Anda di halaman 1dari 8

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

DIABETES MELITUS

Disusun Oleh : Kelompok 7


1. Nurawantitiani (P27903114030)
2. Putri Sulistiarini (P27903114034)
3. Siti Muharomah Saparudin (P27903114041)

Jurusan DIII Analis Kesehatan Tingkat I1A


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
TAHUN AKADEMIK 2015/2016

1. Pendahuluan

iabetes melitus adalah sindrom kelainan metabolisme karbohidrat yang


ditandai hiperglikemia kronik akibat defek pada sekresi insulin dan atau
tidak adekuatnya fungsi insulin. Diabetes melitus tipe II adalah kelompok
DM akibat kurangnya sensitifitas jaringan sasaran (otot, jaringan adiposa
dan hepar) berespon terhadap insulin. Penurunan sensitifitas respon jaringan otot,
jaringan adiposa dan hepar terhadap insulin ini, selanjutnya dikenal dengan resistensi
insulin dengan atau tanpa hiperinsulinemia ( R.M. Tjekyan, S., 2007).
Berdasarkan WHO Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis, yang terjadi
ketika pankreas tidak cukup memproduksi insulin, atau ketika tubuh tidak dapat secara
efektif menggunakan insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan peningkatan
konsentrasi glukosa dalam darah (hyperglycaemia) (WHO, 2008).
2. Klasifikasi Diabetes Mellitus (DM)
Diabetes Mellitus (DM) dibahagikan kepada 2 jenis yaitu Diabetes Mellitus Tipe I dan
Diabetes Mellitus Tipe II (American Heart Association, 2007).
Diabetes Mellitus Tipe II adalah paling sering dijumpai terutamanya pada dewasa.
Walaubagaimanapun kasus pada remaja dan anak-anak untuk Diabetes Mellitus tipe II
juga makin meningkat. Diabetes Mellitus Tipe II ini adalah disebabkan oleh penghasilan
insulin yang tidak cukup atau penggunaan insulin yang tidak efesien (resistansi insulin)
(American Heart Association, 2007).
Diabetes Mellitus Tipe I biasanya dijumpai pada anak-anak. Diabetes jenis ini
disebabkan pankreas tidak dapat menghasilkan insulin atau penghasilannya sedikit
(American Heart Association, 2007).
3. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus (DM)
Kedua-kedua jenis diabetes memiliki gejala yang sangat mirip. Gejala pertama
berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang tinggi. Gula tumpah ke
dalam urin ketika kadar gula darah naik di atas 160-180 mg / dL. Ketika tingkat gula
dalam urin meningkat lebih tinggi lagi, ginjal mengeluarkan air tambahan untuk
mengencerkan sejumlah besar gula, maka menghasilkan air seni yang berlebihan, jadi
penderita diabetes sering buang air kecil dengan volume yang banyak (poliuria). Buang
air kecil yang berlebihan mengakibatkan rasa haus yang tidak normal (polidipsia). Selain
itu disebabkan kehilangan kalori yang berlebihan dalam urin, maka berat badan penderita
Diabetes Mellitus (DM) akan menurun. Untuk mengkompensasinya, penderita DM akan
sering merasa lapar. Gejala lain untuk Diabetes Mellitus (DM) termasuk penglihatan
kabur, pusing, mual, dan menurunnya daya tahan semasa melakukan aktivitas ( Kishore,
P. MD, 2008).
Pada penderita Diabetes Mellitus Tipe I, gejalanya sering muncul secara tiba-tiba dan
dramatis. Dalam Diabetes Mellitus Tipe I ini bisa terjadinya ketoasidosis diabetikum. Hal
ini terjadi karena tubuh tidak bisa menghasilkan insulin atau penghasilan insulinnya tidak

