lebat dan tebing dan tebing yang roboh adalah batuan karang yang
sebelumnya diduga tengah mengalami pelapukan.
5. Solusi alternatif :
Menjaga kelestarian hutan dan tidak menebang pohon sembarangan.
6. Solusi prioritas :
Tidak tinggal di wilayah yang terdiri dari jenis tanah dan kontur tanah yang dapat
mengundang tanah longsor.
7. Rencana tindak :
Mulai merawat hutan dan menanam kembali wilayah hutan yang gundul dengan
pohon yang berakar panjang.
8. Kesimpulan :
Tebing pantai yang runtuh disebabkan oleh hujan lebat dan pelapukan dari batuan
karang dan menyebabkan 11 orang wisatawan hilang.
9. Saran / Rekomendasi :
Membuat dinding penahan dan menanam pohon yang memiliki akar kuat agar
mampu menahan tanah di tebing tersebut.

10. Sumber : KOMPAS, KAMIS, 18 JUNI 2015.

1. Isu : Warga Kupang berebut Air Bersih dari Sumur Tua

sumber : Liputan6.com , 27 Juli 2016


Liputan6.com, Kupang - Warga Desa Pitai,
Sulamu, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa
Tenggara Timur, berebut air bersih untuk
pemenuhan kebutuhan rumah tangga di sumur
tua di daerah itu. Konflik ini dipicu karena
tidak ada lagi sumber air lain yang bisa
diperoleh. "Ini kemarau yang sangat ganas dan
telah menutup semua sumber air baku yang
ada. Hanya tersisa satu sumur tua yang kita
harap bisa penuhi kebutuhan air dalam rumah
tangga kami," kata seorang warga Desa Pitai,
Sefriana (45), di Kupang, dilansir Antara,
Selasa 26 Juli 2016. Dia mengatakan kesulitan
air bersih sudah dialami sejak awal 2016.
Kekeringan terjadi setelah daerah itu tidak lagi
diguyur hujan yang bisa membantu
tersedianya air bawah tanah sebagai pasokan
air bersih. Krisis air bersih di wilayah itu,
sudah langganan setiap tahun bagi ratusan
warga yang mendiami wilayah desa tersebut.
Namun demikian, kondisi saat ini jauh lebih
parah dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya. Pemenuhan air bersih untuk
warga masih bergantung kepada sejumlah
sumber air baku, tanpa ada tambahan jumlah
dan kualitasnya dari pemerintah. Sefriana
mengatakan jika seandainya guyuran hujan
bisa berlangsung normal sepanjang tahun,
warga tidak perlu khawatir dengan sumber air

bersih. Sebaliknya, kata dia, jika kemarau


panjang melanda seperti saat ini, krisis air
bersih sudah tidak dapat lagi dielakkan. Jika
kemarau seperti ini, warga hanya bisa
bergantung pada sumber air baku di sumur tua
di desa itu, meskipun dengan debit air yang
juga sedikit. Pemanfaatan sumur tua itu lalu
diatur masyarakat untuk bisa memberikan
pemenuhan kebutuhan air bersih mereka.
Melalui aparat pemerintah desa, pemenuhan
kebutuhan air bersih yang berasal dari sumur
itu diatur, sehingga bisa adil dan merata untuk
semua warga. "Setiap keluarga hanya boleh
mendapatkan 20 liter air bersih dari sumur itu
sekali melakukan antrean," kata Sefriana. Dia
berharap, pemerintah daerah di tingkat
atasnya, bisa segera menangani persoalan
tersebut, agar warga di desa itu bisa terbantu
dalam pemenuhan kebutuhan air bersih.
Puncak Kemarau "Ini masih awal kemarau,
saya khawatir jika puncak kemarau pada
September dan Oktober nanti kondisi akan
semakin parah," kata dia. Kepala Desa Pitai
Yermi Yacob Ndone pada kesempatan terpisah
mengaku krisis air bersih yang dialami desa itu
dengan ratusan warga sudah berlangsung lama.
Upaya permintaan bantuan kepada pemerintah
daerah sudah sering kali dilakukan, namun
tidak pernah ada respons. Menurut dia, kondisi

krisis air bersih di desa itu terjadi tiap tahun,


saat kemarau mulai datang, seiring dengan
menurunnya bahkan mengeringnya sejumlah
sumber mata air baku di daerah itu. Meski
demikian, imbuh dia, upaya dan permohonan
bantuan yang dimintakan belum juga ada
respons. "Kami tidak tahu lagi mau ke mana.
Upaya maksimal kepada pemerintah di tingkat
atas sudah dilakukan namun belum ada
respons," tutur dia. Yermi mengaku hanya bisa
pasrah. Sebab, dia dan seluruh warga

masyarakat di desa itu tidak sanggup melawan


kehendak alam yang tidak lagi menurunkan
hujan di awal tahun ini. "Kita hanya bisa
berpasrah karena kehendak alam yang tidak
lagi menurunkan hujan," ujar dia. Kendati
begitu, Yermi masih berharap akan ada respons
positif dari pemerintah, sehingga saat puncak
kemarau, September dan Oktober nanti, warga
di desa itu bisa tetap menikmati air bersih
untuk kebutuhan sehari-hari.

