Etiologi Demam
Etiologi Demam
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pola demam
Demam septik: suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali
pada malam hari dan turun kembali ke tingkat normal pada pagi hari.
Sering disertai menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi
tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik
Demam remiten: suhu badan dapat turun setiap hari teteapi tidak pernah
mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat
dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang
dicatat pada demam septik.
Demam intermitten: suhu badan turun ke tingkat yang normal selama
beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua
hari sekali disebut tertiana dan bila terjadi dua hari bebas demam dantara
dua serangan demam disebut kuartana.
Demam kontinyu: variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari
satu derajat. Pada demam yang terus meninggi disebut hiperpireksia.
Demam siklik: kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari yang diikuti
oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diiikuti
oleh kenaikan suhu seperti semula.
Demam belum terdiagnosis: suatu keadaan dimana seorang pasien
mengalami demam terus-menerus selama 3 minggu dengan suhu badan
diatas 38 derajat celcius dan tetapi belum ditemukan penyebabnya
walaupun telah diteliti selama 1 minggu secara intensif dengan
menggunakan sarana laboratorium dan penunjang medis lainnya.
pirogen
eksogen
adalah
produk
mikroorganisme
seperti
toksin
atau
kemudian
akan
meningkatkan
patokan
termostat
di
pusat
B. Mual Muntah
Mual dan muntah pada penderita disebabkan oleh kuman yang
masuk di dalam tubuh dinetralisir sebagian oleh asam lambung dan
terjadi peningkatan produksi asam lambung. Lalu tubuh melakukan mual
adalah sebagai suatu hal tersebut terjadi. Muntah di akibatkan tubuh
harus mengeluarkan sejumlah makanan yang ada di dalam lambung
untuk mengurangi produksi asam lambung tersebut.
C. Nyeri Kepala
Disebabkan oleh tubuh kekurangan asupan nutrisi karena gejala
mual dan muntah di atas.Akibatnya terjadi hipoksia jaringan dan tubuh
melakukan fungsi homestasis dengan cara melebarkan pembuluh darah
(vasodilatasi). Vasodilatasi tersebut, lalu menekan struktur bangunan
peka nyeri di otak dan membuat nyeri kepala.
D. Berkeringat
Disebabkan oleh kuman yang sudah masuk ke aliran darah dan
mengeluarkan zat endotoksinnya, tubuh lalu melepaskan mediatormediator radang. Fungsi tubuh lalu melakukan homeostasis agar tubuh
tetap dalam keadaan suhu normal.
3. Hubungan gejala dengan makanan yang dikonsumsi pada skenario.
Ketika makanan yang terinfeksi bakteri, makrofag akan teraktivasi
membentuk IL-1 dan IL-2. IL-1 kemudian akan menyintesis asam
arakhidonat yang akan memicu keluarnya PGE2 yang mampu
mempengaruhi kerja thermostat di hipotalamus yang akan meningkatkan
suhu tubuh (DEMAM).
Sementara IL-2 akan mengaktivasi sel T yang akan memicu
pengeluaran IL-3 yang akan mengaktivasi sel mast yang dapat
meningkatkan asam lambung untuk meneteralisir bakteri yang masuk ke
dalam tubuh (MUAL/MUNTAH).
Selain meningkatan asam lambung, sel mast juga mengaktifkan
faktor pembekuan yang merangsang serabut saraf otak, timbullah nyeri
kepala.
1. Demam Tifoid
A. DEFINISI
Demam tifoid adalah infeksi akut pada saluran pernafasan yang
disebabkan oleh Salmonella typhi. Demam paratifoid adalah penyakit
sejenis yang disebabkan oleh Salmonella paratyphi A, B, dan C. Gejala
dan tanda kedua penyakit tersebut hampir sama, tetapi manifestasi klinis
paratifoid lebih ringan. Kedua penyakit diatas disebut tifoid. Terminology
lain yang sering digunakan adalah typhoid fever, thypus, dan Paratyphus
abdominalis atau demam enteric.
