PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap negara memiliki standar akuntansi yang berbeda beda. Indonesia telah memiliki
sendiri standar akuntansi yang berlaku di Indonesia. Prinsip atau standar akuntansi yang secara
umum dipakai di Indonesia tersebut lebih dikenal dengan nama Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK).
PSAK disusun dan dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Ikatan Akuntan Indonesia
adalah organisasi profesi akuntan yang ada di Indonesia. IAI yang didirikan pada tahun 1957
selain mewadahi para akuntan juga memiliki peran yang lebih besar dalam dunia akuntansi di
Indonesia. Peran tersebut seperti yang telah disebutkan sebelumnya adalah peran adalam rangka
penyusunan standar akuntansi. Standar akuntansi yang di Indonesia dikenal dengan nama PSAK
(Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) tersebut merupakan seperangkat standar yang
mengatur tentang pelaksanaan akuntansi didunia bisnis di Indonesia.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia tersebut mengatur perlakuan akuntansi secara menyeluruh untuk berbagai aktivitas
bisnis perusahaan di Indonesia. Standar-standar tersebut selain ditujukan untuk mengatur
perlakuan akuntansi dari awal sampai ke tujuan akhirnya yaitu untuk pelaporan terhadap
pengguna, standar-standar tersebut juga meliputi pedoman perlakuan akuntansi mulai dari
perolehan, penggunaan, sampai dengan saat penghapusan untuk setiap elemen-elemen akuntansi.
Standar-standar tersebut juga mengatur tentang pengakuan, pengukuran, penyajian dan pelaporan
atas keuangan perusahaan.
IAI selaku penyusun standar akuntansi di Indonesia tidak tinggal diam dalam
menghadapi perubahan-perubahan yang turut berimplikasi kepada dunia akuntansi. Beberapa
kali revisi terhadap beberapa pernyataan telah dilakukan untuk menyesuaikan standar akuntansi
yang dibuatnya. Revisi pertama dilakukan pada tahun 1973 dengan melakukan modifikasi atas
standar-standar akuntansi dalam bentuk Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI). Revisi berikutnya
dilakukan pada tahun 1984 dengan hasilnya adalah revisi berupa Prinsip Akuntansi Indonesia
1984 (PAI 1984). Selanjutnya revisi dilakukan pada tahun 1994. Revisi pada tahun 1994
dilakukan secara total terhadap PAI 1984 dan hasilnya adalah Standar Akuntansi Keuangan
(SAK)1994. Dengan semakin berkembangnya laporan keuangan yang dikeluarkan oleh
perusahaan dan karena adanya permintaan dari negara negara yang tergabung dalam anggota G
20, maka indonesia harus melakukan revisi terhadap PSAK dan melakukan penyesuian dengan
standar yang dipakai di internasional yaitu IFRS.
Salah satu bentuk revisi standar IAI yang berbentuk adopsi standar international menuju
konvergensi dengan IFRS tersebut dilakukan dengan revisi terakhir yang dilakukan pada tahun
2007. Revisi pada tahun 2007 tersebut merupakan bagian dari rencana jangka panjang IAI yaitu
menuju konvergensi dengan IFRS sepenuhnya pada tahun 2012. Skema menuju konvergensi
penuh dengan IFRS pada tahun 2012 dapat dijabarkan sebagai berikut:
a) Pada akhir 2010 diharapkan seluruh IFRS sudah diadopsi dalam PSAK;
b) Tahun 2011 merupakan tahun penyiapan seluruh infrastruktur pendukung untuk
implementasi PSAK yang sudah mengadopsi seluruh IFRS;
c) Tahun 2012 merupakan tahun implementasi dimana PSAK yang berbasis IFRS wajib
diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki akuntabilitas publik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembayaran berbasis saham dilakukan?
BAB II
KERANGKA KONSEPTUAL
kepada
karyawan.
