PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan berkaitan dengan saluran
pencernaan yang banyak terjadi di masyarakat akibatnya dapat menyebabkan
peradangan pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik, difus atau
lokal. WHO mengadakan tinjauan terhadap bebarapa negara di dunia dan
mendapatkan presentase dari angka kejadian gastritis di dunia, diantaranya
adalah Inggris 22%, China 31%, Jepang 14, 3%, Kanada 33%, dan Perancis 29,
5%. Sedangkan angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO pada akhir
tahun 2011 adalah memasuki angka prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952
jiwa penduduk (RISKESDAS, 2013). Dalam penelitian lain di Asia Tenggara
sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Indonesia angka
kejadian gastritis cukup tinggi. Dari penelitian yang dilakukan oleh Departemen
Kesehatan RI angka kejadian gastritis dibeberapa kota di Indonesia ada yang
tinggi mencapai 91,6% yaitu di Kota Medan, di beberapa kota lainnya seperti
Surabaya 31,2%, Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang
35,5%, Aceh 31,7%, dan Pontianak 31,2% (Sulastri, dkk, 2012).
Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang paling sering
terjadi akibat ketidakteraturan makan, misalnya makan terlalu banyak, cepat dan
makan makanan yang terlalu berbumbu (Brunner, 2006). Gastritis terjadi pada
orang - orang yang mempunyai pola makan tidak teratur dan merangsang
produksi asam lambung (Padmiarso, 2009).
luka (ulkus) yang dikenal dengan tukak lambung juga dapat menimbulkan
perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis (muntah
darah), melena, perforasi dan anemia karena gangguan absorpsi vitamin B12
(anemia pernisiosa) bahkan dapat menimbulkan kanker lambung (Suratum,
2010).
Dari paparan latar belakang di atas menujukan bahwa penderita gastritis cukup
tinggi, karena sebagian besar penderita membiarkan gastritisnya dan
menganggap gastritis adalah penyakit ringan yang seringkali diabaikan karena
keluahannya sangat biasa. Hal ini menunjukkan pengetahuan yang kurang dari
penderita terutama cara pengobatan, pencegahan, dan perawatan bagi para
penderita gastritis. Perawat berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan
keluarga yang sakit, sebagai pendidik kesehatan, dan sebagai fasilitator agar
pelayanan kesehatan mudah dijangkau dan kebutuhan keluarga yang sakit dapat
terpenuhi dengan baik.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberi
penyuluhan
diharapkan keluarga
khusunya anggota
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Misalnya,
ayah
mempunyai
peran
formal
sebagai
adalah
fungsi
internal
keluarga,
adalah
untuk
perkembangan
tempat
fungsi
keluarga
anggota
keluarga
dan
keluarga
meneruskan
kelangsungan keturunan.
4) Fungsi ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga, baik untuk makan, kesehatan dan pendidikan.
5) Fungsi perawatan kesehatan, adalah kemampuan keluarga
untuk merawat anggota keluarga yang sakit.
2. Tugas Kesehatan Keluarga
Dalam upaya penanggulangan masalah kesehatan, tugas keluarga
merupakan
faktor
utama
untuk
pengembangan
pelayanan
Dalam
melakukan
asuhan
keperawatan
keluarga,
perawat
perlu
(edukator),
perawat
bertanggung
jawab
kepada
keluarga
melalui
kontak
pertama
menangani gastritis.
3) Sebagai fasilisator, perawat dapat menjadi tempat bertanya
individu, keluarga, dan masyarakat untuk memecahkan masalah
kesehatan dan keperawatan mengenai gastritis.
4. Tanggung Jawab Perawat
Tanggung jawab perawat yaitu membantu apapun yang pasien
butuhkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut (misalnya kenyamanan
fisik dan rasa aman ketika dalam medapatkan pengobatan atau dalam
pemantauan. Perawat harus mengetahui
membantu
pada
perkembangan
perkembangan
dan
kejadian-kejadian
tentang
kesehatan.
b) Riwayat keluarga sebelumnya : adakah riwayat penyakit dari
orang tua ataupun riwayat penyakit keturunan lainnya.
