Anda di halaman 1dari 11

PELAPISAN SOSIAL DAN KELEMBAGAAN MASYARAKAT DESA

A. PELAPISAN SOSIAL
1. Pengertian pelapisan sosial
Pelapisan sosial menurut P.J. Bouman adalah golongan manusia yang ditandai dengan
suatu cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak istimewa tertentu.Oleh karena
itu, mereka menuntut gengsi kemasyarakatan. Hal tersebut dapat dilihat dalam
kehidupan anggota masyarakatyang berada di kelas tinggi. Seseorang yang berada di

kelas tinggi mempunyai hak-hak istimewa dibanding yang berada di kelas rendah.
Pelapisan sosial menurut Pitirim A. Sorokin adalah pembedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atau hierarkis. Hal tersebut dapat
kita ketahui adanya kelas-kelas tinggi dan kelas-kelas yang lebih rendah dalam

masyarakat.
Pelapisan sosial menurut Theodorson dkk, di dalam Dictionary of Sociology, bahwa
Pelapisan Masyarakat berarti jenjang status dan peranan yang relatif permanent yang
terdapat didalam sistem sosial (dari kelompok kecil sampai ke masyarakat) di dalam
pembedaan hak, pengaruh, dan kekuasaan. Masyarakat yang berstratifikasi sering
dilukiskan sebagai suatu kerucut atau piramida, dimana lapisan bawah adalah paling

lebar dan lapisan ini menyempit ke atas.


Pelapisan sosial menurut Drs. Robert M.Z. Lawang adalah penggolongan orang-orang
yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis

menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.


Pelapisan sosial menurut Max Weber adalah stratifikasi sosial sebagai penggolongan
orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisanlapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.
Pelapisan sosial merupakan gejala yang bersifat universal. Kapan pun dan di

dalam masyarakat mana pun, pelapisan sosial selalu ada. Selo Soemardjan dan Soelaiman
Soemardi menyebut bahwa selama dalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai, maka
dengan sendirinya pelapisan sosial terjadi. Sesuatu yang dihargai dalam masyarakat bisa
berupa harta kekayaan, ilmu pengetahuan, atau kekuasaan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pelapisan sosial adalah pembedaan
antar warga dalam masyarakat ke dalam kelas-kelas sosial secara bertingkat. Wujudnya

adalah terdapat lapisan-lapisan di dalam masyarakat diantaranya ada kelas sosial tinggi,
sedang dan rendah.
Pelapisan sosial merupakan perbedaan tinggi dan rendahnya kedudukan atau
posisi seseorang dalam kelompoknya, bila dibandingkan dengan posisi seseorang maupun
kelompok lainnya. Dasar tinggi dan rendahnya lapisan sosial seseorang itu disebabkan
oleh bermacam-macam perbedaan, seperti kekayaan di bidang ekonomi, nilai-nilai sosial,
serta kekuasaan dan wewenang.
Masyarakat terbentuk dari individu-individu. Individu-individu yang terdiri dari
berbagai latar belakang tentu akan membentuk suatu masyarakat heterogen yang terdiri
dari kelompok-kelompok sosial. Dengan terjadinya kelompok sosial itu maka
terbentuklah suatu pelapisan masyarakat atau masyarakat yang berstrata.
2. Proses terjadinya pelapisan (stratifikasi) sosial
Proses terjadinya pelapisan sosial diantaranya seperti di bawah ini:
a. Terjadi secara otomatis atau dengan sendirinya
Dapat terjadi karena faktor yang sudah ada sejak seseorang lahir, atau proses ini bisa
terjadi karena pertumbuhan masyarakat. Sesorang yang menempati lapisan tertentu
bukan atas kesengajaan yang dibuat oleh masyarakat atau dirinya sendiri akan tetapi
terjadi secara otomatis, seperti misalnya keturunan.
b. Terjadi secara sengaja
Dapat terjadi dengan sengaja dengan maksud untuk tujuan atau kepentingan bersama.
Sistem ini ditentukan dengan adanya wewenang dan juga kekuasaan yang diberikan
oleh seseorang atau organisasi. Misalnya seperti diberikan oleh partai politik,
perusahaan tempat bekerja, pemerintahan dan lain-lain.
Didalam sistem organisasi yang disusun dengan cara sengaja, mengandung 2 sistem,
yaitu:
a) Sistem Fungsional, merupakan pembagian kerja kepada kedudukan yang
tingkatnya berdampingan dan harus bekerja sama dalam kedudukan yang
sederajat.
b) Sistem Skalar, merupakan pembagian kekuasaan menurut tangga atau jenjang dari
bawah ke atas ( Vertikal ).
3. Dasar-dasar pembentukan pelapisan social
a. Ukuran kekayaan

Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota


masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan
paling banyak mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial,
demikian pula sebaliknya, yang tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke
dalam lapisan yang rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk
tempat tinggal, benda-benda tersier yang dimilikinya, cara berpakaiannya, maupun
kebiasaannya dalam berbelanja,serta kemampuannya dalam berbagi kepada sesama
b. Ukuran kekuasaan dan wewenang
Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati
lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan.
Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya
dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau
sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.
c. Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan.
Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem
pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada
masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang
banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang
berprilaku dan berbudi luhur.
d. Ukuran ilmu pengetahuan
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang
menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan
akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang
bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar
akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya
dokter, insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar profesional seperti profesor.
Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang
disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga

banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh
gelar kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan
seterusnya.

4. Sifat pelapisan sosial


Didalam suatu masyarakat menurut Soekanto (1990) dapat bersifat tertutup (close social
stratification) dan terbuka (open social stratification).
a. Sistem tertutup
Membatasi kemungkinan pindahnya seseorang dalam suatu lapisan ke lapisan yang
lain, baik yang merupakan gerak ke atas maupun ke bawah. Didalam sistem yang
demikian, satu-satunya jalan untuk menjadi anggota suatu lapisan dalam masyarakat
adalah kelahiran (mobilitas yang demikian sangat terbatas atau bahkan mungkin tidak
ada).
Contoh masyarakat dengan sistem stratifikasi sosial tertutup adalah masyarakat
berkasta, sebagian masyarakat feodal atau masyarakat yang dasar stratifikasinya
tergantung pada perbedaan rasial. Sistem pelapisan tertutup kita temui misalnya di
India yang masyarakatnya mengenal sistem kasta yakni:
Kasta Brahmana : yang merupakan kastanya golongan golongan pendeta dan
merupakan kasta tertinggi
Kasta Ksatria : merupakan kasta dari golongan bangsawan dan tentara yang
dipandang sebagai lapisan kedua.
Kasta Waisya : merupakan kasta dari golongan pedagang yang dipandang sebagai
lapisan menengah ketiga.
Kasta Sudra : merupakan kasta dari golongan rakyat jelata
Paria :adalah golongan dari mereka yang tidak mempunyai kasta .
b. Sistem terbuka
Masyarakat di dalamnya memiliki kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan
sendiri untuk naik lapisan, atau bagi mereka yang tidak beruntung, untuk jatuh dari
lapisan yang atas ke lapisan yang dibawahnya (kemungkinan mobilitas sangat besar).

