Anda di halaman 1dari 9

blogspot.

com

Google mendeteksi bahwa sambungan internet Anda lambat dan telah mengoptimalkan laman ini untuk
menghemat data hingga 80%.
Dioptimalkan 23 jam yang lalu
Lihat yang asli Segarkan

Tugu Dyana
Inspirasi Tiada Batas.......
Minggu, 30 Desember 2012

PSYCHOLOGYCAL WELL-BEING & KESEHATAN MENTAL


PSYCHOLOGYCAL WELL-BEING &KESEHATAN MENTAL
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Psikologi Kesehatan Mental
Dosen Pengampuh:
TRISTIADI ARDI ARDANI, M. Si, Psi
Oleh:
DIANA VF. 07410037
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)MAULANA
MALIK IBRAHIM
April 2010
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan mental merupakan keinginan wajar bagi setiap manusia seutuhnya, tapi
tidaklah mudah mendapatkan kesehatan jiwa seperti itu. Perlu pembelajaran
tingkah laku, pencegahan yang dimulai secara dini untuk mendapatkan hasil yang
dituju oleh manusia.Tidak seorangpun yang tidak ingin menikmati ketenangan
hidup, dan semua orang akan berusaha mencarinya, meskipun tidak semuanya
dapat mencapai yang diinginkannya itu. Bermacam sebab dan rintangan yang
mungkin terjadi sehingga banyak orang yang mengalami kegelisahan, kecemasan
dan ketidak puasan.
Keadaan yang tidak menyenangkan itu tidak terbatas kepada golongan tertentu

saja, tetapi tergantung pada cara orang menghadapi sesuatu persoalan. Misalnya
ada orang miskin yang gelisah karena banyak keinginannya yang tidak tercapai,
bahkan orang kaya yang juga gelisah, cemas dan merasa tidak tentram dalam
hidupnya yang diakibatkan faktor lain seperti kebosanan atau ingin menambah
hartanya lebih banyak lagi.
Setiap orang, baik yang berpangkat tinggi atau tidak berpangkat bahkan seorang
pesuruh, menemui kesukaran dalam berbagai bentuk. Hanya satu hal yang samasama dirasakan yaitu ketidaktenangan jiwa. Sesungguhnya ketenangan hidup,
ketentraman jiwa atau kebahagiaan batin, tidak tergantung kepada faktor-faktor
luar seperti keadaan sosial, ekonomi, politik, adat kebiasaan dsb. Akan tetapi lebih
tergantung dari cara dan sikap menghadapi faktor-faktor tersebut.
Jadi yang menentukan ketenangan dan kebahagiaan hidup adalah kesehatan
mental. Kesehatan mental itulah yang menentukan tanggapan seseorang terhadap
suatu persoalan, dan kemampuannya menyesuaikan diri. Kesehatan mental pulalah
yang yang menentukan apakah orang akan menpunyai kegairahan untuk hidup,
atau akan pasif atau tidak bersemangat.
Orang yang sehat mentalnya tidak akan lekas merasa putus asa, pesimis atau apatis,
karena ia dapat mengahadapi semua rintangan atau kegagalan hidupnya dengan
tenang. Apabila kegagalan itu dihadapi dengan tenang, akan dapatlah dianalisa,
dicari sebab-sebab yang dimenimbulkannya, atau ditemukan faktor-faktor yang
tidak pada tempatnya. Dengan demikian akan dapat dijadikan pelajaran yaitu
menghindari semua hal-hal yang membawa kegagalan pada waktu yang lain.
Untuk menelusurinya diperlukan keterbukaan psikis manusia ataupun suatu
penelitian secara langsung atau tidak langsung pada manusia yang menderita
gangguan jiwa.
Pada dasarnya untuk mencapai manusia dalam segala hal diperlukan psikis yang
sehat. Sehingga dapat berjalan menurut tujuan manusia itu diciptakan secara
normal.
Permasalahan
Sampai sejauh mana manusia digerogoti gangguan jiwa dan bagaimana manusia
itu melakukan proses penanganan
Tujuan
Untuk memahami tentang psichologycal well-being dan kesehatan mental
BAB II
PEMBAHASAN
Dimensi Psychological Well-being
Menurut Ryff (dalam Adult Development and Aging, 2002) secara psikologis,
manusia memiliki sikap positif terhadap diri dan orang lain. Mereka mampu
membuat keputusan sendiri, dan mengatur tingkah laku mereka, serta mereka
mampu memilih dan membentuk lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan

mereka. Setiap orang memiliki tujuan yang berarti dalam hidupnya, dan mereka
berusaha untuk menggali dan mengembangkan diri mereka semaksimal mungkin.
Ryff dalam buku Human Development (2000) juga memberi definisi well-being
dalam adulthood dan menunjukkan bagaimana orang dewasa memandang diri
mereka sendiri yang berbeda pada beberapa hal di masa adulthood mereka Berikut
ini terdapat beberapa dimensi dari Psychological Well-Being dalam skala Ryff:
1. Self-Acceptance
Nilai tinggi: memiliki sikap yang positif pada diri sendiri, menerima diri baik aspek
yang positif maupun negatif, memandang positif masa lalu
Nilai rendah: merasa tidak puas terhadap diri sendiri, kecewa dengan masa lalu,
ingin menjadi orang yang bebeda dari dirinya saat ini
2. Positive Relation with Others
Nilai tinggi: hangat, merasa puas, percaya berhubungan dengan orang lain;
memikirkan kesejahteraan orang lain; memiliki empati, affection dan intimacy;
dalam suatu hubungan dapat saling mengerti, memberi, dan menerima.
Nilai rendah: tidak nyaman dekat dengan orang lain, merasa terisolasi dan frustasi
jika berhubungan dengan orang lain, tidak bisa terikat dengan orang lain
3. Autonomy
Nilai tinggi: mandiri,mampu mempertahankan diri dari pengaruh luar (tidak
konformitas), mampu mengatur diri, mampu mengevaluasi diri
Nilai rendah: terlalu memperhatikan harapan dan evaluasi dari luar, tidak
membuat keputusan sendiri (minta bantuan dari orang lain untuk mengambil
keputusan penting), konformitas.
4. Environmental Mastery
Nilai tinggi: mampu mengatur lingkungan, mampu mengatur aktivitas luar, mampu
memnfaatkan kesempatan yang datang secara efektif, mampu memilih dan
menciptakan konteks yang cocok dengan kebutuhan dan nilai personal
Nilai rendah: sulit mengatur kegiatan sehari-hari, merasa tidak mampu untuk
mengubah atau memperbaiki lingkungan, mengabaikan kesempatan yang hadir,
tidak dapat mengontrol pengaruh dari luar.
5. Purpose in Life
Nilai tinggi: memiliki tujuan hidup, merasakan masa kini dan masa lalu adalah
berarti, memiliki keyakinan hidup
Nilai rendah: kurang memiliki keberartian hidup, sedikit memiliki tujuan hidup,
tidak menganggap tujuan hidupnya di masa lalu, tidak memiliki keyakinan dalam
hidup.
6. Personal Growth

Nilai tinggi: selalu punya keinginan mengembangkan diri, terbuka dengan


pengalaman baru, menyadari potensi yang dimiliki, selalu memperbaiki diri dan
tingkah laku
Nilai rendah: personal stagnation, tidak dapat meningkatkan dan mengembangkan
diri, merasa jenuh dan tidak tertarik dengan kehidupan, merasa tidak mampu
untuk mengembangkan sikap atau tingkah laku yang baru.

