Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan berkaitan dengan saluran
pencernaan yang banyak terjadi di masyarakat akibatnya dapat menyebabkan
peradangan pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik, difus atau
lokal. WHO mengadakan tinjauan terhadap bebarapa negara di dunia dan
mendapatkan presentase dari angka kejadian gastritis di dunia, diantaranya
adalah Inggris 22%, China 31%, Jepang 14, 3%, Kanada 33%, dan Perancis 29,
5%. Sedangkan angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO pada akhir
tahun 2011 adalah memasuki angka prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952
jiwa penduduk (RISKESDAS, 2013). Dalam penelitian lain di Asia Tenggara
sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Indonesia angka
kejadian gastritis cukup tinggi. Dari penelitian yang dilakukan oleh Departemen
Kesehatan RI angka kejadian gastritis dibeberapa kota di Indonesia ada yang
tinggi mencapai 91,6% yaitu di Kota Medan, di beberapa kota lainnya seperti
Surabaya 31,2%, Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang
35,5%, Aceh 31,7%, dan Pontianak 31,2% (Sulastri, dkk, 2012).
Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang paling sering
terjadi akibat ketidakteraturan makan, misalnya makan terlalu banyak, cepat dan
makan makanan yang terlalu berbumbu (Brunner, 2006). Gastritis terjadi pada
orang - orang yang mempunyai pola makan tidak teratur dan merangsang
produksi asam lambung (Padmiarso, 2009).

Gastritis disebut juga sebagai

penyakit maag dan merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas


sehari - hari, yang bisa mengakibatkan kualitas hidup menurun, tidak produktif
dan bila tidak ditangani dengan baik akan berakibat fatal bahkan sampai pada
tahap kematian (Valle, 2008). Gastritis bila tidak diobati akan mengakibatkan
sekresi lambung semakin meningkat dan akhirnya membuat lambung luka-

luka (ulkus) yang dikenal dengan tukak lambung juga dapat menimbulkan
perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis (muntah
darah), melena, perforasi dan anemia karena gangguan absorpsi vitamin B12
(anemia pernisiosa) bahkan dapat menimbulkan kanker lambung (Suratum,
2010).
Dari paparan latar belakang di atas menujukan bahwa penderita gastritis cukup
tinggi, karena sebagian besar penderita membiarkan gastritisnya dan
menganggap gastritis adalah penyakit ringan yang seringkali diabaikan karena
keluahannya sangat biasa. Hal ini menunjukkan pengetahuan yang kurang dari
penderita terutama cara pengobatan, pencegahan, dan perawatan bagi para
penderita gastritis. Perawat berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan
keluarga yang sakit, sebagai pendidik kesehatan, dan sebagai fasilitator agar
pelayanan kesehatan mudah dijangkau dan kebutuhan keluarga yang sakit dapat
terpenuhi dengan baik.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberi

penyuluhan

diharapkan keluarga

khusunya anggota

keluarga yang sakit mampu mengatasi masalah kesehatan (gastritis).


2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 5 x 30 menit keluarga
khusunya anggota mampu:
a. Menyebutkan pengertian gastritis
b. Menyebutkan penyebab dari gastritis
c. Menyebutkan tanda dan gejala gastritis
d. Menyebutkan cara pencegahan gastritis
e. Menyebutkan jenis makanan yang harus dihindari dan dikonsumsi pada
keluarga dengan anggota keluarganya yang sakit gastritis.
f. Menyebutkan pengobatan gastritis dengan menggunakan obat herbal
atau alami.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Keluarga


1. Konsep Dasar Keluarga
a. Pengertian keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap
dalam keadaan saling ketergantungan (Sudiharto, 2007 dalam Ayu,
Komang 2010).
b. Tipe / Bentuk Keluarga (Sudiharto, 2007 dalam Ayu, Komang 2010).
Beberapa bentuk keluarga yang mengalami gastritis biasanya terjadi
pada semua tipe keluarga.
1) Keluarga inti (Nuclear Family)
Keluarga yang terdiri dari suam, istri, dan anak-anak.
2) Keluarga besar (Extended Family)
Keluarga inti ditambah keluarga yang lain kakek, nenek, bibi,
paman, sepupu.
3) Keluarga Campuran (Blended Family)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung dan
anak-anak tiri.
4) Keluarga menurut hukum umum (Common Law Family)
Keluarga yang hanya terdiri dari : anak-anak yang tinggal bersama.
5) Keluarga orang tua tinggal
Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena telah
bercerai, berpisah, ditinggal mati.

