PENDAHULUAN
Dermatitis atopik (DA) adalah suatu penyakit kulit inflamasi yang kronis
dan berulang, dengan karakteristik rasa gatal yang hebat, kulit kering, inflamasi
dan eksudasi. Kelainan kulit berupa papul gatal, yang kemudian mengalami
ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya di lipatan (fleksural). Hal ini dapat
disebabkan oleh stress fisik dan emosional. DA seringkali berhubungan dengan
peningkatan nilai serum IgE dan riwayat alergi tipe I, rhinitis alergika dan asma
pada penderita atau keluarga.1
DA seringkali mengenai 10-15% anak diseluruh belahan dunia dan
prevalensinya meningkat dengan cepat. Gejala pertama biasanya dimulai saat
bayi, dan sekitar 50% kasus didiagnosis pada usia 1 tahun, dan DA bersifat jangka
panjang dan menetap hingga dewasa pada sepertiga pasienSekitar 70 persen kasus
DA dimulai pada anak usia dibawah 5 tahun, meskipun sebanyak 10 persen kasus
yang dijumpai di rumah sakit dimulai saat usia dewasa.2,3
Dermatitis atopik
bahan iritan (bahan pakaian yang tidak cocok, air keras), mikroba (khususnya
Staphylococcus aureus), psikologis (khususnya keadaan stres) dan faktor alergi.
Pasien DA seringkali mengalami peningkatan serum IgE dan derajat sensitisasi
yang tinggi terhadap alergen lingkungan, termasuk makanan. Polutan dalam
maupun luar ruangan seperti asam tembakau dapat mempengarugi produksi IgE.
Sebanyak sepertiga anak dengan DA memiliki alergi terhadap makanan. 4
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk
menjadikan dermatitis atopik sebagai tema laporan kasus agar
dapat diketahuinya etiologi, tatalaksana serta prognosis dari
kasus yang diangkat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Dermatitis Atopik
2.1.1
Definisi
Dermatitis atopik (D.A.) ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residif,
disertai gatal yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak,
sering berhubungan dengan peningkatan IgE dalam serum dan riwayat atopi
keluarga atau penderita (D.A., rhinitis alergi, dan atau asma bronchial).1
2.1.2
Epidemiologi
Berbagai penelitian menyatakan bahwa prevalensi D.A. makin meningkat
2.1.3
Etiopatogenesis
Berbagai faktor ikut berinteraksi dalam patogenensis D.A., misalnya
menyebabkan
lesi
ekzematosa.
kemungkinan
zat
tersebut
reseptor
FceRI
pada
permukaannya,
dan
beperan
untuk
kulit penderita D.A. Superantigen juga meningkatkan sintesis IgE spesifik dan
menginduksi resistensi kortikosteroid sehingg memperparah D.A. 10
2.1.4
Gambaran Klinis
Kulit penderita D.A. umumnya kering, pucat/redup, kadar lipid
diepidermis berkurang dan kehilangan air lewat epidermis meningkat. Jari tangan
teraba dingin. Penderita D.A. cenderung tipe astenik, dengan inteleginsia di atas
rata-rata, sering merasa cemas, egois, frustasi, agresif, atau merasa tertekan.1
Gejala utama D.A. ialah pruritus, dapat hilang timbul sepanjang hari,
tetapi umumnya lebih hebat pada malam hari. Akibatnya penderita akan
menggaruk sehingga timbul bermacam-macam kelainan di kulit berupa papul,
likenifikasi, eritema, erosi, ekskoriasi, eksudasi, dan krusta. 1
Manifestasi klinis
DA berbeda pada
setiap tahapan
atau fase
perkembangan kehidupan, mulai dari saat bayi hingga dewasa. Pada setiap anak
didapatkan tingkat keparahan yang berbeda, tetapi secara umum mereka
mengalami pola distribusi lesi yang serupa. 11
A. Dermatitis Atopik Infantil (usia 2 bulan sampai 2 tahun)
Lesi mulai di muka (dahi, pipi) berupa eritema, papulo-vesikel
yang halus, karena gatal digosok, pecah, eksudatif, dan akhirnya terbentuk
krusta. Lesi kemudian meluas ke tempat lain yaitu ke skalp, leher,
pergelangan tangan, lengan, dan tungkai. Bila anak mulai merangkak, lesi
ditemukan di lutut. Rasa gatal yang timbul sangat mengganggu sehingga
anak gelisah, susah tidur, dan sering menangis. Pada umumnya lesi D.A.