IFRS mengharuskan entitas untuk mengakui transaksi pembayaran berbasis saham dalam
laporan keuangan, termasuk transaksi dengan karyawan atau pihak lain untuk harus diselesaikan
secara tunai, aset lainnya, atau instrumen ekuitas entitas. Tidak ada pengecualian untuk IFRS,
selain untuk transaksi yang Standar lain yang berlaku. Hal ini juga berlaku untuk transfer
instrumen ekuitas induk entitas, atau ekuitas instrumen entitas lain dalam kelompok yang sama
sebagai entitas, kepada pihak yang telah disediakan barang atau jasa kepada entitas. IFRS
menetapkan prinsip pengukuran dan persyaratan khusus untuk tiga jenis transaksi pembayaran
berbasis saham:
pada tanggal pengukuran yang relevan (seperti yang ditentukan di atas). Sebaliknya,
kondisi vesting diperhitungkan dengan menyesuaikan jumlah instrumen ekuitas
termasuk dalam pengukuran jumlah transaksi sehingga, akhirnya jumlah yang diakui
untuk barang atau jasaditerima sebagai imbalan atas instrumen ekuitas yang diberikan
didasarkan pada jumlah instrumen ekuitas yang akhirnya dikompensasikan. Oleh
karena itu, secara kumulatif, tidak ada jumlah yang diakui untuk barang atau jasa yang
diterimajika instrumen ekuitas yang diberikan lakukan tidak dikompensasikan karena
kegagalan untuk memenuhi kondisi vesting (selain kondisi pasar).
4) IFRS membutuhkan nilai wajar instrumen ekuitas yang diberikan harus berdasarkan
harga pasar, jika tersedia, dan untuk memperhitungkan syarat dan kondisi di mana
mereka instrumen ekuitas yang diberikan. Dalam tidak adanya harga pasar, nilai wajar
diperkirakan, dengan menggunakan teknik penilaian untuk memperkirakan berapa
harga dari instrumen ekuitas akan menjadi pada tanggal pengukuran dalam transaksi
lengan panjang antara berpengetahuan, pihak bersedia.
5) IFRS juga menetapkan persyaratan jika syarat dan kondisi dari sebuah pilihan atau
saham pemberian yang dimodifikasi (misalnya sebuah opsi repriced) atau jika
pemberian tersebut dibatalkan, pembelian kembali atau diganti dengan pemberian
ekuitas instrumen lain. Misalnya, terlepas dari modifikasi, pembatalan atau
penyelesaian pemberian ekuitas instrumen untuk karyawan, IFRS biasanya
membutuhkan entitas diakui, sebagai minimum, layanan yang diterima diukur pada
nilai wajar tanggal pemberian instrumen ekuitas yang diberikan.
Untuk transaksi pembayaran berbasis saham kas diselesaikan, IFRS mensyaratkan entitas
untuk mengukur barang atau jasa diperoleh dan kewajiban yang timbul pada nilai wajar
kewajiban. Sampai kewajiban dilunasi, entitas diharuskan untuk mengukur kembali nilai wajar
kewajiban pada setiap tanggal pelaporan dan pada tanggal penyelesaian, dengan perubahan nilai
diakui dalam laporan laba rugi periode berjalan. Untuk transaksi pembayaran berbasis saham di
mana hal pengaturan menyediakan salah satu entitas atau pemasok barang atau jasa dengan
pilihan apakah entitas mengendap transaksi tunai atau dengan menerbitkan instrumen ekuitas,
entitas diharuskan untuk memperhitungkan transaksi itu, atau komponen transaksi itu, sebagai
transaksi pembayaran berbasis saham kas diselesaikan jika, dan sejauh itu, entitas telah
dikeluarkan kewajiban untuk menetap di kas (atau aset lainnya), atau sebagai transaksi
pembayaran berbasis saham ekuitas-diselesaikan jika, dan sejauh itu, tidak ada kewajiban
tersebut telah dikeluarkan.
2.2 Ruang Lingkup
Konsep pembayaran berbasis saham yang lebih luas dari opsi saham karyawan.