2. Dampak dan kerugian materriil :


Dampaknya warga kekurangan air bersih untuk kegiatan sehari harinya misalnya
untuk mandi, masak, minum, dan sebagainya.
3. Penyebab :
Kemarau yang berkepenjangan di daerah tersebut dan kurangnya pendistribusian
air bersih oleh pemerintah setempat.
4. Penyebab utama :
Kemarau berkepanjangan karena keadaan alam di sekitar daerah tersebut dan
pemenuhan air bersih untuk warga masih bergantung kepada sejumlah sumber air
baku, tanpa ada tambahan jumlah dan kualitasnya dari pemerintah.
5. Solusi alternatif :
Konservasi lahan, membangun tempat penampungan air, membangun sumur
resapan, pelestarian hutan dan daerah aliran sungai.
6. Solusi prioritas dan rencana tindak :
Meminta kepada pemerintah untuk cepat tanggap menyalurkan distribusi air
bersih ke daerah daerah yang kekurangan air. Setelah itu membangun tempat
penampungan air untuk musim kemarau selanjutnya.

7. Kesimpulan :
Warga Kupang berebut air bersih dari sumur tua di karenakan krisis air yang di
sebabkan kemarau panjang di daerah tersebut dan kurangnya distribusi air bersih
dari pemerintah.
8. Saran / Rekomendasi :

Sebaiknya pemerintah harus lebih cepat tanggap dalam menangani krisis air di
daerah daerah tertentu yang jauh dari pusat kota.

1.

Isu : Ikan Sungai Mati Terkena Limbah Pabrik

sumber : sindonews, 13 Juni 2014


SIDOARJO,sindonews - Limbah pabrik yang
mencemari Sungai Porong sepertinya sudah
membahayakan. Hal ini bisa dilihat dari
banyaknya ikan yang ditemukan mabuk dan
mati di sungai tersebut. Banyaknya ikan yang
mati tidak disiasiakan oleh warga sekitar.
Dengan menggunakan berbagai alat, seperti
jaring, mereka menangkap ikan yang
kondisinya sudah mabuk dan berada di
permukaan sungai. Bahkan, warga juga
menggunakan alat setrum untuk menangkap
ikan yang sudah melayang layang itu. Saking
banyaknya ikan yang mati, warga yang sejak
pagi menjaring ikan sungai dekat Jembatan
Porong, ada yang mendapat puluhan kilogram
ikan. Ikan yang berhasil ditangkap langsung
dimasukkan kantong beras. Banyaknya ikan
yang mengapung di Sungai Porong tidak
hanya terjadi sekali saja. Beberapa bulan lalu
kondisi yang sama terjadi pada sejumlah ikan
di Sungai Porong. Bahkan, dalam setahun bisa
sampai lima kali, terutama saat kondisi air

sungai surut. "Mungkin kena limbah pabrik,


kalau airnya bagus tak mungkin ikannya mati,"
ujar warga, saat ditemui tengah menjaring
ikan, Jumat (13/6/2014). Menanggapi hal itu,
Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH)
Siswojo mengatakan, ada berbagai yang
membuat ikan mati. Bisa saja terkena limbah
yang mencemari sungai, ikan dan racun. BLH
sebelumnya sudah menyisir Sungai Porong
hingga ke arah barat. Di kawasan tersebut
tidak ada pabrik yang memberikan imbas
limbah pada Sungai Porong. Namun, limbah
Pabrik Pakerin, di Mojokerto. "Kami akan
koordinasi dengan Pemprov Jatim untuk
menangani limbah lintas wilayah itu," tandas
Siswojo. Ditanya kemungkinan matinya ikan
karena lumpur, mantan Kepala Bagian Humas
dan Protokoler Pemkab Sidoarjo itu mengaku
pengaliran lumpur ke Sungai Porong berada di
sisi timur. Sedangkan ikan banyak mati di
sekitar jembatan Sungai Porong yang berada di
sisi barat.

2. Dampak dan kerugian materriil :


Ditemukan banyak ikan yang mabuk dan mati di sungai porong.
3. Penyebab :
Limbah pabrik yang mencemari sungai porong.
4. Solusi alternatif :
Membuat penampungan limbah pabrik tersebut agar tidak mecemari sungai
porong.
5. Solusi prioritas dan rencana tindak :
Meminta kepada pihak pabrik agar mengecek secara berkala limbah yang
dihasilkan pabrik tersebut agar tidak mencemari sungai di sekitarnya, misal
dengan membuat penampungan limbah atau mendaur ulang limbah tersebut.
6. Kesimpulan :
Limbah pabrik yang mencemari sungai porong menyebabkan banyaknya ikan
yang mabuk dan mati.
7. Saran / Rekomendasi :
Sebaiknya pemerintah setempat mengawasi pembuangan limbah pabrik di daerah
tersebut agar tidak mencemari sungai di sekitarnya.

