Anda di halaman 1dari 14

PENGERTIAN SKIZOFRENIA

Skozofrenia berasal dari dua kata, yaitu Skizo yang artinya retak atau pecah
(split), dan frenia yang artinya jiwa. Dengan demikian seseorang yang
menderita skizofrenia adalah seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau
keretakan kepribadian ( Hawari, 2003).
Skizofrenia adalah suatu gangguan psikosis fungsional berupa gangguan mental
berulang yang ditandai dengan gejala-gejala psikotik yang khas dan oleh
kemunduran fungsi sosial, fungsi kerja, dan perawatan diri. Skizofrenia Tipe I
ditandai dengan menonjolnya gejala-gejala positif seperti halusinasi, delusi, dan
asosiasi longgar, sedangkan pada Skizofrenia Tipe II ditemukan gejala-gejala
negative seperti penarikan diri, apati, dan perawatan diri yang buruk.
Skizofrenia terjadi dengan frekuensi yang sangat mirip di seluruh dunia.
Skizofrenia terjadi pada pria dan wanita dengan frekuensi yang sama. Gejalagejala awal biasanya terjadi pada masa remaja atau awal dua puluhan.Pria
biasanya mengalami perjalanan gangguan yang lebih berat dibanding wanita.
Sepuluh persen penderita skizofrenia meninggal karena bunuh diri.
Faktor resiko penyakit ini termasuk :
1. Riwayat skizofrenia dalam keluarga
2. Perilaku premorbid yang ditandai dengan kecurigaan, eksentrik, penarikan
diri, dan/atau impulsivitas.
3. Stress lingkungan
4. Kelahiran pada musim dingin. Faktor ini hanya memiliki nilai prediktif yang
sangat kecil.
5. Status sosial ekonomi yang rendah sekurang-kurangnya sebagian adalah
karena dideritanya gangguan ini.

Home
Health
Info Sehat
Skizofrenia, Gangguan Jiwa Akibat Fungsi Otak Terganggu
on Aug 23, 2013 at 19:00 WIB

Share
Comment (0)

Seorang yang mengalami skizofrenia seakan-akan memiliki dunia sendiri. Hal


ini tidak dapat dicegah dan pengobatan pun harus diberikan seumur hidup
mereka.
Deskripsi
Istilah "skizofrenia" berasal dari bahasa Inggris yaitu "schizophrenia" yang
memiliki arti "pikiran terbagi atau terpecah" di mana hal itu mengacu pada
terganggunya keseimbangan pada emosi dan pikiran.
Seperti dilansir Mayo Clinic dan WebMD, Jumat (23/8/2013), skizofrenia juga
diartikan sebagai sekelompok gangguan berat pada otak di mana orang akan
menafsirkan realitas dengan abnormal, tidak seperti orang pada umumnya.
Orang yang mengalami hal ini akan mengalami beberapa hal seperti halusinasi,

khayalan, dan gangguan pada pemikiran dan perilaku. Mayoritas dari


penderitanya mengalami rasa takut yang luar biasa. Biasanya, penyakit ini mulai
muncul pada usia dewasa muda. Skizofrenia bisa dikatakan sebagai sebuah
kondisi yang kronis. Sebab, penderitanya tidak dapat dilepaskan dari namanya
pengobatan. Mereka harus mendapatkan perawatan seumur hidup mereka.
Skizofrenia dibedakan menjadi lima subtipe, yakni:
1. Paranoid
Orang yang mengalami hal ini akan sering berkhayal dan mengalami halusinasi,
biasanya pada pendengaran. Penderitanya sering mendengar suara-suara pada
telinganya, padahal suara itu tidak didengarkan oleh orang lain. Namun, fungsi
intelektual dari penderitanya biasanya relatif normal. Jika seseorang mengalami
paranoid, biasanya penderitanya biasanya lebih sering menunjukkan kemarahan,
bersikap acuh tak acuh, dan cemas. Namun, hal ini masih bisa disembuhkan.
2. Katatonik
Orang yang mengalami subtipe dari skizofrenia ini seringkali melakukan
kegiatan dan gerakan yang tidak berarti. Mereka juga akan menarik diri dari
lingkungan sosial. Mereka lebih senang menyendiri dan tidak melakukan
interaksi dengan orang lain.
3. Tidak teratur
Jenis skizofrenia ini ditandai dengan ucapan dan perilaku yang tidak teratur atau
sulit dipahami, misalnya tertawa tanpa alasan yang jelas. Mereka juga sering
meluapkan emosi yang tidak pantas. Selain itu, orang yang mengalami hal ini

