Anda di halaman 1dari 11

TUGAS GEOGRAFI BUDAYA

CONTOH KEBUDAYAAN TRADISIONAL DAN MODERN, SERTA


RANGE/JANGKAUANNYA

Oleh :
Nama Mahasiswa

: Nofirly Hamli

Nim

: 140722601754

Mata Kuliah

: Geografi Budaya

Offering

: H/2014

Dosen Pengampu

: Ardyanto Tanjung, M.Pd

Tggl/Bln/Thn

: 26 Februari 2016

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
2016

PERBEDAAN KARYA SENI RUPA TRADISIONAL DAN


MODERN
A. KARYA SENI RUPA TRADISIONAL
Istilah tradisional berasal dari kata tradisi yang menunjuk kepada suatu
institusi, artefak, kebiasaan atau prilaku yang didasarkan pada tata aturan atau norma
tertentu baik secara tertulis maupun tidak tertulis yang diwariskan secara turun
temurun dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Berdasarkan pengertian tersebut,
maka secara singkat dapat dikatakan bahwa karya seni rupa tradisional adalah karya
seni rupa yang bentuk dan cara pembuatannya nyaris tidak berubah diturunkan dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Bukan hanya itu, nilai dan landasan filosofis
yang berada dibalik bentuk karya seni rupa tradisional tersebut pun umumnya relatif
tidak berubah dari masa-ke masa. Bentuk-bentuk seni rupa tradisional ini dibuat dan
diciptakan kembali mengikuti suatu aturan (pakem) yang ketat berdasarkan sistem
keyakinan atau otoritas tertentu yang hidup dan terpelihara di masyarakatnya. Dalam
konteks perkembangan seni rupa di Barat (Eropa), istilah seni rupa tradisional ini
menunjukkan pada otoritas penguasa agama (gereja), raja dan para bangsawan. Para
seniman tradisional menciptakan karya berdasarkan keinginan atau aturan yang telah
ditetapkan sesuai selera institusi-institusi tersebut dan berlangsung dalam rentang
waktu yang panjang, sepanjang kekuasaan institusi-institusi tersebut.
Berdasarkan pengertian seni tradisional yang telah disebutkan di atas, kita
menjumpai berbagai karya seni rupa di Indonesia khususnya karya-karya seni kriya
dapat dikategorikan sebagai karya seni rupa tradisional. Banyak sekali benda-benda
kriya yang tersebar dikepulauan Nusantara, yang bentuk, bahan dan cara
pembuatannya hingga saat ini tidak mengalami perubahan yang berarti sejak pertama
kali diciptakannya. Karya-karya seni tradisi ini umumnya hidup di lingkungan
masyarakat yang masih kuat memegang norma atau adat istiadat yang diwariskan
para leluhurnya. Perubahan umumnya terjadi pada fungsi dari benda-benda kriya
tersebut yang semula berfungsi sebagai benda pakai atau benda-benda pusaka kini
menjadi benda hias atau cindera mata. Perubahan sistem sosial dan
budaya masyarakat serta kemajuan teknologi berperan besar mempengaruhi
perubahan fungsi benda-benda tersebut.

Pada perkembangan selanjutnya dalam konteks seni rupa dunia, istilah seni
rupa tradisional kerap ditujukan kepada karya seni rupa non Barat. Sifatnya yang
mentradisi dan tidak berubah ini menjadi pembeda utama dengan karya seni rupa
Modern yang senantiasa menuntut inovasi dan kebaruan. Ciri lain dari karya-karya
seni rupa tradisional ini adalah latar belakang penciptaan atau pembuatannya yang
senantiasa terikat oleh fungsi atau konteks tertentu. Pada karya-karya komunal seperti
itu, peran ekspresi individu senimannya nyaris tidak tampak. Hak penciptaan karya
seni rupa bukan milik perorangan tetapi milik masyarakat pendukungnya. Dengan
demikian hampir tidak ada karya seni rupa tradisional yang menggunakan inisial
pembuatnya seperti yang umumnya terdapat pada karya-karya seni Modern Karya
seni rupa tradisional tersebar luas dari ujung Barat hingga ujung Timur kepulauan
Nusantara (Indonesia). Sejak masuknya kolonialisme barat (penjajahan bangsa Eropa)
ke kepulauan Nusantara dan berkembangnya paham seni rupa Modern di Eropa, maka
karya-karya seni rupa Nusantara di luar kategori karya yang menggunakan konsep
Modern tersebut dikategorikan sebagai karya seni rupa tradisional. Pengkategorian ini
dalam pandangan yang sempit seringkali digunakan untuk menunjukkan karya seni
rupa yang bermutu tinggi (modern) dengan karya yang bermutu rendah (tradisional).
Pengaruh penjajahan bangsa Barat yang cukup lama di kepulauan Nusantara
menyebabkan pandangan semacam ini terus berkembang yang memandang karyakarya seni kriya (seni rupa tradisional) lebih rendah dari karya seni lukis atau patung
modern. Hal tersebut tidak terlepas dari pandangan sebagian masyarakat yang
memandang modern identik dengan kemajuan dan perkembangan sedangkan
tradisional identik dengan stagnasi, kuno atau ketinggalan jaman. Sikap dan cara
mengapresiasi yang keliru ini seringkali menyebabkan karya-karya seni rupa
tradisional yang sesungguhnya bernilai tinggi terabaikan dan terlupakan. Padahal
karya-karya seni rupa tradisional Nusantara ini memiliki peluang yang sangat besar
untuk dikembangkan dan menjadi gagasan dalam berkarya seni rupa.
Apresiasi yang tepat diharapkan dapat menghasilkan inovasi karya-karya seni
rupa yang memiliki ciri khas Indonesia.

