Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
Mirza Zaka Pratama
0810713023
Syarah N. Dinnarwika
0910714055
Pendahuluan
Psoriasis merupakan suatu penyakit inflamasi kronis dari kulit yang
menyerang 2-3% populasi di Inggris. Psoriasis kronis dengan plak (psoriasis
vulgaris) dapat saja muncul pada saat usia sebelum 40 tahun (psoriasis tipe I)
atau setelah usia 40 tahun (psoriasis tipe 2), yang merupakan 75% bentuk dari
psoriasis dari seluruh pasien.
Beberapa presentasi fenotipik dari psoriasis telah dideskripsikan dengan
baik, meliputi plak, eritroderma, pustula, fleksura, guttata, dan psoriasis kuku.
Variasi klinis dari gambaran psoriasis ini didukung oleh suatu penelitian genetik
yang telah mengidentifikasi 20 lokus kecenderungan penyakit hingga hari ini.
Karakteristik fenotipik dan juga genotipik yang lebih jelas dari psoriasis ini akan
dapat membantu strategi pengobatan psoriasis yang lebih baik.
Beban dari psoriasis ini pada pasien adalah berkaitan dengan masalah
komorbiditas psikososial dan fisik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
terdapat penurunan dari kualitas hidup dari pasien yang menderita psoriasis
dibandingkan dengan pasien dengan diabetes mellitus, penyakit jantung, dan
kanker. Psoriasis juga ditemukan berhubungan baik dengan adanya psoriatic
arthritis (PsA) yang dapat menyerang 6-42% populasi dengan psoriasis.
Psoriasis juga ditemukan dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit
kardiovaskular, hipertensi, gangguan toleransi glukosa atau diabetes, obesitas,
dan hiperlipidemia.
Manajemen dari psoriasis ini sudah berkembang dengan pesat dalam
kurun waktu 20-30 tahun terakhir. Suatu perkembangan signifikan dari penelitian
terhadap psoriasis ini adalah adanya pemahaman mengenai faktor keturunan
dan patogenesis dari psoriasis serta bagaimana penyakit ini dapat diobati. Hal ini
telah mengakibatkan perkembangan dari berbagai macam terapi agen biologis
dan juga molekul kecil yang menarget jalur spesifik yang mengakibatkan
terjadinya psoriasis. Akan tetapi, ditemukan sekitar 80% pasien yang terjangkit
psoriasis memiliki psoriasis ringan hingga sedang (body surface area [BSA]
<10%, Psoriasis Area and Severity Index [PASI] <10) yang mana pasien hanya
cukup diberikan terapi topikal saja.
Terapi topikal yang tersedia saat ini juga telah direview. Terapi topikal
memberikan respon suboptima, atau ketika terapi topikal tidak dapat diberikan,
fototerapi atau terapi sistemik masih dapat dipertimbangkan. Terapi sistemik
merupakan suatu pilihan terapi bagi pasien psoriasis dimana terapi topikal atau
fototerapi tidak dapat dilakukan atau tidak efektif.
Review ini akan membahas mengenai agen sistemik yang digunakan
dalam praktek klinis dan juga agen-agen baru yang sedang dikembangkan untuk
pengobatan terhadap psoriasis.
Strategi Manajemen dan Tujuan Terapi
Keparahan dari psoriasis dapat diukur oleh beberapa macam alat untuk
menilai penampakan klinis. Alat ukur yang paling banyak digunakan saat ini
adalah PASI, yang merupakan skor dengan nilai 0-72 berdasarkan dari penilaian
terhadap eritema, indurasi, dan sisik dari plak psoriasis yang ditambahkan
dengan pengukuran BSA. Pada trial klinik, titik akhir primer yang paling sering
digunakan adalah penurunan 75% dari skor PASI baseline (PASI 75).
Penilaian psikologis terhadap psoriasis dapat diukur dengan Dermatology
Life Quality Index (DLQI), yang didesain untuk mengevaluasi hubungan dari
penyakit kulit terhadap pekerjaan, hubungan dengan orang sekitar, serta
kehidupan sosial. DLQI tersebut akan menghasilkan skor numerik dari 0 sampai
30, dan 10 merupakan suatu kondisi dimana terjadi gangguan kualitas hidup
yang berat.
Perkembangan dari terapi biologis saat ini telah menunjukkan adanya
perubahan yang berarti pada pasien dan juga ekspektasi dokter dengan melihat
kontrol dari penyakit. PASI 90 (90% penurunan dari baseline skor PASI) dan
penurunan DLQI menjadi 0 atau 1 yang dilaporkan dari trial klinik fase III yang
mana hal ini menunjukkan adanya peningkatan efikasi pengobatan psoriasis.