akan terlihat sibuk dengan pemikiran atau persepsi mereka sendiri. Sangat kecil
kemungkinan untuk menyembuhkan jenis skizofrenia ini.
4. Diferentiatif
Dibandingkan dengan subtipe lainnya, jenis skizofrenia ini adalah jenis yang
paling banyak dialami oleh para penderitanya. Gejala yang ditimbulkan
merupakan kombinasi dari beberapa subtipe dari skizofrenia.
5. Residual
Orang yang mengalami hal ini biasanya tidak akan menunjukkan gejala-gejala
positif dari penyakit skizofrenia, seperti berkhayal, halusinasi, tidak teratur
dalam berbicara dan berperilaku. Biasanya, jenis penyakit ini akan terdiagnosa
setelah salah satu dari empat subptipe skizofrenia telah terjadi.
Meski sudah dijelaskan mengenai subtipe dari penyaki skizofrenia, namun
sangat sulit untuk menentukan jenis skizofrenia mana yang dialami oleh si
penderita. Sebab, mayoritas dari penderita akan menunjukkan gejala-gejala
yang hampir sama dengan penderita lainnya.
Namun, bila penderita sudah menunjukkan beberapa gejala yang dianggap
sudah mewakili penyakit ini, maka pengobatan harus dilakukan dengan cepat.
Sebab, bila tidak, hal ini dapat menimbulkan beberapa masalah lain. Seringkali,
penderita ingin berbuat sesuatu yang dapat menyakiti dirinya sendiri. Bila hal
itu tidak berhasil dilakukan, mereka mungkin akan mencoba untuk bunuh diri.
Gejala

Tanda dan gejala yang dialami oleh penderita skizofrenia seringkali dikaitkan
dengan penyakit mental lainnya. Sebab, tanda dan gejala dari penyakit ini
memang hampir sama dengan tanda dan gejala dari penyakit mental lainnya.
Hal ini yang menyebabkan penyakit skizofrenia sulit untuk didiagnosis.
Tanda dan gejala dari penyakit ini dibagi menjadi tiga kategori:
1. Gejala positif
Fungsi otak dari penderita penyakit skizofrenia akan bekerja lebih aktif atau
bisa dikatakan berlebihan. Hal ini menyebabkan otak bekerja dengan tidak
normal. Akibatnya, penderita akan mengalami beberapa hal seperti berikut ini:
Berkhayal
Ini merupakan hal yang paling umum dialami oleh para penderita skizofrenia.
Mereka memiliki keyakinan yang berbeda dengan orang normal. Mereka akan
melihat realitas yang berbeda pula. Selain itu, penderita juga sering salah
menafsirkan persepsi.
Halusinasi
Orang yang mengalami penyakit ini sering berhalusinasi. Mereka seringkali
melihat atau mendengar hal-hal yang sebenarnya tidak ada.
Gangguan pikiran
Penderita skizofrenia akan kesulitan berbicara dan mengatur pikirannya
sehingga hal ini mengganggu kemampuan berkomunikasi.
Perilaku tidak teratur

Orang yang mengalami skizofrenia sering berperilaku aneh, seperti anak kecil
yang melakukan hal-hal konyol.
Selain keempat hal di atas, para penderitanya juga sering curiga dan mereka
seolah-olah berada di bawah pengawasan yang ketat. Hal itu menyebabkan
mereka merasa tertekan.
2. Gejala negatif
Gejala ini mengacu pada berkurangnya atau bahkan tidak adanya karakteristik
fungsi otak yang normal. Gejala ini mungkin muncul disertai atau tanpa adanya
gejala positif. Gejala-gejala yang ditimbulkan antara lain:
Sulit mengekspresikan emosi
Menarik diri dari lingkungan sosial
Kehilangan motivasi
Tidak minat melakukan kegiatan sehari-hari
Mengabaikan kebersihan pribadi
Gejala-gejala tersebut seringkali dianggap sebagai kemalasan yang biasa
dialami oleh tiap orang. Namun, hal itu ternyata keliru.
3. Gejala kognitif
Jenis gejala ini akan menimbulkan masalah pada proses berpikir. Tanda dan
gejala yang mungkin timbul, antara lain:
Masalah dalam membuat informasi yang masuk akal dan dapat
dimengerti