IFRS 2 meliputi penerbitan saham, atau hak untuk saham, dengan imbalan jasa dan
barang. Contoh item yang termasuk dalam ruang lingkup IFRS 2 adalah hak berbagi
penghargaan, rencana pembelian saham karyawan, rencana kepemilikan saham oleh
karyawan, rencana opsi saham dan rencana di mana penerbitan saham (atau hak untuk
saham) mungkin tergantung pada pasar atau non-pasar terkait kondisi.
IFRS 2 berlaku untuk semua entitas. Tidak ada pengecualian untuk swasta atau
lebih kecil. Selain itu, anak perusahaan menggunakan ekuitas orang tua atau rekan
mereka anak perusahaan sebagai pertimbangan untuk barang atau jasa berada dalam
lingkup Standar. Ada dua pengecualian terhadap prinsip lingkup umum:
1. Pertama, penerbitan saham dalam kombinasi bisnis harus dicatat dengan IFRS 3
Kombinasi Bisnis. Namun, perawatan harus dilakukan untuk membedakan pembayaran
berbasis saham yang terkait dengan akuisisi dari orang-orang yang terkait dengan jasa
karyawan terus
2. Kedua, IFRS 2 tidak membahas pembayaran berbasis saham dalam lingkup paragraf 810 dari IAS 32 Instrumen Keuangan: Penyajian, atau paragraf 5-7 dari IAS 39
Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran. Oleh karena itu, IAS 32 dan IAS 39
harus diterapkan untuk kontrak derivatif berbasis komoditas yang dapat diselesaikan
dalam saham atau hak untuk saham.
IFRS 2 tidak berlaku untuk berbagi berbasis transaksi pembayaran selain untuk
akuisisi barang dan jasa. Oleh karena dividen saham, pembelian saham treasury, dan
penerbitan saham tambahan di luar ruang lingkup.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Share Based Payment sebelum dan sesudah Revisi
f. Masa bakti karyawan (service period) adalah periode pemberian jasa oleh
karyawan yang menimbulkan hak karyawan atas kompensasi berbasis saham.
g. Saham tanpa hak (nonvested stock) adalah saham yang tidak dapat dijual kepada
pihak lain karena karyawan yang memperoleh saham tersebut belum memenuhi
persyaratan untuk memperoleh hak kompensasi.
h. Saham tanpa hak (nonvested stock) adalah saham yang tidak dapat dijual kepada
pihak lain karena karyawan yang memperoleh saham tersebut belum memenuhi
persyaratan untukmemperolehhakkompensasi. Saham berbatas jual (restricted
stock) adalah sejumlah saham yang penjualannya dibatasi selama periode tertentu
karena adanya perjanjian atau karena adanya peraturan pemerintah, walaupun
karyawan telah memenuhi semua persyaratan untuk memiliki saham tersebut.
i. Penghargaan melekat (tandem award) adalah suatu program kompensasi dengan
dua (atau lebih) komponen di mana apabila salah satu komponen dieksekusi maka
komponen lainnya akan menjadi batal.
j. Tanggal pemberian kompensasi (grant date) adalah tanggal saat perusahaandan
karyawan mencapai kesepakatan mengenai persyaratan program kompensasi
berbasis saham. Pada tanggal pemberian kompensasi, perusahaan memiliki
kewajiban bersyarat untuk menerbitkan instrumen ekuitas atau mentransfer aktiva
kepada karyawan yang memenuhi persyaratan untuk menerima hak kompensasi.
k. Memperoleh hak kompensasi (vest) adalah memperoleh hak atas manfaat dari
program kompensasi. Program kompensasi karyawan berbasis saham dianggap
telah menjadi hak karyawan pada saat hak karyawan tidak lagi tergantung pada
pemberian jasa karyawan atau tercapainya persyaratan kinerja untuk menerima
atau mempertahankan saham atau kas dari program kompensasi tersebut.
l. Volatilitas adalah suatu ukuran perubahan harga saham yang telah terjadi pada
periode tertentu (historical volatility) atau suatu ukuran perubahan harga saham
yang diharapkan akan terjadi pada periode tertentu (expected volatility).
(Volatilitas suatu saham merupakan standar deviasi tingkat pengembalian
majemuk (compounded) yang terus menerus dari suatu saham untuk jangka waktu
tertentu).
