Anda di halaman 1dari 11

PERENCANAAN RUNNER DAN POROS TURBIN

CROSS FLOW PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA


MIKRO HIDRO (PLTMH)
Safril (1)
(1)

Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Padang


ABSTRACT

Design of cross flow turbine is a tangible manifestation of creativity and provide


appropriate alternatives for communities not reached by the State Electricity Company
(PLN). Cross flow turbine design begins with the measurement of water discharge, the
length of the carrier channel and the difference in height of water fall. From these
measurements can be determined diameter of the turbine runner and shaft. Runners and
shaft are made from carbon steel and S40C with the outside runner diameter (Do) 200 mm,
the inside runner diameter (Di) 130 mm, 28 of number of blades, runner width (bo) 140
mm, 30 mm diameter shaft, and shaft length (), 342 mm. Making the runner and the shaft
is done by the cutting process using a light cutting, drilling machines and lathes. The
principle works to change the water potential energy to kinetic energy into mechanical
work energy, rotating the turbine and generator to produce electrical power a small scale.
Keywords: PLTMH, Turbin.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam usaha meningkatkan mutu kehidupan dan
pertumbuhan ekonomi pedesaan, energi listrik
memiliki peranan yang sangat penting. Ketersediaan
energi listrik di pedesaan sebagai salah satu bentuk
energi yang siap pakai, selain untuk penerangan tentu
saja akan mendorong peningkatan sarana pendidikan,
kesehatan dan keamanan lingkungan serta dapat
meningkatkan penyediaan lapangan kerja baru.
Daerah pedesaan terpencil yang sebagian besar
belum terjangkau jaringan listrik nasional (PLN)
merupakan suatu masalah bagi pembangunan dan
pengembangan masyarakat pedesaan. Kebutuhan
energi masyarakat pedesaan terpencil untuk
memasak, penerangan dll, umumnya berasal dari
energi yang tidak dapat diperbaharui (seperti
minyak). Adapun peralatan elektronik seperti radio,
televisi dipenuhi dengan menggunakan baterai atau
aki yang dalam jangka waktu tertentu harus diisi
ulang (recharge). Umumnya daerah pedesaan
terpencil yang terletak pada daerah pegunungan
mempunyai potensi energi air yang besar, sehingga
PLTMH merupakan salah satu sumber energi yang
dapat dikembangkan.
Salah satu daerah di Sumatra Barat yang berpotensi
untuk dijadikan sumber energi Pembangkit Listrik
Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) adalah saluran irigasi
Teresgenit yang terletak di Desa Batu Hampa,
Kecamatan Lembang Jaya, Kabupaten Solok.
Teresgenit merupakan salah satu daerah yang belum
terjangkau oleh jaringan listrik PLN. Selain karena
terletak di daerah dataran tinggi, keterbatasan daya
listrik PLN yang di gerakkan dengan tenaga diesel
merupakan salah satu penyebabnya. Sehingga,

dengan memanfaatkan sumber daya air yang terdapat


pada saluran irigasi Teresgenit tersebut diharapkan
dapat mengatasi permasalahan kekurangan daya
listrik tersebut.
Teresgenit
dan
daerah-daerah
sekitarnya
memanfaatkan energi air tersebut hanya sebagai
pengairan
saja,
sehingga
perlu
dilakukan
pemanfaatan energi untuk dapat menghasilkan energi
listrik, meningkatkan taraf hidup dan sumber daya
masyarakat agar tidak tertinggal dengan daerahdaerah lainnya yang sudah dialiri jaringan listrik
PLN.
1.2 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari tulisan ini adalah merencanakan diameter
runner, luas pemasukan aliran air ke turbin cross
flow dari data perencanaan dan menghitung
kecepatan air yang masuk ke sudu-sudu turbin cross
flow, diameter poros yang akan dipergunakan pada
runner, serta sebagai pengabdian kepada masyarakat,
yang masih belum terjangkau oleh energi listrik dari
PLN.
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)
yang telah dirancang ini menghasilkan energi listrik
dapat dimanfaaatkan oleh masyarakat desa untuk
peningkatan perekonomian dan kesejahteraan di
tempat tersebut serta laboratorium bagi mahasiswa
nantinya.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Turbin Cross Flow
Sebagai suatu turbin aliran radial atmosferik, yang
beraarti bekerja pada tekanan atmosfir, turbin cross
flow menghasilkan daya dengan mengkonversikan
energi kecepatan pancaran air. Meninjau karakteristik