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karateristik Rumah
1. Gambaran tipe rumah klien apakah memiliki rumah sendiri
atau menyewa rumah.
2. Gambaran kondisi rumah (baik interior maupun eksterior
rumah).
Bagaimana
kondisi
dan
kecukupan
perabot.
sering
berpindah-pindah
tempat
tinggal
untuk
a) Anggota
keluarga
yang
sering
menggunakan
fasilitas
yang
untuk
dimiliki
keluarga
pemeliharaan
yang
kesehatan
dapat
dalam
menanggulangi gastritis.
b) Sumber pendukung keluarga pada saat keluarga membutuhkan
bantuan, (orang tua, keluarga dekat, teman-teman dekat,
tetangga, lembaga : Pemerintah maupun Swasta/LSM).
c) Jaminan pemeliharan kesehatan yang dimiliki keluarga
d. Struktur Keluarga
1) Pola-pola Komunikasi
a) Pola-pola umum apa yang digunakan menyampaikan pesanpesan penting (langsung, tidak langsung) dalam membahas
menenai penyakit yang dialmi khususnya keluarga dengan
klien yang mengalami gastritis.
b) Jenis-jenis disfungsional komunikasi apa yang nampak dalam
pola-pola komunikasi keluarga yang menghambat terjadinya
proses penyakit gastritis.
2) Struktur Kekuasaan
a) Keputusan dalam Keluarga dalam mengambil keputusan untuk
menanggulangi penyakit gastritis.
b) Bagaimana cara keluarga dalam mengambil keputusan
(otoriter, musyawarah/ kesepakatan, diserahkan pada masingmasing individu)
3) Struktur Peran
a) Struktur Peran Formal
b) Struktur Peran Informal
Adakah
peran-peran
informal
dalam
keluarga.
Untuk
kebudayaan
keluarga,
apakah
orang
tua
(suami/istri)
mampu
Apakah
kesehatan
keluarga
konsisten
menerapkan
nilai-nilai
Perilaku
mendukung
sakit
Kemampuan keluarga mengidentifikasi tanda- gejala pada
menangani gastritis.
Keluarga mengetahui bahwa Rematik adalah masalah yang
serius.
c) Praktik diet keluarga:
h) Praktik lingkungan:
Biasanya keluarga akan menjaga lingkungannya dari polusi
udara, air suara lingkungan karena sudah mengetahui bahwa
ada keluarga terkena gastritis.
i) Cara-cara pencegahan penyakit:
Pengetahuan keluarga mengenai pencegahan penyakit tersebut.
j) Pelayanan perawatan kesehatan yang diterima dan yang
dimanfaatkan keluarga :
Kebiasaan keluarga akan mengunjungi
ulangan.
Harapan
keluarga
terhadap
perawat
biasanya
akan
f. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada asuhan keperawatan keluarga
dilakukan pada seluruh anggota keluarga yang berada di rumah.
Pemeriksaan yang dilakukan antara lain :
1) Keadaan umum, kesadaran, BB, dan Antopometri (biasanya terjadi
penurunan BB bedasarkan mual dan muntah yang dialami)
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital antara lain : tekanan darah, nadi,
respirasi, suhu Pada penderita rematik akan terjadi peningkatan
tanda-tanda vital karena akan ada nyeri yang dirasakan.
3) Kepala : inspeksi bentuk, kebersihan rambut dan kulit kepala, dan
nyeri tekan yang dirasakan atau adanya luka/ lesi. Pada klien
dengan gastritis tidak akan terjadi kelainan yang berhubungan
dengan kepala
4) Telinga : dilihat bentuknya, kebersihan telinga, dan fungsi
pendengarannya. Pada klien dengan gastritis tidak akan terjadi
gangguan pada telinga.
5) Mata : dilihat kesimetrisan mata, dan kebersihan mata serta di test
mengenai reflek pupil mata, dan fungsi penglihatannya. Pada klien
dengan gastritis pada umumnya tidak akan mengalami gangguan
pada penglihatan.
