Anda di halaman 1dari 15

RESUME PENGARAHAN SKILLS LAB

Pemeriksaan Vital Sign & Penatalaksanaan


Kegawatdaruratan Medis Di Bidang Kedokteran Gigi

Oleh :
NURNYA AINI DEWI
NIM : 021311133017

DEPARTEMEN BEDAH MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS
AIRLANGGA
SURABAYA
2016

a.

1. PEMERIKSAAN TANDA VITAL / VITAL SIGN


Pengertian
Pemeriksaan tanda vital merupakan faktor penting untuk
kelancaran penanganan pasien dengan kelainan di bidang kedokteran gigi.
Pemeriksaan tanda vital di bidang kedokteran gigi meliputi :
1. Pemeriksaan tekanan darah
2. Pemeriksaan nadi
3. Pemeriksaan pernafasan
4. Pemeriksaan suhu tubuh
5. Pengukuran berat badan

b.

Cara Pengukuran
1. Penilaian Tekanan Darah
Saat

jantung

berkontraksi

dan

relaksasi,

sirkulasi

darah

menyebabkan tekanan pada dinding arteri. Tekanan darah arteri merupakan


tekanan atau gaya lateral darah yang bekerja pada dinding pembuluh darah.
Tekanan ini berubah-ubah sepanjang siklus jantung. Bila ventrikel
berkontraksi, darah akan dipompakan ke seluruh tubuh, tekanan darah saat ini
disebut tekanan sistolik. Bila ventrikel relaksasi, aliran darah dari atrium
menuju ke ventrikel, tekanan darah saat ini disebut tekanan diastolik. Selisih
antara tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan nadi.
Ada 5 faktor yang menentukan tingginya tekanan darah, yaitu :
curah jantung, tahanan pembuluh darah tepi, volume darah total, viskositas

darah, dan kelenturan dinding arteri. Faktor lain yang menentukan tekanan
darah adalah aktifitas fisik, stres emosi, nyeri, dan temperatur sekitar.
Alat dan Bahan Pengukuran Tekanan Darah
a. Stetoskop
b. Spigmomanometer
Terdiri dari kantong yang dapat digembungkan dan terbungkus
dalam manset yang tidak dapat mengembang, pompa karet berbentuk bulat,
manometer tempat tekanan darah dibaca, dan lubang pengeluaran. Lebar
manset harus sesuai dengan dengan ukuran lengan pasien karena dapat
menyebabkan hasil pengukuran tidak akurat. Ada 2 ukuran yaitu dewasa dan
anak. Ada 2 jenis manometer yaitu manometer gravitasi air raksa terdiri atas
satu tabung kaca yang dihubungkan dengan reservoir yang berisi air raksa dan
manometer aneroid yang memiliki embusan logam dan menerima tekanan dari
manset.
Teknik Mengukur Tekanan Darah
Alat pengukur tekanan darah disebut spigmomanometer, ada 2
macam manometer yaitu : manometer air raksa/merkuri dan manometer
aneroid. Untuk mendapatkan pengukuran yang tepat lebar manset harus sesuai
dengan ukuran lengan . Pengukuran dapat dilakukan pada arteri apapun, yang
dapat dilingkari manset di bagian 8 proksimal dan dapat diraba di bagian
distal. Pengukuran pada arteri brakhialis paling sering dilakukan karena
letaknya yang tepat.

1. Hindari merokok, minum caffein, olahraga 30 menit sebelum pemeriksaan.


2. Ruang pemeriksaan tenang.
3. Ukur setelah beristirahat selama 15 menit. Pemeriksaan dapat dilakukan
dalam keadaan berbaring, duduk dengan lengan diatur sedemikian rupa
sehingga A. brakialis terletak setinggi jantung.
4. Lengan bebas dari baju
5. Palpasi A. brakialis.
6. Lengan pada posisi antekubiti, setinggi jantung dekat pertemuan ruang
interkostal 4 dengan sternum.
7. Bila pasien duduk, letakkan lengan pada meja; bila pasien berdiri, lengan
pada posisi pertengahan dada.
8. Lengan kanan dibalut dengan manset dalam keadaan kempis, dengan rapid an
mantap, dengan tepi distal manset berjarak 1,5cm proksimal arteri brakialis.
9. Keran air raksa pada sphygmomanometer diputar keposisi on
10. Manset dipompa sambil memperhatikan pergerakan air raksa hingga arteri
radialis tidak teraba lagi, kemudian dipompa lagi sampai tekanan bertambah-/
+ 30 mmHg
11. Ear piece stetoskop dipasang pada telinga operator, diafragma stetoskop
diletakkan pada arteri brakialis kemudian tekanan diturunkan perlahan lahan
dengan cara membuka keran pompa, degup pertamadenyut arteri brakialis
yang timbul adalag tekanan sistolik
12. Tekanan diturunkan terus sambil mendengarkan suara degup arteri brakialis,
dan memperhatikan gerakan air raksa pada manometer, suara degup tersebut
hilang, itulah yang dinamakan tekanan diastolic.
13. Bila tekanan diastolic sudah ditemukan, manset dapat dikempiskan dengan
membuka keran pompa lebih besar
Intepretasi

2. Penilaian Pemeriksaan Nadi


Pemeriksaan nadi bertujuan untuk mennetukan frekuensi dan irama
kerja jantung dan kekuatan aliran darah pada dinding arteri. Yang dinilai dari
irama adalah teratur atau tidak teratur.
Alat dan Bahan Pengukuran Nadi
1. Jam tangan atau stopwatch
Teknik Mengukur Nadi
1. Mengatur posisi pasien nyaman dan rileks.
2. Menekan kulit dekat arteri radialis dengan 3 jari ( digiti II, III dan IV) dan
meraba denyut nadi.

3. Menekan arteri radialis dengan kuat, dengan jari-jari selama kurang lebih 60
detik, jika tidak teraba denyutan, jari-jari digeser ke kanan dan kiri sampai
ketemu.
4. Langkah-langkah pemeriksaan ini juga dilakukan pada tempat pemeriksaan
denyut nadi lainnya.
Intepretasi

3. Penilaian Pemeriksaan Pernafasan


Pemeriksaan pernafasan bertujuan untuk menilai frekuensi
pernafasan
Alat dan Bahan Pemeriksaan Pernafasan
Jam tangan atau stopwatch
Teknik Mengukur Pemeriksaan Pernafasan
Operator berdiri dibelakang dan tanpa sepengetahuan pasien kemudian dilakukan
observasi sangkar dada. Dihitung jumlah gerakan sangkar dada (siklus fase
ekspirasi dan inspirasi) dalam satu menit.
Intepretasi

4. Penilaian Pemeriksaan Suhu Tubuh


Pemeriksaan suhu tubuh bertujuan untuk menilai suhu tubuh
penderita
Alat dan Bahan Pemeriksaan Pernafasan
termometer
Teknik Mengukur Pemeriksaan Pernafasan
Menggunakan alat tera suhu tubuh, disesuaikan dengan alat tera yang digunakan
(thermometer).
Intepretasi

5. Penilaian Pemeriksaan Berat Badan


Pemeriksaan suhu tubuh bertujuan untuk mengetahui berat badan
penderita
Alat dan Bahan Pemeriksaan Pernafasan
Timbangan badan
Teknik Mengukur Pemeriksaan Pernafasan

