Anda di halaman 1dari 7

BAB 1.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS)


DAS merupakan ekosistem, dimana unsur organisme dan lingkungan
biofisik serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di dalamnya terdapat
keseimbangan inflow dan outflow dari material dan energi (Direktorat Kehutanan
dan Konservasi Sumberdaya Air, 2008). Berdasarkan Undang-Undang Nomer 7
Tahun 2004, Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang
merupakan

satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang

berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah
hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan. DAS adalah suatu ekosistem kesatuan wilayah tata
air yang memiliki kemiringan lereng yang beragam dan dibatasi oleh punggung
gunung atau bukit yang dapat menampung curah hujan sepanjang tahun dimana
air akan terkumpul di sungai utama dan kemudian dialirkan ke laut (......,).
Siklus hidrologi merupakan suatu bahasan yang perlu dipahami terlebih
dahulu untuk memahami pendefisian DAS. Karena dapat melihat masukan berupa
curah hujan yang didistribusikan berdasarkan siklus hidrologi yang terjadi.
Konsep daur hidrologi DAS menjelaskan bahwa air hujan langsung sampai ke
permukaan tanah untuk kemudian terbagi menjadi air larian, evaporasi dan air
infiltrasi, yang kemudian akan mengalir ke sungai sebagai debit aliran. Sebagai
suatu ekosistem, DAS merupakan suatu unit pengelolaan karena setiap ada
masukan (input) ke dalam ekosistem tersebut dapat dievaluasi proses yang telah
dan sedang berlangsung dengan melihat keluaran (output) dari ekosistem tersebut.
Satuan wilayah DAS, yang terdiri dari komponen tanah, vegetasi dan air/sungai
dengan intervensi manusia, berperan sebagai prosesor terhadap setiap masukan.

Dalam mempelajari ekosistem DAS, dapat diklasifikasikan menjadi daerah


hulu, tengah dan hilir. DAS bagian hulu dicirikan sebagai daerah konservasi, DAS
bagian hilir merupakan daerah pemanfaatan. DAS bagian hulu mempunyai arti
penting terutama dari segi perlindungan fungsi tata air, karena itu setiap terjadinya
kegiatan di daerah hulu akan menimbulkan dampak di daerah hilir dalam bentuk
perubahan fluktuasi debit dan transport sedimen serta material terlarut dalam
sistem aliran airnya. Dengan perkataan lain ekosistem DAS, bagian hulu
mempunyai fungsi perlindungan terhadap keseluruhan DAS. Perlindungan ini
antara lain dari segi fungsi tata air, dan oleh karenanya pengelolaan DAS hulu
seringkali menjadi fokus perhatian mengingat dalam suatu DAS, bagian hulu dan
hilir mempunyai keterkaitan biofisik melalui daur hidrologi (Direktorat
Kehutanan dan Konservasi Sumberdaya Air, 2008).

2.2 Fungsi DAS


Daerah Aliran Sungai (DAS) memiliki fungsi yang merupakan fungsi
gabungan dari berbagai faktor yang ada pada DAS tersebut. Fungsi DAS meliputi
vegetasi, bentuk wilayah topografi, tanah dan pemukiman. Apabila dari salah satu
faktor yang ada pada DAS mengalami perubahan tertentu, maka fungsi dari faktor
yang berubah tersebut juga akan turut mempengaruhi fungsi pada ekosistem DAS.
Hal tersebut akan menyebabkan gangguan terhadap bekerjanya fungsi DAS
menjadi tidak semestinya. Hal yang dapat menyebabkan perubahan pada fungsi
aliran DAS adalah aktivitas seperti penggunaan lahan dan kondisi fisik
lingkungan (......,)..
Akibat dari fungsi DAS yang terganggu adalah sistem penangkapan curah
hujan akan menjadi tidak sempurna, sistem penyempurnaan airnya menjadi sangat
longgar atau sistem penyaluran ke sungai menjadi sangat boros. Hak tersebut akan
menyebabkan melimpahnya air pada saat musim hujan sehingga berpotensi terjadi
banjir, dan sebaliknya keadaan kekeringan ketika musim kemarau karena
minimumnya air. Hal tersebut membuat fluktuasi debit sungai antara musim hujan
dan musim kemarau berbeda tajam. Fluktuasi antar musim yang berbeda tajam

menunjukkan bahwa rendahnya kualitas DAS tersebut. Menurunnya kualitas DAS


pada umumnya disebabkan oleh beberapa faktor, seperti tekanan penduduk,
tekanan pembangunan dan tekanan sosial ekonomi masyarakat di kawasan DAS,
sedimentasi, erosi, lahan kritis, dan lain-lain (......,). Karena itulah DAS perlu
untuk dikelola dengan melakukan upaya konservasi DAS.