Transaksi kompensasi non karyawan,
Apabila perusahaan menerbitkan instrumen ekuitas sebagai kompensasi atas pemerolehan
barang atau jasa dari pihak nonkaryawan, maka transaksi kompensasi tersebut harus
diperlakukan berdasarkan pilihan nilai mana yang lebih terukur secara andal berikut ini:
nilai wajar barang/jasa atau nilai wajar instrumen ekuitas yang diterbitkan.
Tujuan dan tanggal pengukuran,
Tujuan pengukuran adalah untuk mengestimasi nilai wajar instrumen ekuitas berdasarkan
harga saham pada tanggal pemberian kompensasi, yang akan menjadi hak para karyawan
ketika mereka telah memberikan jasa yang dipersyaratkan dan memenuhi persyaratan lain
untuk memperoleh hak atas manfaat instrumen tersebut (misalnya untuk melaksanakan
opsi saham atau menjual saham).
kompensasi dengan pembayaran kas atau transfer aktiva lainnya kepada karyawan
sebagai pengganti penerbitan instrument ekuitas.
6. Pengakuan beban kompensasi
Jumlah beban kompensasi yang diakui untuk suatu program kompensasi karyawan
berbasis saham ditentukan berdasarkan atas jumlah instrumen ekuitas yang pada akhirnya
akan menjadi hak karyawan. Jika karyawan gagal memenuhi persyaratan jasa untuk
memperoleh hak kompensasi pada suatu kompensasi penghargaan tetap (fixed award),
maka beban kompensasi yang berasal dari program kompensasi yang gagal dimiliki oleh
karyawan, tidak diakui oleh perusahaan. Beban kompensasi juga tidak diakui jika
perusahaan tidak mencapai suatu persyaratan kinerja (misalnya, perusahaan tidak
mencapai laba bersih sebagaimana yang ditentukan dalam program). Namun, beban
kompensasi akan tetap diakui apabila persyaratan memperoleh hak kompensasi atau
eksekusi didasarkan pada suatu target harga saham (target stock price) atau pada nilai
intrinsic
tertentu.
7. Program tambahan dan perubahan program yang sedang berjalan
Nilai wajar setiap program kompensasi instrumen ekuitas diukur secara terpisah
berdasarkan persyaratan dan harga saham kini serta faktor-faktor terkait lainnya, pada
tanggal pemberian kompensasi.
8. Penyelesaian program kompensasi
Jumlah kas atau aktiva lain yang dibayarkan (atau kewajiban yang timbul) untuk
memperoleh kembali instrumen ekuitas yang telah menjadi hak karyawan dibebankan ke
ekuitas, dengan syarat jumlah pembayaran tersebut tidak melebihi nilai instrumen yang
diperoleh kembali. Perusahaan yang menyelesaikan program kompensasi yang belum
menjadi hak karyawan dengan kas, pada dasarnya, memberi hak program kompensasi
kepada karyawan. Oleh karena itu, jumlah beban kompensasi yang diukur pada tanggal
pemberian kompensasi namun belum diakui, diakui pada tanggal pemerolehan
kembali.
9.Pengungkapan
Perusahaan yang memiliki satu atau lebih program kompensasi berbasis saham
menyajikan penjelasan mengenai program kompensasi, termasuk persyaratan umum
program kompensasi, seperti persyaratan pemberian hak kompensasi, periode maksimum
opsi, dan jumlah saham yang ditetapkan untuk opsi atau instrument ekuitas lainnya.
8.Ketentuan transisi
Retrospektif.
3.2 Akuntansi Untuk Pembayaran Berbasis Saham yang Diselesaikan Dengan Ekuitas
Untuk transaksi pembayaran berbasis saham yang diselesaikan dengan instrumen ekuitas,
entitas harus mengukur barang atau jasa yang diterima, dan kenaikan ekuitas terkait, secara
langsung, pada nilai wajar barang atau jasa yang diterima, kecuali jika nilai wajar tersebut tidak
dapat diestimasi secara andal. Jika entitas tidak dapat mengestimasi nilai wajar barang atau jasa
yang diterima secara andal, maka entitas harus mengukur nilai barang dan jasa tersebut, dan
kenaikan ekuitas terkait, secara tidak langsung, dengan mengacu pada nilai wajar instrumen
ekuitas yang diberikan.