Wayang Golek merupakan salah satu karya seni rupa tradisional

Karya seni rupa tradisonal Wayang Kulit

B. KARYA SENI RUPA MODERN


Seni rupa Modern adalah istilah umum yang digunakan untuk
kecenderungan karya seni yang diproduksi sejak akhir abad 19 hingga sekitar
tahun 1970 an. Seni rupa modern menunjuk kepada suatu pendekatan baru dalam
seni dimana tidak lagi mementingkan representasi subjek secara realistik
penemuan fotografi menyebabkan fungsi penggambaran di dalam seni menjadi
absolut, para seniman modern berksperimen mengeksplorasi cara baru dalam
melihat sesuatu, dengan ide segar tentang alam, material dan fungsi ini, seringkali
bergerak melaju kearah abstraksi
Istilah Modernisme sendiri menunjukkan ideologi yang mempengaruhi
gerakan budaya, politik dan seni yang menyertai perubahan masyarakat di Barat
pada akhir abad 19 dan awal abad 20. Secara meluas, modernisme dideskripsikan

sebagai satu seri pergerakan budaya progresif dalam seni rupa, arsitektur dan
musik, literatur dan seni pakai yang muncul dalam dekade sebelum 1914. tercakup
di dalam perubahan dan kehadirannya, modernisme menjadi arah karya seniman,
pemikir, penulis dan perancang yang memberikan label baru tradisi akademi dan
sejarah seni pada akhir abad 19 serta mengkonfrontasi aspek ekonomi, sosial dan
politik baru yang dimunculkan dunia modern.
Memahami seni rupa modern dapat juga dengan melakukan analisis
terhadap istilah pembentuknya yaitu seni dan modern. Istilah seni umumnya
merujuk pada segala kegiatan dan hasil karya manusia yang mengutarakan
pengalaman batinnya yang karena disajikan secara unik dan menarik
memungkinkan timbulnya pengalaman atau kegiatan batin pula pada diri orang
lain yang melihat dan menghayatinya. Hasil karya ini lahir bukan karena didorong
oleh hasrat memenuhi kebutuhan hidup manusia yang paling pokok, melainkan
oleh kebutuhan spiritualnya, untuk melengkapi dan menyempurnakan derajat
kemanusiaannya. Dengan batasan seperti ini kita dapat mencoba untuk
menunjukkan benda apa saja yang layak untuk disebut seni dapat masuk ke
dalamnya. Adapun istilah modern dalam hal ini tidak selalu harus dihubungkan
dengan waktu. Sarah Newmeyer misalnya, walaupun terasa agak absurd, menulis
dalam bukunya bahwa seni modern itu boleh jadi berupa gambar bison yang
digoreskan 20.000 tahun yang lalu dan boleh jadi juga karya Picasso yang baru
saja diselesaikan pagi ini. Berdasarkan pendapat ini jelaslah bahwa ia
menggunakan istilah modern tidak dalam hubungannya dengan kronologi
melainkan dimaksudkan untuk menunjukkan sesuatu kelompok karya yang
memifiki sifat-sifat tertentu. Maka sifat-sifat tertentu itulah yang dapat dipandang
sebagal ciri khas seni modem sehingga dengan mudah akan dapat dikenali mana
yang bisa digolongkan dalam seni modern dan mana yang tidak. Dengan
ungkapan itu sesungguhnya artian modern tersebut diperluas tetapi sekaligus juga
dipersempit. Diperluas, karena istilah itu menyangkut juga seni prasejarah dan
dipersempit karena sebaliknya, belum tentu apa yang dilukiskan sekarang dapat
masuk di dalamnya. Apabila kita ingin membenarkan kata-kata Newmeyer
tersebut, dapatlah dikatakan bahwa setidaknya pada saat diciptakan, seni
prasejarah ini memang memifiki sifat-sifat modern. Kalaupun secara kronologis