Di dalam sistem yang demikian ini setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan
untuk jatuh ke lapisan yang ada di bawahnya atau naiknya ke lapisan yang di atasnya.
Sistem yang demikian ini dapat kita temukan misalnya di dalam masyarakat di
Indonesia sekarang ini . Setiap orang diberi kesempatan untuk menduduki segala
jabatan bila ada kesempatan dan kemampuan untuk itu. Tetapi disamping itu orang
juga dapat turun dari jabatannya bila dia tidak mampu mempertahankannya. Status
(kedudukan) yang diperoleh berdasarkan atas usaha sendiri disebut Achieve status.
Dalam hubungannya dengan pembangunan masyarakat , sistem pelapisan masyarakat
yang terbuka sangat menguntungkan.
Sebab setiap warga masyarakat diberi kesempatan untuk bersaing dengan yang lain.
Dengan demikian orang berusaha untuk mengembangkan segala kecakapannya agar
dapat meraih kedudukan yang dicita citakan . Demikian sebaliknya bagi mereka
yang tidak bermutu akan semakin didesak oleh mereka yang cakap , sehingga yang
bersangkutan bisa jatuh ke tangga sosial uang lebih rendah.
5. Beberapa teori tentang pelapisan social
Pelapisan masyarakat dibagi menjadi beberapa kelas :

Kelas atas (upper class)

Kelas bawah (lower class)

Kelas menengah (middle class)

Kelas menengah ke bawah (lower middle class)

Beberapa teori tentang pelapisan masyarakat dicantumkan di sini :

Aristoteles mengatakan bahwa di dalam tiap-tiap Negara terdapat tiga unsure, yaitu
mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat sekali, dan mereka yang berada di
tengah-tengahnya.

Dr. Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardi SH. MA. menyatakan bahwa selama di
dalam masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargai olehnya dan setiap
masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargai.

Vilfredo Pareto menyatakan bahwa ada dua kelas yang senantiasa berbeda setiap
waktu yaitu golongan Elite dan golongan Non Elite. Menurut dia pangkal dari pada

perbedaan itu karena ada orang-orang yang memiliki kecakapan, watak, keahlian dan
kapasitas yang berbeda-beda.

Gaotano Mosoa dalam The Ruling Class menyatakan bahwa di dalam seluruh
masyarakat dari masyarakat yang kurang berkembang, sampai kepada masyarakat
yang paling maju dan penuh kekuasaan dua kelas selalu muncul ialah kelas pertama
(jumlahnya selalu sedikit) dan kelas kedua (jumlahnya lebih banyak).

Karl Mark menjelaskan terdapat dua macam di dalam setiap masyarakat yaitu kelas
yang memiliki tanah dan alat-alat produksi lainnya dan kelas yang tidak
mempunyainya dan hanya memiliki tenaga untuk disumbangkan di dalam proses
produksi.

B. Kelembagaan masyarakat pedesaan


C. Memudarnya kerja sama masyarakat di pedesaan
1. Pengertian : Modernisme, Solidaritas, Mayarakat
a. Modernisme
Modernisme ialah konsep yang berhubungan dengan hubungan manusia dengan
lingkungan sekitarnya pada zaman modern. Konsep modernisme ini meliputi banyak
bidang ilmu (termasuk seni dan sastra) dan setiap bidang ilmu tersebut memiliki
perdebatan mengenai apa itu 'modernisme'. Walaupun demikian, 'modernisme' pada
umumnya dilihat sebagai reaksi individu dan kelompok terhadap dunia 'modern', dan
dunia modern ini dianggap sebagai dunia yang dipengaruhi oleh praktik dan teori
kapitalisme, industrialisme dan Negara-bangsa.
b. Solidaritas
Solidaritas dapat diartikan kesatuan kepentingan, simpati, dll, sebagai salah satu
anggota dari kelas yang sama. Solidaritas juga bisa didefinisikan: perasaan atau
ungkapan dalam sebuah kelompok yang dibentuk oleh kepentingan bersama.
Wikipedia memberikan Pengertian Solidaritas, bahwa Solidaritas adalah integrasi,
tingkat dan jenis integrasi, ditunjukkan oleh masyarakat atau kelompok dengan orang
dan tetangga mereka Hal ini mengacu pada hubungan dalam masyarakat . hubungan
sosial bahwa orang-orang mengikat satu sama lain. Istilah ini umumnya digunakan
dalam sosiologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya.
Selain itu juga Solidaritas bias di definisikan kesepakatan bersama dan dukungan:
kepentingan dan tanggung jawab antar individu dalam kelompok, terutama karena
diwujudkan dalam dukungan suara bulat dan tindakan kolektif untuk sesuatu hal.