6) Hidung : dilihat kesimetrisan lubang hidung klien, apakah ada
septum atau tidak, kebersihan hidungnya dan bagaimana fungsi
penciumannya. Pada klien dengan gastritis tidak akan mengalami
gangguan pada hidung
7) Mulut : dilihat bentuk mulutnya apakah ada kelainan atau tidak,
bagaimana mukosa bibir klien. Pada klien dengan
gastritis
apakah baik atau tidak. Pada klien dengan gastritis biasanya tidak
mengelami gangguan fungsi pada leher atau bagian sekitarnya.
9) Dada : dilihat bagaimana bentuk dada nya simetris atau tidak,
bagaimana perkembangan dada nya sama atau tidak, di auskultasi
suara napas apakah normal (vesikuler), suara jantungnya apakah
normal S1 dan S1 reguler (Lup-Dup) atau tidak. Pada klien dengan
gastritis biasanya tidak mengalami kelainan pada dada
10) Abdomen : dilihat bagaimana bentuk dari perutnya apakah datar
atau kembung, kemudian di asukultasi bising ususnya apakah
normal atau tidak, ada luka atau lesi, dan apakah ada nyeri tekan
atau tidak. Di palpasi apakah ada pembesaran limfa atau hati dan
apakah ada nyeri pada area ginjal atau tidak. Pada klien dengan
gastritis biasanya mengalami kelianan pada bagian perut akan
merasakan kembung dan keras, serta merasakan adanya nyeri
tekan, skala > 5 (0-10).
11) Genetalia : dikaji apakah ada kelainan atau tidak pada genetalia
klien, dan bagaimana kebersihan genetalia klien. Pada klien
dengan gastritis biasanya tidak mengalami gangguan pada genetali
klien
12) Integumen : dilihat keadaan kulit klien, bagaimana turgor
kulitnya, apakah ada luka atau lesi pada integumennya. Pada klien
dengan gastritis tidak ada keluhan.
13) Ekstermitas atas dan bawah : dilihat kesimetrisannya apakah ada
kelaianan atau tidak bagaimana fungsi dari anggota gerak
ekstermitas atas klien apakah terdapat nyeri atau tidak dan
bagaiamana kekuatan otot dari klien. Pada klien dengan gastritis
biasanyatidak akan mengalami gangguan pada daerah ekstremitas
baik atas maupun bawah.
g. Harapan Keluarga
yang
NOC
NIC
Manajemen nyeri :
1. Lakukan pengkajian nyeri
secara komperhensif,
lokasi,
karakteristik,
intensitas nyeri, dan
faktor
presipitasinya,
serta
lakukan
pengkajian TTV
Menunjukan
tingkat
nyeri
dengan
indikator
sebagai
berikut :
1. Ekspresi nyeri pada wajah
hilang
2. Gelisah
/
ketegangan
Menghilang
3. Merintih dan menangis
tidak terjadi
4. Tidak ada gelisah
2.
3.
Berikan
Informasi
mengenai pengertian,
penyebab, berapa lama
nyeri berlangsung, dan
antisipasi agar nyeri
tidak dapat menyerang
Ajarkan terapi non
farmakologi
(pemgobatan
herbal
atau tradisional)
Kriteria
Standar/ Rasional
Respon
Afektif
1.
Peningkatan
TTV
menandakan adanya
nyeri pada lokasi yang
ditemkan
Respon
Kognitif
2.
Respon
Psikomotor
3.
Respon
Afektif
Pengobatan tradisional
pilihan obat yang tidak
mneimbulkan
efek
samping berbahaya dan
juga efisien dalam jumlah
biaya yang dikeluarkan
4.
Keluarga merupakan
orang terdekat yang dapat
membantu klien
Insomnia pada
keluarga Tn. .
khususnya Ny.
.
Tidur
:
Penghentian Peningkatan tidur :
kesadaran yang alami dan 1. Pantau pola tidur
klien
dan
catat
periodik
ketika
tubuh
hubungannya dengan
dipulihkan.
