PRINSIP-PRINSIP DASAR
METODE ELEMEN HINGGA
Oleh :
AGUS.R.UTOMO
0906506486
PENDAHULUAN
Latar BElakang
Tujuan
Metodologi
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5. Konvergensi.
3.
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
4.
5.
ANALISIS
KESIMPULAN
AB S T R AK
Secara umum Metode Elemen Hingga (MEH) adalah linierisasi polynomial orde tinggi, baik
dua dimensi (2D) maupun (3D). Pada prinsipnya komputasi dengan MEH adalah metode
komputasi numerikal yang memecah sistem besar yang tak hingga menjadi elemen-elemen
kecil yang terukur (hingga). Elemen-elemen yang dibuat kebanyakan berbetuk segitiga.
Permodelan matematiknya sendiri dapat dibuat untuk satu dimensi (1D), dua dimensi (2D)
atau tiga dimensi (3D). Karena komputasinya berbasis komputer maka Persamaan Diferensial
Parsial (PDP) harus dilinierkan terlebih dahulu. Salah satu masalah yang muncul setelah
linierisasi adalah masalah nilai Eigen.
1. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Dalam era komputer seperti dewasa ini semua pekerjaan terutama yang berkaitan
dengan desain dilakukan dengan menggunakan program komputer. Untuk membuat program
komputer tersebut diperlukan permodelan matematis sesuai dengan kebutuhan. Salah satu
program komputasi yang banyak digunakan untuk disain saat ini adalah Metode Elemen
Hingga (Finite Element Method). Perangkat lunak MEH yang banyak digunakan sekarang
ialah ANSYS dan FLOTRAN.
Pada prinsipnya komputasi dengan MEH adalah metode komputasi numerikal yang
memecah sistem besar yang tak hingga menjadi elemen-elemen kecil yang terukur (hingga).
Elemen-elemen yang dibuat kebanyakan berbetuk segitiga. Permodelan matematiknya sendiri
dapat dibuat untuk satu dimensi (1D), dua dimensi (2D) atau tiga dimensi (3D). Namun
model yang banyak diterapkan adalah model 2D atau 3D. Persoalan utama yang muncul di
sini ialah permodelan matematikanya yang menggunakan Persamaan Diferensial Parsial
(PDP). Karena komputasinya berbasis komputer maka PDP harus dilinierkan terlebih dahulu.
Salah satu masalah yang muncul setelah linierisasi adalah masalah nilai Eigen. Jadi secara
umum MEH adalah linierisasi polynomial orde tinggi, baik 2D maupun 3D.
Namun demikian permodelan matemetik untuk MEH ini masih terus dikembangkan
sampai saat ini. Tidak hanya model matematikanya saja, melainkan penerapan MEH itu
sendiri sampai kini masih terus dikembangkan meskipun MEH sudah dikenal lebih dari satu
dekade. Sedangkan penulisan ini hanya bersifat penelaahan mengenai MEH untuk
dikembangkan lebih lanjut, baik permodelan matematiknya, prosedurnya maupun
penerapannya, sehingga dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi di dunia.
1.2. TUJUAN
Tujuan dari penulisan ini adalah :
1. Mempelajari prinsip-prinsip dasar dan permodelan oleh MEH.
2. Menerapkan dan mengkaji MEH yang tersedia saat ini, sebagai langkah awal penelitian.
3. Mengembangkan MEH baik dalam permodelan matematik, prosedur maupun dalam
penerapannya khususnya untuk diterapkan dalam teknik elektro.
1.3.METODOLOGI
Sebagai langkah awal penelitian, metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah
studi literatur dari literatur-literatur berupa Journal atau lainnya yang merupakan hasil karya
pengembangan para peneliti maupun para praktisi terdahulu.
Sesuai dengan tujuan di atas, dari studi literatur ini akan didapatkan pengetahuan dasar
tentang MEH yang akan akan diperdalam untuk diterapkan dan dikaji lebih lanjut. Sehingga
pengetahuan yang berasal dari studi literature tersebut dapat dikembangkan agar dapat
memberikan kontribusi pperkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia.
d
du
(p(x)
) q(x) u f(x)
dx
dx
( 2-1
)
Dalam sistem tiga dimensi (3D) persamaan di atas biasanya untuk memudahkan penyelesaian
ditransformasikan menjadi berbentuk, eliptik, parabolik atau hiperbolik. Sebenarnya bentuk-
bentuk tersebut ditentukan oleh nilai-nilai Eigen (Eigen Value), yang terbentuk. Namun
dalam kebanyakan kasus persamaannya berbentuk eliptik.