6) Keluarga Hidup Bersama (Commune Family)


Keluarga yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak yang tinggal
bersama berbagi hak dan tanggungjawab, serta memiliki
kepercayaan bersama..

c. Struktur dan Fungsi Keluarga


Setiap anggota keluarga mempunyai struktur peran formal dan
informal.

Misalnya,

ayah

mempunyai

peran

formal

sebagai

kepala keluarga dan pencari nafkah. Peran informal ayah adalah


sebagai panutan dan pelindung keluarga.. Menurut Sudiharto ( 2007)
dalam Ayu Komang (2010) ada lima fungsi dasar keluarga adalah
sebagai berikut :
1) Fungsi afektif,

adalah

fungsi

internal

pemenuhan kebutuhan psikososial.


2) Fungsi sosialisasi, adalah proses
perubahan individu
berinteraksi social.
3) Fungsi reproduksi,

keluarga,
adalah

untuk

perkembangan

tempat
fungsi

keluarga

anggota

keluarga

dan

keluarga
meneruskan

kelangsungan keturunan.
4) Fungsi ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga, baik untuk makan, kesehatan dan pendidikan.
5) Fungsi perawatan kesehatan, adalah kemampuan keluarga
untuk merawat anggota keluarga yang sakit.
2. Tugas Kesehatan Keluarga
Dalam upaya penanggulangan masalah kesehatan, tugas keluarga
merupakan

faktor

utama

untuk

pengembangan

pelayanan

kesehatan kepada masyarakat. Tugas kesehatan keluarga menurut


Friedmann (1998) dalam Ayu Komang (2010) adalah sebagai berikut:
a. Mengenal gangguan perkembangan masalah kesehatan setiap
anggotanya pada pasien dengan gastritis.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan kesehatan yang
tepat, untuk menanggulangi gastritis.
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit
gastritis
3. Peran Perawat Keluarga

Dalam

melakukan

asuhan

keperawatan

keluarga,

perawat

perlu

memerhatikan prinsip-prinsip berikut :


a. Melakukan kerja bersama keluarga secara kolektif untuk menangani
masalah gastritis.
b. Memulai pekerjaan dari hal yang sesuai dengan kemampuan keluarga.
c. Menyesuaikan rencana asuhan keperawatan dengan tahap
perkembangan keluarga.
d. Menerima dan mengakui struktur keluarga.
e. Menekankan pada kemampuan keluarga Peran perawat keluarga
adalah (Ayu, 2010)
sebagai berikut:
1) Sebagai pendidik

(edukator),

perawat

bertanggung

jawab

memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga, terutama


untuk anggota keluarga yang terkena penyakit gastritis.
2) Sebagai pelaksana pelayanan perawatan, pelayanan keperawatan
dapat diberikan
dengan

kepada

keluarga

melalui

kontak

pertama

anggota keluarga untuk melakukan bina trust dalam

menangani gastritis.
3) Sebagai fasilisator, perawat dapat menjadi tempat bertanya
individu, keluarga, dan masyarakat untuk memecahkan masalah
kesehatan dan keperawatan mengenai gastritis.
4. Tanggung Jawab Perawat
Tanggung jawab perawat yaitu membantu apapun yang pasien
butuhkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut (misalnya kenyamanan
fisik dan rasa aman ketika dalam medapatkan pengobatan atau dalam
pemantauan. Perawat harus mengetahui
membantu

kebutuhan pasien untuk

memenuhinya. Ada beberapa aktivitas spontan dan rutin

yang bukan aktivitas profesional perawat yang dapat dilakukan oleh


perawat, sebaiknya hal ini dikurangi agar perawat lebih terfokus
aktivitas - aktivitas yang benar benar menjadi kewenangannya.