1 MM Salmonela Enterica
1 Definisi
Salmonella enterica adalah bakteri gram-negatif, memiliki flagellata
dan berbentuk tongkat yang merupakan anggota dari genus
Salmonella. Ayam mentah dan telur angsa dapat menjadi perantara S.
enterica, terutama di putih telur, meskipun tidak semua telur
terinfeksi. Untuk mendeteksi adanya bakteri ini, dilakukan prosedur uji
serologi, yakni uji widal.
2 Morfologi
Salmonella merupakan bakteri Gram negative berbentuk batang
fakultatif. Genus Salmonella dinamai oleh seorang ahli patologi hewan
Amerika yang bernama Daniel Elmer Salmon, namun Theobald Smith
adalah penemu sebenarnya dari jenis bakteri (Salmonella enterica var.
choleraesuis) pada 1885,yang menyebabkan penyakit enteric pada
babi.
Ciri-ciri dari bakteri Salmonella adalah sebagai berikut :
- Berbentuk batang dengan ukuran tergantung jenis bakteri (pada
umumnya memiliki panjang 2-3 m, dan bergaris tengah antara
0,3 0,6 m ).
- Bersifat Gram negative.
- Berkembang biak dengan cara membelah diri.
- Tidak berspora dan bersifat aerob.
- Motil (pergerakan ) dengan mengunakan flagel. Mempunyai flagel
perithrik (diseluruh permukaan sel), kecuali pada jenis Salmonella
gallinarum dan Salmonella pullorum.
- Salmonella mudah tumbuh pada medium sederhana, tetapi hampir
tidak pernah memfermentasikan laktosa atau sukrosa.
- Salmonella membentuk asam dan kadang-kadang gas dari glukosa
dan manosa.
- Salmonella resisten terhadap bahan kimia tertentu (misal, hijau
brilian, natrium tetrationat,natrium deoksikolat) yang menghambat
bakteri enteric lain,oleh karena itu senyawa senyawa tersebut berguna
untuk inklusi isolate salmonella dari feses pada medium.
- Struktur sel bakteri Salmonella terdiri dari inti (nukleus), sitoplasma,
dan dinding sel. Karena dinding sel bakteri ini bersifat Gram negative ,
maka memiliki struktur kimia yang berbeda dengan bakteri Gram
positif.
Menurut JAWETZ et al (dalamBonang,1982) mengemukakan bahwa
dinding sel bakteri gram negative mengandung 3 polimer senyawa
muko kompleks yang terletak diluar lapisan peptidoglikan (murein).
Ketiga polimer ini terdiri dari :
a Lipoprotein adalah senyawa protein yang mempunyai fungsi
menghubungkan antara selaput luar dengan lapisan peptidoglikan.
b Selaput luar adalah selaput ganda yang mengandung senyawa
fosfolipid dan sebagian besar dari senyawa fosfolipid ini terikat oleh
molekul-molekul lipopolisakarida pada lapisan atas nya.
3
Klasifikasi
Berikut klasifikasi dari bakteri Salmonella :
Kerajaan : Bacteria
Filum : Proteobakteria
Kelas : Gamma proteobakteria
Ordo : Enterobakteriales
Family : Enterobakteriaceae
Genus : Salmonella
Spesies : Salmonella enterica, Salmonella arizona, Salmonella typhi,
Salmonella choleraesuis, Salmonella enteritidis.
3.4. Manifestasi
Masa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari, walaupun pada umumnya adalah 1012 hari. Padaawal penyakit keluhan dan gejala penyakit tidaklah khas, berupa :
anoreksia
rasa malas
sakit kepala bagian depan
nyeri otot
lidah kotor
gangguan perut (perut meragam dan sakit)
3.5. Diagnosis
Diagnosis pasti ditegakkan dengan cara menguji sampel najis atau darah untuk
mengetahui adanya bakteri Salmonella spp dalam darah penderita, dengan
membiakkan darah pada hari 14 yang pertama dari penyakit. Selain itu tes widal
(O dah H agglutinin) mulai positif pada hari kesepuluh dan titer akan semakin
meningkat sampai berakhirnya penyakit. Pengulangan tes widal selang 2 hari
menunjukkan peningkatan progresif dari titer agglutinin (diatas 1:200)
menunjukkkan diagnosis positif dari infeksi aktif demam tifoid.
