Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh:
DESY NURIKASARI
4012170024
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Polip hidung ialah massa lunak yang mengandung banyak cairan didalam
rongga hidung, berwarna putih keabu-abuan, yang terjadi akibat inflamasi
mukosa (Efiaty, dkk, 2007).
Menurut Nurbaiti, 2010, Polip nasi (polip hidung) ialah bentuk selaput
lendir yang turun (biasanya akibat radang kronik), licin, berwarna abu abu
atau merah muda dan biasanya bilateral.
Sedangkan menurut Erbek 2007, Polip nasi adalah suatu proses inflamasi
kronis pada mukosa hidung dan sinus paranasi yang ditandai dengan adanya
massa yang edema pada rongga hidung.
Polip hidung adalah massa lunak, berwarna putih atau keabu-abuan yang
terdapat dalam rongga hidung. Paling sering berasal dari sinus etmoid,
multipel dan bilateral. Polip koana adalah polip hidung yang berasal dari sinus
maksila yang keluar melalui rongga hidung dan membesar di koana dan
nasofaring. (Mansjoer, arif. 2001).
Polip hidung adalah massa yang lunak, berwarna putih atau keabu-abuan
yang terdapat didalam rongga hidung. Polip berasal dari pembengkakan
mukosa hidung yang banyak berisi cairan interseluler dan kemudian terdorong
kedalam rongga hidung oleh gaya berat. Polip dapat timbul dari tiap bagian
mukosa hidung atau sinus paranasal atau sering kali bilateral. Polip hidung
sering berasal dari sinus maksila ( antrum ) dapat keluar melalui ostium sinus
maksila, masuk kerongga hidung dan membesar di koana dan nasoparing.
Polip ini disebut polip koana ( Antro Koana ).
Secara makroskopis polip terlihat sebagai massa yang lunak berwarna putih
atau ke abu-abuan secara mikroskopis tampak sub mukosa hipertropi dan
sembab. Sel tidak bertambah banyak dan terutama terdiri dari sel eosinopil,
limpost, dan sel plasma yang letaknya berjauhan di pisahkan oleh cairan intra
seluler, pembuluh darah, saraf, dan kelenjar sangat sedikit. Polip ini dilapisi
oleh epitel thorax berlapis semu.
Dari beberapa pengertian diatas, polip adalah massa lunak, yang terdapat
didalam rongga hidug, licin, berwarna putih keabu abuan dan bilateral yang
terjadi karena inflamasi mukosa.
2. Klasifikasi Polip
Menurut Subhan Polip hidung terbagi menjadi 2 jenis yaitu:
a. Polip hidung tunggal adalah jumlah polipnya hanya satu, berasal dari selsel permukaan dinding sinus tulang pipi.
b. Polip hidung Multiple adalah jumlah polip lebih dari satu berasal dari
permukaan dinding rongga tulang hidung bagian atas (etmoid).
3. Anatomi dan fisiologi hidung
Hidung merupakan organ penting, yang seharusnya mendapat perhatian
lebih dari biasanya; merupakan salah satu organ pelindung tubuh terpenting
terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan.
Hidung mempunyai beberapa fungsi : sebagai indera penghidu,
menyiapkan udara inhalasi agar dapat digunakan paru-paru, mempengaruhi
refleks tertentu pada paru-paru dan memodifikasi bicara.
Alat pencium terdapat dalam rongga hidung dari ujung saraf otak nervus
olfaktorius. Serabut saraf ini timbul pada bagian atas selaput lendir hidung
dikenal dengan olfaktori. Nervus olfaktorius dilapisi oleh sel-sel yang sangat
khusus yang mengeluaran fibril yang sangat halus, terjalin dengan serabutserabut dari bulbus olfaktorius yang merupakan otak terkecil. Saraf
olfaktorius terletak di atas lempeng tulang etmoidalis.
Konka nasalis terdiri dari lapisan selaput lender. Pada bagian puncaknya
terdapat saraf-saraf pembau. Kalau kita bernapas lewat hidung dan kita
mencium bau suatu udara, udara yang kita isap melewati bagian atas dari
rongga hidung melalui konka nasalis. Pada konka nasalis terdapat tiga pasang
karang hidung :
o Konka nasalis superior
o Konka nasalis media
o Konka nasalis inferior
hidung, lender-lendir dari sinus para nasalis akan keluar. Jika tidak dapat
mengalir ke luar akan menjadi sinusitis.