kita akan membatasi daerah seni modern ini dan menyempitkan pada karya-karya
yang diciptakan pada apa yang biasa kita sebut sebagai jaman modern, kita akan
juga mengalami kesukaran, yaitu di mana menarik garis batasnya; kapan dan di
manakah mulainya seni rupa modern itu. Modern art begins nowhere because it
begins everywhere. It is fed by a thousand roots, from cave paintings 30,000 years
old to the spectacular novelties in the last weeks exhibitions, kata Canaday yang
kurang lebih menunjang ungkapan Newmeyer di atas. Semua pencapaian dari
masa ke masa di banyak tempat di dunia ini memberikan andilnya pada
pembentukan seni modern, sehingga susahlah untuk menentukan kapan dan di
mana periode seni rupa modern itu sebenarnya mulai. Maka untuk itu, sekali lagi,
kita harus mempunyai pegangan, kualitas apakah yang paling berharga dalam seni
modern tersebut dan dengan itu mencoba untuk mencari kapan kualitas tadi mulai
ada atau berkembang biak dengan baik (Soedarso, 2000).
Kalau kita mengacu periodisasi sejarah umum di Eropadimana sebagian
besar kejadian dalam panggung sejarah seni rupa modern ini berlangsungmaka
babakan sejarah modern Eropa dianggap mulai sejak zaman Renesans pada abad
ke-15 sedangkan sejarah seni rupa modern di Eropa baru pada abad ke-19, dengan
munculnya tokoh pelukis J.L. David di Perancis yang dianggap memiliki sesuatu
yang dapat disejajarkan dengan kualitas modern tadi. Bahkan ada pula yang
menganggap seni modern Eropa dimulai pada massa yang lebih akhir lagi.
Seperti telah diuraikan di atas, seni modern pada dasarnya tidak terbatas
oleh hal-hal yang kasatmata seperti objek-objek lukisan tertentu ataupun corak
dan gaya tertentu, melainkan ditentukan oleh sikap batin senimannya. Seni
modern pun, berkat perkembangan komunikasi modern yang menyertai kemajuan
teknologi, tidak kenal lagi akan batas-batas daerah dengan kekhasan tradisinya
masing-masing. Seni modern menjadi universal sifatnya. Walaupun di sana-sini
ada pula terdapat cap-cap daerah atau ada kalanya seni tradisi secara sadar atau
tidak dimunculkan oleh seseorang pelukis modern ke dalam hasil karyanya,
namun kenyataannya kita akan kesulitan untuk dapat menebak dari mana asal
sesuatu lukisan yang dihadapkan kepada kita. Today the boundaries are vague
Horizons are infinite; the artist is tempted to explore in a hundred directions at
once. Tulis Canaday pula. Mengenai yang terakhir ini, yaitu bahwa para seniman

