Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

KESEHATAN JIWA
Disusun untuk memenuhi tugas stase jiwa
Program Profesi Ners XXXII

Oleh:
KELOMPOK V
Ridha Ranailla

220112160044

Hijir Wirastia

220112160053

Tindo Esa Sari

220112160054

Nurrachma Ariestanti

220112160055

Karya Budiman

220112160038

Rasni

220112160068

UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2016

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Pokok Bahasan

: Kesehatan Jiwa

Sub Pokok Bahasan

Identifikasi

kesehatan

jiwa,

mengontrol

kecemasan, dan perawatan iiipasien gangguan jiwa di


rumah
Sasaran

: Masyarakat RW 09 dan RW 10 Citeureup-Desa Cilayung

Tempat

: Posyandu RW 09 Citeureup-Desa Cilayung

Waktu

: Pukul 09.00 WIB

Tanggal

: Sabtu, 8 Oktober 2016

Pemberi Materi

: Kelompok 5 Gelombang 3 PPN 32

I.

Tujuan Intruksional Umum (TIU)


Setelah

mengikuti

penyuluhan

sasaran

mengerti

mengenai

identifikasi kesehatan jiwa dan dapat mengaplikasikan mengenai


cara mengontrol kecemasan dan perawatan pasien gangguan jiwa
di rumah.
II.

Tujuan Intruksional Khusus (TIK)


Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, sasaran dapat :
1.

Mampu mengidentifikasi kesehatan jiwa

2.

Mengerti cara mengontrol kecemasan

3.

Mengerti cara merawat pasien gangguan jiwa di rumah

4.

Mengerti cara mengatasi perilaku agresi pada anggota


keluarga

III.

Materi
1.

Identifikasi kesehatan jiwa

2.

Konsep kecemasan (pengertian dan gejala)

3.

Cara mengontrol kecemasan

4.

Cara perawatan pasien gangguan jiwa di rumah

5.

Cara mengatasi perilaku agresi pada anggota keluarga

IV.

Metode
Metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi, menampilkan
video, mempraktikan dan Tanya jawab.

V.

Media Penyuluhan
Power point, leaflet, video

VI.
No
.
1

Kegiatan
Uraian Kegiatan
Penyuluh

Kegiatan

Pembukaa a. Mengucapkan salam.


n
5 Menit

b. Menyampaikan
kontrak

waktu,

Peserta

a. Menjawab

perkenalan,
tujuan

salam.

dan b. Mendengarkan

pokok bahasan penyuluhan.


2

Penyuluha a. Memberikan

penjelasan a. Peserta

identifikasi

20 Menit

mengenai
kesehatan jiwa
b. Menanyakan

menyimak
b. Menyampaikan

kepada

peserta

gejala

mengenai gejala yang dialami

cemas

saat cemas

saat

c. Peserta

c. Memberikan

penjelasan

mendengarkan

mengenai konsep kecemasan d. Peserta


(pengertian, tanda gejala)
d. Memberikan

penjelasan

mempraktekan

mendengarkan
dan

dan mengikuti

cara e. Peserta

mengontrol kecemasan
e. Memberikan kesempatan pada

menyimak
dan bertanya

peserta untuk bertanya tentang


hal yang belum dipahaminya
f. Menjawab pertanyaan peserta.
g. Memberikan

penjelasan

f. Peserta
menyimak
g. Peserta

mengenai

perawatan

pasien

dengan gangguan jiwa


h. Memberikan
mengenai

penjelasan
cara

mengatasi

mendengarkan
h. Peserta
menyimak
i. Peserta bertanya

perilaku agresi pada keluarga

dan menyimak
j. Peserta

i. Memberikan kesempatan pada

menjelaskan

peserta untuk bertanya

kembali

j. Menganjurkan/memotivasi
peserta

untuk

mengenai materi

menjelaskan

yang

kembali tentang materi yang


3.

telah dijelaskan.
a. Melakukan evaluasi

Penutup
5 Menit

b. Menyimpulkan
penyuluhan

telah

dijelaskan
a. Menjawab
pertanyaan

materi

b. Menyimak
kesimpulan.

c. Mengucapkan salam

c. Menjawab
salam.

VI.

Evaluasi
Untuk

mengetahui

sejauhmana

pemahaman

sasaran

setelah

diberikan penyuluhan selama 30 menit diberikan pertanyaan :

VII.