Jurnal Teknik Mesin

Vol.7, No.1, Juni 2010

kecepatan spesifiknya, ia berada diantara turbin


pelton dan francis aliran campur.
Turbin cross flow terdiri atas dua bagian utama, nozel
dan runner. Dua buah piringan sejajar disatukan pada
lingkar luarnya oleh sejumlah sudu membentuk
konstruksi yang disebut runner. Nozel berpenampang
persegi, mengelurkan pancaran air ke selebar runner
dan masuknya dengan sudu 160 terhadap garis
singgung lingkar luar runner. Bentuk pancaran adalah
pesegi, lebar dan tidak terlalu tebal. Air masuk ke
sudu-sudu pada rim runner mengalir di atasnya,
keluar memintas ruang kosong diantara bagian dalam
rim, dan akhirnya keluar dari runner.
Dengan demikian, ia merupakan turbin pancaran
kedalam. Dan karena pada dasarnya alirannya adalah
radial, diameter runner tidak tergantung pada
besarnya tumbukkan air sedang panjang runner dapat
ditentukan tanpa tergantung sejumlah air.
Dengan menganggap pusat pancaran memasuki
runner di titik A Gambar (1) dengan sudut 1
terhadap garis singgung lingkar luar runner,
kecepatan air sebelum masuk adalah [1]:

ISSN 1829-8958

Alur mutlak lintasan air diatas lengkung sudut AB


bisa ditentukan seperti halnya titik senyatanya tempat
air meninggalkan sudu. Dengan menganggap
kecepatan mutlak C2 tidak mengalami perubahan titik
C tempat air kembali masuk rim dapat ditemukan.
Dititik ini C2 menjadi C3 dan alur lintasan air diatas
lengkung sudut CD bisa dipastikan pula.
Maka:
3 = 2
3 = 2
1 = 4
Karena semua sudut itu saling berkaitan pada sudu
yang sama.
Tentu tidak keseluruhan (garis arus-pent) pancaran
dapat mengikuti alur mutlak ini, beberapa alur
partikel air cenderung saling bersilangan di dalam
runner seperti pada Gambar (2) dengan
memperlihatkan pendekatan keadaan sebenarnya.
Sudut-sudut perpotongan dan 1 mencapai
maksimum di masing-masing sisi terluar pancaran.

Gambar 2 Persilangan Aliran Memintas turbin

2.2 Pengambaran Alur Aliran Mutlak

Gambar 1 Alur Air Memintas Turbin

c 1 = (2g H) (m/det)

... (1)

dimana:
= koefisien, harganya tergantung nozel
Setelah kecepatan keliling U1 diketahui, kecepatan
relatif aliran disisi masuk W1 dapat ditentukan. Sudut
yang diapit dua kecepatan terakhir ini dinamai sudut
1. Agar diperoleh efesiensi maksimum, sudut sudu
dititik A harus sama dengan 1. Lengkung AB
menunjukan suatu sudu. Kecepatan nisbi W2 dan
kecepatan keliling U2 di sisi keluar, mengapit sudut
2 dititik itu. Kecepatan mutlak aliran C2 dapat
ditentukan dari W2, 2 atau U2. Sudut yang dibentuk
dua kecepatan C2 atau U2 adalah

Alur aliran melintasi runner dapat digambarkan


berdasarkan segitiga kecepatan dan rumus-rumus
yang telah dipaparkan pada bahasan terdahulu.
Demikian pun bahasan di bawah ini akan
menjabarkan secara rinci alur aliran mutlak melintasi
tingkat pertama runner, sebagai dasar studi
selanjutnya.
Sementara suatu elemen air mengalir disepanjang
sudu dari sisi masuk ke sisi keluar, runner turbin
berputar. Untuk memastikan titik sebenarnya tempat
keluar
suatu
garis
arus
mutlak,
harus
memperhitungkan sudut putar runner yang terjadi
selama selang waktu elemen air bergerak menempuh
tingkat pertama itu. Dibuat segitiga-segitiga
kecepatan perantara di seksi antara titik masuk dan
keluar sudu runner.
Kecepatan masuk ditetapkan sebagai berikut:
C1 = 1
1 = 160
2