4. Etiologi
Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitif atau
reaksi alergi pada mukosa hidung. Peranan infeksi pada pembentukan polip
hidung belum diketahui dengan pasti tetapi ada keragu raguan bahwa infeksi
dalam hidung atau sinus paranasal seringkali ditemukan bersamaan dengan
adanya polip. Polip berasal dari pembengkakan lapisan permukaan mukosa
hidung atau sinus, yang kemudian menonjol dan turun ke dalam rongga
hidung oleh gaya berat. Polip banyak mengandung cairan interseluler dan sel
radang (neutrofil dan eosinofil) dan tidak mempunyai ujung saraf atau
pembuluh darah. Polip biasanya ditemukan pada orang dewasa dan jarang
pada anak anak. Pada anak anak, polip mungkin merupakan gejala dari
kistik fibrosis (mucoviscidosis).
Yang dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya polip, antara lain:
Sinusitis kronik
Iritasi
5. Patofisiologi
Pada tingkat permulaan ditemukan edema mukosa yang kebanyakan
terdapat di daerah meatus medius. Kemudian stroma akan terisi oleh cairan
interseluler, sehingga mukosa yang sembab menjadi polipoid. Bila proses
terus berlanjut, mukosa yang sembab makin membesar dan kemudian akan
turun ke dalam rongga hidung sambil membentuk tangkai, sehingga terbentuk
polip.
Polip di kavum nasi terbentuk akibat proses radang yang lama. Penyebab
tersering adalah sinusitis kronik dan rinitis alergi. Dalam jangka waktu yang
lama, vasodilatasi lama dari pembuluh darah submukosa menyebabkan edema
mukosa. Mukosa akan menjadi ireguler dan terdorong ke sinus dan pada
akhirnya membentuk suatu struktur bernama polip. Biasanya terjadi di sinus
maksila, kemudian sinus etmoid. Setelah polip terrus membesar di antrum,
akan turun ke kavum nasi. Hal ini terjadi karena bersin dan pengeluaran sekret
yang berulang yang sering dialami oleh orang yang mempunyai riwayat rinitis
alergi karena pada rinitis alergi terutama rinitis alergi perennial yang banyak
terdapat di Indonesia karena tidak adanya variasi musim sehingga alergen
terdapat sepanjang tahun. Begitu sampai dalam kavum nasi, polip akan terus
membesar dan bisa menyebabkan obstruksi di meatus media.
Pathway
Alergi
Iritasi
Sinusitis Kronik
Reaksi Hipersensitif
POLIP HIDUNG
Post op
Sumbatan Jalan Nafas
Intra
op
Tindakan pembedahan
Adanya luka insisi
Inflamasi
Kurangnya
informasi
Terputus nyaInkonuitas
jaringan kulit
Proses penyakit
Kurang
pengetahu
an
Peningkatan
stresor
Pe O2 kejaringan
Takikardi
perdarahan
cemas
Pertahanan
jaingan kulit
Suhu tubuh me
Pe TD
Nyeri
Masuknya
kuman
patogen
Gangguan
mobiliasi fisik
Resiko
infeksi
Penurunan
nafsu makan
Perubahan
nutrisi kurang
dari
kebutuhan
6. Manifestasi Klinis
Gejala yang ditimbulkan oleh polip hidung adalah rasa sumbatan di
hidung. Sumbatan ini menetap, tidak hilang timbul dan makin lama semakin
berat keluhannya sumbatan yang berat dapat menyebabkan hilangnya indra
penciuman. Pada sumbatan yang hebat dapat menyebabkan gejala hiposmia
atau anosmia. Bila polip ini menyumbat sinus paranasal, maka sebagai
komplikasinya akan terjadi sinusitis dengan keluhan nyeri kepala dan rinore.
