Anda di halaman 1dari 3

Adhitya Ghaziawan - 1206266826

Review Artikel IT Doesnt Matter


Semenjak ada penemuan dan pengembangan mikroprosessor dengan teknologi silikon
yang ditemukan oleh Ted Hoff di tahun 1968, dunia IT berkembang dengan pesat. Pesatnya
teknologi tersebut merubah tata cara berbisnis di dunia. IT menjadi tulang punggung bagi
perdagangan dunia. Perusahaan melihat IT sebagai sebuah aspek penting demi menuju
kesuksesan.
Pandangan tersebut adalah sebuah kesalahan. Nilai strategis suatu perusahaan
didapatkan dari kelangkaan, bukan dari benda yang bersifat mudah didapatkan. Perusahaan
akan mendapatkan keuntungan dibanding perusahaan lainnya karena perusahaan lain tidak
mampu atau tidak bisa melakukannya. Padahal, saat ini ketersediaan IT sangat mudah
didapatkan. Hal ini membuat potensi IT sebagai sumber daya potensial berubah hanya
menjadi faktor komoditas dari sebuah produksi.
Contoh nyata fenomena tersebut adalah pada fenomena mesin uap, jalur kereta api,
telegraph, telepon, generator listrik sampai mesin pembakaran internal. Ketika sudah
meningkat ketersediannya dan menjadi benda yang jamak, teknologi tersebut bukan lagi
suatu hal yang meningkatkan value perusahaan.
Harus ada perbedaan antara teknologi yang bisa dijadikan hak milik dan teknologi
yang cenderung merupakan teknologi infrastruktur. Contohnya, sebuah perusahaan farmasi
dapat memiliki hak paten untuk teknologi memproses obat yang mereka buat. Selama
teknologi tersebut bisa dilindungi oleh perusahaan, hal tersebut bisa dianggap sebagai
competitive advantage terhadap perusahaan farmasi lain.
Lain halnya dengan teknologi yang bersifat sebagai insfrastruktur, contohnya kereta
api. Jalur kereta api, pada awalnya merupakan sebuah infrastruktur penting bagi perusahaan
untuk dapat meningkatkan nilai dari perusahaan. Perusahaan-perusahaan mulai berupaya
untuk meningkatkan kemudahan distribusi dengan membangun jalur-jalur kereta api pribadi.
Tapi, perusahaan-perusahaan tersebut sadar bahwa teknologi tersebut tidak bisa dimiliki
secara personal oleh perusahaan. Sehingga teknologi tersebut menjadi infrastruktur umum
yang dapat diakses oleh banyak pihak. Pada titik tersebut potensi jalur kereta api sebagai nilai
tambah menjadi menghilang. Saat teknologi sudah menjadi infrastruktur yang jamak dan
dapat diperoleh dengan mudah, keuntungan yang didapat bukan lagi menjadi keuntungan
pribadi perusahaan namun sudah menjadi keuntungan secara makroekonomi. Seberapa
besarpun potensi strategis dari suatu teknologi yang mampu membedakan suatu perusahaan

dengan perusahaan lain, potensinya akan turun jika teknologi tersebut menjadi mudah diakses
dan tersedia bagi semua pihak.
Meskipun sedikit lebih kompleks dibanding teknologi-teknologi terdahulu, IT
memiliki fenomena yang mirip. Fungsi IT cenderung mengarah pada pemindahan data. Sifat
IT sebagai sarana transportasi ini akan lebih menguntungkan jika di sharing, sehingga IT
akan menjadi barang yang mengalami penurunan harga yang sangat cepat.
Saat ini kesempatan untuk meningkatkan keuntungan dari investasi berbasis IT
mengalami trend penurunan. Berdasarkan sejarah, teknologi yang memberikan dampak besar
terhadap perubahan perilaku industri pada suatu titik akan mengalami penurunan karena
waktu perkembangan teknologi tersebut sudah mendekati akhir. Saat ini IT berada pada posisi
penurunan tersebut.
Oleh karena itu, manajemen investasi IT harus melakukan perubahan paradigma
investasi IT. Paradigma investasi yang terus berupaya melakukan investasi IT hanya demi
memperoleh posisi strategis dalam kompetisi menjadi kurang tepat. Seharusnya perusahaan
saat ini lebih berpikir kearah bagaimana memanfaatkan teknologi IT yang sudah dimiliki
untuk dapat menghasilkan keuntungan yang lebih maksimal.
Pola pikir seperti ini sering disebut sebagai pola defensif. Beberapa perusahaan saat
ini telah melakukan evaluasi terhadap kelemahan-kelemahan yang mereka miliki, bukan
malah melakukan investasi terhadap teknologi baru. Perusahaan berusaha mencari alternatif
yang lebih baik, lebih murah dan sederhana bahkan melakukan outsourcing.
Strategi investasi yang sesuai dengan pola pikir defensif adalah dengan melakukan
penundaan investasi IT hingga pada saat yang tepat. Biasanya, perusahaan kurang sabar dan
takut tertinggal dari kompetitor sehingga investasi IT menjadi membesar. Biaya riset dan
investasi IT akan sangat tingi dan tidak relevan dengan keuntungan yang didapatkan. Dilain
pihak terdapat perusahaan yang memiliki strategi cerdas. Perusahan tersebut dapat
mendapatkan keuntungan lebih dengan cara menunggu sampai teknologi tersebut telah
terstandardisasi dengan baik.
Dengan pola pikir defensif seperti ini, perusahaan tidak akan melakukan investasi
yang berlebihan di IT.
.

Anda mungkin juga menyukai