Untuk menerapkan ketentuan pada transaksi dengan karyawan dan pihak lain yang
memberikan jasa serupa dengan karyawan, entitas harus mengukur nilai wajar jasa yang diterima
dengan mengacu pada nilai wajar instrumen ekuitas yang diberikan, karena pada umumnya tidak
mungkin untuk mengestimasi nilai wajar jasa yang diterima secara andal. Nilai wajar instrumen
ekuitas tersebut harus diukur pada tanggal pemberian.
Secara umum, saham, opsi saham atau instrumen ekuitas lain yang diberikan kepada
karyawan sebagai bagian dari paket remunerasi, sebagai tambahan dari gaji tunai dan imbalan
kerja lainnya. Biasanya, tidak memungkinkan untuk mengukur secara langsung jasa yang
diterima atas komponen tertentu dari paket remunerasi karyawan. Tidak memungkinkan juga
untuk mengukur nilai wajar dari jumlah paket remunerasi secara terpisah, tanpa mengukur secara
langsung nilai wajar instrumen ekuitas yang diberikan. Selanjutnya, saham atau opsi saham
terkadang diberikan sebagai bagian dari bonus, dan bukannya sebagai bagian dari remunerasi
pokok, misalnya sebagai insentif kepada karyawan untuk tetap bekerja di entitas atau untuk
menghargai mereka atas usahanya dalam meningkatkan kinerja entitas. Dengan memberikan
saham atau opsi saham, sebagai tambahan atas remunerasi lain, entitas membayarkan remunerasi
tambahan untuk memperoleh manfaat tambahan. Mengestimasi nilai wajar dari manfaat
tambahan tersebut sepertinya akan sulit. Dikarenakan kesulitan untuk mengukur nilai wajar jasa
yang diterima secara langsung, entitas harus mengukur nilai wajar dari jasa karyawan yang
diterima dengan mengacu kepada nilai wajar instrumen ekuitas yang diberikan.
Pada transaksi dengan pihak selain karyawan, harus terdapat asumsi bahwa nilai wajar
barang atau jasa yang diterima dapat diestimasi secara andal. Nilai wajar tersebut harus diukur
pada tanggal entitas menerima barang atau pihak lawan transaksi memberikan jasa. Dalam kasus
yang jarang terjadi, jika entitas menolak asumsi ini karena entitas tidak dapat mengestimasi
secara andal nilai wajar barang dan jasa yang diterima, entitas harus mengukur barang atau jasa
yang diterima dan kenaikan ekuitas terkait, secara tidak langsung, dengan mengacu pada nilai
wajar instrumen ekuitas yang diberikan, yang diukur pada tanggal entitas menerima barang atau
pihak lawan memberikan jasa.
Secara khusus, jika imbalan yang diterima dapat diidentifikasi (jika ada) oleh entitas
tampak kurang dari nilai wajar instrumen ekuitas yang diberikan atau liabilitas yang dibayar,
biasanya kondisi ini mengindikasikan bahwa imbalan lain (barang atau jasa tidak teridentifikasi)
telah (atau yang akan) diterima oleh entitas. Entitas harus mengukur barang atau jasa yang
teridentifikasi akan dapat diterima sesuai dengan pernyataan ini. Entitas harus mengukur barang
atau jasa yang tidak teridentifikasi akan diterima (atau akan diterima) sebagai selisih antara nilai
wajar kompensasi berbasis saham dan nilai wajar setiap barang atau jasa teridentifikasi yang
diterima (atau akan diterima). Entitas harus mengukur barang atau jasa tidak teridentifikasi yang
diterima pada tanggal pemberian. Namun, untuk transaksi yang diselesaikan dengan kas,
liabilitas harus diukur kembali pada akhir periode pelaporan sampai transaksi ini ditunaikan.