Menggunakan alat tera berat badan, disesuaikan dengan alat tera yang digunakan
Intepretasi
Satuan berat badan dalam kilogram
2. PENATALAKSANAAN KEGAWAT DARURATAN MEDIS DI BIDANG
KEDOKTERAN GIGI
Di dalam merawat pasien, dokter gigi akan berhadapan dengan
pasien dengan populasi dan variasi status kesehatan pasien yang berbeda-beda.
Oleh karena itu, persiapan dalam menghadapi pasien-pasien dengan status
kesehatan medically compromised patient merupakan hal utama yang harus
dilakukan. Sebagai seorang dokter gigi, kita harus memiliki ilmu dan
keterampilan dalam menghadapi keadaan gawat darurat tersebut. Keadaan
kegawatdruratan yang paling umum terjadi adalah biasanya sehubungan dengan
pemberian obat-obatan, yang paling sering adalah anestesi lokal dan/atau
penggunaan depresan sistem saraf pusat sebagai sedasi, selain itu juga disebabkan
oleh adanya riwayat penyakit sistemik dari pasien tersebut.
Tindakan yang cepat dan benar merupakan kunci utama
penatalaksanaan kegawatdaruratan. Kecekatan operator di dalam mengambil
tindakan harus dilatih dengan benar, agar kesalahan pengambilan keputusan dapat
dihindari. Penatalaksanaan dasar dalam kegawatdaruratan yaitu airway, breathing,
circulation, dan disability.
A. AIRWAY
Airway atau jalan napas adalah struktur anatomi yang berawal dari
nostril yang merupakan bagian paling luar dari rongga hidung sampai dengan
bronchioli terminalis, yaitu bagian paling ujung dari saluran bronchus yang

berhubungan dengan alveoli paru. Penilaian terhadap aspek airway harus


dilakukan pertama kali. Hasil penilaian terhadap airway atau jalan napas meliputi:
1. Jalan napas bebas atau tidak ada obstruksi
2. Jalan napas terhambat atau terdapat obstruksi sebagian
3. Jalan napas tersumbat atau terdapat obstruksi total
Bila penderita dapat berbicara atau menjawab pertanyaan operator = airway
bebas
Bila penderita mengalami gangguan kesadaran = potensial terjadi obstruksi
jalan napas yang diakibatkan oleh:
1.

penurunan tonus otot-otot skeletal disebabkan jatuhnya pangkal lidah ke

posterior menutup hipofaring


2.
Refleks batuk dan refleks muntah menurun karena tertutupnya jalan napas
oleh ludah, darah atau benda asing
Mempertahankan Airway
Untuk mempertahankan jalan napas pada penderita yang tidak
sadar dapat dilakukan beberapa tindakan yaitu: membersihkan rongga mulut dari
benda asing (misalnya denture), menghisap ludah yang terakumulasi di orofaring
dengan menggunakan suction apparatus, melakukan chin lift atau jaw thrust
(gambar 2) yang bertujuan untuk mencegah jatuhnya pangkal lidah ke posterior.
B. BREATHING
Penderita yang sadar dan dapat berbicara menunjukkan pernapasan
(breathing) tidak bermasalah.Namun jika penderita tidak sadar, lihat masalah yang
ada dengan look gerakan naik turun dada penderita listen suara napas
feel hembusan napas penderita

Pemeriksaan pada breathing untuk mengetahui pernapasan spontan atau tidak


Respiratory rate (frekuensi napas)
1. normal : 12 -16 kali per menit,
2. tachypneu (respiratory distress karena gangguan pada saluran napas, parenkim
paru, atau rongga pleura) > 25 x/menit
3. bradypneu (depresi pusat napas) < 8 x/menit
Mempertahankan Breathing
Pada penderita yang mengalami penurunan atau kehilangan
kesadaran diberikan terapi oksigen dengan oksigen murni (100%) dengan
kecepatan aliran 6-8 liter per menit melalui face mask
1. Tabung oksigen (100% oksigen)
2. Keran pembuka/penutup
3. Manometer tekanan udara (pressure gauge)
4. Keran pengatur (air flow regulator)
5. Air flow meter
6. Moisture bottle
7. Selang penghubung(ke face mask)
C. CIRCULATION
Status circulation adalah tekanan darah (mean arterial pressure)
Besarnya tekanan darah ditentukan oleh 2 faktor utama sistim kardiovaskuler
yaitu:
1. Jantung atau cardiac output (heart rate x stroke volume)
2. Pembuluh darah
a. vascular resistence (arteri kecil dan arteriol)

b. Venous return (vena kecil dan besar)