Gangguan drainase sinus dapat menyebabkan nyeri kepala dan keluarnya
sekret hidung. Bila penyebabnya alergi, penderita mengeluh adanya iritasi
hidung yang disertai bersin-bersin. Pasien dengan polip yang masif biasanya
mengalami sumbatan hidung yang meningkat, hiposmia sampai anosmia,
perubahan pengecapan, dan drainase post nasal persisten. Sakit kepala dan
nyeri pada muka jarang ditemukan dan biasanya pada daerah periorbita dan
sinus maksila. Pasien polip dengan sumbatan total rongga hidung atau polip
tunggal yang besar memperlihatkan gejala sleep apnea obstruktif dan
pernafasan lewat mulut yang kronik. Pada Rinoskopi anterior polip hidung
sering kali harus dibedakan dari konka hidung yang
menyerupai polip ( Konka Polipoid ).
Perbedaan antara polip dan konka :
Polip bertangkai sehingga mudah digerakkan, konsistensinya lunak,
tidak nyeri bila ditekan, tidak mudah berdarah, dan pada pemakaian
vasokonstriktor (kapas adrenalin) tidak mengecil.
Konka Polipoid tidak bertangkai sehingga sukar digerakkan,
konsistensinya keras, nyeri bila ditekan dengan pinset, mudah
berdarah, dan dapat mengecil pada pemakaian vasokonstriktor.
Pasien dengan polip soliter seringkali hanya memperlihatkan gejala
obstruktif hidung yang dapat berubah dengan perubahan posisi. Walaupun satu
atau lebih polip yang muncul, pasien mungkin memperlihatkan gejala akut,
rekuren, atau rinosinusitis bila polip menyumbat ostium sinus. Beberapa polip
dapat timbul berdekatan dengan muara sinus, sehingga aliran udara tidak
terganggu, tetapi mukus bisa terperangkap dalam sinus. Dalam hal ini dapat
timbul perasaan penuh di kepala, penurunan penciuman, dan mungkin sakit
kepala. Mukus yang terperangkap tadi cenderung terinfeksi, sehingga
menimbulkan nyeri, demam, dan mungkin perdarahan pada hidung.
Manifestasi polip nasi tergantung pada ukuran polip. Polip yang kecil
mungkin tidak menimbulkan gejala dan mungkin teridentifikasi sewaktu
pemeriksaan rutin. Polip yang terletak posterior biasanya tidak teridenfikasi
pada waktu pemeriksaan rutin rinoskopi posterior. Polip yang kecil pada
daerah dimana polip biasanya tumbuh dapat menimbulkan gejala dan
menghambat aliran saluran sinus, menyebabkan gejala-gejala sinusitis akut
atau rekuren.
Gejala Subjektif:
-
Gejala Objektif:
- Oedema mukosa hidung
- Submukosa hipertropi dan tampak sembab
- Terlihat masa lunak yang berwarna putih atau kebiruan
- Bertangkai
7. Diagnostik Test
operasi
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata
Nama, jenis kelamin, umur, agama, suku/bangsa, status perkawinan,
pekerjaan alamat, tanggal MRS, diagnosa medis, dan keluarga yang
mudah dihubungi.
b. Keluhan Utama : biasanya penderita mengeluh sulit bernafas, tenggorokan
c. Riwayat Kesehatan
Riwayat Penyakit Sekarang
Apa keluhan utama, bagaimana sifat keluhan (terus menerus,
kadangkadang), apakah keluhan bertambah berat pada waktu-waktu
tertentu atau kondisi tertentu. Usaha apa yang dilakukan di rumah
untuk mengatasi keluhan tersebut
o Inspeksi
Inspeksi lubang hidung, perhatikan adanya cairan atau bau,
pembengkakan atau ada obstruksi kavum nasi. Apakah terdapat
peradangan,
tumor.