pada

B. Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Tahap Pengkajian
a. Data Umum :
1) Nama kepala keluarga
:Diisi oleh nama KK
2) Umur
:Usia diisi oleh klien dengan gastritis
3) Agama
: Agama yang dianut oleh keluarga
4) Pendidikan
: Pendidikan terakhir keluarga
5) Pekerjaan
: Pekerjaan keluarga
6) Suku / Bangsa
: Disi oleh suku bangsa keluarga
7) Alamat
: Alamat kediaman keluarga
8) Komposisi keluarga
: Komposisi keluargadiisi sesuai KK
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Pada tahap perkembangan biasanya keluarga mempunyai riwayat
gastritis.
2) Tugas Keluarga yang belum terpenuhi
Apakah keluarga dapat mempertahankan

perkembangan

kesehatannya, yakni mempertahankan gaya hidup sehat.


3) Riwayat keluarga inti
a) Riwayat keluarga inti mulai lahir hingga saat ini, termasuk
riwayat

perkembangan

dan

kejadian-kejadian

tentang

kesehatan.
b) Riwayat keluarga sebelumnya : adakah riwayat penyakit dari
orang tua ataupun riwayat penyakit keturunan lainnya.
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karateristik Rumah
1. Gambaran tipe rumah klien apakah memiliki rumah sendiri
atau menyewa rumah.
2. Gambaran kondisi rumah (baik interior maupun eksterior
rumah).

Bagaimana

kondisi

dan

kecukupan

perabot.

Penerangan, ventilasi, lantai, tangga, susunan dan kondisi


bangunan.
3. Dapur: suplai air minum, penggunaan alat-alat masak,
pengamanan untuk kebakaran, biasanya keluaraga jarang

menyiapkan makanan bagi anggota keluarganya sehingga


anggota keluarga jarang makan.
4. Kamar mandi: sanitasi, air, fasilitas toilet, ada tidaknya sabun
dan handuk.
5. Mengkaji keadaan umum kebersihan dan sanitasi rumah.
Apakah ada serbuan serangga-serangga kecil (khususnya di
dalam) dan/atau masalah-masalah sanitasi yang disebabkan
oleh kehadiran binatang-binatang piaraan.

2) Lingkungan dan Komunitas Tempat Tinggal yang Lebih Luas


a) Tipe lingkungan/komunitas (desa, kota, subkota, antarkota).
b) Tipe tempat tinggal (hunian, industrial, campuran hunian dan
industri kecil, agraris) di lingkungan.
c) Keadaan tempat tinggal dan jalan raya (terpelihara, rusak,
tidak terpelihara, sementara /diperbaiki).
d) Sanitasi jalan, rumah (kebersihan, pengumpulan sampah, dll).
e) Pelayanan-pelayanan kesehatan dan pelayanan-pelayanan
sosial apa yang ada dalam lingkungan dan komunitas.
f) Fasilitas-fasilitas ekonomi (warung, toko, apotik, pasar).
g) Lembaga-lembaga pelayanan sosial (kesejahteraan, konseling,
pekerjaan).
3) Mobilitas Geografis Keluarga
a) Lama keluarga tinggal di daerah ini.
b) Apakah

sering

berpindah-pindah

tempat

tinggal

untuk

melakukan aktivitas sehar-harinya.


4) Hubungan Keluarga dengan Fasilitas-Fasilitas Kesehatan dalam
Komunitas

a) Anggota

keluarga

yang

sering

menggunakan

fasilitas

pelayanan kesehatan dan tempat pelayanan kesehatannya.