Faktor-faktor yang mempengaruhi psychological well-being (Andrew and Robinson


1991 dalam skripsi Gambaran Psychological Well-Being pada Lansia yang terlibat
dalam kelompok Kencana oleh Endah Puspita Sari (2004) :
a. Faktor kepribadian
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Costa dan McCrae (1980) menemukan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara kepribadian extroversion dan neurotis
dengan psychological well-being
b. Faktor dukungan social
Hasil penelitian menemukan bahwa dukungan sosial dari lingkungan sekitar
individu akan sangat mempengaruhi psychological well-being yang dirasakan oleh
individu tersebut.
c. Faktor pengalaman hidup
Interpretasi individu terhadap pengalaman hidupnya akan berpengaruh pada
penilaian individu terhadap kehidupannya secara umum.
Dijelaskan pula bahwa kesempatan untuk bertemu dengan teman-teman yang
sebaya dapat membuka kesempatan pada individu usia lanjut untuk belajar dari
pengalaman hidup individu lain dan menginterpretasikan kembali pengalaman
hidupnya sehingga akan membantu indivisu tersebut dalam mengontrol
pengalaman emosi positif atau negatif. Dengan memiliki teman, individu usia lanjut
akan merasa memiliki dukungan sosial di luar keluarganya, menimbulkan
perasaan dihargai dan diinginkan meskipun mereka sudah mengalami
kemunduran dan keterbatasan.
Pengertian Kesehatan Mental
Istilah kesehatan mental diambil dari konsep mental hygiene. Kata mental
diambil dari bahasa Yunani, pengertiannya sama dengan psyche dalam bahas latin
yang artinya psikis, jiwa atau kejiwaan.
Kesehatan mental merupakan bagian dari psikologi agama, terus berkembang
dengan pesat. Hal ini tidak terlepas dari kondisi masyarakat yang membutuhkan
jawaban atas berbagai permasalahan yang melingkupinya.
Kesehatan Mental
Seseorang dapat dikatakan sehat tidak cukup hanya dilihat dari segi fisik,
psikologis, dan sosial saja, tetapi juga perlu dilihat dari segi spiritual atau agama.

Inilah kemudian yang disebut Dadang Hawari sebagai empat dimensi sehat itu,
yaitu: bio-psiko-sosial-spiritual. Jadi seseorang yang sehat mentalnya tidak cukup
hanya terbatas pada pengertian terhindarnya dia dari gangguan dan penyakit jiwa
baik neurosis maupun psikosis, melainkan patut pula dilihat sejauhmana seseorang
itu mampu menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri dan lingkungannya, mampu
mengharmoniskan fungsi-fungsi jiwanya, sanggup mengatasi problema hidup
termasuk kegelisahan dan konflik batin yang ada, serta sanggup
mengaktualisasikan potensi dirinya untuk mencapai kebahagiaan
Istilah kesehatan mental sendiri memperoleh pengertian yang beragam seiring
perkembangannya:
(1) sebagai kondisi atau keadaan sebagaimana gambaran di atas;
(2) sebagai ilmu pengetahuan cabang dari ilmu psikologi yang bertujuan
mengembangkan potensi manusia seoptimal mungkin dan menghindarkannya dari
gangguan dan penyakit kejiwaan;
(3) sebagai terapi atau ilmu terapan guna membantu mengatasi gangguan dan
penyakit kejiwaan.
Untuk mengetahui apakah seseorang sehat atau terganggu mentalnya, tidaklah
mudah. Biasanya yang dijadikan bahan penyelidikan atau tanda-tanda dari
kesehatan mental adalah tindakan, tingkah laku atau perasaan. Karenanya
seseorang yang terganggu kesehatan mentalnya bila terjadi kegoncangan emosi,
kelainan tingkah laku atau tindakannya.
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap pasien-pasien yang terganggu
kesehatan mentalnya, dapat disimpulkan bahwa kesehatan mental yang terganggu
dapat mempengaruhi keseluruhan hidup seseorang. Pengaruh itu dibagi dalam
empat kelompok yaitu ; perasaan, pikiran/kecerdasan, kelakuan dan kesehatan
badan. Hal ini semua tergolong kepada gangguan jiwa, sedangkan sakit jiwa adalah
jauh lebih berat.
Perasaan
Diantara gangguan perasaan yang disebabkan oleh kesehatan mental ialah rasa
cemas, iri hati, sedih, merasa rendah diri, pemarah, ragu dsb. Untuk jelasnya
marilah kita tinjau tiap-tiap persoalan dengan contohnya.
Rasa Cemas
Perasaan tidak menentu, panik, takut tanpa mengetahui ada yang ditakutkan dan
tidak dapat menghilangkan perasan gelisah dan mencemaskan itu. Terlalu banyak
hal-hal yang banyak menyebabkan gelisah yang tidak pada tempatnya.
Iri Hati
Seringkali orang mrrasa iri hati atas kebahagiaan orang lain. Perasan ini bukan
karena kebusukan hatinya seprti biasa di sangka orang, akan tetapi karena ia
sendiri tidak merasakan bahagia dalam hidupnya.
Rasa Sedih