adequate, maka sel-sel tubuh tidak dapat menggunakan gula yang terdapat di dalam
darah, jadi sel-sel tubuh akan menjalani mekanisme back-up untuk memperolehi energi
supaya sel-sel tubuh bisa hidup. Sel-sel lemak akan mulai lisis dan menghasilkan keton.
Keton ini memberikan energi kepada sel tetapi akan menyebabkan darah menjadi asam
(ketoasidosis). Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum adalah rasa haus dan buang air
kecil yang berlebihan, penurunan berat badan, rasa mual, muntah, kelelahan, dan pada
anak-anak terutmanya sakit perut. Selain itu, pasien Diabetes Mellitus Tipe I juga
cenderung untuk bernafas lebih dalam dan cepat karena tubuh berusaha untuk
memperbaiki keadaan keasaman dalam darah. Di samping itu, pasien Diabetes Mellitus
Tipe I ini nafasnya berbau seperti penghapus cat kuku. Jika tidak diobati, ketoasidosis
diabetikum ini bisa mengakibatkan koma dan kematian dalam beberapa jam ( Kishore, P.
MD, 2008).
Pada penderita Diabetes Mellitus Tipe II mungkin tidak memiliki gejala apapun
selama bertahun-tahun atau berpuluhan tahun sebelum mereka didiagnosis. Gejala yang
mungkin muncul adalah gejala yang halus. Gejala-gelaja yang bisa didapati pada pasien
Diabetes Mellitus Tipe II pada awalnya adalah peningkatan urinasi dan haus yang ringan
dan keadaannya akan menjadi semakin buruk. Akhirnya, penderita DM Tipe II akan
merasa sangat lelah, penglihatannya kabur, dan mungkin mengalami dehidrasi ( Kishore,
P. MD, 2008).
Oleh karena penderita Diabetes Mellitus Tipe II dapatmenghasilkan insulin, maka
ketoasidosis tidak terjadi. Namun, kadar gula darah dapat menjadi sangat tinggi (sering
melebihi 1.000 mg / dL). Kadar gula darah yang tinggi ini adalah akibat dari stres,
infeksi atau penggunaan narkoba. Kadar gula darah yang tinggi ini bisa mengakibatkan
dehidrasi yang parah, kebingungan mental, pusing, dan kejang, yang disebutkan
koma hiperosmolar hiperglikemik non ketotik ( Kishore, P. MD, 2008).
4. Diagnosis Diabetes Mellitus
Diagnosis Diabetes Mellitus (DM) harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa
darah. Dalam menentukan diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan darah yang
diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosis, pemeriksaan yang
dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan darah
plasma vena. Untuk memastikan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah dilakukan di
laboratorium klinik. Walaupun demikian sesuai dengan kondisi setempat dapat juga
dipakai bahan darah utuh (whole blood), vena ataupun kapiler dengan memperhatikan
angka-angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Untuk
pemantauan hasil pengobatan dapat diperiksa glukosa darah kapiler (Gustaviani, R.,
2007).
Ada perbedaan antara uji diagnostik DM dan pemeriksaan penyaring. Uji diagnotik
DM dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala/tanda DM, sedangkan
pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidentifikasi mereka yang tidak bergejala,
yang mempunyai risiko DM. Serangkaian uji diagnostik akan dilakukan kemudian pada
mereka yang hasil pemeriksaan penyaringnya positif, untuk memastikan diagnosis
definitif (Gustaviani, R., 2007).

5. Pemeriksaan Diabetes Melitus


Tes Glukosa pada pasien DM merupakan tes saring, tes diagnostic dan
tes pengendalian.
A. TES SARING
1.TUJUAN: untuk mendeteksi kasus DM sedini munkin, sehingga
dapat dicegah kemungkinan terjadinya komplikasi kronik akibat
penyakit ini.
2. INDIKASI : Bila terdapat sekurang-kurangnya satu factor resiko
sebagi berikut :
Usia dewasa tua (>45 tahun)
Kegemukan, berat badan >120% BB ideal
Tekanan Darah Tinggi (>140/90 mmHg)
Riwayat keluarga DM
Riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi >4000gram
Riwayat DM pada kehamilan
Dislipidemia (Kol HDL <35 mg/dl, atau Trigliserida>250 mg/dL)
Pernah TGT atau GDPT
3.SAMPEL :
Darah:
a. Plasma vena, atau serum
b. Darah kapiler
Urin :
a. Urin post prandial
b. Urin sewaktu
4. JENIS TEST/ METODE :
Darah :
1. Glukosa Darah Puasa (GDP) :
- Metode kimia : metode ortho-toluidin
- Metode enzimatik : metode glucose oxidase/hexokinase
2. Glukosa Darah Sewaktu (GDS)
- Metode kimia : metode ortho-toluidin
- Metode enzimatik : metode glucose oxidase/hexokinase
Urin:
1. Tes carik celup
2. Tes konvensional
B. TES DIAGNOSTIK
1. TUJUAN: untuk memastikan diagnostic DM pada individu dengan
keluhan klinis khas DM atau mereka yang terjaring pada tes saring.
2. INDIKASI:
Adakeluhan klinis khas DM : Poliuria, Polidipsi, Polfagia, Lemah,
penurunan BB yang tidak jelas penyebabnya
Tes saring menunjukkan hasil:
a. GDS:
-plasma vena : 110-199 mg/dl
-darah kapiler : 90-199 mg/dl