b) Seberapa sering keluarga menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan
5) Sistem Pendukung Keluarga:
a) Fasilitas-fasilitas
dimanfaatkan

yang
untuk

dimiliki

keluarga

pemeliharaan

yang

kesehatan

dapat
dalam

menanggulangi gastritis.
b) Sumber pendukung keluarga pada saat keluarga membutuhkan
bantuan, (orang tua, keluarga dekat, teman-teman dekat,
tetangga, lembaga : Pemerintah maupun Swasta/LSM).
c) Jaminan pemeliharan kesehatan yang dimiliki keluarga
d. Struktur Keluarga
1) Pola-pola Komunikasi
a) Pola-pola umum apa yang digunakan menyampaikan pesanpesan penting (langsung, tidak langsung) dalam membahas
menenai penyakit yang dialmi khususnya keluarga dengan
klien yang mengalami gastritis.
b) Jenis-jenis disfungsional komunikasi apa yang nampak dalam
pola-pola komunikasi keluarga yang menghambat terjadinya
proses penyakit gastritis.
2) Struktur Kekuasaan
a) Keputusan dalam Keluarga dalam mengambil keputusan untuk
menanggulangi penyakit gastritis.
b) Bagaimana cara keluarga dalam mengambil keputusan
(otoriter, musyawarah/ kesepakatan, diserahkan pada masingmasing individu)
3) Struktur Peran
a) Struktur Peran Formal
b) Struktur Peran Informal

Adakah

peran-peran

informal

dalam

keluarga.

Untuk

membicarakan masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga


yang mengalami gastritis.
c) Pengaruh/dampak terhadap orang (-orang) yang memainkan
peran-peran tersebut. Biasanya penyakit yang dialami menjadi
lebih baik.
4) Struktur Nilai-Nilai Keluarga
a) Kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dengan kelompok atau
komunitas yang lebih luas.
b) Pentingnya nilai-nilai yang dianut bagi keluarga.
c) Konflik nilai yang menonjol dalam keluarga.
d) Kelas sosial keluarga, latar belakang

kebudayaan

mempengaruhi nilai-nilai keluarga.


e. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
Pola Kebutuhan Keluarga Respons: meliputi apakah anggota
keluarga merasakan kebutuhan-kebutuhan individu-individu lain
dalam

keluarga,

apakah

orang

tua

(suami/istri)

mampu

menggambarkan kebutuhan-kebutuhan terkait dengan kesehatan


psikologis anggota keluarganya.
2) Fungsi Sosialisasi
Berisikan tentang siapa yang menerima tanggung jawab untuk
peran membesarkan anak atau fungsi

sosialisasi, apakah fungsi

ini dipikul bersama, apakah keluarga saat ini mempunyai


masalah/resiko dalam mengasuh anak, apakah lingkungan rumah
cukup memadai bagi anak-anak untuk bermain (cocok dengan
tahap perkembangan anak).
3) Fungsi Perawatan Kesehatan
a) Keyakinan-keyakinan, nilai-nilai, dan perilaku keluarga:

Nilai-nilai yang dianut keluarga terkait dengan kesehatan

Apakah
kesehatan

keluarga

konsisten

menerapkan

nilai-nilai

Perilaku

semua anggota keluarga dalam

mendukung

peningkatan kesehatan gastritis yang dialami oleh anggota


keluarga yang sakit.
b) Konsep dan tingkat pengetahuan keluarga tentang sehat/sakit.
Bagaimana keluarga mengetahui penyakit gastritis yang

dialami oleh anggota keluarga yang sakit.


Keluarga mendefinisikan kesehatan dan sakit bagi anggota
keluarga gastritis yang dialami oleh anggota keluarga yang

sakit
Kemampuan keluarga mengidentifikasi tanda- gejala pada

anggota yang sakit gastritis


Sumber informasi kesehatan yang diperoleh keluarga
apakah dari Rumah sakit, klinik atau Puskesmas untu

menangani gastritis.
Keluarga mengetahui bahwa Rematik adalah masalah yang

serius.
c) Praktik diet keluarga:

Biasanya keluarga mengetahui beberapa makanan yang


tidak boleh dikonsumsi oleh penderita gastritis.

Istri klien biasanya akan menyiapkan makanan yang untuk


menghindari terjadi penyakit gastritis

Biasanya jenis makanan yang akan di masak setiap hari


adalah sayuran.

Makanan yang akan disimpan di tudung saji agar tidak


terkontaminasi oleh kuman yang disebabkan oleh lalat.