Sampel darah yang positif dibuat untuk menegakkan diagnosa pasti. Sample
urine dan faeces dua kali berturut-turut digunakan untuk menentukan bahwa
penderita telah benar-benar sembuh dan bukan pembawa kuman (carrier).
Sedangkan untuk memastikan apakah penyakit yang diderita pasien adalah
penyakit lain maka perlu ada diagnosa banding. Bila terdapat demam lebih dari
lima hari, dokter akan memikirkan kemungkinan selain demam tifoid yaitu
penyakit infeksi lain seperti Paratifoid A, B dan C, demam berdarah (Dengue
fever), influenza, malaria, TBC (Tuberculosis), dan infeksi paru (Pneumonia).
3.6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium : dapat ditemukan lekopeni, lekositosis, atau lekosit
normal,
aneosinofilia,
limfopenia,
peningkatan
Led,
anemia
ringan,
trombositopenia, gangguan fungsi hati. Kultur darah (biakan empedu) positif
atau peningkatan titer ujiWidal >4 kali lipat setelah satu minggu memastikan
diagnosis. Kultur darah negatif tidak menyingkirkan diagnosis. Uji Widal tunggal
dengan titer antibodi O 1/320 atau H 1/640 disertai gambaran klinis khas
menyokong diagnosis.
Kultur jaringan
Diagnosis definitive penyakit tifus dengan isolasi bakteri Salmonella typhi
dari specimen yang berasal dari darah penderita. Pengambilan specimen
Pemeriksaan penunjang : Darah parifer lengkap, tes fungsi hati, serologi, kultur
darah(biakan empedu)
3.7. Penatalaksanaan
Pengobatan penderita Demam Tifoid di Rumah Sakit terdiri dari pengobatan
suportif, medikamentosa, terapi penyulit (tergantung penyulit yang terjadi).
Kadang-kadang perlu konsultasi ke Divisi Hematologi, Jantung, Neurologi, bahkan
ke Bagian lain/Bedah.
Pengobatan medikamentosa
Obat-obat pilihan pertama adalah kloramfenikol, ampisilin/amoksisilin atau
kotrimoksasol. Obat pilihan kedua adalah sefalosporin generasi III. Obatobat pilihan ketiga adalahmeropenem, azithromisin dan fluorokuinolon.
Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kg BB/hari, terbagi dalam 3-4
kali pemberian, oral atau intravena, selama 14 hari. Bilamana terdapat
indikasi kontra pemberian kloramfenikol
Pada kasus berat, dapat diberi seftriakson dengan dosis 50 mg/kg BB/kali dan
diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kg BB/hari, sekali sehari, intravena, selama 57 hari. Pada kasus yang diduga mengalami MDR (Multi Drug Resistance), maka
pilihan antibiotika adalah meropenem, azithromisin dan fluoroquinolon.
Pengobatan non-medikamentosa
3.8. Pencegahan
Pencegahan penyakit demam Tifoid bisa dilakukan dengan cara perbaikan
higiene dan sanitasi lingkungan serta penyuluhan kesehatan. Imunisasi dengan
menggunakan vaksin oral dan vaksin suntikan (antigen Vi Polysaccharida
capular) telah banyak digunakan. Saat ini pencegahan terhadap kuman
Salmonella sudah bisa dilakukan dengan vaksinasi bernama chotipa (choleratifoid-paratifoid) atau tipa (tifoid-paratifoid). Untuk anak usia 2 tahun yang masih
rentan, bisa juga divaksinasi.