Inspeksi
dapat
menggunakan
alat
Rinoskopi.
o Palpasi
Lakukan
penekanan
ringan
pada
cuping
hidung,
bila
2. Analisa data
Pre op
No
1
Data Fokus
DS:
Klien
mengatakan
pun
terganggu
DO:
Adanya
massa
Frekuensi nafas
Kaji
adanya
dispnea
Etiologi
Masalah
Bersihan Jalan
Nafas
efektif
Reaksi hipersensitif
Polip hidung
Massa dalam hidung
Sumbatan jalan nafas
Bersihan jalan nafas tidak
efektif
tidak
dan sianosis
Pemeriksaan
THT
spesialis
dengan
illuminator : polipnya
menggantung
pada
ke rongga hidung
Klien tampak sulit
untuk
inspirasi
;ekspirasi
2
DS :
Polip hidung
pada hidung
Klien mengeluh pusing
DO :
Nyeri akut
Adanya
massa
Inflamasi
Nyeri
agar-agar
Adanya pembengkakka
mukosa, iritasi mukosa,
kemerahan
DS :
Polip hidung
nafsu makan
Klien
mengeluh
penciumannya
Perubahan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
terganggu
Klien mengeluh mual
Penurunan fungsi indra
pembau
DO :
habis 1 porsi
4
DS:
Polip hidung
Klien mengatakan tidak
tahu
tentang
penyakitnya
Klien
mengatakan
penciumannya
pun
terganggu
Klien
mengatakan
kepada suster ruangan
dia khawatir hidungnya
pesek setelah operasi
DO :
Pemeriksaan
THT
spesialis
dengan
illuminator : polipnya
menggantung
pada
Kurang
Pengetahuan
Intra op
No
1
Data
Etiologi
DS :
Tindakan pembedahan
Masalah
Cemas
tindakan
Kurangnya informasi
operasi
DO :
Peningkatan stresor
Klien tampak khawatir
Klien tampak gelisah
Cemas
Post op
No
Data
Ds :
Etiologi
Masalah
Tindakan pembedahan
bagian
luka
Luka insisi
operasi
klien mengatakan nyeri
apabila beraktifitas dan
apabila
dilakukan
Terputusnya inkkunuitas
jaringan kulit
perawatan luka
DO :
Nyeri
klien tampak meringis
skala nyeri 3 (0-5)
Nyeri akut
TTV meningkat
DS :
Tindakan pembedahan
Klien
Resiko infeksi
mengatakan
dingin
DO :
Klien
mengenakan sellimut
Klien
tampak
berkeringat
Suhu tubuh
normal
tampak
(normal
perdarahan
diatas
36-
37,5)
Tampak
kemerahan
suhu tubuh meningkat
masuknya kuman
resiko infeksi
3
Ds :
Tindakan pembedahan
mobilisasi fisik
Luka insisi
kiri
DO :
Gangguan
Terputusnya inkkunuitas
jaringan kulit
Kelemahan fisik
3. Diagnosa Keperawatan
Pre op
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Adanya
Obstruksi Pada Hidung (Polip) ditandai dengan
DS:
Klien mengatakan
DO:
Frekuensi nafas
Pemeriksaan
spesialis
THT
dengan
illuminator
polipnya
DO :
DO :
Kien tampak lemas
Makan sedikit, tidak habis 1 porsi
d. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit ditandai
dengan
DS:
Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya
Intra op
a. Cemas berhubungan dengan tindakan operasi ditandai dengan
DS :
Klien mengatakan takut dengan tindakan operasi
DO :
Post op
a. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya inkonuitas jaringan kulit
DS :
klien mengatakan nyeri pada bagian luka operasi
klien mengatakan nyeri apabila beraktifitas dan apabila dilakukan
perawatan luka
DO :
klien tampak meringis
skala nyeri 3 (0-5)
TTV meningkat
b. Resiko infeksi berhubungan dengan
DS :
DO :
Klien tampak mengenakan sellimut
Klien tampak berkeringat
Suhu tubuh diatas normal (normal 36-37,5)
Tampak kemerahan pada luka operasi
Tampak adanya push
c. Gangguan mobilisasi berhubungan dengan kelemahan fisik
DS :
DO :
4. Rencana Keperawatan
Pre op
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Adanya
Obstruksi Pada Hidung (Polip)
Tujuan
Kriteria Hasil
No
1.
Intervensi
Rasional
bunyi
nafas
dapat
menunjukkan
akumulasi
secret
2.
membantu
memaksimalkan
tempatkan klien pada posisi yang ekspansi paru dan menurunkan upaya
nyaman dengan kepala tempat pernafasan
tidur tinggi (posisi semi fowler)
3.
4.