Apa yang membentuk dasar dari solidaritas bervariasi antara masyarakat. Dalam
masyarakat sederhana mungkin terutama berbasis di sekitar nilai-nilai kekerabatan
dan berbagi. Dalam masyarakat yang lebih kompleks terdapat berbagai teori
mengenai apa yang memberikan kontribusi rasa solidaritas social.
c. Masyarakat
Dalam buku sosiologi kelompok dan masalah social karangan (Abdul Syani,1987)
dijelaskan bahwa perkataan masyarakat berasal dai kata musyarak (Arab), yang
artinya bersama-sama, kemudian berubah menjadi masyarakat, yang artinya
berkumpul bersama, hidup bersama dengan saling berhubungan dan saling
mempengaruhi, selanjutnya mendapat kesepakatan menjadi masyarakat (Indonesia).
2. Pudarnya solidaritas pada masyarakat
Pudarnya solidaritas yang terjadi pada masyarakat desa, tentunya tidak terjadi begitu
saja, namun telah dipengaruhi oleh beberapa factor yang kemudian masyarakat pedesaan
mulai berubah, sehingga meninggalkan kebiasaan-kebiasan masyarakat Desa dahulu
(tradisional) menjadi modern. Dan mengakibatkan mulai luntur kebersamaan masyarakat
sehingga terjadinya pudarnya solidaritas masyarakat pedesaan dan menjadi masyarakat
yang Individual, dengan hal ini perlu dijelaskan terlebih dahulu khidupan dan ciri-ciri
masyarakat desa yang dahulu sebelum terpengaruhi beberapa faktor modernisasi dan
beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu terjadinya perubahan-perubahan Sosial pada
masyarakat desa.
a. Kehidupan atau ciri-ciri Masyarakat Pedesaan
Dalam kehidupan di Desa, Orang-orang kota suka membayangkan masyarakat
desa itu sebagai tempat orang bergaul dengan rukun, tenang dan selaras. Dalam
kegiatan bekerja lain sifat yang seringkali diberikan oleh orang kota kepada
masyarakat desa adalah sifat ketentraman seperti yang dikatakan oleh Boke : Desa
itu bukan tempat untuk bekerja tetapi tempat untuk ketentraman. Selain itu adanya
sistem tolong menolong, yaitu dalam tambahan tenaga bantuan dalam pekerjaan
pertanian tidak disewa tetapi diminta dari sesama warga, ialah pertolongan pekerjaan
yang didalam bahasa jawa sering disebut sambatan (sambat=minta tolong), oleh
umum di Indonesia disebut gotong royong.
Penyelesaian masalah menggunakan musyawarah dimana masyarakat berkumpul
untuk membahas masalah yang terjadi saat itu di desanya
Adapun ciri-ciri yang masyarakat pedesaan seperti yang telah diungkap oleh
berbagai literatur, ciri khas desa sebagai suatu komunitas pada masa lalu selalu