modern terangsang untuk menjelajah ke segala arah, kebenarannya tidak hanya


sebatas arah di peta bumi saja, bahwa misalnya banyak seniman Eropa
meninggalkan negerinya untuk mencari objek lukisan yang lain, tetapi juga karena
daerah perhatian mereka itu meluas ke mana-mana. Bukan hanya pemandangan
yang indah dan wanita cantik saja yang ingin dilukisnya, tetapi juga toilet bekas
yang sudah tidak terpakai lagi atau kulit pokok kayu yang memiliki jenis
permukaan atau texture yang unik, atau bahkan jaringan sel-sel yang hanya dapat
diamati melalui mikroskop yang dulu sama sekali tidak terjamah oleh perhatian
seniman, kini menjadi lahan yang subur bagi objek lukisan para seniman modern.
Dengan ini jelaslah bahwa bagi mereka itu seni modern tidak dibatasi oleh ruang
dan waktu, bahkan di sana-sini juga tidak terikat oleh tatabahasa maupun kaidahkaidah seni yang sudah mapan. Mereka sanggup menerima segala macam bentuk
seni hampir dengan tiada bersyarat. Batasan-batasan yang dulu ada seperti ikatan
tradisi (spirit of the race) atau ikatan zaman (spirit of the age), demikian juga
ketentuan-ketentuan tentang isi ataupun tema telah disisihkan semuanya.
Satu syarat yang masih dituntut oleh seni modern yang bahkan merupakan
ciri khasnya, ialah kreativitas. Dan sebuah perkataan ini tercantumlah beberapa
sifat yang merupakan gejala-gejalanya. Oleh karena itu untuk menghindarkan
istilah modern yang bermuka banyak itu ada pula yang menamai seni modern
tersebut dengan istilah seni kreatif. Seorang seniman modern akan melihat
dunia atau bagian daripadanya yang sedang dihadapi sebagai objek dari
lukisannya seolah-olah seperti baru saja objek itu diciptakan. Artinya, seakan-akan
baru sekali itu saja ia menghayatinya dan baru kali itu pula mencoba untuk
melukisnya, walaupun kenyataannya sudah berkalikali Ia melukiskan objek
tersebut, dan entah telah berapa kali ia melihatnya. Kita tidak tahu sudah berapa
kali pelukis kita yang terkenal, Affandi, melukis potret diriya. Namun setiap kali
kita menatapnya, sekian kali pula kita menemukan sesuatu yang baru pada karyakarya itu, karena sang pelukis setiap kali selalu menghayati kembali dan
mendapatkan pengalaman baru dalam objeknya, walaupun objek itu adalah
dirinya sendiri. Seorang pelukis lain harus melupakan kuda atau gambar kuda
yang telah seribu kali dilihatnya apabila ia akan melukis seekor kuda. Ia harus
melihat kuda itu dengan mata kepalanya sendiri atau mata hatinyadan

memperoleh impresi pertama dari pengalaman tersebut. Sebagaimana kita ketahui,


hasil pengamatan itu amat dipengaruhi oleh pengalaman, pengetahuan serta kesan
si pengamat atas objek pengalaman yang sudah dimiliki sebelumnya yang
tentunya berbeda dari tiap pengamat yang lain, dan kiranya juga dipengaruhi oleh
suasana hati Si pengamat itu sendiri ketika Ia sedang mengamatinya. Yang
terkhir inilah yang menuntut pengamatan itu harus selalu dilakukan setiap saat
seseorang akan berkarya. Dalam hubungannya dengan keadaan tersebut, kira-kira
100 tahun yang lalu Gustave Courbet, Si pelopor realisme dari Perancis itu,
pernah berharap agar museum-museum ditutup saja sekurang-kurangnya 20 tahun
lamanya agar para seniman muda tidak sempat berdialog dengan karya-karya
yang ada di dalamnya yang semuanya merupakan hasil pengamatan orang lain. Ia
berkeinginan agar apa yang pernah diciptakan orang tidak mempengaruhi
pengamatan pelukis berikutnya. Mungkinkah itu dan perlukah itu, adalah soalsoal lain yang harus dijawab lewat ilmu pendidikan seni rupa.
Sikap batin yang demikian itulah yang membedakan seniman modern dan
golongan tradisional ataupun akademikyang sekarang juqa sudah menjadi
tradisional. Sikap batin yang tidak stereotip, yang selalu ingin akan yang baru dan
yang lain dari pada yang lain. Kreativitas :sangat penting dalam seni modern, dan
dalam kretivitas ini berkembanglah sifat-sifat orijinalitas, kepribadian, kesegaran,
dan sebagainya. Dengan bayaran apapun (yang kadangkala sangat tinggi, dengan
mengorbankan nilai-nilai yang sesungguhnya masih baik dan masih diperlukan
oleh seni yang manapun juga), para seniman modern amat menghargai dan
mengejar-ngejar nilai-nilai tersebut yang singkat kata dapat disebut sebagai nilai
kebaruan atau novelty. Apabila seorang anak menunjukkan coreng moreng dan
mengatakan bahwa itu adalah gambar anjing atau kucing, maka kiranya itulah
konsepnya atas hewan-hewan tersebut yang belum sempat diperbaiki oleh
hubungan anak itu dengan tradisi dan masyarakat disekitarnya. Karya-karya itu
adalah ekspresi anak tersebut yang masih murni. Seorang-seniman dewasa tidak
mungkin berada dalam keadaan semurni itu karena ia tidak dapat melepaskan diri
dari ikatan sosial yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu seorang seniman modern
dengan sadar berusaha untuk membebaskan dirinya dari ikatan tersebut dalam
hubungannya dengan tanggapannya terhadap objeknya. Berhasil atau tidaknya