Jadwal makanan klien sarapan pagi, siang serta malam


biasanya pada pasien dengan gastritis tidak.

d) Kebiasaan tidur dan istirahat:

Waktu tidur klien biasanya tidak terlalu malam

Kecukupan waktu tidur setiap hari adalah 7 8 jam

Biasanya penderita biasanya mengalami gangguan tidur

e) Latihan dan rekreasi:

Biasanya keluarga akan menyadari bahwa rekreasi bagi


keluarga adalah penting guna untuk kebersamaan keluaga.

Jenis-jenis rekreasi yang akan dilakukan oleh keluarga


biasanya adalah berenang, ketempat alam-alam dll.

Biasanya untuk keluarga dengan anak sekolah akan


mengikutserta dalam liburan.
f) Kebiasaan penggunaan obat-obatan dalam keluarga:
Kebiasaan keluarga dengan (gastritis) akan menghindari

kopi, alkohol dan merokok.


Kebiasaan keluarga dengan gastritis akan mengkonsumsi

obat-obatan sesuai dengan resep dokter.


Kebiasaan keluarga dengan gastritis akan menyimpan obat

dengan rentang waktu kadaluarsa.


Kebiasaan anggota keluarga yang memiliki riwayat
gastritis lebih sering mengkonsumsi obat-oabat yang ada di

warung, karena lebih mudah.


g) Peran keluarga dalam praktek perawatan diri:

Biasnya keluarga akan menjaga kesehatan dan makanan


untuk memperbaiki status kesehatan bagi keluarga.

Biasanya yang akan berperan dalam mengambil keputusan


adalah Kepala keluarga, tetapi bila Kepala keluarga
menjadi klien yang akan mengambil keputusan adalah istri
dan anak.

Biasanya dengan keluarga gastritis mengetahu bagaimana


perawatan yang harus dilakukan agar tekanan darah tinggi
tidak meningkat kembali.

h) Praktik lingkungan:
Biasanya keluarga akan menjaga lingkungannya dari polusi
udara, air suara lingkungan karena sudah mengetahui bahwa
ada keluarga terkena gastritis.
i) Cara-cara pencegahan penyakit:
Pengetahuan keluarga mengenai pencegahan penyakit tersebut.
j) Pelayanan perawatan kesehatan yang diterima dan yang
dimanfaatkan keluarga :
Kebiasaan keluarga akan mengunjungi

klinik terdekat guna

untuk mengetahui status keluarga.


k) Perasaan dan persepi keluarga tantang pelayanan perawatan
kesehatan:
Keluarga biasanya akan sangat membutuhkan pelayanan
perawatan kesehatan bagi mencegah terjadinya gastritis

ulangan.
Harapan

keluarga

terhadap

perawat

biasanya

akan

membutuhkan perawat guna mengetahui status pasien.


l) Pelayanan kesehatan darurat:

Pengetahuan keluarga tentang tempat pelayanan kesehatan


darurat terdekat.

Pengetahuan keluarga tentang cara memanggil ambulans /


pelayanan kesehatan darurat.

Pengetahuan keluarga tentang cara penanganan keadaan


darurat.

f. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada asuhan keperawatan keluarga
dilakukan pada seluruh anggota keluarga yang berada di rumah.
Pemeriksaan yang dilakukan antara lain :
1) Keadaan umum, kesadaran, BB, dan Antopometri (biasanya terjadi
penurunan BB bedasarkan mual dan muntah yang dialami)
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital antara lain : tekanan darah, nadi,
respirasi, suhu Pada penderita rematik akan terjadi peningkatan
tanda-tanda vital karena akan ada nyeri yang dirasakan.
3) Kepala : inspeksi bentuk, kebersihan rambut dan kulit kepala, dan
nyeri tekan yang dirasakan atau adanya luka/ lesi. Pada klien
dengan gastritis tidak akan terjadi kelainan yang berhubungan
dengan kepala
4) Telinga : dilihat bentuknya, kebersihan telinga, dan fungsi
pendengarannya. Pada klien dengan gastritis tidak akan terjadi
gangguan pada telinga.
5) Mata : dilihat kesimetrisan mata, dan kebersihan mata serta di test
mengenai reflek pupil mata, dan fungsi penglihatannya. Pada klien
dengan gastritis pada umumnya tidak akan mengalami gangguan
pada penglihatan.
6) Hidung : dilihat kesimetrisan lubang hidung klien, apakah ada
septum atau tidak, kebersihan hidungnya dan bagaimana fungsi
penciumannya. Pada klien dengan gastritis tidak akan mengalami
gangguan pada hidung
7) Mulut : dilihat bentuk mulutnya apakah ada kelainan atau tidak,
bagaimana mukosa bibir klien. Pada klien dengan