Sulit berkonsentrasi
Masalah pada memori otak
Selain ketiga gejala di atas, penyakit skizofrenia juga akan menimbulkan
masalah pada suasana hati. Para penderitanya akan mengalami depresi, cemas,
dan seringkali mencoba untuk bunuh diri. Gejala-gejala dari penyakit ini lambat
laun dapat melumpuhkan para penderitanya. Sebab, hal ini sangatlah
mengganggu kemampuan mereka untuk melakukan kegiatan rutin sehari-hari.
Namun, apabila penderitanya masih berusia remaja, gejala yang ditimbulkan
sulit untuk dideteksi dan kemudian dianggap sebagai penyakit skizofrenia.
Sebab, pada usia tersebut mereka pasti akan mengalami hal-hal ini yang
ternyata merupakan gejala dari penyakit skizofrenia:
Menarik diri dari keluarga dan teman
Penurunan kinerja di sekolah
Sulit tidur
Cepat emosi
Namun, bila dibandingkan dengan orang dewasa, anak muda kurang cenderung
mengalami khayalan dan lebih cenderung mengalami halusinasi visual.
Penyebab
Penyebab pasti dari penyakit skizofrenia belum diketahui. Namun, beberapa
peneliti percaya bahwa penyakit ini dapat terjadi akibat unsur kimia pada otak
bermasalah, termasuk neurotransmiter dopamin dan glutamat. Hal ini terlah
dibuktikan dari sebuah studi neuroimaging yang menunjukkan perbedaan dalam
struktur otak dan sistem saraf pusat dari penderita skizofrenia. Selain itu, para

peneliti juga percaya bahwa faktor genetika dan lingkungan turut berkontribusi
dalam perkembangan penyakit ini. Namun, ada beberapa faktor yang
tampaknya dapat meningkatkan risiko penyakit ini timbul dan berkembang,
seperti:
Kondisi hidup yang penuh stres
Sering mengkonsumsi obat psikoaktif selama masa remaja dan dewasa
muda
Sering terkena paparan virus, racun, atau kekurangan gizi selama masa
kehamilan, khususnya pada trimester pertama dan kedua
Pengobatan
Tidak ada cara pasti untuk mencegah penyakit skizofrenia. Namun, pengobatan
dini dapat membantu mencegah kekambuhan dan memburuknya gejala yang
timbul akibat dari penyakit ini. Bila tidak diobati, penyakit ini dapat
menimbulkan masalah pada emosi, perilaku, dan kesehatan yang semakin lama
akan semakin memburuk. Oleh karena itu, segeralah untuk memeriksakan diri
ke dokter. Bila Anda telah menduga bahwa Anda mengalami skizofrenia,
bicaralah ke dokter Anda. Sebab, dokter akan langsung meminta Anda untuk
melakukan pemeriksaan. Beberapa jenis tes dan ujian yang umumnya dilakukan
oleh dokter, antara lain:
Tes laboratorium
Dokter akan melakukan tes darah, misalnya dengan melakukan penghitungan
sel darah secara lengkap (CBC). Hal ini dapat membantu Anda untuk
menyingkirkan kondisi lain yang menimbulkan gejala serupa. Selain itu, dokter
mungkin akan merekomendasikan kepada Anda untuk melakukan skrining
untuk alkohol dan obat-obatan.

Tes pencitraan dengan menggunakan magnetic resonance imaging (MRI)