Transaksi di mana jasa diterima, jika instrumen ekuitas yang diberikan vest segera, pihak
lawan transaksi tidak diharuskan untuk menyelesaikan suatu periode pemberian jasa tertentu
sebelum berhak atas instrumen ekuitas tersebut. Sebaliknya, entitas harus mengasumsikan bahwa
jasa yang diberikan pihak lawan transaksi diperhitungkan sebagai imbalan atas instrumen ekuitas
telah diterima. Dalam hal ini, pada tanggal pemberian entitas harus mengakui jasa yang diterima
secara penuh, sebesar kenaikan ekuitas terkait.
Apabila instrumen ekuitas yang diberikan tidak vest sampai dengan pihak lawan transaksi
menyelesaikan periode pemberian jasa tertentu, entitas harus mengasumsikan bahwa jasa yang
diberikan pihak lawan transaksi yang akan diperhitungkan sebagai imbalan atas pemberian
instrumen ekuitas, akan diterima di masa yang akan datang, selama periode vesting (vesting
period). Entitas harus mencatat jasa tersebut pada saat jasa tersebut diberikan oleh pihak lawan
transaksi selama periode vesting, sebesar kenaikan ekuitas terkait. Sebagai contoh:
Jika karyawan diberikan opsi saham dengan syarat bekerja selama 3 tahun, maka entitas
harus mengasumsikan bahwa jasa yang diberikan karyawan sebagai imbalan atas
pemberian opsi saham, akan diterima di masa yang akan datang, selama 3 tahun periode
vesting tersebut.
Jika karyawan diberikan opsi saham dengan syarat pencapaian kinerja tertentu dan
tetap bekerja pada entitas sampai dengan tercapainya kinerja tertentu tersebut, dan lama
periode vesting bervariasi tergantung pada saat pencapaian kinerja tersebut, entitas
harus mengasumsikan bahwa jasa yang diberikan karyawan sebagai imbalan atas
pemberian opsi saham, akan diterima pada masa yang akan datang, selama periode
vesting yang diekspektasi. Entitas harus mengestimasi lamanya periode vestingyang
diekspektasi pada tanggal pemberian, berdasarkan hasil pencapaian kinerja yang paling
memungkinkan. Jika kinerja tertentu yang dimaksud adalah kondisi vesting kinerja
pasar, estimasi lamanya periode vesting yang diekspektasi harus konsisten dengan
asumsi yang digunakan dalam mengestimasi nilai wajar opsi yang diberikan, dan
seharusnya tidak direvisi. Jika kinerja tertentu yang dimaksud bukan kondisi vesting
kinerja pasar, entitas harus merevisi estimasi lamanya periode vesting, jika diperlukan,
apabila informasi berikutnya mengindikasikan bahwa lamanya periode vesting berbeda
dengan estimasi sebelumnya
hak atas saham (termasuk saham yang akan diterbitkan karena adanya eksekusi opsi saham) yang
dapat ditebus, baik karena diwajibkan (misalnya karena penghentian kontrak kerja) atau atas
pilihan karyawan sendiri.
Entitas harus mengakui jasa yang diterima, dan liabilitas untuk membayar jasa tersebut,
pada saat karyawan memberikan jasa. Sebagai contoh, beberapa hak atas kenaikan harga saham
vest segera, dan karenanya karyawan tidak dipersyaratkan untuk menyelesaikan masa kerja
tertentu agar berhak atas pembayaran kas. Sebaliknya, entitas harus mengasumsikan bahwa jasa
yang diberikan karyawan sebagai ganti hak atas kenaikan harga saham telah diterima. Oleh
karena itu, entitas harus segera mengakui jasa yang diterima dan liabilitas untuk membayar
karyawan tersebut. Jika hak atas kenaikan harga saham tidak vest sampai dengan karyawan
menyelesaikan masa kerja tertentu, entitas harus mengakui jasa yang diterima dan liabilitas
untuk membayar karyawan tersebut, pada saat karyawan menyerahkan jasa selama periode
tersebut.