Perencanaan Runner dan Poros Turbin Cross Flow Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (Safril)

1 opt =

Sudut putaran runner selama pergerakan elemen air


dari jari-jari luar ke jari-jari dalam runner, atau ke
sembarang jari-jari diantaranya, dihitung dengan :

= 0,48063

1 = 300
opt

= 0,55498

Jari-jari luar dan dalam runner masing-masing


ditandai dengan lambang R1 dan R2. Sedangkan
sembarang jari-jari diantara keduanya ditandai
dengan R1 selanjutnya u1, u2, dan u masing-masing
menunjukkan kecepatan keliling dijari-jari yang
bersangkutan.
Kecepatan nisbi disembarang titik diantara jari-jari
luar dan dalam dirumuskan sebagai [1]:
... (2)
dengan pengganti
... (3)

dimana :
0 = sudut putaran runner, dalam derajat
Perhitungan kecepatan mutlak rata-rata pada arah
bujur cmi membutuhkan penerapan metode integral
numerik.
2.3 Geometri Sudu
Untuk memungkinkan perencanaan runner dengan
benar, geometri sudu harus ditentukan. Dalam
pelaksanaannya, besar-besaran berikut ditetapkan
atas dasar pertimbangan hidrolis dan segitiga-segitiga
kecepatan yang dimulai:
R1 jari-jari lingkar luar runner
R2

dengan:
u1 = 0,48063 m/det

2 sudut sudu sisi ke luar

diperoleh:
K = 0, 0770
Sudut kecepatan relatif disembarang titik diantara
jari-jari luar dan dalam runner dirumuskan sebagai[1]:
... (4)

Sumbu penampang lintang atau garis kerangka sudu


merupakan bagian dari lingkaran seperti lazimnya
pada turbin aliran silang. Parameter geometris
laninnya adalah:
rb jari-jari kelengkungan sudu
rp jari-jari lingkaran tusuk
sudut kelengkungan sudu

dan dengan pengganti :


... (5)

dengan 1 = 300
u1 = 0, 48063 diperoleh = 0,155
komponen kecepatan mutlak pada arah bujur
disembarang titik antara jari-jari luar dan dalam
merupakan hasil kali kecepatan nisbi dengan sinus
sudut kecepatan nisbi titik itu.
(6)
Komponen kecepatan mutlak rata-rata pada arah
bujur diantara jari-jari luar dan dalam serta
sembarang jari-jari diantara kedua jari-jari itu,
berbanding dengan integral komponen kecepatan
mutlak pada arah bujur yang bersangkutan.
=

jari-jari lingkar dalam runner, tempat


kedudukan salah satu ujung kerangka sudu

1 sudut sudu sisi masuk

w1 = 0,55498 m/det

sin 1 u1 2 = sin 1 =

... (8)

... (7)

Untuk menyatakan hubungan geometris antara


besaran-besaran R1, R2, 1, 2 dan b, p, diperlukan
adanya parameter tambahan lain Gambar (3) yaitu
,, , c,dan d.
Gambar tersebut juga memberikan penyelesaian
grafis atas persoalan: sudu (1 + 2) yang
digambarkan dari pusat runner sedemikian hingga
satu sisi pengapitnya memotong jari-jari R1,
sedangkan sisi lainnya memotong R2, garis
penghubung kedua titik potong tadi mempunyai
panjang. Garis ini memotong lingkaran berjari-jari R2
sepanjang 2d dari titik potongnya dengan lingkar luar
runner.
Menarik garis bagi atas jarak 2d ini menghasilkan
garis tempat kedudukan pusat kelengkungan sudu
didapatkan merupakan titik potong antara garis
bersudut 1 yang ditarik dari titik potong atas
lingkaran berjari-jari R1, dengan garis bagi tersebut
tadi pusat jari-jari sudu terletak sejauh jari-jari
lingkaran tusuk rp dari sumbu runner. Jari-jari rb
3