dan computed tomography (CT) scan.
Evaluasi psikologis
Dokter akan memeriksa status mental Anda dengan cara mengamati penampilan
dan sikap Anda. Dokter akan mengajukan pertanyaan seputar pikiran, suasana
hati, khayalan, halusinasi, penyalahgunaan zat, dan potensi percobaan bunuh
diri.
Bila dokter sudah menetapkan bahwa Anda mengalami penyakit skizofrenia,
dokter pasti akan langsung merujuk Anda untuk melakukan pengobatan.
Penyakit ini mruapakan suatu kondisi kronis yang mengharuskan penderitanya
untuk melakukan pengobatan seumur hidup mereka walaupun gejala yang
timbul juga telah mereda. Anda dapat melakukan pengobatan dengan cara
menggunakan obat-obatan atu dengan terapi psikososial.
1. Obat-obatan
Pengobatan dasar untuk mengatasi penyakit skizofrenia adalah dengan
menggunakan obat-obatan. Obat antipsikotik adalah obat yang paling sering
digunakan untuk mengobati penyakit ini. Jenis obat ini dapat mengontrol gejala
karena obat ini dapat mempengaruhi neurotransmitter otak dopamin dan
serotonin.
Pilihan pengobatan juga disesuaikan dengan keadaan dari penderitanya. Bila si
penderita merupakan pribadi yang tidak disiplin dan pelupa, dokter mungkin
akan memberikan obat dengan cara disuntikkan, bukan dalam bentuk pil yang
sering dilupakan.

Selain itu, apabila si penderita adalah pribadi yang gelisah, dokter akan
melakukan pengobatan awal dengan memberikan obat penenang, seperti
benzodiazepin dan lorazepam (Ativan), di mana obat tersebut dapat
dikombinasikan dengan obat antipsikotik. Berikut jenis-jenis obat yang dapat
Anda gunakan untuk menangani penyakit ini:
Obat konvesional atau tipikal dan obat antipsikotik
Jenis obat ini memiliki efek samping neurologis yang berpotensi untuk
mengembangkan gangguan pada gerakan (tardive dyskinesia). Beberapa macam
dari jenis obat ini, antara lain Chlorpromazine, Fluphenazine, Haloperidol
(Haldol), dan Perphenazine. Selain itu, Anda juga dapat menggunakan obat
antipsikotik yang dapat mengontrol tanda dan gejala dari penyakit skizofrenia
dengan dosis serendah mungkin.
Obat antipsikotik atipikal
Ini merupakan jenis obat baru yang juga digunakan untuk mengatasi penyakit
skizofrenia. Obat ini juga lebih banyak disukai karena memiliki risiko efek
samping yang ditimbulkan lebih rendah daripada obat konvensional. Efek
samping dari jenis obat ini antara lain menambah berat badan, menimbulkan
penyakit diabetes, dan kolestrol darah menjadi tinggi. Ada beberapa macam
obat antipsikotik atipikal, misalnya Aripiprazole (Abilify), Clozapine (Clozaril,
Fazaclo ODT), Olanzapine (Zyprexa), dan masih banyak lagi.
Dengan melakukan pengobatan dengan obat-obatan seperti di atas, kondisi
Anda dapat Anda kelola dengan lebih mudah. Namun, karena banyak obat yang
menimbulkan efek samping yang serius, banyak orang enggan untuk melakukan
pengobatan dengan menggunakan obat-obatan.
2. Perawatan psikososial

Meskipun obat-obatan adalah landasan dari pengobatan penyakit skizofrenia,


perawatan psikososial juga penting untuk dilakukan. Pada perawatan ini, Anda
akan melakukan beberapa hal, seperti berikut:
Pelatihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan
berkomunikasi dan berinteraksi.
Terapi keluarga yang dapat memberikan dukungan dan pendidikan bagi
keluarga yang berhubungan dengan penderita penyakit skizofrenia.
Rehabilitasi vokasional atau kejuruan dan dukungan pekerjaan guna
membantu penderita skizofrenia untuk dapat mempertahankan pekerjaan
mereka walaupun dalam kondisi krisis.
Terapi individu. Penderita akan diajari untuk mengelola stress dan
mengidentifikasi tanda dan gejala sedini mungkin supaya mereka dapat
menghindari kekambuhan.
Selain itu, bagi orang-orang yang memiliki risiko pada peningkatan penyakit
skizofrenia dianjurkan untuk melakukan langkah-langkah proaktif, seperti
menghindari penggunaan narkoba, mengurangi stres, dan tidur dengan cukup.
Dengan begitu, mereka dapat terbantu untuk meminimalkan gejala dan
mencegah penyakit ini semakin memburuk. Dengan perawatan yang tepat,
kebanyakan orang dengan skizofrenia dapat mengelola kondisi mereka.
BIPOLAR
Istilah kesehatan mental diambil dari konsep mental hygiene. Kata mental diambil dari
bahasa Yunani, pengertiannya sama dengan psyche dalam bahas latin yang artinya psikis,
jiwa
atau
kejiwaan.
Aspek psikis manusia pada dasarnya merupakan satu kesatuan dengan sistem biologis,
sebagai sub sistem dari eksistensi manusia, maka aspek psikis selalu berinteraksi dengan
keseluruhan aspek kemanusiaan. Karena itulah aspek psikis tidak dapat dipisahkan untuk
melihat
sisi
jiwa
manusia.
Seiring berkembangnya zaman, manusia dituntut untuk selalu bersifat produktif di segala
bidang. Pekerjaan membuat manusia lupa waktu. Masalah dan masalah mereka geluti setiap
hari dengan harapan mendapatkan hasil yang maksimal. Terkadang manusia melakukan