1.

Dapat mengidentifikasi kesehatan jiwa

2.

Dapat menyebutkan kembali cara mengontrol kecemasan

3.

Memahami cara perawatan pasien gangguan jiwa di rumah

Lampiran
1.

Materi

2.

Daftar hadir

Lampiran I.
Materi
1).

Identifikasi Kesehatan Jiwa


Rentang kesehatan jiwa manusa terdiri dari sehat, resiko dan gangguan. Keluarga

yang sehat jiwa adalah keluarga yang anggota keluarganya tidak ada gangguan jiwa atau
risiko masalah psikososial.
Keluarga dengan resiko masalah psikososial biasanya ditandai dengan:

Kehilangan anggota tubuh

Kehilangan/perpisahan dengan orang dicintai

Kehilangan pekerjaan, harta benda, tempat tinggal, sekolah

Keluarga dengan penyakit kronis : TBC, hipertensi, diabetes,


penyakit jantung, ginjal dan reumatik

Keluarga dengan ibu hamil atau ibu melahirkan


Keluarga dengan masalah gangguan jiwa biasanya ditandai dengan:

Sedih berkepanjangan dalam waktu lama


Kemampuan melakukan kegiatan sehari hari (kebersihan, makan, minum, aktivitas)

berkurang
Motivasi untuk melakukan kegiatan menurun (malas)
Marah marah tanpa sebab
Bicara atau tertawa sendiri
Mengamuk
Menyendiri
Tidak mau bergaul
Tidak memperhatikan penampilan/kebersihan diri


2).

Mengatakan atau mencoba bunuh diri


Kecemasan
a. Pengertian
Kecemasan merupakan pengalaman perasaan yang menyakitkan dan tidak
menyenangkan akan sesuatu yang belum tentu terjadi sehingga bisa mengganggu
keseimbangan pribadi seperti; tegang, resah, gelisah, takut, gugup, berkeringat, dan
sebagainya.
b. Penyebab

Lingkungan
Pengalaman tidak menyenangkan dengan teman, sahabat, keluarga sehingga
merasa tidak aman dalam lingkungannya
Tekanan emosi
Tidak menemukan jalan keluar dalam permasalahannya sendiri
Sebab fisik
Perubahan fisik seperti kehamilan, adanya penyakit
Perasaan bersalah
Adanya bahaya yang mengancam

c. Cara mengontrol kecemasan

Relaksasi pernapasan
Relaksasi ini dipandang sebagai cara mudah dan murah untuk mengubah stress

menjadi gairah hidup, dan dapat mengendalikan emosi dan menunda kemarahan
sebelum memutuskan tindakan yang lebih bijak.
Cara relaksasi:
Duduk tegak tetapi rileks.
b. Tarik napas dalam-dalam, lalu embuskan perlahan-lahan, lebih baik dengan
mata
terpejam. Ulangi tiga, empat kali, atau lebih.
c. Rasakan hangat-dinginnya aliran udara yang keluar-masuk menyentuh
rongga hidung.
d. Setelah beberapa kali melakukan, seseorang akan mampu mengontrol
pernapasannya.

e. Kenali pola pernapasan kala stres, jengkel, atau tegang. Semakin terampil
merasakan aliran udara melalui saluran napas, semakin mahir dalam mengontrol
pernapasan.
Maka, bisa mengubah suasana emosi menjadi lebih tenang dan rileks, kapan
saja. Dengan mengatur pola napas, akan menemukan celah untuk keluar dari
keadaan paling menyesakkan sekalipun. Ruang hidup makin luas dan semangat
hidup pun bertambah. Logikanya, saat stres, tegang, atau emosi labil, pernapasan
menjadi buruk, pendek, dan tersengal-sengal. Asupan oksigen ke paru-paru tidak
kuat sehingga mempengaruhi kadar oksigen dalam darah. Akibatnya, sel-sel
tubuh, termasuk sel-sel otak, kekurangan oksigen. Kekurangan oksigen di sel-sel
otak akan mengacaukan aktivitas tubuh dan emosi. Dengan menarik napas dalamdalam, pasokan oksigen meningkat untuk memenuhi kebutuhan sel-sel otak dan
tubuh.

3).