gastritis

umumnya menyebabkan nafsu makan berkurang maka harus di


periksa dan diketahui mengenai kelembaban bibir klien
8) Leher : dilihat bentuk lehernya apakah ada deviasi trakea atau
tidak, apakah ada peningkatan JVP, apakah ada pembesaran
kelenjar tiroid atau KGB, dan bagaimana reflek menelannya

apakah baik atau tidak. Pada klien dengan gastritis biasanya tidak
mengelami gangguan fungsi pada leher atau bagian sekitarnya.
9) Dada : dilihat bagaimana bentuk dada nya simetris atau tidak,
bagaimana perkembangan dada nya sama atau tidak, di auskultasi
suara napas apakah normal (vesikuler), suara jantungnya apakah
normal S1 dan S1 reguler (Lup-Dup) atau tidak. Pada klien dengan
gastritis biasanya tidak mengalami kelainan pada dada
10) Abdomen : dilihat bagaimana bentuk dari perutnya apakah datar
atau kembung, kemudian di asukultasi bising ususnya apakah
normal atau tidak, ada luka atau lesi, dan apakah ada nyeri tekan
atau tidak. Di palpasi apakah ada pembesaran limfa atau hati dan
apakah ada nyeri pada area ginjal atau tidak. Pada klien dengan
gastritis biasanya mengalami kelianan pada bagian perut akan
merasakan kembung dan keras, serta merasakan adanya nyeri
tekan, skala > 5 (0-10).
11) Genetalia : dikaji apakah ada kelainan atau tidak pada genetalia
klien, dan bagaimana kebersihan genetalia klien. Pada klien
dengan gastritis biasanya tidak mengalami gangguan pada genetali
klien
12) Integumen : dilihat keadaan kulit klien, bagaimana turgor
kulitnya, apakah ada luka atau lesi pada integumennya. Pada klien
dengan gastritis tidak ada keluhan.
13) Ekstermitas atas dan bawah : dilihat kesimetrisannya apakah ada
kelaianan atau tidak bagaimana fungsi dari anggota gerak
ekstermitas atas klien apakah terdapat nyeri atau tidak dan
bagaiamana kekuatan otot dari klien. Pada klien dengan gastritis
biasanyatidak akan mengalami gangguan pada daerah ekstremitas
baik atas maupun bawah.
g. Harapan Keluarga

Harapan Keluarga terhadap perawatan, pelayanan kesehatan

yang

baik yang dapat diterima oleh keluarga untuk mnegatasi masalah


kesehatannya.
2. Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga
Perumusan diagnosa keperawatan keluarga sama saja dengan merumuskan
diagnosa pada stase medikal mediah yaitu berdiagnosa tunggal tidak
memakai etiologi atau penyebab serta mengacu pada diagnosa
keperawatan NANDA, NIC-NOC. Dimulai dari diagnose yang dianggap
actual sampai dengan potensia sebagi berkikut :
a. Aktual (terjadi defisit atau gangguan kesehatan)
b. Risiko (bersifat mengancam kesehatan saja)
c. Potensial (meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan tanpa adanya
ancaman atau gangguan yang berarti dari kesehatannya).Pada
diagnosa keperawatan keluaraga mencantumkan nama klien yang
mengalami masalah kesehatannya serta

akan diperoleh prioritas

diagnosa keperawatan keluarga dengan di tentukan pembobotan nilai


terlebih dahulu dari setiap masalah yang ditemukan, sehingga akan
lebih mudah untuk mengatasi masalah mana terlebih dahulu yang
dianggap lebih prioritas pada keluarga binaan tersebut.
Pada klien dengan gastritis masalah yang mungkin muncul antara lain:
a. Nyeri Akut
b. Insomnia
c. Defisiensi pengetahuan mengenai masalah kesehatannya (gastritis)
d. Ansietas
e. Kesiapan untuk meningkatkan kenyamanan

3. Perencanaan keperawatan keluarga untuk klien dengan Gastritis


Wilkinson. M, Judith. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta : EGC.
Dx. Kep
Keluarga
Nyeri Akut pada
keluarga Tn. .
khususnya Ny. .

