KESEHATAN JIWA
Disusun untuk memenuhi tugas stase jiwa
Program Profesi Ners XXXII
Oleh:
KELOMPOK V
Ridha Ranailla
220112160044
Hijir Wirastia
220112160053
220112160054
Nurrachma Ariestanti
220112160055
Karya Budiman
220112160038
Rasni
220112160068
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2016
: Kesehatan Jiwa
Identifikasi
kesehatan
jiwa,
mengontrol
Tempat
Waktu
Tanggal
Pemberi Materi
I.
mengikuti
penyuluhan
sasaran
mengerti
mengenai
2.
3.
4.
III.
Materi
1.
2.
3.
4.
5.
IV.
Metode
Metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi, menampilkan
video, mempraktikan dan Tanya jawab.
V.
Media Penyuluhan
Power point, leaflet, video
VI.
No
.
1
Kegiatan
Uraian Kegiatan
Penyuluh
Kegiatan
b. Menyampaikan
kontrak
waktu,
Peserta
a. Menjawab
perkenalan,
tujuan
salam.
dan b. Mendengarkan
Penyuluha a. Memberikan
penjelasan a. Peserta
identifikasi
20 Menit
mengenai
kesehatan jiwa
b. Menanyakan
menyimak
b. Menyampaikan
kepada
peserta
gejala
cemas
saat cemas
saat
c. Peserta
c. Memberikan
penjelasan
mendengarkan
penjelasan
mempraktekan
mendengarkan
dan
dan mengikuti
cara e. Peserta
mengontrol kecemasan
e. Memberikan kesempatan pada
menyimak
dan bertanya
penjelasan
f. Peserta
menyimak
g. Peserta
mengenai
perawatan
pasien
penjelasan
cara
mengatasi
mendengarkan
h. Peserta
menyimak
i. Peserta bertanya
dan menyimak
j. Peserta
menjelaskan
kembali
j. Menganjurkan/memotivasi
peserta
untuk
mengenai materi
menjelaskan
yang
telah dijelaskan.
a. Melakukan evaluasi
Penutup
5 Menit
b. Menyimpulkan
penyuluhan
telah
dijelaskan
a. Menjawab
pertanyaan
materi
b. Menyimak
kesimpulan.
c. Mengucapkan salam
c. Menjawab
salam.
VI.
Evaluasi
Untuk
mengetahui
sejauhmana
pemahaman
sasaran
setelah
VII.
1.
2.
3.
Lampiran
1.
Materi
2.
Daftar hadir
Lampiran I.
Materi
1).
yang sehat jiwa adalah keluarga yang anggota keluarganya tidak ada gangguan jiwa atau
risiko masalah psikososial.
Keluarga dengan resiko masalah psikososial biasanya ditandai dengan:
berkurang
Motivasi untuk melakukan kegiatan menurun (malas)
Marah marah tanpa sebab
Bicara atau tertawa sendiri
Mengamuk
Menyendiri
Tidak mau bergaul
Tidak memperhatikan penampilan/kebersihan diri
2).
Lingkungan
Pengalaman tidak menyenangkan dengan teman, sahabat, keluarga sehingga
merasa tidak aman dalam lingkungannya
Tekanan emosi
Tidak menemukan jalan keluar dalam permasalahannya sendiri
Sebab fisik
Perubahan fisik seperti kehamilan, adanya penyakit
Perasaan bersalah
Adanya bahaya yang mengancam
Relaksasi pernapasan
Relaksasi ini dipandang sebagai cara mudah dan murah untuk mengubah stress
menjadi gairah hidup, dan dapat mengendalikan emosi dan menunda kemarahan
sebelum memutuskan tindakan yang lebih bijak.
Cara relaksasi:
Duduk tegak tetapi rileks.
b. Tarik napas dalam-dalam, lalu embuskan perlahan-lahan, lebih baik dengan
mata
terpejam. Ulangi tiga, empat kali, atau lebih.
c. Rasakan hangat-dinginnya aliran udara yang keluar-masuk menyentuh
rongga hidung.
d. Setelah beberapa kali melakukan, seseorang akan mampu mengontrol
pernapasannya.
e. Kenali pola pernapasan kala stres, jengkel, atau tegang. Semakin terampil
merasakan aliran udara melalui saluran napas, semakin mahir dalam mengontrol
pernapasan.