infantile eksudat, erosi, krusta, dan dapat mengalami infeksi. Lambat laun
lesi menjadi kronis dan residif. 1
B. Dermatitis Atopik Anak ( usia 2 sampai 10 tahun)
Lesi lebih kering, tidak begitu eksudatif, lebih banyak papul,
likenifikasi, dan sedikit skuama. Letak kelainan kulit di lipat siku, lipat
lutut, pergelangan tangan bagian fleksor, kelopak mata, leher, jarang di
muka. Rasa gatal menyebabkan penderita sering menggaruk; dapat terjadi
Diagnosis
Diagnosis D.A. didasarkan kriteria yang disusun oleh Hanifin dan Rajka
yang diperbaiki oleh kelompok kerja dari Inggris yang diikordinasi oleh Williams
(1994). 1
Diagnosis D.A. harus mempunyai tiga kriteria mayor dan tiga kriteria
minor, yakni: 1
A. Kriteria Mayor
1. Pruritus
2. Dermatitis di muka atau ekstensor pada bayi dan anak
3. Dermatitis di fleksura pada dewasa
4. Dermatitis kronis atau residif
5. Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya
Diagnosis Banding
Sebagai diagnosis banding D.A. ialah dermatitis seboroik (terutama pada
10
11
kulit. Konjugat yang terbentuk diperkenalkan oleh sel dendrit ke selsel kelenjar getah bening yang mengalir dan limfosit-limfosit secara
khusus dapat mengenali konjugat hapten dan terbentuk bagian protein
karier yang berdekatan. Kojugasi hapten-hapten diulang pada kontak
selanjutnya dan limfosit yang sudah disensitisasikan memberikan
respons,
menyebabkan
timbulnya
sitotoksisitas
langsung
dan
12
13
14
15
7.
Diagnosis Banding
16
sebanyak
3-4 mg/dosis,
sehari
2-3 kali
untuk
terdapat
infeksi
sekunder
diberikan
antibiotika
17
b. Topikal1
Krim desoksimetason 0,25%, 2 kali sehari
2. Pencegahan
Pencegahan DKA dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 14
a. Memberi edukasi mengenai kegiatan yang berisiko untuk
terkena dermatitis kontak alergi
b. Menghindari substansi allergen
c. Mengganti semua pakaian yang terkena allergen
d. Mencuci bagian yang terpapar secepat mungkin dengan sabun,
jika tidak ada sabun bilas dengan air
e. Menghindari air bekas cucian/bilasan kulit yang terpapar
allergen
f. Bersihkan pakaian yang terkena alergen secara terpisah dengan
pakaian lain
g. Bersihkan hewan peliharaan yang diketahui terpapar allergen
h. Gunakan perlengkapan/pakaian pelindung saat melakukan
aktivitas yang berisiko terhadap paparan allergen
9.
Prognosis
Prognosis dermatitis kontak alergi umumnya baik, sejauh bahan
kontaknya dapat disingkirkan. Prognosis kurang baik dan menjadi
kronis bila bersamaan dengan dermatitis yang disebabkan oleh
faktor endogen(dermatitis atopik, dermatitis numularisatau psoriasis).
Faktor lain yang membuat prognosis kurang baik adalah pajanan
alergen yang tidak mungkin dihindari misalnya berhubungan dengan
pekerjaan tertentu atau yang terdapat di lingkungan penderita. 1
B. Dermatitis Numularis
1.
