Anda di halaman 1dari 5

KELOMPOK 7 (TI3804):

Adelia Widiningrum

1201144014

Hasna Nurhasanah

1201150301

Siska Febriyanti

1201154325

Akma Septia Viady

1201140334

Analisis Bab 10 Perencanaan / Perancangan Dasar Organisasi ke dalam


Perusahaan Fiktif PT. SAHA 1993.
Perancangan Dasar Organisasi
Dalam

perancangan

struktur

dasar,

pertama-tama

PT.

SAHA

1993

melakukan

pengornasisasian, dimana pekerjaan seperti memproduksi bola diatur dan ditata agar
tercapainya tujuan perusahaan dengan biaya yang minimal, efektif dan efisien. Setelah itu
melakukan perancangan organisasi dimana prosesnya melibatkan 6 elemen kuci yang telah
ditetapkan sebelumnya. Kunci pertama spesialisasi kerja, dimana tugas-tugas pekerjaan dibagi
secara terpisah dengan setiap langkah pekerjaan dikerjakan orang yang berbeda, misalnya
dalam tahap penjahitan bola, pegawai yang bertugas di penjahitan tidak mengerjakan
pekerjaan sesudahnya seperti pengecekan kualitas, ataupun pekerjaan lainnya, akan tetapi
cukup mengerjakan penjahitan bola saja. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari
diseconomies manusia, seperti kelelahan.
Selanjutnya pada kunci kedua yaitu departementalisasi, PT SAHA mengelompokan pekerjaan
secara bersama-sama dimana menyelenggarakan divisi sepanjang garis fungsional, unit
manufaktur di seluruh proses, penjualan di seluruh wilayah geografis, dan wilayah penjualan
di seluruh pengelompokan pelanggan. Kunci ketiga yaitu chain of command dimana
pelaporan dilakukan kepada kepala divisi terkait sebelum nantinya ke CEO yang harus
memiliki otoritas. Ketika staf divisi produksi yang harus memiliki sikap tanggung jawab
mengalami masalah seperti peralatan yang rusak dan mengakibatkan kesulitannya memenuhi
demand maka staf dapat melaporkannya ke manager produksi untuk dilakukan tindakan
penyelesaian jika memungkinkan, jika tidak maka akan dilaporkan ke CEO. Dan hal tersebut
merupakan unity command dimana seseorang harus memiliki satu bos dan harus melaporkan
ke orang tersebut.
Selanjutnya kunci keempat yaitu jangkauan kendali manajer PT SAHA megelola
karyawannya, Manajer PT SAHA untuk melakukan jangkauan kendali dengan melakukan
kedekatan fisik dengan bawahannya seperti makan bersama setiap malam sabtu, dan futsal
rutin mingguan setiap hari jumat. Hal tersebut dapat membuat dekat karyawan dengan

manager serta akan membuat budaya organisasi yang kuat. Lalu melakukan standarisasi tugas
dimana tugas di buat semaksimal mungkin sama bobotnya antar divisi ataupun individu.
Dengan hal tersebut PT SAHA dapat mengelola pegwainya dengan baik.
Selanjutnya adalah sentralisasi dan desentralisasi dan formalisasi dimana PT SAHA
melakukan sentralisasi atau pengambilan keputusan terkonsentrasi di tingkat atas dalam
organisasi ketika permintaan bola KicksahA meningkat yang mengakibatkan CEO mengambil
keputusan untuk melakukan subcontract dan overtime untuk para pegawainya untuk
memenuhi kebutuhan permintaan yang melonjak tersebut. Lalu desentralisasi dilakukan
ketika karyawan PT SAHA mengalami kecelakaan kerja, yaitu staf produksi, dan manajer
produksi memberi kebijakan cepat dengan menghentikan produksi untuk fokus menolong staf
tersebut. PT SAHA menyadari pasar dari KicksahA mengalami demand yang kadang stabil
dan kadang fluktuatif. Dengan demikian PT SAHA menggunakan strategi Ketidakpastian
lingkungan dan Struktur yaitu struktur organisasi mekanistik yang cenderung paling efektif
dalam lingkungan yang stabil dan sederhana. Lalu Fleksibilitas struktur organisasi organik
yang lebih cocok untuk lingkungan yang dinamis dan kompleks.

Analisis Bab 11 Adaptive Organizational Design ke dalam Perusahaan


Fiktif PT. SAHA 1993.