Maka, bisa mengubah suasana emosi menjadi lebih tenang dan rileks, kapan
saja. Dengan mengatur pola napas, akan menemukan celah untuk keluar dari
keadaan paling menyesakkan sekalipun. Ruang hidup makin luas dan semangat
hidup pun bertambah. Logikanya, saat stres, tegang, atau emosi labil, pernapasan
menjadi buruk, pendek, dan tersengal-sengal. Asupan oksigen ke paru-paru tidak
kuat sehingga mempengaruhi kadar oksigen dalam darah. Akibatnya, sel-sel
tubuh, termasuk sel-sel otak, kekurangan oksigen. Kekurangan oksigen di sel-sel
otak akan mengacaukan aktivitas tubuh dan emosi. Dengan menarik napas dalamdalam, pasokan oksigen meningkat untuk memenuhi kebutuhan sel-sel otak dan
tubuh.
3).
3. Gangguan jiwa yang timbul pada pasien mungkin disebabkan adanya cara asuh
yang kurang sesuai bagi pasien
4. Pasien yang mengalami gangguan jiwa nantinya akan kembali kedalam
masyarakat; khususnya dalam lingkungan keluarga
5. Keluarga merupakan pemberi perawatan utama dalam mencapai pemenuhan
kebutuhan dasar dan mengoptimalkan ketenangan jiwa bagi pasien.
6. Gangguan jiwa mungkin memerlukan terapi yang cukup lama, sehingga
pengertian dan kerjasama keluarga sangat penting artinya dalam pengobatan
b. Perawatan orang dengan gangguan jiwa di rumah
Bagaimana cara membantu keluarga yang mengalami schizophrenia
1. Perhatikan diri anda sendiri
Kurangi stress karena stress yang dialami orang terdekat dapat memicu
timbulnya gejala schizophrenia, sehingga membuat lingkungan yang baik akan
mendukung kesembuhan klien.
Terima penyakit keluarga tersebut dan kesulitan yang dialami dengan ikhlas
karena akan mampu membantu kemampuan untuk mengatasi stress dan
menyeimbangkan mood
Jangan menyalahkan diri sendiri atau menyalahkan siapapun atas kondisi yang
terjadi, hal tersebut akan menambah beban pikiran dan stress pada seluruh
anggota keluarga
Tetap bersosialisasi dengan orang lain. Interaksi sosial dengan orang lain dapat
mengurangi stress yang dialami. Ceritakan masalah anda pada seseorang yang
dapat anda percaya dan selalu ada bagi anda, bisa jadi keluarga, teman,
tetangga, atau petugas kesehatan lainnya
Luangkan waktu untuk mencari hiburan yang dapat menyenangkan hati anda,
misalnya berkunjung ke rumah saudara atau teman
terganggu,
Temukan batasan yang dialami diri sendiri, realistis dengan dukungan yang
dapat anda berikan sendiri pada keluarga. Jika mengalami kesulitan dapat
meminta bantuan
Minta bantuan pada teman atau keluarga yang dapat dipercaya untuk
membantu mengatasi masalah yang dialami
Bila klien dengan schizophrenia itu tidak mau melakukan pengobatan, berikan
pilihan pengobatan yang dapat dilakukan, bila pasien tidak mau pergi ke
dokter untuk mengobati masalah penyakit jiwa yang dialami, beritahu
bahwa pergi ke dokter untuk mengobati masalah yang lain seperti kesulitan
tidur, atau kelelahan
Selalu perhatikan tanggal kadaluarsa dan efek samping dari obat harus aman,
bila terjadi tanda ketidakcocokan pengobatan untuk mengganti obat krmbali
Tingkatkan konsumsi medikasi yang lebih reguler setiap hari sesuai waktu
yang telah di tentukan. Bila menhalami kesulitan untuk mengingat maka
lakukan manajemen misalnya dengan penandaan kalender, dan timer/ alaram
Hindari terjadinya interaksi antar obat, bantu keluarga dan klien untuk mampu
membedakan obat dan fungsi obat untuk didberikan pada desa
Lakukan tindakan segera menghubungi petugas kesehatan atau dokter secepatnya bila
gejala schizophrenia terjadi, berikut tanda-tanda yang perlu diwaspadai, diantaranya
adalah:
Halusianaasi
Selalu miliki informasi kontak nomer dokter atau terapis yang bisa dihubungi
ketik dalam kondisi siaga
Miliki nomer telepon dan alamat rumah sakit tempat klien berobat
Terdapat 10 cara menangani masa krisis schizophrenia menurut World Fellowship for
Schizophrenia and Allied Disorder, diantaranya adalah:
Jangan berteriak
Minta tamu yang berkunjung untuk pergi dulu, karena saat krisis lebih baik
sedikit jumlah orang
Kondisi lingkungan lumah tidak memberi dampak negatif bila ada anak kecil
yang berada di rumah
Kriteria kondisi lingkungan keluarga yang tidak dianjurkan untuk merawat pasien
schizophrenia, diantaranya:
Klien dengan gangguan psikososialnya merasa sangat sakit sehingga tidak bisa
memenuhi kegiatan sendiri
Jika anda dapat mengetahui hal yang membuat klien merasa marah dan menimbulkan
perilaku agresif, maka hindarilah pembicaraan mengenai hal tersebut.