Relaksasi latihan otot

Perawatan pasien gangguan jiwa di rumah

a. Peran keluarga dalam perawatan gangguan jiwa


Keluarga adalah orang-orang yang sangat dekat dengan pasien dan dianggap
paling banyak tahu kondisi pasien serta dianggap paling banyak memberi pengaruh
pada pasien. Sehingga keluarga sangat penting artinya dalam perawatan dan
penyembuhan pasien. Alasan utama pentingnya keluarga dalam perawatan jiwa adalah
:
1. Keluarga merupakan lingkup yang paling banyak berhubungan dengan pasien
2.

Keluarga (dianggap) paling mengetahui kondisi pasien

3. Gangguan jiwa yang timbul pada pasien mungkin disebabkan adanya cara asuh
yang kurang sesuai bagi pasien
4. Pasien yang mengalami gangguan jiwa nantinya akan kembali kedalam
masyarakat; khususnya dalam lingkungan keluarga
5. Keluarga merupakan pemberi perawatan utama dalam mencapai pemenuhan
kebutuhan dasar dan mengoptimalkan ketenangan jiwa bagi pasien.
6. Gangguan jiwa mungkin memerlukan terapi yang cukup lama, sehingga
pengertian dan kerjasama keluarga sangat penting artinya dalam pengobatan
b. Perawatan orang dengan gangguan jiwa di rumah
Bagaimana cara membantu keluarga yang mengalami schizophrenia
1. Perhatikan diri anda sendiri

Kurangi stress karena stress yang dialami orang terdekat dapat memicu
timbulnya gejala schizophrenia, sehingga membuat lingkungan yang baik akan
mendukung kesembuhan klien.

Terima penyakit keluarga tersebut dan kesulitan yang dialami dengan ikhlas
karena akan mampu membantu kemampuan untuk mengatasi stress dan
menyeimbangkan mood

Jangan menyalahkan diri sendiri atau menyalahkan siapapun atas kondisi yang
terjadi, hal tersebut akan menambah beban pikiran dan stress pada seluruh
anggota keluarga

Tetap bersosialisasi dengan orang lain. Interaksi sosial dengan orang lain dapat
mengurangi stress yang dialami. Ceritakan masalah anda pada seseorang yang

dapat anda percaya dan selalu ada bagi anda, bisa jadi keluarga, teman,
tetangga, atau petugas kesehatan lainnya

Lakukan olahraga. Aktivitas fisik dapat mengurangi stress dan memproduksi


hormon endorphin yaitu zat kimia yang mampu membuat otak lebih
bersemangat dan merasa lebih baik. Sebaiknya dilakukan 30 menit dalam 1
hari

Lakukan teknik relaksasi. Teknik-teknik relaksasi seperti meditasi, tarik napas


dalam, relaksasi otot progresid dapat membantu mengurangi stress dan
menyeimbangkan pikiran dan badan anda

Luangkan waktu untuk mencari hiburan yang dapat menyenangkan hati anda,
misalnya berkunjung ke rumah saudara atau teman

Perhatikan kondisi kesehatan anda. Jangan sampai kesehatan

terganggu,

perhatikan pola istirahat/tidur dan makan atau segera periksakan kesehatan


bila ada masalah kesehatan yang dialami

Pelajari tentang schizophrenia. Mengatahui mengenai schizophrenia dan


tratment pengobatan yang dilakukan dapat membantu membuat keluarga lebih
dapat memberikan koping terbaik ketika gejala muncul dan selama proses
penyembuhan

2. Buat hubungan dengan orang-orang yang dapat membantu

Temukan batasan yang dialami diri sendiri, realistis dengan dukungan yang
dapat anda berikan sendiri pada keluarga. Jika mengalami kesulitan dapat
meminta bantuan

Bergabung dengan kelompok sosial, yang sama-sama menjadi care-giver pada


keluarga dengan schizophrenia dapat mengurangi perasaan terisolasi dan
ketakutan, dapat saling berbagi pengalaman, masukan, dan informasi

Minta bantuan pada teman atau keluarga yang dapat dipercaya untuk
membantu mengatasi masalah yang dialami

Manfaatkan segala keuntungan dan kemudahan yang ditawarkan oleh


pelayanan kesehatan seperti kegiatan pada daerah sekitar, puskesmas, dan
rumah sakit setempat