Pada PT SAHA 1993 menetapkan desain organisasi kontemporernya berupa matrix


stucture. Struktur organisasi memberikan spesialis dari divisi fungsional yang berbeda untuk
bekerja pada satu atau lebih proyek.
Dilihat dari susunan organisasinya, PT SAHA 1993 dikepalai oleh seorang chief
executive officer. CEO membawahi beberapa divisi yang dibagi berdasarkan fungsi dan tugas
divisi masing-masing. Seperti divisi operasional, produksi, keuangan, dan HRD. Dalam
divisi-divisi tersebut dikoordinasi oleh seorang manager yang menjadi pemimpin dari staff
masing-masing divisi.
Pada Matriz Stucture terdapat keuntungannya yakni fleksibel dalam merespon
perubahan lingkangan dan pengambilan keputusan yang lebih cepat. Hal ini diperlukan
dikarenakan PT SAHA 1993 ingin menjadikan lingkungan organisasinya fleksibel dan cepat
tanggap dalam menghadapi perubahan lingkungan dan juga keputusan.
Sedangkan, matrix stucture juga mempunyai kekurangan yakni tugas tiap divisi lebih
komples dan adanya konflik antara pekerjaan dan kepribadian.
Kolaborasi Internal
PT SAHA 1993 menetapkan sistem communities of practice dalam berkolaborasi internal. PT
SAHA 1993 menggunakan communities of practice karena kelompok menjadi tempat berlatih
dan memecahkan masalah yang ada. Pekerjaan dilakukan secara berkelompok dengan
memperdalam pengetahuan dan keahlian dengan cara berinteraksi secara terus menerus.
Kolaborasi Eksternal
PT SAHA 1993 menggunakan strategic partner untuk menjalankan bisnisnya. Diambil
startegic partner dikarenakan PT SAHA 1993 ingin memiliki hubungan kolaboratif dengan
distributor sebagai konsumen PT SAHA 1993 atau dengan partner bisnis PT SAHA 1993
dengan cara menggabungkan sumber daya kedua belah pihak.

Analisis Bab 13 Managing Teams ke dalam Perusahaan Fiktif PT. SAHA


1993.
PT SAHA 1993 adalah perusahaan yang mempunyai stuktur organisasi atau sebuah
kelompok karena dua atau lebih interaksi individu yangs aling bergantungan untuk mencapai
tujuan yang sama. PT SAHA 1993 merupaka perusahaan berbentuk kelompok formal.
Dikatakan kelompok formal dikarenakan PT SAHA 1993 mendefinisikan stuktur
organisasinya menjadi penunjuk tugas dan tanggung jawab masing-masing individunya.
Group Development
1. Forming stage
Pada stage ini adalah tahap pertama membuat suatu kelompok lalu menentukan tujuan,
stuktur, dan kepemimpinan. Dalam PT SAHA 1993 hal yang dilakukan adalah menentukan
pimpinan perusahaan lalu menentukan visi dan misi, dan merekrut karyawan untuk setiap
divisi.
2. Storming stage
Pada tahap ini ditandai dengan konflik intragrup. Pada PT SAHA 1993 ditandainya
dengan adaptasi bagian produksi dan operasional. Pada saat bagian produksi akan
memproduksi untuk pasar bola sepak, bagian operasional memastikan semua yang dibutuhkan
oleh bagian produksi untuk pasar bola sepak harus terpenuhi,
3. Norming stage
Pada tahap ketiga ini ditandainya kedekatan dan kedinamisan kerjasama antara divisi.
Seperti divisi operasional dan produksi yang sudah dinamis dalam menjalankan tugasnya
masing-masing yang saling berkaitan.
4. Perfoming stage
Pada tahap keempat ini terdapat pembangunan kelompok ketika kelompok sepenuhnya
fungsional dan bekerja pada tugas kelompok. Pada PT SAHA 1993 melakukan
pengembangan keahlian operator bagian produksi dengan pelatihan agar kualitas pada
divisinya terjaga dan meningkat.
5. Adjourning
Pada tahap terakhir ini PT SAHA 1993 melihat perkembangan dari tiap divisi yang sudah
berkembang dan dinamis.
Group Structure
a. Role
Pada PT SAHA 1993 mempunyai pola perilaku saling menghormati antara atasan dan
bawahan. Saling mengerjakan kewajiban dan hak masing-masing pekerja.
b. Norma

Norma yang ada dalam PT SAHA 1993 berpedoman dengan hukum yang berlaku dan
peraturan perusahan bagi semua pegawai PT SAHA 1993.
c. Groupthink
Pada PT SAHA 1993 untuk menyelaraskan opini satu sama lain dilakukan dengan cara
diadakannya rapat tiap minggu. Rapat diadakan dengan cara berdiskusi tentang perkembangan
masing-masing divisi. Selain itu, rapat juga menjadi wadah penyaluran kritik dan saran untuk
kebaikan bersama.
Conflict Management
Pada PT SAHA 1993, konflik dilihat sebagai Human relations view of conflict dan
interactionist view of conflict. Human relation view conflict dikarenakan PT SAHA 1993
memahami bahwa konflik adalah hasil alami dan tak terelakkan dalam setiap divisi. Dalam
tiap divisi pasti terjadi konflik-konflik yang tidak dapat terhindarkan. Tetapi dari situ juga PT
SAHA 1993 melihatnya sebagai interctionist view of conflict karena konflik itu sendiri
diperlukan agar pekerjaan menjadi efektif.
Seperti contohnya konflik antara bagian produksi dan finance yang tidak dinamis.
Karena keuangan perusahaan yang sedang krisis, bagian produksi dapat diharapkan
mempunyai strategi produksi untuk membantu memperingan keuangan perusahaan.
Work Team
Pada PT SAHA 1993 menerapkan problem solving team. Tim dari divisi yang sama
terlibat dalam upaya untuk meningkaykan aktivitas kerja dan memecahkan masalah tertentu.
Pada divisi produksi di tim produksi bola sepak, melakukan peningkatan aktivitas
kerja dan memecahkan masalah yang terjadi dalam satu tim tersebut. Pada tim ini adanya
ketua tim yang menjadi pimpinan tim produksi bola sepak. Ketua tim menjadi penanggung
jawab tim ata apa yang dikerjakan tim. Dalam melakukan pemecahan masalah, diadakannya
rapat dengan diskusi terbuka dan pemecahan masalah yang kolaboratif.

Anda mungkin juga menyukai