Definisi
Dematitis numularis adalah dermatitis berupa lesi berbentuk mata
uang (koin) atau agak lonjong, berbatas tegas dengan efloresensi
berupa papulovesikel, biasanya mudah pecah sehingga basah
(oozing).1
18
2. Epidemiologi
Dermatitis numularis pada orang dewasa terjadi lebih sering pada
pria daripada wanita. Usia puncak awitan pada kedua jenis kelamin
antara 55 dan 65 tahun; pada wanita usia puncak terjadi juga pada usia
15 sampai 25 tahun. Dermatitis numularis tidak biasa ditemukan pada
anak, bila ada timbulnya jarang pada usia sebelum satu tahun;
umumnya kejadian meningkat seiring dengan meningkatnya usia. 1
3. Etiopatogenesis
Penyebabnya tidak diketahui, banyak faktor yang ikut berperan.
Diduga staphylococcus dan micrococcus ikut berperan, mengingat
jumlah koloninya meningkat walaupun tanda infeksi secara klinis
tidak tampak; mungkin juga lewat mekanisme hipersensitivitas. 1
Dermatitis kontak mungkin ikut memegang peranan pada berbagai
kasus dermatitis numularis, misalnya alergi terhadap nikel, krom,
kobal, demikian pula iritasi dengan wol dan sabun. 1
Trauma fisis dan kimiawi mungkin juga berperan, terutama bila
terjadi di tangan; dapat pula pada bekas cedera lama atau jaringan
parut. 1
Kulit penderita dermatitis numularis cenderung kering, hidrasi
stratum korneum rendah. Dermatitis pada orang dewasa tidak
berhubungan dengan gangguan atopi. Pada anak, lesi numularis terjadi
pada dermatitis atopik. 1
4. Gambaran Klinis
Penderita dermatitis numularis umumnya mengeluh sangat gatal.
Lesi akut berupa vesikel dan papulovesikel, kemudian membesar
dengan cara berkonfluensi atau meluas ke samping, membentuk satu
lesi karakteristik seperti uang logam (koin), eritematosa, sedikit
edematosa, dan berbatas tegas. Lambat laun vesikel pecah terjadi
eksudasi, kemudian mongering menjadi krusta kekuningan. 1
19
Jumlah lesi dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar,
bilateral tau simetris, dengan ukuran yang bervariasi, mulai dari miliar
sampai nummular, bahkan plakat. Tempat predileksi di tungkai bawah,
badan, lengan, termasuk punggung tangan. 1
Dermatitis numularis cenderung hilang-timbul, ada pula yang terus
menerus, kecuali dalam periode pengobatan. Bila terjadi kekambuhan
umumnya timbul pada tempat semula. 1
mencari
penyebab
atau
factor
yang
20
Penatalaksanan
Terapi DA membutuhkan pendekatan sistematis dan multifaktorial yang
21
22
23
akut/flare,
sedangkan
inhibitor
kalsineurin
topikal
meningkatkan
penetrasi
keduanya
sehingga
24
antidepresan
(selective
serotonin
reuptake
inhibitor,
tanda
infeksi
sekunder
oleh
kolonisasi
terhadap
penisilinase
(dikloksasilin,
kloksasilin,
25
mempengaruhi
timbulnya
kepekaan
terhadap
infeksi
26
2.1.9
Prognosis
Sulit meramalkan prognosis D.A. pada seseorang. Faktor yang
asma bronkiale atau hay fever. Penderita DA mempunyai resiko tinggi untuk
mendapat dermatitis kontak iritan akibat kerja di tangan. 1
BAB III
LAPORAN KASUS
27
3.1
Identitas Pasien
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Agama
Bangsa
Alamat
: I.S
: 3 tahun
: Perempuan
: Islam
: Indonesia
: Jl. A. Yani Lr. Kelekar No. 3 RT. 17/04 Silaberanti
Tanggal Periksa
Palembang
: 9 Nopember 2015
3.2
Anamnesis
3.2.1
3.2.2
Keluhan Tambahan
Gatal pada daerah bercak kemerahan.
3.2.3
28
3.2.5
1.
2.
3.
29
3.3
Pemeriksaan Fisik
3.3.1
Status Generalis
Keadaan Umum
Keadaan Umum
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Suhu
Pernapasan
BB
TB
: Baik
: Compos Mentis
: Tidak dilakukan pemeriksaan
: 94 x/menit
: 36,5 C
: 22x/menit
: 21 kg
: 100 cm
Keadaan Spesifik
Kepala
: Normocephali
Wajah
Mata
: CA (-/-), SI (-/-)
Hidung
Telinga
3.3.2
Mulut
Leher
Thoraks
Abdomen
Ekstremitas
: Status Dermatologikus.