Rasa sedih yang tidak beralasan, atau terlalu banyak hal-hal yang menyedihkannya
sehingga air mukannya selalu membanyangkan kesedihan, kendatipun ia seorang
yang mampu, berpangkat, dihargai orang dan sebagainya.
Sesungguhnya perasaan sedih ini banyak sekali terjadi. Banyak kita melihat orang
yang tidak pernah gembira dalam hidupnya. Sebabnya bermacam-macam, ada ibu
yang merasa kesepian karena anak-anaknya sudah, tidak memerlukannya lagi,
sedang bapak tidak lagi seperti dulu. Sebaliknya ada bapak yang merasa sedih
karena istrinya yang dulu selalu memperhatikan makanan dan minumannya,
sekarang telah sibuk mengurus rumah tangga dan anaknya. Kesedihan-kesedihan
seperti itu, tidak disebabkan oleh sesuatu hal atau persoalan secara langsung, akan
tetapi oleh kesehatan mental yang terganggu.
Rasa rendah Diri
Rasa rendah diri dan tidak percaya diri banyak sekali terjadi pada remaja. Hal ini
disebabkan oleh banyaknya problem yang mereka hadapi dan tidak mendapat
penyelesaian dan pengertian dari orang tua. Disamping itu mungkin pula akibat
pengaruh pendidikan dan perlakuan yang diterimanya waktu masih kecil.
Rasa rendah diri ini menyebabkan orang lekas tersinggung. Karena itu ia mungkin
akan menjauhi pergaulan dengan orang banyak, menyendiri, tidak berani
mengemukakan pendapat (karena takut salah), tidak berani bertindak atau
mengambil suatu inisiatif (takut tidak diterima orang). Lama kelamaan akan hilang
kepercayaan pada dirinya, dan selanjutnya ia juga kurnag percaya kepada orang. Ia
akan lekas marah atau sedih hati, menjadi apatis dan pesimis.
Bahkan rasa rendah diri itu mungkin akan menyebabkan ia suka mengeritik orang
lain, dan tingkah lakunya mungkin akan terlihat sombong. Dalam pergaulan ia
menjadi kaku, kurang disenangi oleh kawan-kawannya, karena mudah tersinggung
dan tidak banyak ikut aktif dalam pergaulan atau pekerjaan.
Pemarah
Sesungguhnya orang dalam suasana tertentu kadang-kadang perlu marah, akan
tetapi kalau ia sering-sering marah yang tidak pada tempatnya atau tidak seimbang
dengan sebab yang menimbulkan marah itu, maka yang demikian ada
hubungannya dengan kesehatan mental. Marah sebenarnya adalah ungkapan dari
perasan hati yang tidak enak, biasanya akibat kekecewaan, ketidakpuasan, tidak
tercapai yang diinginkannya. Apabila orang yang sedang merasa tidak enak, tidak
puas terhadap dirinya, maka sedikit saja suasana luar mengganggu ia akan menjadi
marah. Mungkin anak, istri atau siapapun akan menjadi sasaran kemarahannya
yang telah lama ditumpuknya itu.
Seseorang dapat berusaha memelihara kesehatan mentalnya dengan menegakkan
prinsip-prinsipnya dalam kehidupan, yaitu:
(1) mempunyai self image atau gambaran dan sikap terhadap diri sendiri yang
positif;