Terapi Saat Ini
Terapi Sistemik
Methotrexate
Methotrexate merupakan pilihan terapi yang sudah sering digunakan
dalam manajemen psoriasis. Agen ini juga menambahkan keuntungan efikasi
terhadap PsA. Pada uji trial klinik awal menunjukkan bahwa pemberian obat ini
dapat mencapai PASI 75 sebesar 60% pasien, pada studi komparasi lainnya
menunjukkan bahwa skor PASI 75 yang dicapai adalah sebesar 24-42%. Suatu
studi terbaru dari pemberian methotrexate menunjukkan PASI 75 yang dicapai
adalah sebesar 39,9% pada pemberian minggu ke-24.
atau
keluarga
dalam
kejadian
malignansi
atau
infeksi
kronis
pemeriksaan
darah.
Pengenalan
terhadap
procollagen-III-
untuk
dilakukan
biopsi
liver
pada
pasien
yang
diberikan
methotrexate.
Penelitian terbaru telah menunjukkan adanya marker genetik yang dapat
memperdiksi adanya respon efek samping setelah pemberian methotrexate. Hal
ini tentu saja dapat mempermudah pemberian terapi obat di kemudian hari.
Ciclosporin
Ciclosporin merupakan inhibitor calcineurin, memberikan efek terapi yang
menguntungkan melalui inhibisi dari aktivasi sel T limfosit. Ciclosporin telah
digunakan dalam klinik selama kurang lebih 25 tahun, memberikan perbaikan
yang cepat dan dapat dipercaya pada pasien psoriasis sebanyak 80%. Suatu
studi komparatif yang baru-baru saja dilakukan menunjukkan bahwa PASI 75
diperoleh sebesar 50-70% pada pasien psoriasis.
Efek samping dari pemberian agen ini adalah paraesthesia, hipertrichosis,
hiperplasia
gingiva,
hyperuricemia,
hiperkalemia,
dan
hipomagnesemia.
dengan
skor
PASI
75
sebesar
25%.
Beberapa
penelitian
alopecia
(reversibel), dan berkeringat. Agen ini merupakan agen teratogenik dan karena
periode
pembuangannya
yang
lama
hingga
tahun,
agen
ini
tidak
dilaporkan
memiliki
efektivitas
yang
tinggi
dalam
manajemen
palmoplantar pustulosis pada suatu trial klinik kecil yang melibatkan 12 pasien.
Fumaric Acid Esters (Fumaderm)
Fumaric acid esters (FAE) telah ditemukan sebagai pilihan terapi di Eropa
Tengah pada lebih dari 40 tahun dan telah digunakan sejak tahun 1995 di
Jerman. FAE diyakini dapat menghambat nuclear factor kappa-light-chainenhancer of activated B cells (NFB) dan secara konsekuen juga dapat
menginduksi apoptosis dari sel T.
Respon klinik dari pemberian agen ini adalah 50-70% pasien telah
tercapai PASI 75 pada minggu ke-16 dibandingkan dengan ciclosporin dan
methotrexate. Efek samping yang banyak ditemukan adalah mual muntah, nyeri
perut, diare, tes fungsi liver yang abnormal, dan limfopenia. Hingga saat ini tidak
didapatkan laporan dalam peningkatan risiko malignansi atau infeksi pada
pemberian
fumaderm.
Meskipun
demikian,
kewaspadaan
tetap
harus
ditingkatkan pada individu yang memiliki riwayat individu maupun keluarga dalam
mengalami malignansi dan infeksi kronis.
Terapi Biologis
Antagonis Tumor Necrosis Factor (TNF)-
Grup terbesar dari terapi biologis yang saat ini sedang dikembangkan
untuk terapi psoriasis adalah penghambatan terhadap TNF (etanercept,
infliximab, dan adalimumab). TNF merupakan sitokin inflamasi kunci yang
berperan dalam patogenesis psoriasis. Penghasil utama dari TNF meliputi sel T
dan keratinosit. TNF dipecah dari prekursor transmembran, yang terikat pada
reseptor TNF. Penghambatan jalur ini akan mengakibatkan inhibisi dari kaskade
inflamasi dan menunjukkan perbaikan klinis.
Efek samping dari antagonis TNF ini meliputi reaksi pada tempat injeksi,
drug induce lupus, palmoplantar pustulosis, dan tes fungsi liver yang abnormal.
Terjadinya peningkatan risiko kecil terhadap infeksi kulit dan respirasi dan juga
kanker kulit non-malanoma juga didapatkan dalam beberapa laporan kasus.
Pasien dengan riwayat individu atau keluarga dengan gangguan demyelinating
atau gagal jantung (NYHA kelas III atau kelas IV) sebaiknya tidak diberikan
antagonis TNF. TNF merupakan agen imunosupresan sehingga sebaiknya
dihindari pada individu dengan riwayat keluarga atau individu yang kuat terhadap
riwayat malignansi atau infeksi kronis (tuberkulosis, hepatitis B/C).