3. Dukung segala treatmen pengobatan yang dijalani

Minta bantuan segera, intervensi secepatnya yang dilakukan dapat


menghasilkan treatmen yang lebih baik

Bila klien dengan schizophrenia itu tidak mau melakukan pengobatan, berikan
pilihan pengobatan yang dapat dilakukan, bila pasien tidak mau pergi ke
dokter untuk mengobati masalah penyakit jiwa yang dialami, beritahu
bahwa pergi ke dokter untuk mengobati masalah yang lain seperti kesulitan
tidur, atau kelelahan

Tingkatkan independensi atau kemandirian anggota keluarga tersebut untuk


mengembangkan kemampuan mandiri dibandingkan dengan melakukan
semuanya untuk klien

Kolaborasi bila klien memiliki pilhan sendiri untuk menentukan pilihan


pengobatan yang akan dijalani supaya lebih termotivasi dalam menjalani
pengobatan

4. Monitor rutinitas minum obat

Selalu perhatikan tanggal kadaluarsa dan efek samping dari obat harus aman,
bila terjadi tanda ketidakcocokan pengobatan untuk mengganti obat krmbali

Tingkatkan konsumsi medikasi yang lebih reguler setiap hari sesuai waktu
yang telah di tentukan. Bila menhalami kesulitan untuk mengingat maka
lakukan manajemen misalnya dengan penandaan kalender, dan timer/ alaram

Hindari terjadinya interaksi antar obat, bantu keluarga dan klien untuk mampu
membedakan obat dan fungsi obat untuk didberikan pada desa

5. Perhatikan pada adanya gejala yang berulang

Lakukan tindakan segera menghubungi petugas kesehatan atau dokter secepatnya bila
gejala schizophrenia terjadi, berikut tanda-tanda yang perlu diwaspadai, diantaranya
adalah:

Insomia / kesulitan tidur

Menarik diri dari lingkungan

Kurang percaya diri mungkin nya bu

Bicara yang meracau dan membingungkan

Pergi secara tiba-tiba

Halusianaasi

6. Persiapkan diri pada kondisi-kondisi kritis


Jika terjadi pengulangan gejala kembali, segera lakukan rujukan ke rumah sakit
terdekat untuk segera diatasi

Selalu miliki informasi kontak nomer dokter atau terapis yang bisa dihubungi
ketik dalam kondisi siaga

Miliki nomer telepon dan alamat rumah sakit tempat klien berobat

Perhatikan adanya keluarga atau teman yang mampu mengurus anggota


keluarga lain ketika klien dalam keadaan krisis

Terdapat 10 cara menangani masa krisis schizophrenia menurut World Fellowship for
Schizophrenia and Allied Disorder, diantaranya adalah:

Ingat bahwa anda bukan penyebab terjadinya krisis

Jangan menjadi ketakutan dan tak terkontrol

Jangan mengekspresikan kemarahan

Jangan berteriak

Jangan menggunakan kata-kata kasar

Kurangi distraksi (matikan TV, redupkan lampu)

Minta tamu yang berkunjung untuk pergi dulu, karena saat krisis lebih baik
sedikit jumlah orang

Hindari tatap mata yang berlangsung lama setiap orang

Hindari menyentuh klien

Duduk tenang, dan minta klien juga untuk tenang

7. Lihat kondisi lingkungan rumah


Pasien dengan gangguan jiwa yang tinggal bersama keluarga dapat memberikan
banyak manfaat bila keluarga mengerti dengan baik tentang penyakitnya, memiliki
support system yang baik.
Kriteria kondisi lingkungan rumah yang cocok untuk pasien schizophrenia:

Klien dengan skizoprenia mampu bersosisalisasi dengan teman dan


lingkungan di sekitar

Interaksi dengan anggota kelauarga lain santai dan tidak kaku

Klien dan keluarga mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia

Kondisi lingkungan lumah tidak memberi dampak negatif bila ada anak kecil
yang berada di rumah

Kriteria kondisi lingkungan keluarga yang tidak dianjurkan untuk merawat pasien
schizophrenia, diantaranya:

Care giver utama single, memiliki penyakit, dan sudah tua

Klien dengan gangguan psikososialnya merasa sangat sakit sehingga tidak bisa
memenuhi kegiatan sendiri

Situasi terjadi karena masalah pada pernikahan yang menyebabkan stress

Tidak terdapat pelayanan kesehatan yang cepat dan terjangkau

c. Cara mengatasi perilaku agresi pada anggota keluarga yang mengalami


skizofrenia
Beberapa orang dengan gangguan kesehatan mental dapat menunjukkan gejala agresi
atau menyerang, bila tidak dikontrol hal tersebut dapat menghasilkan perilaku yang lebih
serius seperti kekerasan pada orang-orang disekitarnya. Berikut cara meminimalisir perilaku
agresif yang terjadi pada klien dengan skizophrenia, diantaranya adalah:

Jika anda dapat mengetahui hal yang membuat klien merasa marah dan menimbulkan
perilaku agresif, maka hindarilah pembicaraan mengenai hal tersebut.