Liabilitas harus diukur, pada setiap awal dan setiap akhir periode pelaporan sampai
dengan diselesaikan, sebesar nilai wajar hak atas kenaikan harga saham, dengan menerapkan
model penetapan harga opsi (option pricing model), dengan mempertimbangkan syarat dan
ketentuan pemberian hak atas kenaikan harga saham, dan sejauh mana karyawan telah
menyerahkan jasa sampai dengan tanggal pengukuran tersebut.
Untuk transaksi pembayaran berbasis saham di mana persyaratan perjanjian memberikan
pilihan kepada entitas atau pihak lawan transaksi untuk menyelesaikan transaksi apakah akan
diselesaikan dengan kas (atau aset lain) atau dengan penerbitan instrumen ekuitas, maka entitas
harus mengakui transaksi tersebut atau komponen transaksi tersebut sebagai transaksi
pembayaran berbasis saham dengan penyelesaian kas, jika dan sepanjang, entitas telah
menimbulkan liabilitas untuk diselesaikan dengan kas atau aset lain, atau sebagai transaksi
pembayaran berbasis saham dengan diselesaikan instrumen ekuitas jika dan sepanjang tidak
terdapat liabilitas yang timbul.
3.4 Pengakuan
Penerbitan saham atau hak untuk saham memerlukan peningkatan komponen ekuitas. IFRS
2 mensyaratkan masuknya debit offsetting yang dibebankan pada saat pembayaran untuk barang
atau jasa tidak mewakili aset. Beban harus diakui sebagai barang atau jasa yang dikonsumsi.
Sebagai contoh, penerbitan saham atau hak untuk membeli saham persediaan akan disajikan
sebagai peningkatan persediaan dan akan dibebankan hanya sekali persediaan tersebut dijual atau
mengalami penurunan.
Penerbitan saham sepenuhnya pribadi, atau hak untuk saham, diduga berhubungan dengan
jasa lalu, membutuhkan jumlah penuh dari nilai wajar hibah-date yang dibebankan segera.
Penerbitan saham kepada karyawan dengan, katakanlah, masa vesting tiga tahun dianggap
berhubungan dengan layanan selama periode hak. Oleh karena itu, nilai wajar pembayaran
berbasis saham, ditentukan pada tanggal pemberian, harus dibebankan selama periode vesting.
Sebagai prinsip umum, total biaya yang terkait dengan pembayaran berbasis saham
ekuitas-diselesaikan akan sama dengan beberapa dari total instrumen yang rompi dan nilai wajar
hibah-tanggal instrumen tersebut. Singkatnya, ada truing untuk mencerminkan apa yang terjadi
selama periode vesting. Namun, jika pembayaran berbasis saham ekuitas-diselesaikan memiliki
kondisi kinerja pasar terkait, biaya akan tetap diakui jika semua kondisi vesting lainnya
terpenuhi.
Entitas harus mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna laporan keuangan
untuk memahami sifat dan lingkup perjanjian pembayaran berbasis saham yang ada dalam suatu
periode. Untuk memberi gambaran implementasi, harus mengungkapkan sekurang-kurangnya
hal-hal sebagai berikut:
Penjelasan mengenai setiap jenis perjanjian pembayaran berbasis saham yang ada pada suatu
periode, termasuk syarat dan ketentuan umum setiap perjanjian, seperti
Kondisi vesting, jangka waktu maksimum atas opsi yang diberikan, dan metode
penyelesaian (misalnya dengan kas atau ekuitas). Entitas yang memiliki perjanjian
pembayaran berbasis saham dengan jenis yang sama secara substansi dapat
menggabungkan informasi tersebut, kecuali jika pengungkapan terpisah untuk setiap
perjanjian diperlukan untuk memenuhi prinsip.