Bila persamaan (2-1) tersebut dibuat dalam 3D dan diselesaikan dengan MEH, maka
persamaan tersebut menjadi :
.(D(x, y, z))u q(x, y, z)u f(x, y, z)
( 2-2 )
Lu = f
L adalah operator linier
Persamaan (2-3) merupakan dot product dari dua buah vector, sehingga dapat didefinisikan :
( 2-4 )
2(Lu f)
uv
Ketika
, sebagai koefisien,
(Lu,v)-(f,v)
(Lu, v) = (f,v)
Persamaan ( 2-6 ) merupakan dasar (basis) untuk analisis MEH. Persmaan ini dikenal sebagai
bentuk GALERKIN atau bentuk lemah (weak form). Dengan cara Galerkin ini tidak
diperlukan waktu lama untuk L menjadi positif bahkan simetri, karena model Galerkin hanya
berkaitan dengan titik stasioner. Namun perlu diingat agar tidak terjadi kerancuan bahwa
dalam analisis MEH yang diselesaikan adalah (Lu,v) = (f,v) bukan Lu = f.
Hal yeng perlu diperhatikan ialah fungsi kuadrat terkecil (Least Square Function) :
( 2-7 )
Q(v) (Lv f, Lv f)
Persamaan (2-7) mempunyai nilai minimum (nol) pada titik yang sama yang memenuhi
Lu = f. Namun demikian pada kenyataannya
, bukannya Lu = f.
LT Lu LT f (Lv f, Lv f)
Akan tetapi bila L inversibel, maka kedua persamaan tersebut ekivalen.
Kini Tinjau kembali sebuah persamaan satu dimensi dengan elemen-elemen yang
sangat baik, mudah dihitung. Dan tinjau Perkalian dot (dot atau inner product) dua buah
vector yang hasilnya analog dengan integrasi dengan tetap pada interval yang sama seperti di
atas yaitu 0 < x < .
( 2-8 )
(f, v)
f(x) v(x) dx
0
( 2-9
)
(Lu, v) [(p(x) u' )' q(u)] vdx [(pu' v' quv] dx pu' v 0
dan
( 2-10
)
( 2-11 )
( 2-12 )
dan
I(v)
( 2-13 )
dV q(x, y, z) v(x, y, z) dV
V
2.2. DISKRETISASI
Pendekatan diskretisasi pada elemen hingga pada umumnya menggunakan persamaan
Poison
.(D u) S
( 2-14 )
u
(D
)
(D
)
(D
) S
x
y
y
z
z
x
[
V
u
(D
)
(D
)
(D
)] udV SudV
x
x
y
y
z
z
V
( 2-15 )
( 2-16 )
Bila diintegralkan secara parsial akan didapatkan :
D(
u v u v u v
u
) dxdydz D
n x vdydz
x x y y z z
x
A
u
Dy n
vdzdx D
A
( 2-17 )
u
n z vdxdy Svdxdydz
z
V
Pada persamaan ini terjadi 2 macam integral, yaitu integral volume dengan kondisi batas
yang tidak diketahui dan integral permukaan dengan kondisi batas yang diketahui. Oleh
sebab itu, Agar persamaan dapat diselesaikan, maka integral permukaan A, dipindahkan ke
ruas kanan,
Galerkin memilih, suatu set fungsi v = T1(x, y, z).Tn(x, y, z) dan didekati oleh u
dengan U(x, y, z) = U1T1 + +UnTn, U1,.Un adalah nilai-nilai pada simpul 1,
..n. Bila u dan v disubstitusikan ke dalam persamaan (2-17), maka akan diperoleh :
D[(U
T1
Tn Ti
T1
Tn Ti
... (U n
)
(U1
... (U n
)
x
x x
y
y y
( 2-18 )
T1
Tn Ti
.... (U n
)
] dx dy dz STi dx dy dz B. C
z
z :z
Bila persamaan (2-18)didefinisikan
sebagai
V
(U 1
K ij D(
Ti Tj Ti Tj Ti Tj
) dxdydz
x x
y y
z z
( 2-20 )
Kij Uj= Fi
atau
i 1, j1
ij U j
( 2-19 )
F
i 1
( 2-21 )
Dengan demikian terlihat bahwa persamaan menjadi lebih sederhana, karena pendekatan
Galerkin akan mengurangi salah satu variabel persamaan U(x, y, z) = U1T1 +.+UnTn,
yaitu U = Ui pada simpul i, dengan syarat Ti = 1 pada simpul i dan Ti = 0 pada simpul-simpul
lainnya.