Jurnal Teknik Mesin

Vol.7, No.1, Juni 2010

digambarkan sampai juga memotong lingkar dalam


runner berjari-jari R2. Bila kedua titik potong
dikedua lingkaran runner dihubungkan berturut-turut
dengan pusat jari-jari rb dan sumbu runner diperoleh
sudut dan sudut dengan demikian lainnya
pundapat dibuat seperti tampak pada gambar.
Rumus-rumus berikut disusun dengan urutan yang
diperlukan untuk menghitung harga , rb dan r p
berdasarkan besaran R1, R2, 1 dan 2 yang sudah
diketahui. Konstruksi grafis geometri sudu dapat
digunakan untuk memeriksa harga-harga besaran
hasil perhitungan.

b.

ISSN 1829-8958

Sudut masuk mutlak, 0 yang benar.

Pada Gambar (3) terlihat penampang aliran yang


berbeda-beda disepanjang lintasannya dari pipa pesat
sampai rumah turbin. Sisi pemasukan turbin
melayani penyesuaian aliran diakir adaptor persegi
menjadi pola aliran yang optimal diluasan masuk
runner.
Kecepatan air memasuki runner adalah:
Co = (2gH)1/2

... (9)

2.4.1 Penstok
a. Bahan Penstok

C=
= arc
= 1800 (1 + 2 + )
= 1 + 2 - (1800 - 2)
d=
= 1800 2 (1 + )
=
rp=

-2

Saat ini, bahan utama pipa pesat adalah pipa-pipa


baja/besi st 37, pipa-pipa ductile dan pipa FRPM
(Fibri Reinforeed Plastic Multi-unit). Sedangkan
pembangkit tenaga air skala kecil menggunakan
pipa-pipa hard vinyl chloride, pipa-pipa howell atau
pipa-pipa spiral welded dapat dipertimbangkan
karena diameternya kecil dan tekanan internal relatif
rendah.
b. Menentukan diameter penstock
Pada umumnya diameter pipa pesat ditentukan
berdasarkan perbandingan dengan biaya pipa pesat
dan biaya kehilangan head pipa pesat. Diameter
penstock dapat ditentukan berdasarkan sudut ratarata (lihat gambar berikut) dan Disain Debit (Q).
Rumus diameter penstock
d =1,273

. (10)

keterangan:
Qd

= debit

2.5 Diameter dan Lebar Runner


Luas pemasukan aliran adalah hasil kali lebar raner,
bo, dengan panjang busur pemasukan, L
A=

(11)

L di tentukan oleh busur pemasukan,


diameter raner, D1 = 2 R1.
Gambar 3 Konstruksi Geometri Sudu dan Bentuk
Penampang Disk Runner

2.4 Lengkung Pemasukan


Air dialirkan masuk turbin melalui pipa pesat
berpenampang bulat adaptor, tempat perubahan
penampabg lingkaran menjadi persegi, menjelang
masuk rumah turbin sebelum mencapai runner sekali
lagi aliran disesuaikan agar masing-masing
memenuhi dengan tepat persyaratan spesifik seperti :
a.

, dan

L=

(12)

Dengan tinggi terjun tertentu, luas pemasukan


tergantung kepada kebutuhan debit aliran.
Q = A. v

(13)

dimana:
Q = debit air masuk turbin [m3 / det]
A = luas pemasukan aliran [m2]

Kecepatan masuk mutlak, c0 yang benar


4

Perencanaan Runner dan Poros Turbin Cross Flow Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (Safril)

V = kecepatan aliran [m/det], tegak lurus


terhadap luas pemasukan
Komponen kecepatan yang berarah tegak lurus
terhadap luasan pemasukan adalah komponen
kecepatan mutlak diarah bujur, cm. Sehingga dengan
demikian maka:
Q = A. cm

... (14)

Komponen kecepatan di arah bujur ini dpat


dinyatakan sebagai:
Cm = c. Sin

turbin dengan lebar pemasukan,


= 250 mm dan
diameter raner, D = 300 mm mempunyai debit yang
sama besar dengan turbin berdiameter, D = 250 mm
dengan lebar pemasukan,
= 300 mm. ini
menyebabkan kedua turbin bekerja dengan tinggi
terjun dan busur pemasukan bersih yang sama.
Walau kecepatan kedua turbin sama, akan tetapi
karena berbeda diameter maka kecepatan masingmasing tidak sama.