Buat klien kembali sadar ketika sedang marah, coba untuk mengerti masalah yang
sedang dibicarakan oleh klien, diskusikan kembali dan lakukan refleksi (ulang
kembali kesimpulan yang dilakukan)

Panggil klien dengan namanya, bicara selayaknya orang dewasa yang sehat,
perhatikan perasaan klien, dan jangan bersikap seolah-olah seperti menolak pasien

Coba untuk menahan dan mengontrol emosi pribadi anda. Gunakan bahasa yang
lembut dan pertahankan mimik muka supaya netral. Jika anda membalas dengan
berespon marah maka situasi mungkin akan menjadi tidak terkontrol

Jika dengan semua cara komunikasi klien dengan gangguan jiwa tidak merespon,
maka pergi dari situasi tersebut

Jika keadaan sudah sangat tidak terkontrol maka minta bantuan warga setempat,
jangan menaruh diri anda dalam bahaya.

Jika dalam pemantauan anda sehari-hari klien menunjukan perilaku yang mulai
mengarah pada tanda agresi maka segera beritahu petugas kesehatan setempat,
puskesmas misalnya dan diskusikan situasi tersebut.

Perilaku agresif yang terjadi merupakan tanda bahwa treatmen/pengobatan yang


dilakukan kurang efektif dan keadaan klien sedang sangat tidak baik, sehingga segera
membutuhkan pertolongan dan perawatan lebih lanjut.

d. Cara mengatasi perilaku menarik diri pada anggota keluarga yang mengalami
skizofrenia
Menarik diri menjadi salah satu gejala masalah gangguan jiwa yang sering dialami
oleh klien, hal itu juga dapat disebabkan oleh masalah-masalah lain yang dialami misalnya
klien merasa berbeda dengan orang lain sehingga merasa tidak nyambungjika berbicara atau
berinteraksi dengan keluarga atau teman lainnya. Hal ini menjadi penting karena bila koping
tidak tertangani maka situasi ini akan berlanjut menjadi sama sekali tidak mau berinteraksi
dengan orang lain baik keluarga maupun tidak. Berikut cara meminimalisir perilaku menarik
yang terjadi pada klien dengan skizophrenia, diantaranya adalah:

Untuk dapat membantu klien, anda perlu menerima kondisi klien yang mengalami
masalah gangguan jiwa, turunkan ekspektasi, bersikap realistis dan jangan
memberikan banyak tekanan pada klien

Bantu klien melakukan aktivitas sosial yang dapat meningkatkan kepercayaan diri.
Tetap lakukan komunikasi ringan dengan klien dan hindari pembicaraan yang
menimbulkan respon emosional

Coba pahami bahwa klien sensitif (mudah tersinggung dan tidak mudah menerima
kritikan) bila berinteraksi dengan orang lain. Bila klien siap dan merasa nyaman maka
ajak klien untuk melakukan interaksi.

Tanyakan pada klien dimana klien merasa nyaman. Karena biasanya klien dengan
gejala menarik diri, klien merasa adanya stigma di masyarakat yang menyulitkan ia
bersosialisasi dengan orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Barlow, H.D. (2002). Anxiety and Its Disorders; The Nature and Treatment of Anxiety and
Panic. New York: The Guilford Press.
Powell, T.P. dan Enright, S.M. (1990). Anxiety and Management. London: Routledge.
Rethink Mental Illness. (2011). Dealing with unusual thoughts and behavior. London: Albert
Embankment
Utami, M.S. (1991). Efektivitas Relaksasi dan Terapi Kognitif untuk Mengurangi Kecemasan
Berbicara di Muka Umum, Tesis. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM
World Fellowship for Schizophrenia and Allied Disorders. (2012). Information for Families:
Schizophrenia. Toronto: World-Schizophrenia.

Anda mungkin juga menyukai