1. Isu : Limbah Domestik Penyumbang Terbesar Pencemaran Air Sungai Brantas.


MALANG, MemoX - Kondisi air sungai Brantas sekarang ini dalam status waspada, pencemaran air
sungai Brantas dalam batas ambang mengkhawatirkan. Sehingga semua pihak harus bekerja sama
untuk terus mengurangi pencemaran air sungai terpanjang di Provinsi Jatim. Limbah Domestik
Penyumbang Terbesar Pencemaran Air Sungai Brantas. Kepala Sub Bidang Komunikasi Badan
Lingkungan Hidup (BLH) Pemerintah Provinsi Jatim, Dyah Larasayu, saat menjadi pembicara pada
diskusi Festival Brantas, di balaikota Among Tani Kota Batu, mengatakan kondisi air sungai Brantas
sekarang ini dalam status waspada karena pencemaran air sungai brantas makin hari makin
mengkuatirkan terutama yang menjadi faktornya adalah limbah domestik yaitu limbah rumah tangga.
Kalau dilihat indek air sungai Brantas yang diukur dari berbagai elemen pengujian mencapai 49.17
persen. Artinya untuk saat ini indek kualitas air sungai Brantas yang melintas di 17 kabupaten dan
Kota di Provinsi Jatim masuk dalam kategori Waspada, kata dia. Menurutnya, setiap tahun kita selalu
melakukan penelitian dan pengujian kualitas air sungai Brantas. Ada 30 titik pantau yang kita uji.
Yaitu mulai dari bawah jembatan Desa Pendem, di Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Sampai dibawah
jembatan Petekan Kota Surabaya, hasilnya limbah domestik menjadi penyebab terbesar terjadinya
pencemaran. Limbah domestik itu diantaranya tinja, bekas air cucian dapur dan kamar mandi,
termasuk sampah rumah tangga selalu dibuang ke sungai. Selain itu, yang menjadi penyebab
pencemaran air sungai brantas adalah limbah peternakan,industry, limbah pertanian, ucapnya.

Di lihat dari kandungan Disoft Oksigen


(DO), nilainya dibawah 4 mg/liter.
Dampaknya makhluk hidup dialiran
sungai Brantas banyak yang mati. Hal
itu banyak terjadi dikawasan tengah
hingga hilir sungai Brantas di Kota
Surabaya. Demikian halnya bila dilihat
dari Biologi Oksigen Deamand (BOD)
dan Chemical Oksigen Deamand
(COD). Dua inikator ini dibawah
standart semua. Tidak terkecuali dengan
Fecal Coli mencapai 510 ribu mg/liter.
BLH Pemprov Jatim kata dia, sudah
berusaha
melakukan
tindakan
pencegahan
untuk
mengurangi
pencemaran sungai
Sumber : Malang Memo-X, 22 April 2016
Brantas namun hingga kini belum membuahkan hasil yang maksimal. Kita selalu menggalakan
pembuatan ipal komunal, pengawasan industry dan penegakan hukum. Tapi kalau masyarakat tidak
mau mengubah budaya membuang tinja, sampah dan limbah ternak tetap ke sungai. Maka
pencemaran disungai brantas tetap saja tinggi jelas Diyah. (ej)

2. Dampak dan kerugian materriil :


Air sungai tercemar dan dapat menyebabkan berbagai macam penyakit bagi warga
yang tinggal di bantaran sungai Brantas. Dampak yang terlihat saat ini, makhluk
hidup dialiran sungai Brantas banyak yang mati.
3. Penyebab :
Banyak warga yang membuang tinja, bekas air cucian dapur dan kamar mandi,
termasuk sampah rumah tangga selalu dibuang ke sungai. Selain itu, yang menjadi
penyebab pencemaran air sungai brantas adalah limbah peternakan, industry, limbah
pertanian.

4. Solusi alternatif :
Membuat tempat khusus untuk limbah rumah tangga dan sampah warga yang ada
di bantaran sungai Brantas agar tidak mencemari sungai.
5. Solusi prioritas dan rencana tindak :
Memberikan edukasi terhadap warga yang ada di bantaran sungai Brantas agar
tidak membuang sampah sembarangan di sungai.
6. Kesimpulan :
Pencemaran air di sungai Brantas yang di sebabkan banyaknya warga yang
membuang tinja, bekas air cucian dapur dan kamar mandi secara sembarangan.

Dan di lihat dari kandungan Disoft Oksigen (DO), nilainya dibawah 4 mg/liter.
Dampaknya makhluk hidup dialiran sungai Brantas banyak yang mati.
7. Saran / Rekomendasi :
Membangkitkan kesadaran masyarakat agar tidak membuang sampah di sungai,
karena dapat menyebabkan berbagai macam penyakit bagi masyarakat. Sebagai
contoh dapat dengan memasang poster tentang peduli lingkungan di sekitar
sungai.

Anda mungkin juga menyukai