Berikan
obat
sesuai
- ekspektoran
untuk
membantu
memobilisasi secret
- bronkodilator
menurunkan
spasme
bronkus
- bronkodilator
menurunkan
spasme
bronkus
Kreiteria Hasil
:
* Klien mengungkapkan nyeri yang dialaminya
berkurang/hilang
* Wajah klien tidak menyeringai
No
1.
Intervensi
Kaji tingkat nyeri klien
Rasional
Mengetahui tingkat nyeri klien dalam
menentukan tindakan selanjutnya
2.
sebab
dan
akibat
nyeri
3.
Ajarkan
distraksi
tehnik
relaksasi
dan - Relaksasi :
Membantu pasien tetap tenang dan
mengurangi rasa sakit
- Distraksi :
Mengalihkan
perhatian
pasien
rasa
nyeri
dan
Intervensi
Rasional
data
memantau
dasar
perubahan
untuk
dan
mengevalluasi intervensi
2.
3.
Auskultasi
adanya
bising
usus
penurunan
peristaltik usus
catat Bising
usus
membantu
4.
Kaji
pola
diet
dan
klien,mkanan kesukaan
dalam
menyusun
informasi
mengenai
menu.
5
merubah masukan nutrisi misal faktor lain yang dapat diubah atau
adanya anoreksia
dihilagkan
untuk
meningkatkan
masukan diet
6
No
1.
diderita
Ekspresi bingung tidak ada
Intervensi
Kaji
Rasional
tingkat
Jelaskan
tentang
dilakukan.
penyakit menjaga
perasaan
klien
keluarga.
Intra op
a. Cemas berhubungan dengan tindakan operasi
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam
cemas hilang
Kriteria Hasil
: klien tampak tenang
No
dan
Intervensi
Rasional
1.
2.
3.
Berikan
membantu
mengurangi kecemasan
lingkungan
yang
dapat
Teknik
relaksasi
dapat
menurunkan kecemasan
5.
stresor
termasuk
cemas
Post op
a. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya inkonuitas jaringan kulit
Tujuan
:setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam
nyeri berkurang
Kriteria Hasil
:
Skala nyeri berkurang
Klien tampak tenang
No
Intervensi
Rasional
1.
Observasi TTV
2.
Untuk
mengetahui
perubahan
status nyeri
3.
Atur
posisi
tidur
klien
Posisi
yang
nyaman
dapat
senyaman mungkin
4.
5.
Kolaborasi
dengan
mengenai
pemberian
analgetik
b. Risiko infeksi berhubungan dengan inflamasi
Tujuan
: tidak terjadi penyebaran infeksi
Kreiteria Hasil
:
Tanda-tanda infeksi tidak ada
TTV dalam batas normal ( TD: 120/80mmHg, S:
36-37,5 C, R:16-24x/m, N: 80-100x/m)
No
Intervensi
Rasional
1.
Observasi TTV
2.
membantu
menentukan
tindakan selanjutnya.
3.
Kebersihan
untuk
selalu
menjaga
diri
yang
baik
mencegah infeksi
perawatan
4.
Kolaborasi
dengan
dokter Antibiotik
dapat
membunuh
kuman
mobilisasi
fisik
Intervensi
1.
Rasional
keadaan
secara secara
kerusakan
fungsional
dan
akan dilakukan
fungsi
sendi/posisi
ekstremitas
dan
normal
menurunkan
Proses
penyembuhan
lamabat
seringkali
aktivitas
partisipasi
sesuai kemampuan
dan
untuk
yang
menyertai
meningkatkan
kerja
sama/keberhasilan program.
DAFTAR PUSTAKA
Soepardi, M Efiaty Arsyad, Sp. THT. 2000. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorokan Edisi Keempat. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Hal : 97
99
Higler, Adams Boies. 1997. BOIES Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. Jakarta : EGC.
Hal : 173
Junadi, Purnaman dkk. 1982. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Kedua. Jakarta :
Media Aesculapius FKUI. Hal : 248 249
Syaifuddin, H, AMK. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi
3.Jakarta : EGC. Hal : 334
https://www.scribd.com/doc/58944681-klien-dengan-polip-hidung
https://www.scribd.com/109239960-polip-hidung
https://www.scribd.com/178399616-polip-hidung.com
https://www.scribd.com/83897460-askep-polip-hidung