... (15)

dimana:
c = kecepatan mutlak
= sudut kecepatan mutlak
Bila dikecepatan pancar bebas, dengan mengabaikan
kerugian tinggi terjun akibat gesekan aliran,
menggantikan kecepatan mutlak, maka:
C=

... (16)
Gambar 4 Luasan Pemasukan

dimana:

2.6 Perencanaan Sabuk dan Pully

g = percepatan gravitasi
H = tinggi terjuan bersih
Menggunakan hubungan tersebut diatas, debit air
masuk turbin dapat dinyatakan dengan:
Q = A. cm
Q = bo . L. cm
Q = bo . 2R1 . . o . cm
360o
Q = bo . 2R1..o.c sin
360o
Q=

(17)

Sabuk-V terbuat dari karet dan mempunyai


penampang trapesium. Tenunan tetoron atau
semacamnya dipergunakan sebagai inti sabuk untuk
membawa tarikan yang besar. Sabuk-V dibelitkan
disekeliling alur Pully yang berbentuk-V pula.
Bagian sabuk yang sedang membelit pada pully ini
mengalami lengkungan sehingga lebar bagian
dalamnya akan bertambah besar. Gaya gesekan juga
akan bertambah karena pengaruh bentuk baja,yang
akan menghasilkan transmisi daya yang besar pada
tegangan yang relatif rendah. Hal ini merupakan
salah satu keunggulan sabuk-V dibandingkan dengan
sabuk rata.
Perancanaan sabuk ditentukan dengan mengikuti
persamaan-persamaan sebagai berikut:
2.6.1 Menentukan Profil Alur Sabuk-V

Persamaan ini memuat semua besaran yang


berpengaruh terhadap debit aliran masuk turbin,
yaitu:

Berdasarkan diameter nominal atau diameter


lingkaran jarak bagi (dp), maka profil alur sabuk-V
dapat ditentukan berdasarkan tabel [1].

Lebar Pemasukan

2.6.2 Menentukan Reduksi (i) atau perbandingan


putaran

Jari-Jari Raner

(18)

Sudut Busur Pemasukan


akar tinggi terjun netto
sinus sudut kecepatan mutlak disisi
masuk raner
Juga menjadi jelas bahwa baik lebar pemasukan
maupun jari-jari raner berpengaruh secara linier
terhadap besar debit aliran. Dengan kata lain, suatu

Keterangan:
n1 = Putaran pully penggerak (rpm)
n2 = Putaran pully yang digerakkan (mm)
dp = Diameter pully penggerak (mm)
Dp= Diamter pully yang digerakkan (mm)
5

Jurnal Teknik Mesin

Vol.7, No.1, Juni 2010

ISSN 1829-8958
3

2.6.3 Menentukan Panjang Sabuk

debit disain (Qd) = 80 l/dt = 0,08 m /dt

Untuk menentukan panjang sabuk antara sumbu


poros ranner dengan sumbu poros pully generator
direncanakan jarak antara sumbu adalah 20 inchi,
maka panjang sabuk dapat ditentukan dengan rumus:

tinggi air jatuh (Hnet) = 8m

L=

Hlosses = 1/3 . Hnet


= 1/3 . 8 m
= 2,64 m

. (19)
Heff

L = Panjang keliling sabuk


r1 = Jari-jari pully runner
r2 = Jari-jari pully generator
x = Jarak sumbu poros

= Hnet - Hlosses
= 8m 2,64
= 5,36 m

Ditetapkan:

2.6.4 Pemasangan Sabuk Pada Pully

Grafitasi (g) = 9.8 m/dt2

Tidak terlampau kendor atau regang maka perlu


direncanakan jarak sumbu poros sebenarnya (C)

Efisiensi Total () = 75 %

Cx =

Efisiensi Turbin (t) = 75 % = 0.75


Efisiensi Generator (g) = 82%

(20)

3.2 Daya Keluaran Turbin


b = 2L 3, 14 (Dp + dp)

Pa = Q . H . g . t

2.7 Perencanaan Poros Runner

= 0,08 . 8 . 9,8 . 0,75

2.7.1 Menentukan Momen Bengkok Maksimal (MB max)

Dimana momen bengkok maksimum dapat


ditentukan dengan mencari momen bengkok itu
sendiri.
2.7.2

Menentukan Tegangan
Diizinkan (b)

= 4,704 kW
Pt = Pa 75 %
= 4,704 0,75

Bengkok yang

b =

= 3,258 ~ 3,26 kW
- PI

. (21)

Keterangan:
max = Kekuatan tarik maksimum dari bahan poros
(kg/mm2)
V = Faktor keamanan untuk beban dinamis
berulang = 5
Tegangan bengkok yang terjadi:

= Pt . 82 %
= 3,26 . 0,82
= 2,67 kW

dimana:
Pa = Power air (kW)
Pt = Daya Turbin (kW)
PI = Daya Listrik (kW)

b = Mb

3.3 Perencanaan Runner

2.7.3 Menentukan Diameter Poros (ds)


ds

(22)

Keterangan:
b = Tegangan bengkok izin
Mb= Momen bengkok
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Dasar Perencanaan
Dari hasil survey lapangan didapat data-data sebagai
dasar perencanaan Runner dan Poros pada Turbin
Cross Flow, yaitu sebagai berikut:

Runner merupakan komponen utama pada turbin air,


yang proses operasinya berupa putaran. Putaran pada
runner ini dihasilkan akibat adanya gaya dorong air
yang menumbuk kuat pada sudu-sudu runner.
Berdasarkan faktor-faktor yang terjadi pada saat
runner beroperasi, maka hal yang harus
dipertimbangkan dalam pemilihan bahan runner
adalah:
Runner dapat bekerja apabila adanya gaya dorong air
yang menumbuk kuat, maka bahan yang digunakan
harus tahan terhadap tekanan.
Putaran yang terjadi pada saat runner bekerja
mengakibatkan terjadinya puntiran pada runner,
maka bahan yang dipilih adalah bahan yang tahan
terhadap puntiran.
6

Perencanaan Runner dan Poros Turbin Cross Flow Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (Safril)

Runner hanya dapat bekerja pada saat kondisi basah


oleh air. Agar runner dapat berumur panjang jadi
bahan yang digunakan haruslah tahan terhadap
korosi.

D=

D=

Runner terdiri dari beberapa komponen, yaitu:


Sudu berfungsi untuk menerima energi tekan dan
kecepatan fluida kerja yang masuk.
Blade adalah tempat kedudukan sudu, berfungsi
untuk meneruskan daya dan putaran yang diterima
dari sudu ke poros lain.
Poros berfungsi untuk meneruskan daya dan putaran
diterima dari runner keluar turbin dan juga berfungsi
untuk mendukung momen yang terjadi.
Tabel 1 Kriteria pemilihan bahan runner

Tahan
tekanan

Tahan
puntir
Tahan
korosi
Biaya
murah
Jumlah

22

26

30

28

Aluminium

Untuk diameter dalam runner (Di) direncanakan


perbandingan Di/Do = 2/3. Hal ini sesuai dengan
perencanaan pabrik turbin Ossberger Jerman dimana
dengan asumsi ini akan didapat efisiensi turbin yang
paling baik, maka selanjutnya:

Baja
Karbon
8

Baja
Krom
8

R1 = 100 mm

R2 = 50 mm

Di = 2/3. 0,20 m = 0.13 m = 130 mm

Jumlah sudu = 28 buah


3.3.2

Bahan dengan kualitas kurang baik diberi nilai (0-3)


Bahan dengan kualitas sedang diberi nilai (4-7)
Bahan dengan kualitas baik diberi nilai (8-10)

Berdasarkan analisis penilaian terhadap pemilihan


bahan runner maka bahan yang dipilih adalah baja
karbon dan faktor keamanannya (V) = 5. Dalam
perencanaan runner turbin cross flow (turbin aliran
silang) terlebih dahulu harus menghitung diameter
terluar dan lebar pemasukan aliran air pada runner
berdasarkan debit air dilapangan (di ukur pada saat
musim kemarau), yaitu:
3.3.1

Jadi diameter terluar runner dibulatkan menjadi


200 mm.

Do = 0,2 m = 200 mm

Besi
Cor
6

Sifat

= 190, 14 mm

Geometri sudu

Untuk memungkinkan perancangan runner dengan


benar, geometri sudu harus ditentukan (dalam
pelaksanaannya, besaran-besaran berikut ditetapkan
atas dasar pertimbangan hidrolis), yaitu sebagai
berikut:
R1 = 100 mm
R2 = 50 mm
Ditetapkan:
1 = 300 (sudut sisi masuk)
2 = 900 (sudut sisi keluar)
Jumlah sudu-sudu = 28 buah

Diameter Runner (D)

Bila sudut ditetapkan = 160 dan = 0.98


D=
Ditentukan kecepatan spesifik maximum turbin cross
flow:
ns -max = 650 . H-0.5 = 650 x 8-0.5 = 229,45 m/ kW
N = (ns x H5/4) / P1/2
N=
=1569.74 Rpm
Gambar 5 Kontruksi geometri sudu

Jurnal Teknik Mesin

a.

Vol.7, No.1, Juni 2010

Jarak (c)

ISSN 1829-8958

=
= 14,01 m/dt
B.

putaran runner (n):


n = 1569,74 rpm

C.

Momen puntir (T)


T = 9,74.105.

= 114,4 mm
b.

Sudut ()
= arc

= arc

= 9,74.105.
= 1656,695 N/mm
D. Diameter pipa untuk bahan sudu-sudu

= 23,41
c.

d.

Menetukan ukuran diameter pipa yang akan dipakai


untuk sudu-sudu, yaitu sebagai berikut:

Sudut ()
= 180 -

R1 = 100 mm = 10 cm

= 180 -

R2 = 50 mm = 5 cm

= 36,59

Rp =

Teta ()
=

= 30 + 90 =

= 13,18
e.

Lebar setengah sudu (d)


d=

Rp = 4,21 cm
D = 9,62cm=3 ~ pipa besi yang tersedia dipasaran 4

3.3.4 Lebar Runner

= 28,69 mm
f.

Sudut lengkung sudu ()


= 180-2
= 180 - 2
= 73,18

g.

Jari-jari kelengkungan sudu (


=
=
Gambar 6 Luasan Pemasukan Aliran

= 48,13 mm
h.

A.

Pusat jari-jari sudu (

Luasan pemasukan aliran (bo)

Data yang diperoleh dilapangan:


Debit desain (Qd)
= 110,95 mm~ 111 mm

3.3.3
A.

Perencanaan sudu runner


kecepatan air masuk sudu-sudu (V):
V=

= 80 ltr/dt = 0.08m3/dt

Tinggi jatuh air (H) = 8 m


bo = 3,623
= 3,623
8

Perencanaan Runner dan Poros Turbin Cross Flow Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (Safril)

= 0.10
= 101 mm2 ~ 100 mm2
Jadi dari effisiensi yang ada bo ditetapkan menjadi
100 mm2
B.

Panjang busur pemasukan air (L)


Data perencanaan:

Gaya-gaya yang bekerja pada poros


Vr = {2

= 100
= 90

+ 28

= { 2( .1002.10 mm) + 28(1/3.

}
.502. 5 mm)}

= 6649704,8 mm3 = 6,6497048 dm3


L=

Fr = Vr.
= 6,6497048 dm3 . 7,86 N /dm3 .

= 52,2 N

= 157 mm2

Fa = Qd . t .