Status Dermatologikus
30
31
Keterangan:
= Patch Hiperpigmentasi
= Krusta
Regio cruris dextra, tampak patch hiperpigmentasi, multipel, bentuk tidak
beraturan, ukuran 2,8 cm 4 cm x 2,3 cm 3 cm, tersebar konfluens
sebagian diskret, di atasnya tampak beberapa krusta hitam.
3.4
tersebar diskret.
Beberapa krusta hitam.
Pemeriksaan Penunjang
1. Uji kulit allergen atau uji IgE spesifik untuk mencari faktor atopi.
2. Tes dermografisme.
32
3.5
Diagnosis Banding
1. Dermatitis Atopik
2. Dermatitis Kontak Alergik
3. Dermatitis Numularis
3.6
Diagnosis Kerja
Dermatitis Atopik
3.7
Penatalaksanaan
3.7.1
Penalaksanaan umum:
a. Menjelaskan kepada pasien tentang penyakitnya antara lain:
1) Dermatitis atopik termasuk jenis penyakit alergi yang ada
hubungan dengan kerentanan genetik seseorang.
2) Penyakit ini tidak menular tetapi dapat diwariskan antar
generasi.
3) Penyakit ini dapat dicetuskan oleh berbagai faktor sehingga
pasien harus belajar mengetahui apa saja yang dapat memicu
timbulnya penyakit dan berusaha menghindari pejanan.
4) Penyakit ini cenderung berulang apabila tubuh terpapar alergen
tertentu sehingga membutuhkan waktu pengobatan yang cukup
panjang.
b. Menjelaskan pasien cara minum atau memakai obat oles yang benar:
1) Obat oles digunakan setelah mandi, dua kali sehari, oleskan tipis
dan merata di area lesi.
2) Apabila timbul reaksi alergi obat segera hentikan pemakaian dan
segera konsultasi ke dokter.
c. Menyarankan agar pasien:
1) Jangan menggosok atau menggaruk area lesi karena dapat
menimbulkan luka dan infeksi.
2) Menggunakan pakaian yang longgar dan cepat menyerap
keringat, membawa handuk pribadi, serta segera mengganti baju
yang basah untuk mengurangi rasa gatal.
3) Menjaga dan meningkatkan kebersihan diri (mandi, cuci tangan,
memotong kuku) dan lingkungan tempat tinggal.
33
Penatalaksanaan Khusus
a. Topikal
:
1) Mometasone furoate 0,1 % krim 1,5 gr, dioleskan 2 x 1 hari
b. Sistemik
:
1) Cetirizine 2,5 mg (2 ml) sirup, 2 x 1 hari
2) Triamcinolone tab 4 mg/ hari (1 x 1 hari)
3.8
Prognosis
Quo ad vitam
: bonam
Quo ad functionam
: bonam
Quo ad sanationam
: dubia ad bonam
34
BAB IV
ANALISA KASUS
Diagnosa pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinik
dan pemeriksaan fisik yang dilakukan.