2.3 Perundang undangan Konservasi DAS


Permasalahan, tantangan serta ultimate goals dalam mengelola DAS ke
depan berpijak pada payung hukum seperti (Kementerian Kehutanan RI, 2012):
a. Undang-Undang No 7 tahun 2004 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air , pada Bab I pasal 1 ayat 11 menyebutkan bahwa yang
dimaksud dengan Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah daratan yang
merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang
berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari
curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat
merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah
perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
b.

Undang-Undang No 41 tahun 1999 , pasal 18 menyebutkan bahwa


pemerintah menetapkan dan mempertahankan kecukupan luas kawasan
hutan dan penutupan hutan sebesar 30 % untuk setiap DAS atau pulau

dengan sebaran yang proporsional.


c. Permenhut nomor P.42/Menhut-II/ 2009 tentang Pola Umum, Kriteria dan
Standar Pengelolaan DAS terpadu, bahwa pengelolaan DAS adalah upaya
dalam mengelola hubungan timbal balik antar Sumber Daya Alam (SDA),
terutama vegetasi, tanah dan air dengan Sumber Daya Manusia (SDM) di
DAS dan segala aktifitasnya untuk mendapatkan manfaat ekonomi dan
jasa lingkungan bagi kepentingan pembangunan dan kelestarian ekosistem.
Sasaran pengelolaan DAS yakni menciptakan : a) kondisin hidrologis yang
optimal, b) produktifitas lahan meningkat, c) kelembagaan terbentuk,
tangguh dan muncul dari bawah serta d) pembangunan berkelanjutan,

wawasan lingkungan dan adil dengan tujuan : a) mewujudkan tata air DAS
yang optimal dari semua aspek baik kuantitas, kualitas maupun
kontinyuitas, b) mewujudkan kondisi lahan yang produktif sesuai dengan
daya dukung dan daya tampung DAS secara lestari, c) mewujudkan
kesadaran, kemampuan dan partisipatif para pihak dalam pengelolaan
DAS dan d) mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat seperti
yang tertuang dalam Keputusan Menteri Kehutanan no 52 Tahun 2001
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan DAS.
d. Riset Pengelolaan DAS diarahkan untuk :
1) protection research yakni untuk mencegah/mengurangi resiko dan
kerusakan akibat longsor, erosi, banjir dan degradasi lahan,
2) production research yakni untuk mengoptimalkan pendayagunaan SDA
dan meningkatkan produktifitas SDM,
3) utilization research yakni untuk meningkatkan daya dukung lahan/DAS
dan d) rehabilitation research yakni untuk memperbaiki dan merestorasi
DAS agar berproduktif kembali.

BAB 2. PEMBAHASAN

3.1 Dampak DAS pada Ketersediaan Air


Dalam keadaannya yang khusus, DAS mempunyai ciri utana yaitu
berkaitan erat dengan sumber daya air. Kaitannya dianggap erat karena DAS
mempunyai manfaat yang besar sekali bagi pembangunan dan kelangsungan
hidup dari seluruh makhluk hidup yang ada di muka bumi. Dalam keadaan
tertentu air dapat menjadi bentuk ancaman yang besar bagi kelestarian lingkungan
hidup. Karena itulah yang perlu diperhatikan adalah mengusahakan agar air
tersebut dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin dan mencegah bahaya yang

ditimbulkannya. Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh air di DAS adalah banjir
dan erosi, yang akibatnya akan berdampak pada kerusakan lingkungan hidup di
sepanjang DAS tersebut.
Dalam mempelajari ekosistem DAS, dapat diklasifikasikan menjadi daerah
hulu, tengah dan hilir. DAS bagian hulu dicirikan sebagai daerah konservasi, DAS
bagian hilir merupakan daerah pemanfaatan. DAS bagian hulu mempunyai arti
penting terutama dari segi perlindunganfungsi tata air, karena itu setiap terjadinya
kegiatan di daerah hulu akan menimbulkan dampak di daerah hilir dalam bentuk
perubahan fluktuasi debit dan transport sedimen serta material terlarut dalam
sistem aliran airnya. Dengan perkataan lain ekosistem DAS, bagian hulu
mempunyai fungsi perlindungan terhadap keseluruhan DAS. Perlindungan ini
antara lain dari segi fungsi tata air, dan oleh karenanya pengelolaan DAS hulu
seringkali menjadi focus perhatian mengingat dalam suatu DAS, bagian hulu dan
hilir mempunyai keterkaitan biofisikmelalui daur hidrologi. Fungsi hidrologis
DAS untuk:
1. mengalirkan air;
2. menyangga kejadian puncak hujan;
3. melepas air secara bertahap;
4. memelihara kualitas air dan
5. mengurangi pembuangan massa (seperti tanah longsor
Manfaat air di DAS berhubungan dengan berbagai aktivitas sektor, seperti
sektor pertanian, industri, energi, dan lain sebagainya. Pemanfaatan sumber daya
air dan