Jumlah dan rata-rata tertimbang harga eksekusi opsi saham untuk setiap kelompok
opsi saham berikut ini:
i. Opsi yang beredar pada awal periode;
ii. Opsi yang diberikan dalam suatu periode;
iii. Opsi yang hangus dalam suatu periode;
iv. Opsi yang dieksekusi dalam suatu periode;
v. Opsi yang telah jatuh tempo dalam suatu periode;
vi. Opsi yang beredar pada akhir periode; dan
vii. Opsi yang dapat dieksekusi pada akhir periode.
Untuk opsi saham yang dieksekusi dalam suatu periode, rata-rata tertimbang harga
saham pada tanggal eksekusi. Jika opsi dieksekusi secara berkala selama periode
tersebut, sebagai alternatif, entitas dapat mengungkapkan rata-rata tertimbang harga
saham selama periode tersebut.
Untuk opsi saham yang beredar pada akhir periode, kisaran harga eksekusi dan ratarata tertimbang sisa umur kontrak. Jika kisaran harga eksekusi sangat besar, opsi
yang beredar harus dibagi ke dalam beberapa kisaran yang dapat digunakan untuk
menilai waktu dan jumlah tambahan saham yang dapat diterbitkan dan kas yang
dapat diterima pada saat eksekusi opsi tersebut.
Entitas harus mengungkapkan informasi yangmemungkinkan pengguna laporan keuangan
untuk memahami bagaimana nilai wajar barang atau jasa yang diterima, atau nilai wajar
instrumen ekuitas yang diberikan, dalam suatu periode yang telah ditentukan. Jika entitas
mengukur nilai wajar barang atau jasa yang diterima sebagai imbalan atas pemberian instrumen
ekuitas entitas secara tidak langsung, dengan mengacu pada nilai wajar instrumen ekuitas yang
diberikan harus mengungkapkan sekurang-kurangnya hal-hal sebagai berikut:
Untuk opsi yang diberikan selama suatu periode, ratarata tertimbang nilai wajar opsi
tersebut pada tanggal pengukuran dan informasi tentang bagaimana nilai wajar
i.
ii.
iii.
Apa dan bagaimana fitur lain dari pemberian opsi diperhitungkan dalam
i.
ii.
periode:
Penjelasan tentang modifikasi tersebut;
Tambahan nilai wajar yang diberikan (sebagai hasil dari modifikasi tersebut);
iii.
dan
Informasi tentang bagaimana tambahan nilai wajar yang diberikan diukur.
Jika entitas mengukur secara langsung nilai wajar barang atau jasa yang diterima selama
suatu periode, entitas harus mengungkapkan bagaimana nilai wajar tersebut ditentukan, sebagai
contoh apakah nilai wajar diukur dengan harga pasar barang atau jasa tersebut.
Entitas mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk
memahami dampak transaksi pembayaran berbasis saham terhadap laba atau rugi entitas dalam
suatu periode dan posisi keuangannya. Untuk memberi gambaran implementasi prinsip tersebut,
entitas harus mengungkapkan sekurang-kurangnya hal-hal sebagai berikut:
Jumlah beban yang diakui dalam suatu periode yang timbul dari transaksi
pembayaran berbasis saham dimana barang atau jasa yang diterima tidak memenuhi
kualifikasi untuk diakui sebagai aset dan oleh karena itu diakui segera sebagai beban,
termasuk pengungkapan terpisah atas bagian dari jumlah beban yang timbul dari
transaksi yang dicatat sebagai transaksi pembayaran berbasis saham dengan
ii.
Jumlah nilai intrinsik liabilitas pada akhir periode dimana hak pihak lawan
transaksi atas kas atau aset lain telah vested pada akhir periode (sebagai contoh
hak atas kenaikan harga saham yang telah vested.
BAB IV
KESIMPULAN
DISUSUN OLEH :
GILANG ADHITYA (1311000294)
PERBANAS INSTITUTE
JAKARTA
2016
DAFTAR PUSTAKA
SMH Wallman, 1995, The Future of Accounting and Disclosure in an Evolving World: The
Need for Dramatic Change, Accounting Horizon, Sept, 81-91.
Purba, marsini. 2010. International Financial Reporting Standards.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Bruce Mackenzie. 2012. International Financial reporting Standards. United States. Willey