dikaitkan dengan kebersahajaan (simplicity), keterbelakangan, tradisionalisme,


subsistensi, keterisolasian. Meskipun tak dapat di generalisasikan pada semua
pedesaan pada masa sekarang, namun ada sosiolog yang berhasil mengidentifikasi
ciri-ciri kehidupan masyarakat pedesaan. Sebagai mana yang dikatakan oleh Roucek
dan Waren, masyarakat pedesaan memiliki karakteristik sebagai berikut :
a) Punya sifat homogen dalam (matapencaarian, nilai-nilai dalam kebudayaan serta
dalam sikap dan tingkah laku )
b) Kehidupan Desa lebih menekankan anggota keluarga sebagai unit ekonomi,
artinya semua anggota keluarga turut bersama-sama memenuhi kebutuhan
ekonomi rumah tangga
c) Faktor geografi sangat berpengaruh atas kehidupan yang ada. Misalnya
keterikatan anggota masyarakat dengan tanah atau desa kelahirannya
d) Hubungan sesama anggota masyarakat lebih intim dan awet dari pada kota serta
jumah anak ada dalam keluarga inti lebih besar. Hubungan lebih bercorak
gemeinschaft dari pada gesllschaft.
b. Perubahan Sosial Masyarakat Desa
Seperti yang dijelaskan diatas bahwa Perubahan di pedesaan tentunya tidak
melalui proses begitu saja, namun mengalami sebuah proses dengan tahapan
prosesual yang terjadi karena didorong dan dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Perubahan yang sekarang terjadi secara signifikan adalah menipisnya perbedaan
masyarakat kota dan desa. Hal ini terjadi karena perubahan sosial yang terjadi pada
masyarakat desa. Dimana Mordenisasi yang terjadi di dalam masyarakat desa
mengubah hubungan sosial dan gaya hidup pedesaan berubah dan menyesuaikan diri
dengan hubungan dan gaya hidup modern, sesuai dengan kemampuan dan akses yang
dimiliki.
Dalam Pengaruh aspek ekonomis saat ini sangatlah kuat, dan besarnya pengaruh
peranan sistem kapitalisme modern. Dengan semaikin besarnya peranan system
kapitalisme modern dan ditunjang oleh sains-teknologi dan mekanisme yang menjadi
inti dari proses globalisasi, membuat aspek ekonomis menjadi kekuatan yang sangat
besar pengaruhnya dalam proses perubahan di desa-desa.
Selain itu adanya proses komersialisasi, khususnya dalam pertanian, semakin
melembaga dimasyarakat pedesaan, lahan usaha tani yang tadinya dikembangkan
untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti yang telah dijelaskan
diatas dan kemudian menjadi lahan usaha yang sifatnya komersial. Dalam keadaan

yang seperti itu, petani yang memiliki lahan pertanian yang luas serta cadangan
modal yang kuat dapat mengadopsi modernisasi ndan komersialisasi pertanian.
Namun petani yang tidak memiliki lahan atau memiliki lahan yang sempit, justru
mengalami kemrosotan dalam hidup. Sebab komersialisasi dan modernisasi pertanian
menyebabkan retaknya tradisi lama beserta kerukunan dalam solidaritas yang terdapat
dalam tradisi itu.
Dengan menyempitnya lahan pertanian, semakin merasuknya sistem ekonomi
uang, semakin meluasnya jalur transportasi, dan semakin intensifnya kontak dengan
luar desa, telah mengakibatkan terjadinya diferensiasi dalam struktur mata pencarian
masyarakat desa. Sehingga mereka tidak lagi bergantung kepada pertanian, tetapi
masuk kedalam sektor diluar pertanian seperti perdagangan, industri kecil, atau
kerajinan dan sektor jasa lainnya, semakin berkembang. Akibatnya tradisi-tradisi
lama semakin tidak lagi mendaptkan tempatnya. Hal ini juga tentunya akan
mengakibatkan masyarakat (yang tidak punya apa-apa) pergi ke kota-kota besar untuk
mencari pekerjaan sehingga tidak lagi berkumpul dan jarak antar masyarakat semakin
menjauh.
Selain itu Teknologi yang terus menerus berkembang didesa akan menimbulkan
banyak urbanisasi dan dengan berbagai teknologi ini akan memperbanyak sirkulasi
uang di desa. dengan sendirinya hal itu merusak sistem gotong royong sebagai media
relasi sosial intim di desa yaitu membantu tanpa pamrih. Namun dalam pandangan
Koenjaraningrat, gotong royong yang rusak adalah dalam produksi pertanian.
Sementara gotong royong formal antar tetangga, gotong royong dalam perayaan dan
pesta, serta gotong royong dalam bencana dan kematian masih tetap berjalan. Tolong
menolong dalam pertanian mulai menipis sebab terkikis karena adanya budaya padat
karya dengan system upah, sedang pola hidup tolong-menolong diganti dengan upah
atau pola kerja pamrih.
Dengan demikian perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarkat desa terjadi
itu karena suatu sistem yaitu modernisasi yang mana teknologi masuk kedalam desa
sehingga yang terjadi di pedesaan menimbulkan dampak kepada antar masyarakat.
mengubah hubungan sosial dan gaya hidup pedesaan berubah dan menyesuaikan diri
dengan hubungan dan gaya hidup modern. Dimisalkan seperti Handphone, kini semua
orang hampir mempunyai. Saat Idul Fitri, dahulu menghampiri rumah-rumah, kini