(2) memiliki integrasi diri atau keseimbangan fungsi-fungsi jiwa dalam mengatasi
problema hidup termasuk stres;
(3) mampu mengaktualisasikan dirinya secara optimal guna berproses mencapai
kematangan;
(4) mampu bersosialisasi atau menerima kehadiran orang lain;
(5) menemukan minat dan kepuasan atas pekerjaan yang dilakukan;
(6) memiliki falsafah atau agama yang dapat memberikan makna dan tujuan bagi
hidupnya
(7) mawas diri atau memiliki kontrol terhadap segala keinginan yang muncul;
(8) memiliki perasaan benar dan sikap bertanggung jawab atas perbuatanperbuatannya.
Dimensi Psikologis Kesehatan Mental
Aspek psikis manusia pada dasarnya merupakan satu kesatuan dengan sistem
biologis, sebagai sub sistem dari eksistensi manusia, maka aspek psikis selalu
berinteraksi dengan keseluruhan aspek kemanusiaan. Karena itulah aspek psikis
tidak dapat dipisahkan untuk melihat sis jiwa manusia.
Ada beberapa aspek psikis yang turut berpengaruh terhadap kesehatan mental,
antara lain :
Pengalaman awal
Pengalaman awal merupakan segenap pengalaman-pengalaman yang terjadi pada
individu terutama yang terjadi di masa lalunya. Pengalaman awal ini adalah
merupakan bagian penting dan bahkan sangat menentukan bagi kondisi mental
individu di kemudian hari.
Kebutuhan
Pemenuhan kebutuhan dapat meningkatkan kesehatan mental seseorang. Orang
yang telah mencapai kebutuhan aktualisasi yaitu orang yang mengeksploitasi dan
segenap kemampuan bakat, ketrampilannya sepenuhnya, akan mencapai tingkatan
apa yang disebut dengan tingkatan pengalaman puncak.
Dalam berbagai penelitian ditemukan bahwa orang-orang yang mengalami
gangguan mental, disebabkan oleh ketidakmampuan individu memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya. Kebutuhan yang dimaksud di sini adalah kebutuhan
dasar yang tersusun secara hirarki. Kebutuhan biologis, kebutuhan rasa aman,
meliputi kebutuhan dicintai, kebutuhan harga diri, pengetahuan, keindahan dan
kebutuhan aktualisasi diri.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Beberapa dimensi dari Psychological Well-Being dalam skala Ryff:
1. Self-Acceptance
2. Positive Relation with Others

3. Autonomy
4. Environmental Mastery
5. Purpose in Life
6. Personal Growth
Faktor-faktor yang mempengaruhi psychological well-being (Andrew and Robinson
1991 dalam skripsi Gambaran Psychological Well-Being pada Lansia yang terlibat
dalam kelompok Kencana oleh Endah Puspita Sari (2004) :
a. Faktor kepribadian
b. Faktor dukungan social
c. Faktor pengalaman hidup
Seseorang dapat berusaha memelihara kesehatan mentalnya dengan menegakkan
prinsip-prinsipnya dalam kehidupan, yaitu:
(1) mempunyai self image atau gambaran dan sikap terhadap diri sendiri yang
positif;
(2) memiliki integrasi diri atau keseimbangan fungsi-fungsi jiwa dalam
mengatasi problema hidup termasuk stres;
(3) mampu mengaktualisasikan dirinya secara optimal guna berproses mencapai
kematangan;
(4) mampu bersosialisasi atau menerima kehadiran orang lain;
(5) menemukan minat dan kepuasan atas pekerjaan yang dilakukan;
(6) memiliki falsafah atau agama yang dapat memberikan makna dan tujuan
bagi hidupnya
(7) mawas diri atau memiliki kontrol terhadap segala keinginan yang muncul;
(8) memiliki perasaan benar dan sikap bertanggung jawab atas perbuatanperbuatannya.
Diana Fakhriyani

di 08.52

Berbagi

Beranda

Lihat versi web

I am DIANA

Diana Fakhriyani
Ikuti

Hai, Saya Dyana. Seorang yang optimistik, suka tantangan, dan suka akan hal baru. bagi Saya,
semua orang itu sama tapi berbeda dan berbeda tapi sama. Cogito Ergo Sum (Descartes), Saya
berpikir, maka Saya ada. Salam kenal ya !
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai