Ruang Operasi
Ruang Pemulihan
Ruang Resusitasi Bayi/ Neonatus
Ruang Loker
Ruang Dokter
Scrub Station
Ruang Utilitas Kotor (Spoel Hoek, Disposal)
Ruang Penyimpanan Peralatan Kebersihan (Janitor)
Ruang Linen
Ruang Penyimpanan Peralatan
RENCANA DESAIN FISIK RUANG OPERASI
I. PERSYARATAN UMUM
Sebagai bagian penting dari Rumah Sakit, beberapa komponen yang digunakan pada
ruang operasi memerlukan beberapa persyaratan khusus, antara lain :
a. Komponen penutup lantai.
a. Lantai tidak boleh licin, tahan terhadap goresan/ gesekan peralatan dan tahan
terhadap api.
b. Lantai mudah dibersihkan, tidak menyerap, tahan terhadap bahan kimia dan anti
bakteri.
c. Penutup lantai harus dari bahan anti statik, yaitu vinil anti statik. Tidak menghantarkan
listrik. Tahanan listrik dari bahan penutup lantai ini bisa berubah dengan bertambahnya
umur pemakaian dan akibat pembersihan, oleh karena itu tingkat Stahanan listrik lantai
ruang operasi harus diukur tiap bulan, dan harus memenuhi persyaratan yang berlaku.
d. Permukaan dari semua lantai tidak boleh porous, tetapi cukup keras untuk
pembersihan dengan penggelontoran (flooding), dan pem-vakuman basah.
e. Penutup lantai harus berwarna cerah dan tidak menyilaukan mata.
f. Hubungan/ pertemuan antara lantai dengan dinding harus menggunakan bahan yang
tidak siku, tetapi melengkung untuk memudahkan pembersihan lantai (Hospital plint).
g. Tinggi plint, maksimum 15 cm.
b. Komponen dinding.
Komponen dinding memiliki persyaratan sebagai berikut :
a. Dinding harus mudah dibersihkan, tahan cuaca, tahan bahan kimia, tidak berjamur
dan anti bakteri.
b. Lapisan penutup dinding harus bersifat non porosif (tidak mengandung pori-pori)
sehingga dinding tidak menyimpan debu.
c. Warna dinding cerah tetapi tidak menyilaukan mata.
d. Hubungan/ pertemuan antara dinding dengan dinding harus tidak siku, tetapi
melengkung untuk memudahkan pembersihan dan juga untuk melancarkan arus aliran
udara.
e. Bahan dinding harus keras, tahan api, kedap air, tahan karat, tidak punya sambungan
(utuh), dan mudah dibersihkan.
f. Apabila dinding punya sambungan, seperti panel dengan bahan melamin (merupakan
bahan anti bakteri dan tahan gores) atau insulated panel system maka sambungan
antaranya harus di-seal dengan silicon anti bakteri sehingga memberikan diding tanpa
sambungan (;seamless), mudah dibersihkan dan dipelihara.
g. Alternatif lain bahan dinding yaitu dinding sandwich galvanis, 2 (dua) sisinya dicat
dengan cat anti bakteri dan tahan terhadap bahan kimia, dengan sambungan antaranya
harus di-seal dengan silicon anti bakteri sehingga memberikan diding tanpa sambungan
(;seamless).
c. Komponen langit-langit.
Komponen langit-langit memiliki persyaratan sebagai berikut :
a. Harus mudah dibersihkan, tahan terhadap segala cuaca, tahan terhadap air, tidak
mengandung unsur yang dapat membahayakan pasien, tidak berjamur serta anti
bakteri.
b. memiliki lapisan penutup yang bersifat non porosif (tidak berpori) sehingga tidak
menyimpan debu.
c. berwarna cerah, tetapi tidak menyilaukan pengguna ruangan.
d. Selain lampu operasi yang menggantung, langit-langit juga bisa dipergunakan untuk
tempat pemasangan pendan bedah, dan bermacam gantungan seperti diffuser air
conditioning dan lampu fluorescent.
e. Kebutuhan peralatan yang dipasang dilangit-langit, sangat beragam. Bagaimanapun
peralatan yang digantung tidak boleh sistem geser, kerena menyebabkan jatuhnya debu
pengangkut mikro-organisme setiap kali digerakkan.
b. Lebar pintu/jendela 1100 mm, dari bahan panil (;insulated panel system) dan dicat
jenis duco dengan cat anti bakteri/ jamur dengan warna terang.dan dicat jenis duco
dengan warna terang.
c. Pintu/jendela dilengkapi dengan kaca jendela pengintai (observation glass : double
glass fixed windows).
d. Pintu yang menghubungkan ruang operasi dengan ruang penyiapan peralatan/
instrumen (jika ada).
a. sebaiknya pintu/jendela ayun (swing), dan mengayun kedalam ruang operasi.
b. Pintu tidak boleh dibiarkan terbuka baik selama pembedahan maupun diantara
pembedahan-pembedahan, untuk itu pintu dilengkapi dengan alat penutup pintu (door
closer).
c. Lebar pintu 1100 mm, dari bahan panil dan dicat jenis duco dengan cat anti bakteri/
jamur dengan warna terang.
d. Pintu dilengkapi dengan kaca jendela pengintai (observation glass :double glass fixed
windows).
II. ZONASI RUANG OPERASI
Sistem zonasi pada bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit bertujuan untuk
meminimalisir risiko penyebaran infeksi oleh micro-organisme dari rumah sakit (area
kotor) sampai pada kompleks ruang operasi. Aspek esensial dari sistem zonasi ini dan
layout/denah bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit adalah mengatur arah dari tim
bedah, tim anestesi, pasien dan setiap pengunjung serta aliran bahan steril dan kotor.
Dengan menerapkan sistem zonasi ini dapat meminimalkan risiko infeksi pada paska
bedah. Kontaminasi mikrobiologi dapat disebabkan oleh :
1. mikroorganisme (pada kulit) dari pasien atau infeksi yang mana pasien mempunyai
kelainan dari apa yang akan dibedah.
2. petugas ruang operasi, terkontaminasi pada sarung tangan dan pakaian.
3. kontaminasi dari instrumen, kontaminasi cairan.
4. Jalur yang salah dari aliran barang bersih dan kotor
Udara dapat langsung (melalui partikel debu pathogenic) dan tidak langsung (melalui
kontaminasi pakaian, sarung tangan dan instrumen) dapat menyebabkan kontaminasi.
Oleh karena itu, sistem pengkondisian udara mempunyai peranan yang sangat penting
untuk mencegah kondisi potensial dari kotaminasi yang terakhir. Adanya sistem zonasi
tersebut menyebabkan penggunaan sistem air conditioning pada setiap zona berbedabeda.
Keterangan :
1. Zona 1, Tingkat Resiko Rendah (Normal)
Zona ini terdiri dari area resepsionis (ruang administrasi dan pendaftaran), ruang tunggu
keluarga pasien, janitor dan ruang utilitas kotor.
2. Zona 2, Tingkat Resiko Sedang (Normal dengan Pre Filter)
Zona ini terdiri dari ruang istirahat dokter dan perawat, ruang plester, pantri petugas.
Ruang Tunggu Pasien (;holding)/ ruang transfer dan ruang loker (ruang ganti pakaian
dokter dan perawat) merupakan area transisi antara zona 1 dengan zone 2.
3. Zona 3, Tingkat Resiko Tinggi (Semi Steril dengan Medium Filter)
Zona ini meliputi kompleks ruang operasi, yang terdiri dari ruang persiapan
(preparation), peralatan/instrument steril, ruang induksi, area scrub up, ruang pemulihan
(recovery), ruang resusitasi neonates, ruang linen, ruang pelaporan bedah, ruang
penyimpanan perlengkapan bedah, ruang penyimpanan peralatan anastesi, implant
orthopedi dan emergensi serta koridor-koridor di dalam kompleks ruang operasi.
Merupakan area dengan kebersihan ruangan kelas 100.000 (ISO 8 ISO 146441cleanroom standards, Tahun 1999)
4. Zona 4, Tingkat Resiko Sangat Tinggi (Steril dengan Pre Filter, Medium Filter, Hepa
Filter)
Zona ini adalah ruang operasi, dengan tekanan udara positif. Merupakan area dengan
kebersihan ruangan kelas 10.000 (ISO 7 ISO 14644-1 cleanroom standards, Tahun
1999)
5. Area Nuklei Steril
Area ini terletak dibawah area aliran udara kebawah (;laminair air flow) dimana bedah
dilakukan (meja operasi). Merupakan area dengan kebersihan ruangan kelas 1.000
sampai dengan 10.000 (ISO 6 s/d 7 ISO 14644-1 cleanroom standards, Tahun 1999).
Kamar operasi umum menyediakan lingkungan yang steril untuk melakukan tindakan
bedah dengan pembiusan lokal, regional atau total. Kamar operasi umum dapat dipakai
untuk pembedahan umum dan spesialistik termasuk untuk ENT, Urology, Ginekolog,
Opthtamologi, bedah plastik dan setiap tindakan yang tidak membutuhkan peralatan
yang mengambil tempat banyak. Area yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan
pembedahan umum minimal 42 m2, dengan ukuran panjang x lebar x tinggi adalah
7mx6mx3m.
Peralatan kesehatan utama minimal yang berada di kamar ini antara lain :
a) 1 (satu) meja operasi (operation table),
b) 1 (satu) set lampu operasi (Operation Lamp), terdiri dari lampu utama dan lampu
satelit.
c) 2 (dua) set Peralatan Pendant (digantung), masing-masing untuk pendan anestesi
dan pendan bedah.
d) 1 (satu) mesin anestesi,
e) Film Viewer.
f) Jam dinding.
g) Instrument Trolley untuk peralatan bedah.
h) Tempat sampah klinis.
i) Tempat linen kotor.
j) dan lain-lain.
4. Ruang Induksi
Pasien bedah menunggu di ruangan ini, apabila belum siap. Pembiusan lokal, regional
dan total dapat dilakukan diruangan ini. Ruangan harus tenang, dan ruangan ini
terbebas dari bahaya listrik. Area ruang induksi (preoperatif) yang dibutuhkan sekurangkurangnya 15 m2.
diseluruh rumah sakit . Semua petugas harus memahami ketentuan tentang cara-cara
proteksi kebakaran. Mereka harus mengetahui persis tata letak kotak alarm kebakaran
dan mampu menggunakan alat pemadam kebakaran tersebut.
3. Sistem Kelistrikan
a. Sumber daya listrik.
Sumber daya listrik pada bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit, termasuk katagori
sistem kelistrikan esensial 3 , di mana sumber daya listrik normal dilengkapi dengan
sumber daya listrik siaga dan darurat untuk menggantikannya, bila terjadi gangguan
pada sumber daya listrik normal.
b. Jaringan.
a. Kabel listrik dari peralatan yang dipasang di langit-langit tetapi yang bisa digerakkan,
harus dilindungi terhadap belokan yang berulang-ulang sepanjang track, untuk
mencegah terjadinya retakan-retakan dan kerusakan-kerusakan pada kabel.
b. Kolom yang bisa diperpanjang dengan ditarik, menghindari bahaya-bahaya tersebut.
c. Sambungan listrik pada outlet-outlet harus diperoleh dari sirkit-sirkit yang terpisah. Ini
menghindari akibat dari terputusnya arus karena bekerjanya pengaman lebur atau suatu
sirkit yang gagal yang menyebabkan terputusnya semua arus listrik pada saat kritis.
c. Terminal.
a. Kotak kontak (stop kontak)
i. Setiap kotak kontak daya harus menyediakan sedikitnya satu kutub pembumian
terpisah yang mampu menjaga resistans yang rendah dengan kontak tusuk
pasangannya.
ii. Karena gas-gas yang mudah terbakar dan uap-uap lebih berat dari udara dan akan
menyelimuti permukaan lantai bila dibuka, Kotak kontak listrik harus dipasang 5 ft ( 1,5
m) di atas permukaan lantai, dan harus dari jenis tahan ledakan.
b. Sakelar.
Sakelar yang dipasang dalam sirkit pencahayaan harus memenuhi SNI 04 0225
2000, Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2000), atau pedoman dan standar
teknis yang berlaku.
d. Pembumian.
Kabel yang menyentuh lantai, dapat membahayakan petugas. Sistem harus memastikan
bahwa tidak ada bagian peralatan yang dibumikan melalui tahanan yang lebih tinggi dari
pada bagian lain peralatan yang disebut dengan sistem penyamaan potensial
pembumian (Equal potential grounding system). Sistem ini memastikan bahwa hubung
singkat ke bumi tidak melalui pasien.
e. Peringatan.
Semua petugas harus menyadari bahwa kesalahan dalam pemakaian listrik membawa
akibat bahaya sengatan listrik, padamnya tenaga listrik, dan bahaya kebakaran.
Kesalahan dalam instalasi listrik bisa menyebabkan arus hubung singkat, tersengatnya
pasien, atau petugas. Bahaya ini dapat dicegah dengan :
a. Memakai peralatan listrik yang dibuat khusus untuk kamar operasi. Peralatan harus
mempunyai kabel yang cukup panjang dan harus mempunyai kapasitas yang cukup
untuk menghindari beban lebih.
b. Peralatan jinjing (portabel), harus segera diuji dan dilengkapi dengan sistem
pembumian yang benar sebelum digunakan.
c. Segera menghentikan pemakaian dan melaporkan apabila ada peralatan listrik yang
tidak benar.
4. Sistem Gas Medis dan Vakum Medis
a. Vakum, udara tekan medik, oksigen, dan nitrous oksida disalurkan dengan pemipaan
ke ruang operasi. Outlet-outletnya bisa dipasang di dinding, pada langit-langit, atau
digantung di langit-langit.
b. Bilamana terjadi gangguan pada suatu jalur, untuk keamanan ruang-ruang lain,
sebuah lampu indikator pada panel akan menyala dan alarm bel berbunyi, pasokan
oksigen dan nitrous oksida dapat ditutup alirannya dari panel-panel yang berada di
koridor-koridor, Bel dapat dimatikan, tetapi lampu indikator yang memonitor
gangguan/kerusakan yang terjadi tetap menyala sampai gangguan/kerusakan teratasi.
c. Selama terjadi gangguan, dokter anestesi dapat memindahkan sambungan gas
medisnya yang semula secara sentral ke silinder-silinder gas cadangan pada mesin
anestesi.
V. PERSYARATAN KESEHATAN
1. Sistem ventilasi.
a. Ventilasi di ruang operasi harus pasti merupakan ventilasi tersaring dan terkontrol.
Pertukaran udara dan sirkulasi memberikan udara segar dan mencegah pengumpulan
gas-gas anestesi dalam ruangan.
b. Dua puluh lima kali pertukaran udara per jam di ruang bedah yang disarankan.
c. Filter microbial dalam saluran udara pada ruang bedah tidak menghilangkan limbah
gas-gas anestesi. Filter penyaring udara, praktis hanya menghilangkan partikel-partikel
debu.
d. Jika udara pada ruang bedah disirkulasikan, kebutuhan sistem scavenger untuk gas
(penghisapan gas) adalah mutlak, terutama untuk menghindari pengumpulan gas
anestesi yang merupakan risiko berbahaya untuk kesehatan anggota tim bedah.
e. Ruang bedah menggunakan aliran udara laminair.
g. Tekanan dalam setiap ruang operasi harus lebih besar dari yang berada di koridorkoridor, ruang sub steril dan ruang pencucian tangan (;scrub-up) (tekanan positif).
h. Tekanan positif diperoleh dengan memasok udara dari diffuser yang terdapat pada
langit-langit ke dalam ruangan. Udara dikeluarkan melalui return grille yang berada pada
+ 20 cm diatas permukaan lantai.
i. Organisme-organisme mikro dalam udara bisa masuk ke dalam ruangan, kecuali
tekanan positip dalam ruangan dipertahankan.
2. Sistem pencahayaan.
a. Pencahayaan Umum.
a. Bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit harus mempunyai pencahayaan alami
dan/atau pencahayaan buatan, termasuk pencahayaan darurat sesuai dengan
fungsinya.
b. Ruang fasilitas/akomodasi petugas dan ruang pemulihan sebaiknya dibuat untuk
memungkinkan penetrasi cahaya siang langsung/tidak langsung.
c. Pencahayaan buatan harus direncanakan berdasarkan tingkat iluminasi yang
dipersyaratkan sesuai fungsi ruang dalam bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit
dengan mempertimbangkan efisiensi, penghematan energi, dan penempatannya tidak
menimbulkan efek silau atau pantulan.
d. Pencahayaan buatan yang digunakan untuk pencahayaan darurat harus dipasang
pada bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit dengan fungsi tertentu, serta dapat
bekerja secara otomatis dan mempunyai tingkat pencahayaan yang cukup untuk
evakuasi yang aman.
e. Semua sistem pecahayaan buatan, kecuali yang diperlukan untuk pencahayaan
darurat, harus dilengkapi dengan pengendali manual, dan/atau otomatis, serta
ditempatkan pada tempat yang mudah dibaca dan dicapai, oleh pengguna ruang.
f. Pencahayaan umum disediakan dengan lampu yang dipasang di langit-langit.
g. Disarankan pencahayaan ruangan menggunakan lampu fluorecent, dengan
pemasangan sistem lampu recessed karena tidak mengumpulkan debu.
h. Pencahayaan harus didistribusikan rata dalam ruangan.
pada bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit mengikuti pedoman dan standar teknis
yang berlaku.
d. Sistem penyaluran air hujan.
a. Sistem penyaluran air hujan harus direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan ketinggian permukaan air tanah, permeabilitas tanah, dan
ketersediaan jaringan drainase lingkungan/kota.
b. Setiap bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit dan pekarangannya harus dilengkapi
dengan sistem penyaluran air hujan.
c. Kecuali untuk daerah tertentu, air hujan harus diserapkan ke dalam tanah pekarangan
dan/atau dialirkan ke sumur resapan sebelum dialirkan ke jaringan drainase
lingkungan/kota sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
d. Bila belum tersedia jaringan drainase kota ataupun sebab lain yang dapat diterima,
maka penyaluran air hujan harus dilakukan dengan cara lain yang dibenarkan oleh
instansi yang berwenang.
e. Sistem penyaluran air hujan harus dipelihara untuk mencegah terjadinya endapan
dan penyumbatan pada saluran.
V. PERSYARATAN KENYAMANAN.
1. Sistem pengkondisian udara.
a. Untuk mendapatkan kenyamanan kondisi udara ruang di dalam bangunan Ruang
Operasi Rumah Sakit, pengelola bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit harus
mempertimbang kan temperatur dan kelembaban udara.
b. Untuk mendapatkan tingkat temperatur dan kelembaban udara di dalam ruangan
dapat dilakukan dengan pengkondisian udara dengan mempertimbangkan :
i. fungsi ruang, jumlah pengguna, letak, volume ruang, jenis peralatan, dan penggunaan
bahan bangunan.
ii. kemudahan pemeliharaan dan perawatan, dan
iii. prinsip-prinsip penghematan energi dan kelestarian lingkungan.
c. Sistem ini mengontrol kelembaban yang dapat menyebabkan terjadinya ledakan.
Kelembaban relatip yang harus dipertahankan adalah 45% sampai dengan 60%,
dengan tekanan udara positif pada ruang operasi.
d. Uap air memberikan suatu medium yang relatip konduktif, yang menyebabkan
muatan listrik statik bisa mengalir ke tanah secapat pembangkitannya. Loncatan bunga
api dapat terjadi pada kelembaban relatip yang rendah. e. Temperatur ruangan
dipertahankan sekitar 190C sampai 240C.
2)
3)
Mengidentifikasi tipe pekerja yang diperlukan untuk pekerjaan
tersebut
4)
Mengembangkan pola pengaturan untuk penjadwalan staf.
Penjadwalan staf meliputi pengembangan kebijakan penjadwalan dan
pengembangan jadwal kerja untuk staf.
1. Identifikasi Jenis Pekerjaan
5)
Melakukan manajemen sirkulasi dan suplai alat instrumen operasi.
Mengatur alat-alat yang akan dan telah digunakan. Pada kondisi ini
perawat instrumen harus benar-benar mengetahui dan mengenal alat-alat
yang akan dan telah digunakan beserta nama ilmiah dan mana biasanya,
dan mengetahui penggunaan instrumen pada prosedur spesifik.
6)
Perawat instrumen harus mempertahankan integritas lapangan steril
selama pembedahan.
7)
Dalam menangani instrumen, Perawat instrumen harus mengawasi
semua aturan keamanan yang terkait. Benda-benda tajam, terutama
skapel, harus diletakkan dimeja belakang untuk menghindari kecelakaan.
8)
Perawat instrumen harus memelihara peralatan dan menghindari
kesalahan pemakaian.
9)
Perawat instrumen harus bertanggung jawab untuk
mengkomunikasikan kepada tim bedah mengenai setiap pelanggaran
teknik aseptik atau kontaminasi yang terjadi selama pembedahan.
10) Menghitung kasa, jarum, dan instrumen. Perhitungan dilakukan
sebelum pembedahan dimulai dan sebelum ahli bedah menutup luka
operasi.
1. Peran Perawat Sirkulasi
Perawat sirkulasi atau dikenal juga dengan sebutan perawat unloop
bertanggung jawab menjamin terpenuhinya perlengkapan yang dibutuhkan
oleh perawat instrumen dan mengobservasi pasien tanpa menimbulkan
kontaminasi terhadap area steril.
Perawat sirkulasi adalah petugas penghubung antara area steril dan
bagian ruang operasi lainnya. Secara umum, peran dan tangggung jawab
perawat sirkulasi adalah sebagai berikut :
1)
Menjemput pasien dari bagian penerimaan, mengidentifikasi pasien,
dan memeriksa formulir persetujuan.
2)
Mempersiapkan tempat operasi sesuai prosedur dan jenis
pembedahan yang akan dilaksanakan. Tim bedah harus diberitahu jika
terdapat kelainan kulit yang mungkin dapat menjadi kontaindikasi
pembedahan.
3)
Memeriksa kebersihan dan kerapian kamar operasi sebelum
pembedahan. Perawat sirkulasi juga harus memperhatikan bahwa
peralatan telah siap dan dapat digunakan. Semua peralatan harus dicoba
sebelum prosedur pembedahan, apabila prosedur ini tidak dilaksanakan
maka dapat mengakibatkan penundaan atau kesulitan dalam pembedahan.
4)
Membantu memindahkan pasien ke meja operasi, mengatur posisi
pasien, mengatur lampu operasi, memasang semua elektroda, monitor,
atau alat-alat lain yang mungkin diperlukan.
5)
Membantu tim bedah mengenakan busana (baju dan sarung tangan
steril)
6)
Tetap ditempet selema prosedur pembedahan untuk mengawasi atau
membantu setiap kesulitan yang mungkin memerlukan bahan dari luar area
steril
7)
Berperan sebagai tangan kanan perawat instrumen untuk
mengambil, membawa, dan menyesuaikan segala sesuatu yang diperlukan
oleh perawat instrumen. Selain itu juga untuk mengontrol keperluan spons,
instrumen dan jarum.
8)
Membuka bungkusan sehingga perawat instrumen dapat mengambil
suplai steril.
9)
Mempersiapkan catatan barang yang digunakan serta penyulit yang
terjadi selama pembedahan.
10) Bersama dengan perawat instrumen menghitung jarum, kasa, dan
kompres yang digunakan selama pembedahan.
11) Apabila tidak terdapat perawat anestesi, maka perawat sirkulasi
membantu ahli anestesi dalam melakukan induksi anestesi.
12) Mengatur pengiriman specimen biopsy ke labolatorium
13) Menyediakan suplai alat instrumen dan alat tambahan.
14) Mengeluarkan semua benda yang sudah dipakai dari ruang operasi
pada akhir prosedur, memastikan bahwa semua tumpahan dibersihkan,
dan mempersiapkan ruang operasi untuk prosedur berikutnya.
4)
5)
Memeriksa semua peralatan anestesi (mesin anestesi, monitor dan
lainnya) sebelum memulai proses operasi.
6)
Mempersiapkan jalur intravena dan arteri, menyiapkan pasokan obat
anestesi, spuit, dan jarum yang akan digunakan; dan secara umum
bertugas sebagai tangan kanan ahli anestesi, terutama selama induksi dan
ektubasi.
7)
Membantu perawat sirkulasi memindahkan pasien serta
menempatkan tim bedah setelah pasien ditutup duk dan sesudah operasi
berjalan.
8)
Berada di sisi pasien selama pembedahan, mengobservasi, dan
mencatat status tanda-tanda vital, obat-obatan, oksigenasi, cairan, tranfusi
menyelamatkan)
o Kewajiban untuk merahasiakan (etika >< hukum)
Isu Etika dan Hukum dalam Kegawatdaruratan Medik (lanjutan)
o Prinsip keadilan dan fairness
o Kelalaian
o Malpraktek :
salah diagnosis
tulisan yang buruk
Kesalahan terapi : salah obat, salah dosis
o Diagnosis kematian
o Surat Keterangan Kematian
o Penyidikan medikolegal :
Forensik klinik : kejahatan susila, child abuse, aborsi,
Kerahasiaan
Pencegahan
o Standar Operating Procedure
o Pencatatan :
Mencatat segala tindakan
Mencatat segala instruksi
Mencatat serah terima
Peran Perawat Dalam Pelayanan Ke gawat Daruratan .
Misi UGD : Secara pasti memberikan perawatan yang berkualitas terhadap
pasien dengan cara penggunaan sistem yang efektif serta menyeluruh dan
terkoordinasi dalam :
a. Perawatan pasien gawat darurat.
b. Pencegahan cedera.
c. Kesiagaan menghadapi bencana.
Menanggulangi pasien dengan cara aman dan terpercaya :
a. Evaluasi pasien secara cepat dan tepat.
b. Resusitasi dan stabilisasi sesuai prioritas.
c. Menentukan apakah kebutuhan penderita melebihi kemampuan fasilitas.
d. Mengatur sebaik mungkin rujukan antar RS (apa, siapa, kapan,
bagaimana).
e. Menjamin penanggulangan maksimum sudah diberikan sesuai
kebutuhan pasien.
Petugas medis harus mengetahui :
a. Konsep dan prinsip penilaian awal serta penilaian setelah resusitasi.
b. Menentukan prioritas pengelolaan penderita.
c. Memulai tindakan dalam periode emas.
d. Pengelolaan ABCDE.
Hak
Hak
Hak
Hak
Hak
5. Rehabilitator
Rehabilitasi adalah proses dimana individu kembali ke
tingkat fungsi maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau
kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan lainnya.
Seringkali klien mengalami gangguan fisik dan emosi yang
mengubah kehidupan mereka. Disini, perawat berperan
sebagai rehabilitator dengan membantu klien beradaptasi
semaksimal mungkin dengan keadaan tersebut.
6. Pemberi Kenyamanan
Perawat klien sebagai seorang manusia, karena asuhan keperawatan
harus ditujukan pada manusia secara utuh bukan sekedar fisiknya saja,
maka memberikan kenyamanan dan dukungan emosi seringkali
memberikan kekuatan bagi klien sebagai individu yang memiliki perasaan
dan kebutuhan yang unik. Dalam memberi kenyamanan, sebaiknya
perawat membantu klien untuk mencapai tujuan yang terapeutik bukan
memenuhi ketergantungan emosi dan fisiknya.
7. Komunikator
Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien dan keluarga, antar
sesame perawat dan profesi kesehatan lainnya, sumber informasi dan
komunitas. Dalam memberikan perawatan yang efektif dan membuat
keputusan dengan klien dan keluarga tidak mungkin dilakukan tanpa
komunikasi yang jelas. Kualitas komunikasi merupakan factor yang
menentukan dalam memenuhi kebutuhan individu, keluarga dan
komunitas.
8. Penyuluh
Sebagai penyuluh, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan datadata tentang kesehatan, mendemonstrasikan prosedur seperti aktivitas
perawatan diri, menilai apakah klien memahami hal-hal yang dijelaskan
dan mengevaluasi kemajuan dalam pembelajaran. Perawat menggunakan
metode pengajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan klien
serta melibatkan sumber-sumber yang lain misalnya keluarga dalam
pengajaran yang direncanakannya.
9. Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja
melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapi,
ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi
pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi
atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan
selanjutnya.
10.
Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam
meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala
penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi
perubahab perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan
kesehatan.
11.
Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau
tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas
permintaan klien tehadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan
yang diberikan.
12.
Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan
perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai
dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.
2.3
Fungsi Perawat
Definisi fungsi itu sendiri adalah suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai
dengan perannya. Fungsi dapat berubah disesuaikan dengan keadaan
yang ada. dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan
berbagai fungsi diantaranya:
1. Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana
perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan
keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi
kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis
(pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas
dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan dan kenyamanan, pemenuhan
kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan
aktualisasi diri.
2. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan
atau instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan
tugas yang diberikan. Hal ini biasanya silakukan oleh perawat spesialis
kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.
3. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling
ketergantungan di antara satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi
klinik atau masyarakat. Meskipun tidak dalam rangka tugas atau tidak
sedang melaksanakan dinas, perawat dituntut untuk bertanggung jawab
dalam tugas-tugas yang melekat dalam diri perawat. Perawat memiliki
peran dan fungsi yang sudah disepakati. Perawat sudah berjanji dengan
sumpah perawat bahwa ia akan senantiasa melaksanakan tugas-tugasnya.
Tanggung jawab perawat erat kaitanya dengan tugas-tugas perawat. Tugas
perawat secara umum adalah memenuhi kebutuhan dasar. Peran penting
perawat adalah memberikan pelayanan perawatan (care) atau memberikan
perawatan (caring). Tugas perawat bukan untuk mengobati (cure). Dalam
pelaksanaan tugas di lapangan adakalanya perawat melakukan tugas dari
profesi lain seperti dokter, farmasi, ahli gizi, atau fisioterapi. Untuk tugastugas yang bukan tugas perwat seperti pemberian obat maka tanggung
jawab tersebut seringkali dikaitkan dengan siapa yang memberikan tugas
tersebut atau dengan siapa ia berkolaborasi. Dalam kasus kesalahan
pemberian obat maka perawat harus turut bertanggung-jawab, meskipun
tanggung jawab utama ada pada pemberi tugas atau atasan perawat,
dalam istilah etika dikenal dengan Respondeath Superior. Istilah tersebut
merujuk pada tanggung jawab atasan terhadap perilaku salah yang dibuat
bawahannya sebagai akibat dari kesalahan dalam pendelegasian.
Sebelum melakukan pendelegasian seorang pimpinan atau ketua tim yang
ditunjuk misalnya dokter harus melihat pendidikan, skill, loyalitas,
pengalaman dan kompetensi perawat agar tidak melakukan kesalahan dan
bisa bertanggung jawab bila salah melaksanakan pendelegasian.
Etika perawat melandasi perawat dalam melaksanakan tugas-tugas
tersebut. Dalam pandangan etika keperawatan perawat memilki tanggung
jawab (responsibility) terhadap-tugastugasnya terutama keharusan
memandang manusia sebagai mahluk yang utuh dan unik. Utuh artinya
memiliki kebutuhan dasar yang kompleks dan saling berkaitan antara
kebutuhan satu dengan lainnya, unik artinya setiap individu bersipat khas
dan tidak bisa disamakan dengan individu lainnya sehingga memerlukan
pendekatan khusus kasus per kasus, karena klien memiliki riwayat
kelahiran, riwayat masa anak, pendidikan, hobby, pola asuh, lingkungan,
pengalaman traumatik, dan cita-cita yang berbeda. Kemampuan perawat
memahami riwayat hidup klien yang berbeda-beda dikenal dengan Ability
to know Life span History dan kemampuan perawat dalammemandang
individu dalam rentang yang panjang dan berlainan dikenal dengan
Holistic.
c. Responsibility to Colleague and Supervisor (tanggung jawab terhadap
rekan sejawat dan atasan)
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan tanggung jawab perawat
terhadap rekan sejawat atau atasan. Diantaranya adalah sebagai berikut
1. Membuat pencatatan yang lengkap (pendokumentasian) tentang kapan
melakukan tindakan keperawatan, berapa kali, dimana dengan cara apa
dan siapa yang melakukan. Misalnya perawat A melakuan pemasangan
Definisi Perawat
Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari
kata Nutrix yang berarti merawat atau memelihara.
Perawat adalah seseorang yang berperan dalam merawat
atau memelihara, membantu dan melindungi seseorang
karena sakit, injury dan peruses penuaan (Harlley, 1997).
Perawat Profesional adalah perawat yang bertanggung
jawab dan berwewenang memberikan pelayanan
keperawatan secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain sesuai dengan kewenagannya
(Depkes RI, 2002 dalam Aisiyah 2004).
Menurut UU RI NO 23 tahun 1992 tentang Kesehatan,
mendefinisikan Perawat adalah mereka yang memiliki
kemampuan dan kewenangan melakukan tindakkan
keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya, yang
diperoleh melalui pendidikan keperawatan
(www.pustakaindonesia.or.id).
Sedangkan menurut international Council of Nurses (1965),
perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan
program pendidikan keperawatan, berwenang di Negara
bersangkutan untuk memberikan pelayanan dan
bertanggung jawab dalam peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit serta pelayanan terhadap pasien.
Peran Perawat
Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam
system, di mana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik
dari profesi perawat maupun dariluar profesi keperawatan
yang bersipat konstan. Peran perawat menurut konsorsium
ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari :
Pemberi Asuhan Keperawatan
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat
dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan
kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui
pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan
proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis
keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan
tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar
manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat
Fungsi Perawat
Dalam menjalan kan perannya, perawat akan melaksanakan
berbagai fungsi diantaranya:
Fungsi Independent
Merupan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang
lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya
dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam
melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan
dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis
(pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan
cairan dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi,
pemenuhan kebutuhan aktifitas dan lain-lain), pemenuhan
kebutuhan keamanan dan kenyamanan, pemenuhan cinta
mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi
diri.
Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatan
atas pesan atau instruksidari perawat lain. Sehingga
sebagian tindakan pelimpahan tugas yang di berikan. Hal ini
biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat
umum atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.
Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling
ketergantungan di antara tim satu dengan yang lainnya.
Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan
membutuhkan kerja sama tim dalam pemberian pelayanan
seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada
penderita yang mempunyapenyakit kompleks. Keadaan ini
tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga
dari dokter ataupun yang lainnya.
Tugas Perawat
Tugas perawat dalam menjalankan peran nya sebagai
pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilaksanakan sesuai
dengan tahapan dalam proses keperawatan. Tugas perawat
ini disepakati dalam lokakarya tahun 1983 yang berdasarkan
fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
adalah:
Mengumpulkan Data
Menganalisis dan mengintrepetasi data
Mengembangkan rencana tindakan keperawatan
Menggunakan dan menerapkan konsep-konsep dan prinsipprinsip ilmu perilaku, sosial budaya, ilmu biomedik dalam
PELAYANAN ICU :
ICU Sekunder
ICU Tersier
ICU Primer
Mampu memberikan pengelolaan resusitasi segera,
tunjangan,kardio respirasi jangka pendek
Memantau dan mencegah penyulit pasien dan bedah yang
berisiko
atau
atau
atau
atau
gagal
gagal
gagal
gagal
nafas akut
sirkulasi
susunan syaraf
ginjal
Pasien dalam keadaan sakit kritis dan tidak stabil yang mempunyai
harapan kecil untuk penyembuhan (prognosa jelek). Pasien kelompok ini
mugkin memerlukan terapi intensif untuk mengatasi penyakit akutnya,
tetapi tidak dilakukan tindakan invasife Intubasi atau Resusitasi Kardio
Pulmoner