Jadi besarnya luas pemasukan aliran (A)

= 80 dm3/ dt.1dt.1 N /dm3

A = bo . L

= 80N

= 100 . 157

dimana:

= 15700
3.4

F1

Perencanaan Poros

= Fr + Fa
= 52,2 + 80 N

Poros (shaft) adalah suatu bagian stationer yang


berputar, biasanya berpenampang bulat, dimana
terpasang elemen-elemen seperti roda-gigi, pulli,

= 132,2 N
F2

= W pully
= 16,3 N

roda gigi,engkol,gigi jentera (sprocket) dan elemen


pemindah-daya lainnya.Poros bisa menerima beban-

MA = 0

beban lenturan, tarikan, tekan, atau puntiran, yang

F1 . 95 RB . 190 + F2 .342

bekerja sendiri-sendiri atau berupa gabungan satu

132,2 . 95 + 16,3 . 342 = RB . 190

dengan yang lainnya. Bila beban tersebut tergabung,

18133,6 = RB . 190

kita bisa mengharapkan untuk mencari kekuatan


statis

dan

kekuatan

lelah

yang

perlu

bisa

diberi

tegangan-tegangan

RB =

untuk

pertimbangan perencanaan, karena suatu poros


tunggal

Sjj +

= 95,4 N

statis,

tegangan bolak-balik lengkap, tegangan berulang,

FY = 0

yang semuanya bekerja pada waktu yang sama.

- RA + F1 RB + F2 = 0

3.4.1 Menentukan Momen Bengkok


Gaya-gaya yang bekerja pada poros dapat dilihat
seperti pada gambar dibawah ini:

RA = 132,2 + 16,3 95,4


= 53,1 N
Momen Bengkok

Jurnal Teknik Mesin

Vol.7, No.1, Juni 2010

Momen bengkok yang terjadi sebagai berikut:

ISSN 1829-8958

d. Lebar Runner (bo) = 140 mm

Sjj +

B. Putaran Runner:

X = 0 MA = 0

Putaran Runner (n) = 1569,74 rpm

X = 95

C. Momen punter (T) = 1656,695 N/mm

MC = RA . 95

2. Poros Runner

= 53,1 N .95 mm
= 5044,5 N.mm
X =190
MB

= RA . 190 F1 . 95
= 53,1. 190 132,2 . 95
= 2470 N.mm

X = 342
MD = RA . 342 F1 . 274 + RB . 149
= 53,1. 342 132,2 . 274 + 95,4 . 149
=0
3.4.2 Tegangan Bengkok yang Diizinkan

Dimensi poros Runner:


a) Diameter poros Runner (Dp)

= 30 mm

b) Panjang poros (;)

= 342 mm

c) Momen bengkok (MB max)

= 2470 kg.mm

d) Teganganbengkok (b)= 7,4 kg/mm2


3. Menjaga runner supaya tetap belance, maka proses
perakitan runner harus dikerjakan pada mesin
bubut dengan teliti, hati-hati, karena akan
mempengaruhi kelurusan sudu terhadap blade dan
bentuk runner, sehingga akan sangat berpengaruh
terhadap daya pada keluaran turbin.
PUSTAKA

a.

Arter. Alek, Meier. Ueli, Pedoman Rekayasa


Tenaga Air, SKAT (Pusat Teknologi Tepat
Guna; Swiss, 1991.

= 37 kg/

b.

Sato.G. Takeshi, H.N.Sugiarto, Menggambar


Mesin, Paradnya Paramita; Jakarta, 1994.

c.

Stolk.Jack, Ir, Kros.C, Ir. Elemen Konstruksi


Bangunan Mesin. Erlangga; Jakarta. ,(1994)

d.

Nieman.G, Budiman. Anton, Dipl.ing,


Priambodo, Bambang, Elemen Disain dan
Kalkulasi dari Sambungan, Bantalan dan Poros,
Erlangga, Jakarta, 1999.

e.

Popov.E.P, Mekanika Teknik,


Erlangga, Jakarta, 1996.

dimana

5
=
= 7,4 kg/
3.4.3 Diameter Poros
=

edisi kedua,

=
= 14,68 mm
Dengan faktor momen lentur pada beban steady
adalah 2 maka besar poros didapat = 14, 68 mm 2
= 29, 36 ~ 30 mm.
5. KESIMPULAN
Pada perencanaan Runner dan poros maka dapat
disimpulkan:
1. Runner
A. Dimensi dari Runner:
a. Diameter luar (Do) = 200 mm
b. Diameter dalam (Di) = 130 mm
c. Jumlah sudu = 28 buah
10

Perencanaan Runner dan Poros Turbin Cross Flow Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (Safril)

11

Anda mungkin juga menyukai