Salah satu cara sederhana menilai circulation adalah kesadaran penderita. Seorang
penderita yang sadar dan dapat merespon pertanyaan maupun instruksi operator
berarti fungsi circulation penderita dalam batas normal karena terdapat tekanan
darah yang adekuat untuk mempertahankan cerebral blood flow ke dalam sirkulasi
otak
1. Bila penderita tidak sadar/kesadarannya menurun = periksa nadi
a. Nadi arteri radialis teraba kuat: tekanan darah adekuat (dalam batas
normal)
b. Nadi arteri radialis teraba lemah: hipotensi (tek. sistolik < 80 mmHg)
c. Nadi arteri radialis sangat lemah/tidak teraba dengan jelas: periksa
nadi arteri sentralis (arteri carotis)
d. Nadi arteri carotis Masih teraba: tek.sistolik> 60 mmHg
e. Nadi arteri carotis Tidak teraba : tek. Sistolik < 60 mmHg

D. DISABILITY
Dilihat dari kesadaran penderita :
1. Kesadaran menurun / hilang : respon (-) terhadap rangsang nyeri

2. Gangguan kesadaran : respon (+) terhadap rangsang nyeri tetapi tidak


dapat berkomunikasi secara normal seperti sebelumnya
3. KEGAWATDARURATAN MEDIS YANG SERING TERJADI DI
DALAM PRAKTEK DOKTER GIGI
1. PENURUNAN KESADARAN VASOVAGAL SYNCOPE
Merupakan penurunan kesadaran sementara akibat berkurangnya
cerebral blood flow sebagai akibat turunnya tekanan darah secara mendadak
yang merupakan respon terhadap adanya stres psikis (perasaan takut atau
tegang) atau rasa nyeri hebat. Termasuk kegawatdaruratanmedik yang paling
sering terjadi di tempat praktek dokter gigi. Simptom: perasaan tidak nyaman,
berkeringat dingin, jantung berdebar-debar (palpitasi), pandangangelap dan
perasaan akan jatuh pingsan. Ciri klinis: kesadaran menurun tapi pada
umumnya tidak sampai hilang, wajah pucat, akral (tangan dan kaki) terasa
basah dan dingin, frekuensi nadi meningkat, dan tekanan darah menurun
(hipotensi) tetapi pada umumnya masih dalam batas normal
Penanganan
1. posisi supine atau posisi syok
2. longgarkan pakaian yang ketat: memperbaiki venous return ke jantung
3. hindarkankerumunan orang banyak disekitar penderita agar tidak
mengganggu pernapasanpenderita
4. beri oksigen dengan menggunakan face mask.
5. Bila intervensi dapat dilakukan segera maka biasanya kesadaran penderita
akan kembali dalam waktu relatif cepat (kurang dari satu menit)
6. Setelah kesadaran pulih tetap pertahankan penderita pada posisi supine,
jangan tergesa-gesa mendudukkanpenderita pada posisi tegak karena dapat
terjadi pengulangankejadian syncope yang dapat berlangsung lebih berat
dan membutuhkan waktu pemulihan lebih lama.