Pasien
penyakit
rematik
memperlihatkan tidur yang
yang dialami
dibuktikan oleh indikator
2. Ajarkan klien untuk
sebagai berikut :
mneghindari
1. Jumlah
jam
tidur
makanan
dan
sedikitnya 5 jam dalam 24
minuman saat akan
jam
2. Kualitas tidur baik
tidur yang dapat
3. Perasaan segar setelah
mengganggu tidur
tidur
4. Terbangun di waktu yang
sesuai
3. Fasilitasi klien untuk
ritual sebelum tidur
Penyuluhan individual :
1. Bina hubungan saling
Respon
Afektif
Respon
Afektif
2. Makanan
yang
menyebabkan
nyeri
terasa akan membuat
klien sulit tidur
Respon
Psikomotor
Respon
Psikomotor
Respon
1. Hubungan
saling
mengenai
dengan pengetahuan yang
penyakit gastritis baik mengenai penyakit
pada
keluarga rematik
Tn.
khususnya Ny.
percaya
bangun
kredibilitas, tetapkan
tujuan pembelajaran
bersama
2. Kaji keterlibatan fisik
dan mental untuk
belajar
3. Berikan
informasi
mengenai pengertian,
tanda dan gejala,
penyebab, dan konsep
penyakit,
serta
pengobatan
tradisional
untuk
penyakit rematik
4. Ikutsertakan keluarga
atau orang terdekat
bila perlu
Ansietas
pada
keluarga Tn.
khususnya Ny.
Tingkat Ansietas :
Ansietas berkurang di
tunjukan dengan
1. Bukti tingkat ansietas
Penurunan Ansietas :
1. Gunakan pendekatan
yang tenang dan tidak
terburu-buru
Verbal
Respon
Afektif
2. Kemampuan membaca
dan
menulis
klien
menentukan
keberhasilan intervensi
3. Informasi yang akurat
meningkatkan
pemahaman
klien
mengenai
penyakit
rematik
Respon
Kognitif
&
Psikomotor
Respon
Afektif
Respon
Afektif
1.
Pendekatan yang
meningkatkan
tenang
hanya ringan-sedang
2. Menunjukan pengendalian
diri terhadap ansietas
Kesiapan untuk
meningkatkan
kenyamanan
pada
keluarga
Tn.
khususnya Ny.
.
2. Sediakan
informasi
faktual
menyangkut
diagnosis, terapi, dan
prognosis penyakit.
3. Libatkan keluarga
untuk
proses
pendampingan untuk
meningkatkan
kemanan klien dan
mengurangi rasa takut
Tingkat kenyamanan :
Manajemen Lingkungan :
Tingkat
persepsi
positif 1. Kaji bersama klien
terhadap kemudahan fisik
apa arti kenyamanan
dan psikologis
bagi dirinya
2. Kaji hambatan dalam
Meningkatkan
tingkat
meningkatkan
rasa
kenyamanan
yang
di
nyaman
buktikan oleh
indikator
sebagai berikut :
1. Kesejahteraan fisik
2. Pengendalian nyeri
3. Tingkat kemandirian
3. Bekerjasama dengan
klien
untuk
mengembangkan
Respon
Kognitif
Respon
Afektif
Respon
Afektif
Respon
Verbal
Respon
Kognitif
kenyamanan klien
2.
Informasi
faktual
menurunkan ansietas
3. Keluarga adalah orang
yang
lebih
dekat
dengan klien
dapat
membantu
dan
menjangkau klien lebih
cepat .
rencana perawatan
Respon
Verbal
semnagat
dalam
meningkatkan
kenyamanan
4. Keluh kesah klien akan
terbagi dank lien lebih
merasa nyaman
BAB III
PENUTUP
Gastritis bila tidak diobati akan mengakibatkan sekresi lambung semakin meningkat
dan akhirnya membuat lambung
lambung juga dapat menimbulkan perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA)
berupa hematemesis (muntah darah), melena, perforasi dan anemia karena gangguan
absorpsi vitamin
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, Komang. (2010). Asuhan Keperawatan Keluarga . Yogyakarta : Sagung Seto.
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC NOC. Jakarta: Medication
Publisher.