Buat klien kembali sadar ketika sedang marah, coba untuk mengerti masalah yang
sedang dibicarakan oleh klien, diskusikan kembali dan lakukan refleksi (ulang
kembali kesimpulan yang dilakukan)
Panggil klien dengan namanya, bicara selayaknya orang dewasa yang sehat,
perhatikan perasaan klien, dan jangan bersikap seolah-olah seperti menolak pasien
Coba untuk menahan dan mengontrol emosi pribadi anda. Gunakan bahasa yang
lembut dan pertahankan mimik muka supaya netral. Jika anda membalas dengan
berespon marah maka situasi mungkin akan menjadi tidak terkontrol
Jika dengan semua cara komunikasi klien dengan gangguan jiwa tidak merespon,
maka pergi dari situasi tersebut
Jika keadaan sudah sangat tidak terkontrol maka minta bantuan warga setempat,
jangan menaruh diri anda dalam bahaya.
Jika dalam pemantauan anda sehari-hari klien menunjukan perilaku yang mulai
mengarah pada tanda agresi maka segera beritahu petugas kesehatan setempat,
puskesmas misalnya dan diskusikan situasi tersebut.
d. Cara mengatasi perilaku menarik diri pada anggota keluarga yang mengalami
skizofrenia
Menarik diri menjadi salah satu gejala masalah gangguan jiwa yang sering dialami
oleh klien, hal itu juga dapat disebabkan oleh masalah-masalah lain yang dialami misalnya
klien merasa berbeda dengan orang lain sehingga merasa tidak nyambungjika berbicara atau
berinteraksi dengan keluarga atau teman lainnya. Hal ini menjadi penting karena bila koping
tidak tertangani maka situasi ini akan berlanjut menjadi sama sekali tidak mau berinteraksi
dengan orang lain baik keluarga maupun tidak. Berikut cara meminimalisir perilaku menarik
yang terjadi pada klien dengan skizophrenia, diantaranya adalah:
Untuk dapat membantu klien, anda perlu menerima kondisi klien yang mengalami
masalah gangguan jiwa, turunkan ekspektasi, bersikap realistis dan jangan
memberikan banyak tekanan pada klien
Bantu klien melakukan aktivitas sosial yang dapat meningkatkan kepercayaan diri.
Tetap lakukan komunikasi ringan dengan klien dan hindari pembicaraan yang
menimbulkan respon emosional
Coba pahami bahwa klien sensitif (mudah tersinggung dan tidak mudah menerima
kritikan) bila berinteraksi dengan orang lain. Bila klien siap dan merasa nyaman maka
ajak klien untuk melakukan interaksi.
Tanyakan pada klien dimana klien merasa nyaman. Karena biasanya klien dengan
gejala menarik diri, klien merasa adanya stigma di masyarakat yang menyulitkan ia
bersosialisasi dengan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Barlow, H.D. (2002). Anxiety and Its Disorders; The Nature and Treatment of Anxiety and
Panic. New York: The Guilford Press.
Powell, T.P. dan Enright, S.M. (1990). Anxiety and Management. London: Routledge.
Rethink Mental Illness. (2011). Dealing with unusual thoughts and behavior. London: Albert
Embankment
Utami, M.S. (1991). Efektivitas Relaksasi dan Terapi Kognitif untuk Mengurangi Kecemasan
Berbicara di Muka Umum, Tesis. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM
World Fellowship for Schizophrenia and Allied Disorders. (2012). Information for Families:
Schizophrenia. Toronto: World-Schizophrenia.