usaha ini tidak selalu identik dengan keberhasilan karya seninya. Maka usaha dan
sikap batin itulah yang harus menjadi ukuran, bukan sematamata hasil usahanya.
Sekalipun tidak sedikit yang mendiskreditkan seni lukis yang realistik dan
lingkungan seni modern, namun bertolak dari pendapat di atas tentunya ada juga
lukisan yang bergaya realistik itu yang dapat digolongkan dalam seni modern,
yaitu apabila sikap batin si seniman dalam melukisnya dapat dikembalikan kepada
watak seni modern di atas; yaitu apabila si seniman tidak bertindak stereotip dan
selalu mengadakan pengamatan dahulu sebelum melahirkan karya realistiknya.
Perlu ditekankan bahwa bagaimanapun juga lukisan atau hasil seni yang lain itu
selalu merupakan interpretasi si seniman dalam menanggapi objeknya. Baik hasil
seni

itu

merupakan

suatu

taferil

yang

secara

perspektip

dapat

dipertanggungjawabkan ataukah bercorak dekoratif ala Mesir kuna, keduanya


adalah interpretasi juga. Pada suatu saat seorang sehiman menggunakan imajinasi
atau visinya untuk menangkap objek lukisannya sehingga terjadilah perspektif
susun timbun seperti yang ada di Mesir kuna itu, tetapi pada saat lain ia
menggunakan ketajaman matanya yang kemudian ternyata menjadi pendorong
diketemukannya perspektif di zaman Renesans. Namun keduanya jelas tidak
berhasil dalam memberikan kepada kita realitas objeknya secara total; yang satu
mengikuti ide atau pengertiannya tentang objek itu dan dengan demikian
terjadilah karya yang ideoplastik yang secara visual tampak tidak wajar, dan yang
lain menganakemaskan matanya membentuk suatu lukisan yang lebih enak
dipandang mata (visioplastik) walaupun masih belum terhindar dart kesalahan.
Dapat disaksikan misalnya, meja yang bujur sangkar menjadi tidak sama lagi
panjang sisi-sisinya, sudut-sudutnya tidak 90 tetapi ada yang tumpul dan ada
yang runcing, dan kakinya yang empat seningkali hanya kelihatan tiga. Dalam
sebuah gambar pemandangan sering terlihat tiang-tiang listrik yang sama
tingginya tergambar tidak sama tinggi; makin jauh jaraknya dan taferil ukurannya
menjadi makin pendek. Akibat luasnya daerah seni modern itu maka variasi yang
terdapat di dalamnya pun tak terhingga pula jumlahnya, sehingga tidak mungkin
untuk memasukkannya ke dalam suatu difinisi yang formal.

Guernica, lukisan bergaya kubistis karya Pablo Picasso

Eksplorasi imajinasi dari alam mimpi, lukisan surealis karya Salvador Dali
Dan di bawah ini merupakan ciri-ciri seni rupa yang dibedakan berdasarkan
tradisional atau pun modern.
Ciri-ciri Seni Rupa
Seni Rupa Tradisional
Penciptaannya selalu berdasar pada
filosofi sebuah aktivitas dalam suatu
budaya
Terikat dengan pakem-pakem tertentu
Antara kebudayaan satu dengan
yang lain berbeda
Mengutamakan kegunaan
Dianggap naif karena tidak
mengindahkan kaidah seni
Penciptaannya spontan
Tidak terpengaruh aliran akademis dan
ruang lingkup seni murni

Seni Rupa Modern


Jangkauan visualisasinya tidak
terbatas
Tidak terikat dengan pakem tertentu
Minimalis
Rasional
Dominan bentuk geometris
Tidak ada unsur ornamen
Universal
Fugsionalitas diprioritaskan

Orisinalitas/Kemurnian
Penguatan dalam konsep
Kreatifitas
Memutus hubungan dengan sejarah
TABEL CONTOH SENI BUDAYA TRADISIONAL DAN MODERN
Seni Rupa Modern

Seni Rupa Tradisional

Batik Tulis
Anyaman
Wayang Kulit
Wayang Golek
dll

Sablon
Lukisan
Karikatur
Mozaik
dll

Anda mungkin juga menyukai