b. GDP
-plasma vena : 110-125 mg/dl
-darah kapiler : 90-109 mg/dl
c. Tes urin glukosa/reduksi positif
Indikasi TTGO bila :
a. keluhan klinis tidak ada:
-Pada tes diagnostic pertama:
GDS : plasma vena = 110-199
GDP:plasma vena=110-125 mg/dl
-Tes diagnostic pertama
GDS : plasma vena = 200 mg/dl
GDP:plasma vena= 126 mg/dl
b. DM gestasi
3. SAMPEL : darah (plasma vena)
4. JENIS TEST :
a. GDP
b. GDS
c. GD2PP
d. Glukosa hjam ke 2TTGO
5. METODE
a. GDP dan GDS
- Metode kimia : metode ortho-toluidin
- Metode enzimatik : metode glucose oxidase/hexokinase
b. Glukosa 2 jam Post Prandial (GD2PP)
- Metode kimia : metode ortho-toluidin
- Metode enzimatik : metode glucose oxidase/hexokinase
c. Glukosa jam ke 2 TTGO:
- Metode kimia : metode ortho-toluidin
- Metode enzimatik : metode glucose oxidase/hexokinase
C. TES PENGENDALIAN
1. TUJUAN : memantau keberhasilan pengobatan untuk mencegah
terjadinya komplikasi kronik
2. INDIKASI : individu yang didiagnosis DM, TGT atau GDPT
3. JENIS TES/SAMPEL :
- GDP
: Plasma vena, darah kapiler
- GD 2 jam PP
: Plasma Vena
- HbA1c
: darah vena, darah kapiler
- Kolesterol total : plasma vena (puasa)
- Kolesterol LDL : plasma vena (puasa)
- Kolesterol HDL : plasma vena (puasa)
- Trigliserida
: plasma vena (puasa)
4. METODE
1. TES GLUKOSA DARAH
Prinsip :
Metode tes : GDP, GD 2 jam PP, TTGO : metode enzimatik
Interpretasi tes GDS, GDP dan GD2PP

Tes

GDS
Darah Vena
Darah
kapiler
GDP
Darah Vena
Darah
kapiler
GD;PP
Darah Vena
Darah
kapiler

Bukan DM

Belum Pasti
DM

DM

<110
<90

110-199
90-199

200
200

<100
<90

110-125
90-109

126
110

<140
<120

140-200
120-200

200
200

2. TES GLUKOSA URIN


Prinsip Tes :
- Tes Benedict (kualitatif) : mengubah warna zat tertentu
(benedict) jika direduksi dengan glukosa
- Tes carik celup (semikualitatif): metode enzimatik, glucose
oxidase. Kertas yang dilpaisi enzim dua macam enzim
glucose oxidase dan peroxidase dan zat semacam o-toluidin
yang erubah warna bila dioksidase, pengukuran kadar
glukosa dengan alat Uriscan ProTM Urin Analyzer metode
Reflectane Fotometer.
Nilai Rujukan :
- TES BENEDICT
Glukosa negative, bukan DM bila : hasil tes urin berwarna
biru, sesuai dengan <0,5 % glukosa
- TES CARIK CELUP
Glukosa negative bila warna pada carik celup biru, atau
pada uriscan mennjukkan hasil negative sesuai dengan <50
mg/100 ml glukosa

Interpretasi
TES BENEDICT

Warna
Hijau, kekuningan dan keruh
Kuning keruh
Jingga/warna lumpur keruh
Merah keruh

Interpretasi: (1+)
mungkin/diduga DM
Positif + (1+): sesuai dengan
0,5%-1% glukosa
Positif ++ (2+): Sesuai denga
1-1,5% glukosa
Positig +++(3+): ssuai denga
2-3,5% glukosa
Positif ++++(4+): sesuai
dengan lebih dari 3,5% glukos

TES CARIK CELUP


Interpretasi: s/d (++) mungkin/diduga
DM
: sesuai dengan 50-<250 mg/100ml
glukosa
+ : Sesuai dengan 250-<500 mg/100ml
glukosa
++ : sesuai dengan 500-<1000 mg/100 ml
glukosa
+++ : sesuai dengan 1000-<2000 mg/100
ml glukosa
++++ : sesuai dengan 2000 mg/100ml
glukosa

6. TOLERANSI GLUKOSA TERGANGGU (TGT)


TGT adalah suatu kondisi dimana kadar glukosa darh meningkat tetapi belum
mencapai parameter untuk diagnosis sebagi DM. TGT ini dapat disebutkan
sebagai glikemi dan DM
Diagnosis TGT bila kadar glukosa darah post prandial yang dikur dengan
OGTT, lebih dari 140 mg/dl tetapi kurang dari 200 mg/dl, dengan atau tanpa
toleransi glukosa darah puasa teganggu . toleransi glukosa darah terganggu
adalah keadaan meningkatnya kadar glukosa darah puasa lebih dari 110
tetapi kurang dari 126 mg/dl

DAFTAR PUSTAKA

Diabetes Melitus, Universitas Sumatra Utara.


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25637/4/Chapter%20II.pdf . Diakses 1
April 2016
H, Hardjoeno. 2007. Interprestasi Tes Laboratorium Diagnostik: Bagian Dasar Pelayanan
Medik. Makasar: Hasanuddin University Press

Anda mungkin juga menyukai