Sebagai langkah penyederhaan, perkirakan elemen linier 1D, yaitu :
x
x
U a bc U1 (1 ) U 2
l
l
( 2-22 )
x
)
l
( 2-23 )
( 2-24 )
Ti 1
x
lx
y
ly
x y
lx ly
( 2-25 )
Terlihat bahwa sepanjang i dan j yang berlainan elemen, K ij = 0. Sebenarnya perakitan sistem
persamaan pada suatu elemen dilakukan secara bersamaan atau pada waktu yang sama.
Integrasi masing-masing elemen didekati dengan nilai tunggal dalam sistem elemen linier
atau dengan nilai rata-rata dari titik-titik Gauss dalam sistem kuadratik.
2.3. NILAI EIGEN (EIGEN VALUE)
Solusi nilai Eigen i adalah solusi untuk menemukan relasi (hubungan) antara nilai Eigen dan
Vektor Eigen (Pola Eigen). Hubungan tersebut dilukiskan dengan :
K U i i M U i
i = nilai Eigen, bernilai riil.
( 2-26 )
simetri, dengan
P U i ........ U n
( 2-27 )
dan
( 2-28 )
[P] T [K][P] [ ]
( 2-29 )
[ I ] = Matriks satuan yang berupa matriks diagonal yang mengandung i, i = 1n.
Berkaitan dengan nilai Eigen, persamaan (2-26) akan menjelaskan berbagai fenomena fisik
Beberapa Sifat
1. Bila [K] dan [M] definit positif
( 2-30 )
Semua
i >0 ,
U K U 0 ;
U M U 0
2. Menurut Rayleigh
Dengan
1
x K x
2
U 0
( 2-31 )
( 2-32 )
dan
1
x M x
2
K eK 0
eK
e max
M
e
min
dengan
M eM 0
dan
eK emin eM emax eM
e
eK
elm e
K
min e
M M
e
)
Karena
K
M
Maka
K e
max
M
dan
dengan
( 2-33
elm
min min
max elm
m ax
( 2-34 )
Cara lain untuk menentukan sifat nilai Eigen adalah melalui karakteristik diskrimanan (D)
suatu Persamaan Diferensial Parsial (PDP) orde 2. Dengan cara ini sekaligus dapat diketahui
karakteristik PDP itu sendiri.
Seperti diketahui bahwa karakteristik PDP orde 2 dapat berupa parabolik, hiperbolik atau
eliptik, tergantung dari nilai diskrimannya. Demikian pula dengan nilai Eigen yang akan
terbentuk.
Diasumsikan Uxy = Uyx
Bentuk umum PDP Orde 2 :
Au xx 2 Bu xy Cu yy .......... 0
( 2-35 )
( 2-36 )
Diskriminannya adalah
( 2-37 )
4.
D>0
Solusi PDP
Nilai eigen
D>0
Solusi PDP
Nilai eigen
: Hiperbolik.
: Semua > 0 ada salah satu < 0
Semua < 0 ada salah satu > 0
: Ultra Hiperbolik.
: Semua > 0 ada lebih dari satu < 0
Semua < 0 ada lebih dari satu > 0
MX
My
Mz
Kondisi Kompatibilitas
Kondisi kompatibel ialah kondisi peralihan yang kontinyu dan mempunyai satu titik nilai
untuk semua titik pada struktur. Sehingga struktur tetap stabil akibat pembebanan.