segala cara untuk mencapai suatu tujuan tanpa mempedulikan akibat yang ditimbulkan.
Mereka hanya mementingkan pemenuhan kebutuhan jasmani saja sehingga kebutuhan rohani
terabaikan. Itulah yang membuat seseorang sangat rawan terserang gangguan kesehatan
mental
seperti
stres
dan
depresi.
Depresi inilah yang sangat berbahaya karena orang yang menderita depresi akan sulit
berfungsi secara sosial dan berisiko tinggi untuk mengakhiri hidupnya atau bunuh diri. Sering
kali diagnosis psikiatri baru muncul setelah seorang individu melakukan bunuh diri. Analisis
tingkah laku,suasana hati, dan pikiran individu yang melakukan bunuh diri didasarkan atas
laporan dari keluarga dan temanteman inidividu tersebut serta tulisan ataucatatan-catatan
individual.
Bipolar Disorder atau gangguan bipolar, adalah sejenis penyakit psikologis, yang ditandai
dengan berkurangnya mood (perasaan) yang sangat ekstrim, yaitu berupa depresi dan mania.
Selain itu, bipolar disorder ditandai dengan perubahan mood yang drastis. Istilah ini (bipolar
disorder) mengacu pada suasana hati penderitanya yang dapat berganti secara tiba-tiba antara
dua kutub (bipolar) yang berlawanan yaitu kebahagiaan (mania) dan kesedihan (depresi)
yang
ekstrim.
Penyakit bipolar, juga dikenal sebagai penyakit manic-depressive, yaitu penyakit otak yang
menyebabkan perubahan-perubahan yang tidak biasa pada suasana hati, energi, tingkattingkat aktivitas, dan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas harian. Gejala-gejala dari
penyakit bipolar adalah keadaan suasana hati mereka yang berbeda dari naik dan turun yang
normal
yang
setiap
orang
melaluinya
dari
waktu
ke
waktu.
Setiap orang pada umumnya pernah mengalami suasana hati yang baik (mood high) dan
suasana hati yang buruk (mood low). Akan tetapi, seseorang yang menderita bipolar disorder
memiliki mood swings yang ekstrim yaitu pola perasaan yang mudah berubah secara drastis.
Suatu ketika, seorang pengidap bipolar disorder bisa merasa sangat antusias dan bersemangat
(mania). Namun, ketika mood-nya berubah buruk, ia bisa sangat depresi, pesimis, putus asa,
bahkan
sampai
mempunyai
keinginan
untuk
bunuh
diri.
Faktor penyebab penyakit bipolar disorder adalah, Genetika, Fisiologis dan Lingkungan.
Gen bawaan adalah faktor umum penyebab bipolar disorder. Seseorang yang lahir dari orang
tua yang salah satunya merupakan pengidap bipolar disorder memiliki resiko mengidap
penyakit yang sama sebesar 15%-30% dan bila kedua orang tuanya mengidap bipolar
disorder, maka 50%-75%. anak-anaknya beresiko mengidap bipolar disorder. Kembar identik
dari seorang pengidap bipolar disorder memiliki resiko tertinggi kemungkinan
berkembangnya
penyakit
ini
daripada
yang
bukan
kembar
identik.
Bipolar Disorder tidak memiliki penyebab tunggal. Tampaknya orang-orang tertentu secara
genetik cenderung untuk bipolar disorder. Namun tidak semua orang dengan kerentanan
mewarisi penyakit berkembang, yang menunjukkan bahwa gen bukanlah satu-satunya
penyebab. Beberapa studi pencitraan otak menunjukkan perubahan fisik pada otak orang
dengan bipolar disorder. Faktor eksternal lingkungan dan psikologis juga diyakini terlibat
dalam pengembangan bipolar disorder. Faktor-faktor eksternal yang disebut pemicu. Pemicu
dapat memulai episode baru mania atau depresi atau membuat gejala yang ada buruk.
Namun, banyak episode gangguan bipolar terjadi tanpa pemicu yang jelas.
Penderita penyakit ini cenderung mengalami faktor pemicu munculnya penyakit yang
melibatkan hubungan antar perseorangan atau peristiwa-peristiwa pencapaian tujuan (reward)
dalam hidup. Contoh dari hubungan perseorangan antara lain jatuh cinta, putus cinta, dan
kematian sahabat. Sedangkan peristiwa pencapaian tujuan antara lain kegagalan untuk lulus
sekolah dan dipecat dari pekerjaan. Selain itu, seorang penderita bipolar disorder yang
gejalanya mulai muncul saat masa ramaja kemungkinan besar mempunyai riwayat masa kecil
yang kurang menyenangkan seperti mengalami banyak kegelisahan atau depresi. Selain
penyebab diatas, alkohol, obat-obatan, dan penyakit lain yang diderita juga dapat memicu