dengan adanya HP menjadi tidak menghampiri rumah-rumah lagi, tetapi dengan


mengirim pesan atau telephone, sehingga hal ini jugalah yang menjadi renggangnya
rasa kesatuan masyarakat, yang mana solidaritas lama-lama akan pudar.
Kehidupan didesa yang dahulunya diartikan tempat yang rukun oleh masyarakat
kota, sekarang hampir tidak ada pembeda antara masyarakat desa dan kota. Selain itu
dahulu masyarakat desa membantu dalam pertanian bukan karena upah namun tetapi
karena rasa solidaritas antar masyarakat sangatlah tinggi, namun untuk sekarang
semua telah berubah, dalam hal membantu kini diserbakan dengan uang, inilah yang
menjadi rusaknya jiwa gotong royong. Dimana apabila ingin dibantu maka harus
membayar, bukan karena rasa solidaritas antar masyarakat, tetangga, maupun
keluarga.
Dalam hal pertanian pun juga begitu yaitu banyaknya sekali petani, kendati tidak
punya lahan yang luas, mengerjakan lahannya dengan traktor yang disewanya dari
perusahaan tertentu dan menyewa secara tunai mesin perontok padi untuk mengirik
gabahnya.
Hal ini mengartikan bahwa Pudarnya Solidaritas masyarakat desa itu karena
Modernisasi dan Perubahan Sosial pada masyarakat desa.
3. Faktor Pudarnya Solidaritas Masyarakat Desa
Perubahan dalam suatu masyarakat dapat berarti kemunduran dan juga bisa menjadi
kemajuan masyarakat. Namun seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan
sebelumnya bahwa perubahan social pada masyarakat desa inilah yang menyebabkan
pudarnya Solidaritas berarti dalam hal inilah yang menjadi kemunduran bagi suatu
masyarakat. Walaupun tidak menutup kemungkinan bahwa masyarakat setelah mengenal
system modern yaitu dengan akses yang lebih cepat. Dalam kehidupan sehari-hari dapat
menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan rapi, tanpa membuang waktu yang
banyak.
Menurut pendapat Zulkarnain Nasution Pengamat Sosiologi Pedesaan, Staf Pengajar
Jurusan PLS FIP, dan Kepala Humas UM adapun faktor yang menyebabkan pudarnya
masyarakat pedesaan adalah :
Nilai-nilai kapitalisme
Perubahan sosial budaya
Migrasi
Urbanisasi

Meningkatnya tingkat pendidikan anggota keluarga


Perubahan tingkat sosial dan corak gaya hidup
Sikap egoistic

Sedangkan menurut DR. Firdaus Haji Abdullah (Guru Besar Tamu Fakultas Hukum,
Universitas Andalas) :

Ingin berdiri sendiri


Adanya pengaruh dari luar masyarakat
Adanya keinginan untuk mencapai tujuan pribadi
Hilangnya Rasa kebersamaan antar masyarakat

Anda mungkin juga menyukai