Kompatibilitas pada suatu struktur yang dibagi-bagi menjadi elemen-elemen, harus memnuhi
bebrapa persayaratan :
1. Peralihan yang terjadi harus kontinyu dan pergerakannya halus.
2. Seluruh elemen struktur yang terangkai pada satu simpul harus tetap terangkai pada
simpul yang sama.
2.5.
KONVERGENSI
Suatu vector tak hingga (infinite) dikatakan konvergen apabila memenuhi :
Lim a (n) a 0
n
; n = 1, 2,..
( 2-38 )
Lim a (n) a
n
Mengingat MEH pada prinsipnya adalah metode komputasi numerikal yang bersifat
pendekatan, maka hasil akhir komputasinya akan mengalami perbedaan numerikal dengan
sistem yang sebenarnya. Oleh karena itu secara umum persamaan di atas menyatakan bahwa
konvergensi akan terjadi bila kesalahan atau penyimpangan (error) yang terjadi mendekati
nol.
Persamaan Ampere
D
t
( 3-1 )
Untuk frekuensi rendah, yaitu frekuensi yang lebih rendah dari frekuensi radio ( f < fr ), maka
perubahan densitas (kerapatan ) arus magnet terhadap waktu,
D
dianggap mendekati
t
Persamaan Gauss
. B 0
( 3-2 )
. B H
( 3-3 )
Bila material nonlinier (seperti : Magnet Alnico, atau Baja Jenuh), maka medan magnet pada
suatu material dinyatakan oleh :
B
H(B)
( 3-4 )
Hukum Faraday
( 3-5 )
Substuitusikan persaman (3-4) dan (3-5) ke dalam persamaan (1a), maka kini kerapatan
medan dapat dinyatakan dengan :
1
x A J
(B)
( 3-6 )
Dengan :
H = Intesitas Medan Magnet,
A = Vektor potensial medan,
1 2
AJ
B = Kerapatan Medan,
J = Kerapatan arus,
( 3-7 )
= permeabilitas bahan.
E = Medan LIstrik
3.2.
Current) akan terinduksi ke dalam material sehingga konduktivitas terjadi, arus mengalir
(tidak nol). Untuk itu perlu diperhatikan persamaan Maxwell. Hubungan antara medan listrik
dan kepadatan arus ditunjukkan oleh persamaan :
J E
( 3-8 )
B
t
( 3-9 )
Substtitusikan bentuk vector potensial ke dalam persamaan (3-9)
x E x A
( 3-10 )
Hubungan kepadatan arus dan medan listrik, persamaan (3-8 ) dengan vektor potensial,
adalah :
J A V
( 3-11 )
Bila kemudian persmaan (3-11) ini disubstitusikan ke dalam persamaan (3-6), maka diperoleh
(persamaan differensial parsial) :
1
x A A Jsrc V
(B)
( 3-12 )
Untuk medan magnet dengan frekuensi yang tetap (fixed), maka transformasi fasor akan
menghasilkan persamaan tunak (steady state) yang diselesaikan untuk amplitudo dan fasa A.
Transformasi tersebut adalah :
A Re[a(cos t jsin t)] Re[ae j t ]
( 3-13 )
1
x a j a Jsrc V
(B)
( 3-14 )
Dalam hal ini Jsrc adalah transformasi fasor arus yang diterapkan.
3.3. PROBLEM ELEKTROSTATIK
Hal yang dioperhatikan dalam problem elektrostatik ialah perubahan intensitas medan
listrik E terhadap dan kerapatan fluks listrik D. Untuk itu terdapat 2 kondisi yang harus
diikuti, yaitu :
1.Bentuk diferensial Hukum Gauss yang menyatakan bahwa fluks yang memasuki suatu
volume tertutup sama dengan muatan pada volume tersebut.
. D
( 3-
15 )
= kerapatan muatan.
2. Bentuk differensial Hukum Ampere, yaitu :
xE 0
( 3-16 )
DE
( 3-17 )
= permitivitas elektrik
Untuk menyederhanakan komputasi, maka medan harus memenuhi persamaan di atas.