Etanercept
Merupakan rekombinan reseptor TNF (p75) yang bergabung dengan
bagian Fc dari imunoglobulin (Ig)G1, etanercept berikatan baik pada TNF yang
soluble maupun yang masih terikat di memban. Agen ini efektif dalam
pengobatan psoriasis dan PsA. Suatu uji klinik fase III yang menggunakan dua
kelompok yaitu, pemberian 25 mg setiap dua kali seminggu dan 50 mg yang
diberikan dua kali seminggu menunjukkan PASI 75 sebesar 34% dan 48% pada
minggu ke-12. Dua uji trial klinik fase III yang membandingkan etanercept dosis
tinggi (50 mg dua kali seminggu) dengan ustekinumab dan briakinumab
menunjukkan PASI 75 sebesar 56,8% dan 39,6% pada minggu ke-12.
Etanercept juga baru-baru ini disetujui untuk digunakan pada anak usia 6
tahun dan lebih tua di Eropa berdasarkan trial klinik terhadap 211 pasien (usia 417 tahun). Pemberian etanercept (0,8 mg/kg) menunjukkan PASI 75 sebesar
57% sedangkan plasebo sebesar 11% pada minggu ke-12.
Infliximab
Infliximab merupak antibodi chimera dari gabungan mencit dan manusia
yang berikatan dengan TNF yang terlarut dan juga transmembran. Agen ini
efektif dalam mengobati pasien psoriasis dan PsA. Sebuah trial klnik fase III dari
infliximab 5 mg/kg yang diberikan pada minggu ke-0, 2, 6, dan minggu ke-8 untuk
terapi maintenance menunjukkan PASI 75 sebesar 82% pasien pada minggu ke24. Hal ini juga didukung oleh studi komparasi yang membandingkan antara
methrotrexate dan infliximab yang menunjukkan bahwa pasien yang diobati
yang
(ART521)
kecil
merupakan
diprediksi
antibodi
mempunyai
domain
profil
lebih
yang
karena
tinggi
dari
imunogenisitas dan distribusi jaringannya. Saat ini obat ini sedang dilakukan
pengujian trial klinik fase II.
Golimumab merupakan antibodi monoklonal lainnya yang digunakan
dalam menghambat TNF yang telah digunakan dalam pengobatan PsA. Pada
suatu trial fase III, 292 pasien yang mendapatkan golimumab selama periode 14
minggu, didapatkan PASI 75 sebanyak 40% dan 58% dalam pemberian terapi 50
mg dan 100 mg dibandingkan plasebo yang hanya 2,5%. Meskipun demikian,
masih belum ada trial klinik dari golimumab yang digunakan dalam terapi plak
kronis psoriasis sendiri.
Diferensiasi dan Fungsi Sel Th17
Peran utama dari sel Th17 dalam patogenesis psoriasis telah digunakan
sebagai desain obat untuk mengobati psoriasis. Briakinumab (ABT-874)
merupakan antibodi monoklonal p40 yang diketahui menghambat IL-12 dan IL-23
dengan mekanisme yang sama dengan ustekinumab. Empat trial klinik fase III
menunjukkan efikasi dari briakinumab tersebut dimana PASI 75 telah diperoleh
pada 80,6-81,8% pasien. Selama uji klinik fase III tersebut dimana briakinumab
dibandingkan dengan plasebo menunjukkan bahwa adanya major adverse
cardiovascular events (MACE) didapatkan pada 5 dari 981 orang yang diobati
dengan briakinumab dan 0 dari 484 pasien yang diterapi dengan plasebo. Oleh
karena itu, aplikasi pemberian briakinumab saat ini telah dicabut.
Efikasi
dari
penghambatan
IL-23
telah
menunjukkan
adanya
mg/kg, dan 0,4 mg/kg secara berturutan ketika diberikan obat selama 12 minggu.
Konsentrasi
serum
voclosporin
berkorelasi
dengan
efikasi
yang
mana
menunjukkan bahwa pengaturan dosis dapat meningkatkan efikasi dari obat ini.
Jalur sinyal intraseluler yag berkaitan dengan psoriasis meliputi Janus
Kinase (JAK), signal transducer and activators (STAT), protein kinase C (PKC),
dan mitogen activated protein kinase (MAPK). Terdapat berbagai macam molekul
keci yang dapat menghambat jalur-jalur tersebut yang sedang menjalani uji trial
klinik untuk pengobatan psoriasis.