Tabel 4.1. Perbandingan Anamnesis Secara Teori dan Kasus
Anamnesis
Dermatitis
Teori
atopik
adalah
Kasus
keadaan Riwayat Penyakit dalam Keluarga:
bayi
dan
anak-anak,
sering
35
Gejala utama D.A. ialah pruritus, dapat 1 tahun yang lalu timbul bercak kemerahan di
hilang
timbul
sepanjang
hari,
umumnya lebih hebat pada malam hari. punggung kaki kanan OS, disertai rasa gatal
Akibatnya
penderita
akan
jarum
pentul
di
daerah
Tabel 4.2. Penegakan Diagnosis Dermatitis Atopik secara Teori dan Kasus
Kriteria Mayor pada pasien:
Pruritus
Dermatitis di muka atau ekstensor pada bayi dan anak
Dermatitis di fleksura pada dewasa
Dermatitis kronis atau residif
Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya
Kriteria Minor pada pasien:
Xerosis
Infeksi kulit (khususnya oleh S.aureus dan virus herpes simpleks)
Dermatitis nonspesifik pada tangan atau kaki
lktiosis/hipediniar palmads/keratosis pilaris
Pitiriasis alba
Dermatitis di papila mame
White dermographism dan delayed blanch response
Keilitis
Lipatan infra orbital Dennie-Morgan
Konjungtivitis berulang
Keratokonus
Katarak subkapsular anterior
Orbita menjadi gelap
Muka pucat atau eritem
Gatal bila berkeringat
Intolerans terhadap wol atau pelarut lemak
Aksentuasi perifolikular
Hipersensitif terhadap makanan
Perjalanan penyakit dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan atau emosi
Tes kulit alergi tipe dadakan positif, Kadar IgE di dalam serum
meningkat
Awitan pada usia dini
36
yang
Berdasarkan kriteria Mayor dan Minor Dermatitis Atopik oleh Hanifin &
Rajka1, bila ditemukan minimal 3 kriteria mayor dan 3 kriteria minor, maka pada
pasien mengarah ke manifestasi dari Dermatitis Atopik.
Kemudian
dilakukan
pengkajian
lebih
lanjut
berdasarkan
status
Kasus
Regio dorsum pedis dextra, tampak makula-patch
Pada anak usia 2 tahun 10 tahun hiperpigmentasi, multipel, bentuk tidak beraturan,
yaitu pada lipat siku, lipat lutut, ukuran 0,5 cm 3 cm x 0,4 cm 2 cm, tersebar
pergelangan tangan bagian fleksor, konfluens, sebagian diskret, di atasnya tampak
kelopak mata, leher, jarang di muka.1
Menurut kriteria minor diagnosis
dermatitis atopik, pada anak-anak
yaitu pada daerah ekstensor.1
lebih
eksudatif,
Efloresensi :
Lesi
banyak
terjadi
erosi,
sekunder.1
Pada status dermatologis di atas sesuai dengan teori dan yang ditemukan
pada pasien, sehingga diagnosis pasien Dermatitis Atopik menjadi lebih kuat.
Tabel 4.4. Diagnosis Banding1
Dermatitis Atopik
Dermatitis Numularis
37
(DA)
(DKA)
(DN)
Etio
Sering
logi
dengan
lewat
hipersensitivitas
mekanisme
Eflore
Lesi polimorfik: papul, Eritema, vesikel miliar, bula, Bercak merah, dengan
sensi
likenifikasi,
ekzematosa:
lesi luas
kelainan
papulovesikel,
nummular
(uang
Predi
Anak pada lipat siku, Kejadian DKA paling sering Tungkai bawah, badan,
leksi
bagian
tangan.
38
Kasus
Umum :
Berbagai makanan seperti susu, ikan, Menjelaskan
kepada
pasien
tentang
pemeriksaan
bayi/anak
harus
berhati-hati
infeksi.
e. Menggunakan pakaian yang longgar dan
cepat
menyerap
keringat,
membawa
39
bawah
pengawasan
dokter
topikal. 10
mengandung
antibakteri
karena
yang
antiseptic
digunakan
mempermudah
rutin
resistensi,
mengiritasi
kulit.
Kuku
40
untuk
Khusus :
Topikal :
Topikal1
-
Hidrasi
kulit
dengan
krim
dioleskan 2 x 1 hari
Sistemik:
-
hari
Triamcinolone tab 4 mg/hari (1 x 1
Imunomodulator
(trakolimus,
topikal
pimekrolimus)
hari)
Antiinfeksi
bila
ditemukan
41
42
43
44
kasus ini hanya didapatkan onset DA pada usia muda, sehingga pada kasus ini
prognosis (quo ad vitam dan quo ad functionam) adalah baik (bonam).
Sebelumnya ada yang melaporkan bahwa 84% DA anak berlangsung
sampai remaja dan DA anak yang diikuti sejak bayi hingga remaja, 20%
menghilang dan 65% berkurang gejalanya.1 Sehingga untuk kesembuhan (quo ad
sanationam) pada kasus ini adalah dubia ad bonam.
45