Oleh karena itu untuk komputasi digunakan potensial scalar listrik V yang hubungannya
dengan medan listrik E direpresentasikan sebagai :
E V
( 3-18 )
Karena vector identitas x 0 untuk setiap maka dengan senirinya akan memenuhi
hukum Ampere (loop). Bila persamaan ini disubstitusikan ke dalam persamaan Gauss, maka
akan diperoleh persamaan diferensial parsial orde dua, yaitu :
E2 V
( 3-19 )
xH JD
.B 0
x E B
22 )
( 3-20 )
( 3-21 )
( 3-
.D
( 3-
23 )
Bila persamaan (3-20) diturunkan, maka akan didapatkan :
.( x H .J .D
( 3-
24 )
Dengan menerapkan vector identitas standar, ruas kiri persamaan (3-22) di atas menjadi sama
dengan nol, sehingga persamaan tersebut menjadi :
.J .D 0
( 3-25 )
( 3-26 )
( 3-27 )
( 3-28 )
Persamaan (14 i) ini dapat juga digunakan untuk mencari solusi arus searah (dc). Karena pada
arus searah frkuensinya adalah nol, maka persamaan (3-28 ) tersebut menjadi :
2 V 0
( 3-29 )_
Solusi yang didapatkan akan tetap konsisten seperti solusi pada arus sinusoidal, bahkan lebih
mudah pemecahan solusinya.
4. ANALISIS
Pada prinsipnya MEH adalah salah satu metode pendekatan komputasi numerikal yang
membagi suatu sistem besar yang tak diketahui menjadi elemen-elemen kecil yang terukur
atau hingga.
Proses pelaksanaannya adalah : Diskretisasi, Permodelan Matematis, Penentuan batasbatas elemen, Komputasi dan Perakitan Kembali elemen-elemen menjadi sistem yang utuh.
Secara matematis setiap elemen harus kontinyu, Permodelan bisa dilakukan dengan bentuk
1D, 2D atau 3D. Pada umumnya digunakan pendekatan 2D, terutama pada aplikasi teknik
sipil atau mekanik. Demikian pula dengan diskretisasi yang dibuat kebanyakan dibuat dalam
bentuk segitiga. Sedangkan teknik elektro lebih banyak digunakan metode pendekatan 3D.
Karena kebanyakan digunakan model 2D atau 3D, maka model matematik yang dibuat
berbentuk PDP untuk 2D atau 3D. Namun semua model matematik yang berasal dari PDP
tersebut dilinierkan atau dijadikan matriks agar komputasinya dapat lakukan dengan
menggunakan komputer.
Dengan demikian persoalan utama MEH adalah proses linierisasi polynomial orde
tinggi dalam bentuk PDP baik untuk 2D maupun 3D. Proses yang harus dilakukan dengan
cermat adalah diskretisasi, permodelan matematis, pemmbatasan (boundary), dan linierisasi.
Sedangkan nilai dan vektor Eigen merupakan factor koreksi untuk memperhalus (smoothing)
dan meratakan distribusi.
Komputasi dengan MEH menjadi mudahsetelah semua model matematik dilinierkan
seperti terlihat pada bab 3, Penerapan MEH pada elektromagnetik.
5. KESIMPULAN
1. MEH adalah metode pendekatan komputasi numeric yang membagi sistem besar tak
hingga menjadi elemen-elemen kecil yang terukur (hingga).
2. Elemen-elemen kebanyakan dibuat dalam bentuk segitiga. Model bisa dibuat 1D, 2D,
atau 3D. Proses permodelan matematik, diskretisasi, pembatasan (boundary) dan
linierisasi harus dilakukan secermat mungkin. Model matematik pada elemen harus
dibuat kontinyu.
3. Untuk menghaluskan (smoothing) sambungan antar elemen dan meratakan distribusi
biasanya digunakan factor koreksi yang berasal dari Nilai dan Vektor Eigen.
4. Secara umum problem utama MEH adalah problem linierisasi polynomial orde tinggi
dalam bentuk PDP, baik untuk 1D, 2D maupun 3D.
5. Perangkat Lunak MEH yang digunakan sekarang adalah ANSYS dan FLOTRAN..
Referensi :
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
[9]
[10]
[11]
[12]
[13]
[14]