3.2 Permasalahan DAS


Daerah aliran sungai (DAS) di Indonesia sebagian besar dalam kondisi kritis
seperti dicerminkan sering terjadinya bencana banjir dan kekeringan, serta tanah
longsor dan meluasnya lahan kritis. Dalam Keputusan Menteri Kehutanan No.

SK.328/Menhut-II/2009 disebutkan bahwa sebasar 108 DAS dalam kondisi kritis


yang memerlukan prioritas penanganan. Luas lahan kritis dalam DAS merupakan
salah satu indikasi tingkat kekritisan suatu DAS. Di Indonesia lahan kritis masih
terus berkembang dan telah mencapai 77,8 juta hektar (Departemen Kehutanan,
2007) yang tersebar di dalam kawasan hutan sekitar 51 juta ha dan di luar
kawasan hutan kurang lebih seluas 26,8 juta ha. Padahal pada tahun 2000, lahan
kritis di Indonesia diperkirakan 23.242.881 ha yang berada di dalam kawasan
hutan 8.136.646 ha (35%) dan di luar kawasan 15.106.234 ha (65%) (Dep.
Kehutanan, 2001). Padahal upaya pengendalian lahan kritis telah digaungkan
secara intensif sejak tahun 1976 melalui program Inpres (Instruksi Presiden)
Reboisasi dan Penghijauan, dan mulai tahun 2003 telah didorong melalui Gerakan
Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan/GNRHL).
DAS merupakan daerah tangkapan air (water catchment area) yang
menyediakan berbagai variasi potensi yang bernilai seperti penyedia sumber air
tawar, menyediakan habitat untuk melindungi telur dan larva ikan, serta menjaga
keanekaragaman ha-yati. Berkaitan dengan fungsinya sebagai penyedia sumber
air, beberapa permasalahan umum seringkali muncul di berbagai DAS.
Permasalahan di DAS dapat dikategorikan menjadi permasalahan institusi dan
permasalahan biofisik lingkungan. Permasalah-an biofisik lingkungan yang sering
muncul dalam pengelolaan DAS menurut Pasya (2002) antara lain: konservasi
tanah, erosi, dan ketersediaan air.
Kerusakan dan degradasi lingkungan DAS terutama disebabkan oleh: (1)
perencanaan dan praktek penggunaan lahan yang tidak sesuai, (2) pertambahan
penduduk yang semakin meningkat, (3) kemiskinan dan kemerosotan ekonomi,
(4) kebijakan yang kurang mendukung, (5) kebijakan perlindungan dan peraturan
tidak membatasi kepemilikan dan penggunaan lahan, serta (6) ketidakpastian
penggunaan hak atas tanah pada lahan hutan.
Degradasi DAS tersebut dipicu pengelolaan konvensional yang bersifat
sektoral, tidak terpadu dari hulu ke hilir serta top down yang menekankan
command and control, baik pada tataran kebijakan, operasional, maupun
pelaksanaan (Nugroho, 2003). Setiap sektor melakukan kegiatan sendiri-sendiri

dengan pendekatan masing-masing untuk kepentingan sektornya. Akibatnya,


kegiatan-kegiatan tersebut tidak menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada
DAS, justru degradasi DAS semakin meningkat. Selain itu, pendekatan top down
yang menekankan command and control menempatkan masyarakat yang tinggal
di dalam DAS sebagai pemanfaat sumber daya alam dan penerima proyek semata.
Masyarakat tidak mempunyai wewenang untuk turut berpartisipasi dan
mengambil keputusan dalam pengelolaan DAS.

3.3 Konservasi dan Pengelolaan DAS


Dampak DAS pada Ketersediaan Air

Anda mungkin juga menyukai