2. GANGGUAN KESADARAN HIPOGLIKEMIA


Menurunnya konsentrasi glukosa dalam darah di bawah harga
normal. Gejala: gelisah, sakit kepala, gemetar, berkeringat dingin, palpitasi,
dan merasa lapar (karena peningkatan produksi hormon-hormon: glukagon,
growth hormone, dan adrenalin untuk meningkatkan kadar glukosa darah).
Ciri klinis : kesadaran terganggu sampai menurun, wajah pucat, akral dingin
dan basah, frekuensi nadi meningkat, tetapi tekanan darah pada umumnya
normal.
Gejala-gejala klinis pada hipoglikemia mirip dengan gejala-gejala
pada vasovagal syncope, karena itu perlu ditanyakan mungkin: penderita
belum makan atau puasa (penderita DM) minum obat anti-diabetiknya tapi
lupa untuk makan.
Penanganan
1. posisi supine untuk mempertahankan venous return.
2. Berikan minuman manis untuk memberikan asupan glukosa dengan
mengubah posisi penderita menjadi semi supine
3. jangan memberikan minuman bila penderita tidak sadar karena akan
menyebabkan aspirasi yang justru dapat berakibat fatal
4. Dengan hanya mengonsumsi minuman manis biasanya kesadaran akan
segera pulih bila keadaan yang terjadi adalah hipoglikemia Bila penderita
kehilangan kesadarannya kemungkinan telah terjadi hipoglikemia berat,
maka segera lakukan resusitasi dengan memberikan larutan glukosa
konsentrasi tinggi secara intravena.
3. REAKSI TERHADAP OBAT ANESTESI LOKAL
Merupakan terganggunya kesadaran dan konvulsi akibat
pengaruh injeksi obat anestesi lokal. Keadaan ini dapat terjadi karena:
injeksi intravaskuler pemakaian obat anestesi lokal dalam jumlah

berlebihan (over dosis), misal: pada pemakaian lidocaine murni tanpa


vasokonstriktor. Gejala

klinis

apabila

disebabkan

karena

injeksi

intravaskuler maka gejala klinis yang timbul relatif ringan dan tidak
berlangsung lama yaitu: perasaan tidak nyaman, gelisah, sakit kepala, dan
mual. Tetapi apabila disebabkan karena overdosis obat anestesi lokal maka
gejala klinis yang timbul relatif lebih berat dan pemulihannya
membutuhkan waktu lebih lama. Gejala klinis yang timbul berupa:
gangguan kesadaran dimana penderita sangat gelisah, panik, berbicara
tidak terarah (menceracau), kejang ekstremitas, mual, muntah, sampai
dengan hilangnya kesadaran.
Penanganan
1. Posisi semisupine
2. Bernapas lebih dalam dan lebih cepat untuk mempercepat pemulihan
3. menenangkan penderita dengan menerangkan bahwa gejala yang dirasakan
itu tidak berbahaya dan akan segera hilang dengan sendirinya.
4. pemberian oksigen dengan face mask
5. Intervensitersebut di atas biasanya cukup efektif untuk mempercepat
pemulihan penderita.
6. Bila kesadaran penderita tetap belum pulih dan terjadi kejang berulang
maka harus segera dilakukan resusitasi dengan pemasanganvenous line
diikuti dengan pemberian obat-obatan antikonvulsiintravena (misalnya:
diazepam atau midazolam).
4. NYERI DADA (ANGINA PECTORIS)
Angina pectoris adalah nyeri dada yang dialami oleh penderita
penyakit jantung koroner yang terjadinya dipicu oleh adanya faktor stres
psikis, fisik, atau farmakologis atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut. Di
dalam praktek dokter gigi angina pectoris dapat terjadi akibat pemakaian

adrenalin di dalam larutan anestesi lokal baik karena konsentrasinya yang


terlalu tinggi atau akibat injeksi intravaskuler.
Gejala Klinis : keluhan penderita yang khas yaitu: rasa penuh,
berat, panas dan rasa seperti mencengkeram di daerah substernal, kadangkadang disertai rasa kesemutan pada lengan kiri yang menjalar sampai ke
jari-jari tangan kiri. Gejala yang ada mirip dengan gejala gastritis akut, tetapi
penderita yang mempunyai riwayat angina pectoris sebelumnya biasanya
mengetahui dengan benar bahwa gejala yang timbul tersebut adalah angina
pectoris.

Penanganan
1. Penderita didudukkan pada posisi semisupine
2. Beri tablet nitroglycerin (sublingual)
3. Beri oksigenasi dengan face mask
4. Dengan intervensi tersebut biasanya nyeri dada akan hilang dalam waktu
5.

relatif cepat (12 menit)


Bila gejala tidak hilang/semakin memberat segera larikan ke rumah sakit
terdekat.

Anda mungkin juga menyukai