munculnya
bipolar
disorder.
Di sisi lain, keadaan lingkungan di sekitarnya yang baik dapat mendukung penderita
gangguan ini sehingga bisa menjalani kehidupan dengan normal. Berikut ini adalah faktor
lingkungan yang dapat memicu terjadinya BD, antara lain:

Stress - peristiwa kehidupan Stres dapat memicu gangguan bipolar pada seseorang
dengan kerentanan genetik. Peristiwa ini cenderung melibatkan perubahan drastis atau
tiba-tiba-baik atau buruk-seperti akan menikah, akan pergi ke perguruan tinggi,
kehilangan orang yang dicintai, dipecat.

Penyalahgunaan Zat - Meskipun penyalahgunaan zat tidak menyebabkan gangguan


bipolar, itu dapat membawa pada sebuah episode dan memperburuk perjalanan
penyakit. Obat-obatan seperti kokain, ekstasi, dan amphetamine dapat memicu mania,
sedangkan alkohol dan obat penenang dapat memicu depresi.

Obat-obat tertentu, terutama obat-obatan antidepresan, bisa memicu mania. Obat lain
yang dapat menyebabkan mania termasuk obat flu over-the-counter, penekan nafsu
makan, kafein, kortikosteroid, dan obat tiroid.

Perubahan Musim - Episode mania dan depresi sering mengikuti pola musiman.
Manic episode lebih sering terjadi selama musim panas, dan episode depresif lebih
sering terjadi selama musim dingin, musim gugur, dan musim semi (untuk negara
dengan 4 musim).

Kurang Tidur - Rugi tidur-bahkan sesedikit melewatkan beberapa jam istirahat-bisa


memicu episode mania.

Sementara berurusan dengan bipolar disorder tidak selalu mudah, tetapi untuk sukses
mengelola bipolar disorder, Anda harus membuat pilihan cerdas. Gaya hidup dan kebiasaan
sehari-hari memiliki dampak yang signifikan terhadap suasana hati. Baca terus untuk caracara untuk membantu diri Anda sendiri:

Dapatkan pendidikan tentang cara mengatasi gangguan. Pelajari sebanyak yang


Anda bisa tentang bipolar. Semakin banyak Anda tahu, semakin baik Anda akan
berada dalam membantu pemulihan Anda sendiri.

Jauhkan stress. Hindari stres tinggi dengan menjaga situasi keseimbangan antara
pekerjaan dan hidup sehat, dan mencoba teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau
pernapasan dalam.

Mencari dukungan. Sangat penting untuk memiliki orang yang dapat Anda berpaling
untuk meminta bantuan dan dorongan. Cobalah bergabung dengan kelompok
pendukung atau berbicara dengan teman yang dipercaya.

Buatlah pilihan yang sehat. Sehat tidur, makan, dan berolahraga kebiasaan dapat
membantu menstabilkan suasana hati Anda. Menjaga jadwal tidur yang teratur sangat
penting.

Monitor suasana hati Anda. Melacak gejala Anda dan perhatikan tanda-tanda bahwa
suasana hati Anda berayun di luar kendali sehingga Anda dapat menghentikan
masalah sebelum dimulai.

Anda mungkin juga menyukai