Inhibitor Janus Kinase-Signal Transducer and Activators of Transcription
Jalur JAK-STAT merupakan jalur penting dalam amplifikasi sinyal dan
transduksi dari sinyal sitokin. JAK3 merupakan jalur yang paling berperan dalam
proses inflamasi. Protein JAK diikat oleh rantai gamma dari reseptor sitokin
transmembran. Perubahan konformasi dari reseptor transmembran terjadi
setelah ikatan dari ligan tertentu dan mengakibatkan aktivasi ari JAK. JAK
selanjutkan akan memfosforilasi dan mengaktivasi reseptor sitokin, yang akan
memfosforilasis molekul STAT. Ikatan tersebut kemudian akan translokasi ke
dalam nukleus dimana disana akan dilakukan transkripsi dari gen. Jalur ini
berperan dalam proses sinyal sitokin IL-2, -4, -9, -15, dan -21. Beberapa molekul
kecil telah didesain untuk menghambat poin regulasi tersebut dan sedang
menjalani uji trial klinik.
CP-650,550
(tofacitinib)
merupakan
inhibitor
JAK3
yang
telah
AEB071 oral, yang merupakan inhibitor dari isomer , , dan sedang menjalani
uji trial klnik fase II untuk pengobatan terhadap psoriasis.
Inhibitor Phosphodiesterase
Phosphodiesterase (PDE)-4 memegang peranan kunci dalam fungsi sel
imun melalui regulasi dari cyclic adenosine-3,5-monophosphate (cAMP). Jalur
protein kinase A adalah jalur yang diaktivasi dari peningkatan kadar cAMP yang
kemudian akan menghambat sitokin inflamasi, termasuk IL-2. -12, IFN-, TNF
dan nitric oxide synthetase. Apremilast (CC10004) merupakan inhibitor PDE4
yang menunjukkan utilitas terhadap psoriasis yang ditunjukkan pada uji trial klnik
fase II dan saat ini sedang menjalani uji klinik fase III.
Agonis Sirtuin 1
Sirtuin 1 (SIRT1) merupakan bagian dari keluarga histon yang berperan
dalam regulasi apoptosis, kemampuan sel untuk bertahan hidup, transkripsi dan
metabolisme. SIRT1 merupakan bagian dari famili histone deacetylase dan
diyakini memiliki efek melalui modifikasi histon dan substrat non histon. Bukti
terbaru peran dari inhibitor histone deacetylase pada penyakit inflamasi
menunjukkan hasil yang cukup menarik, dimana juga dapat menunjukkan
adanya hambatan produksi dari NFB. Trial klinik fase II saat ini sedang
dilakukan untuk menguji SRT2104 yang merupakan aktivator dari SIRT1 untuk
pengobatan psoriasis.
Agonis Sphingosine 1-Phosphate Receptor
Aktivasi dari sel T merupakan tahap awal yang penting dari patogenesis
psoriasis dan menghasilkan migrasi dari sel menuju ke limfonodi. Migrasi dari
jaringan perifer menuju limfonodi regional ini dipengaruhi dan diregulasi oleh
agonis reseptor sphingosine 1-phosphate (S1P). ACT-12880 merupakan S1P1
agonis yang sedang menjalani uji trial klnik fase II untuk psoriasis.
Chaperonin 10
Chaperonin 10 merupakan protein pengikat yang telah diyakini berperan
dalam fungsi imun dan mampu menurunkan regulasi dari sitokin yang berperan
dalam psoriasis. Pengobatan dengan rekombinan chaperonin 10 (Cpn10) telah
baru-baru ini dilaporkan pada penelitian kohort terhadap 40 pasien dan
memberikan efek yang bermakna setelah pengobatan 12 minggu. Uji trial klinik
fase II saat ini sedang dilakukan.
Kesimpulan
Psoriasis merupakan penyakit umum yang sering mengakibatkan beban
fisik dan psikologis selama kehidupan. Rasionalisasi pilihan pengobatan saat ini
menjadi semakin kompleks mengingat banyaknya agen yang dikenalkan oleh
pabrik farmasi. Identifikasi dari subtipe psoriasis dapat menyediakan keuntungan
yang menguntungkan untuk membatu pemilihan terapi sehingga akhirnya dapat
mengkontrol penyakit pada setiap individu pasien. Selain itu, identifikasi subtipe
dari psoriasis juga harus diikuti dengan identifikasi penyakit komorbid yang terjadi
sehingga penatalaksanaan yang tepat akan dapat dicapai.
Pengembangan
baru-baru
ini
dalam
manajemen
psoriasis
telah
menghasilkan hasil yang cukup baik bagi pasien maupun bagi dokter dimana
PASI >90 telah tercapai dan hasil ini tentu saja akan meningkatkan nilai
ekspektasi
luaran
dari
pengobatan
psoriasis.
Penggunaan
dari
obat