NOC

NIC

Tingkat nyeri : keparahan nyeri


yang dapat diamati atau
dilaporkan

Manajemen nyeri :
1. Lakukan pengkajian nyeri
secara komperhensif,
lokasi,
karakteristik,
intensitas nyeri, dan
faktor
presipitasinya,
serta
lakukan
pengkajian TTV

Menunjukan
tingkat
nyeri
dengan
indikator
sebagai
berikut :
1. Ekspresi nyeri pada wajah
hilang
2. Gelisah
/
ketegangan
Menghilang
3. Merintih dan menangis
tidak terjadi
4. Tidak ada gelisah

2.

3.

Berikan
Informasi
mengenai pengertian,
penyebab, berapa lama
nyeri berlangsung, dan
antisipasi agar nyeri
tidak dapat menyerang
Ajarkan terapi non
farmakologi
(pemgobatan
herbal
atau tradisional)

4. Libatkan kleuarga dalam


peredaan nyeri

Kriteria

Standar/ Rasional

Respon
Afektif

1.

Peningkatan
TTV
menandakan adanya
nyeri pada lokasi yang
ditemkan

Respon
Kognitif

2.

Paparan informasi yang


baik
dapat
mudah
dipahami seingga klien
dapat memberikan respon
kognitif yang baik

Respon
Psikomotor

3.

Respon
Afektif

Pengobatan tradisional
pilihan obat yang tidak
mneimbulkan
efek
samping berbahaya dan
juga efisien dalam jumlah
biaya yang dikeluarkan
4.
Keluarga merupakan
orang terdekat yang dapat
membantu klien

Insomnia pada
keluarga Tn. .
khususnya Ny.
.

Tidur
:
Penghentian Peningkatan tidur :
kesadaran yang alami dan 1. Pantau pola tidur
klien
dan
catat
periodik
ketika
tubuh
hubungannya dengan
dipulihkan.
Pasien
penyakit
rematik
memperlihatkan tidur yang
yang dialami
dibuktikan oleh indikator
2. Ajarkan klien untuk
sebagai berikut :
mneghindari
1. Jumlah
jam
tidur
makanan
dan
sedikitnya 5 jam dalam 24
minuman saat akan
jam
2. Kualitas tidur baik
tidur yang dapat
3. Perasaan segar setelah
mengganggu tidur
tidur
4. Terbangun di waktu yang
sesuai
3. Fasilitasi klien untuk
ritual sebelum tidur

4. Anjurkan klien untuk


mandi air hangat di
sore hari
Defisiensi
pengetahuan

Penyuluhan untuk tingkat


pemahaman yang ditunjukan

Penyuluhan individual :
1. Bina hubungan saling

Respon
Afektif

1. Nyeri terasa pola tidur


tidak akan teratur .

Respon
Afektif

2. Makanan
yang
menyebabkan
nyeri
terasa akan membuat
klien sulit tidur

Respon
Psikomotor

3. Penggunaan kaos kaki


pada tidur di malam
hari merupakan ritual
tidur yang baik
4. Air hangat mengurangi
peradangan dan nyeri
pada sendi

Respon
Psikomotor

Respon

1. Hubungan

saling

mengenai
dengan pengetahuan yang
penyakit gastritis baik mengenai penyakit
pada
keluarga rematik
Tn.

khususnya Ny.

percaya
bangun
kredibilitas, tetapkan
tujuan pembelajaran
bersama
2. Kaji keterlibatan fisik
dan mental untuk
belajar
3. Berikan
informasi
mengenai pengertian,
tanda dan gejala,
penyebab, dan konsep
penyakit,
serta
pengobatan
tradisional
untuk
penyakit rematik
4. Ikutsertakan keluarga
atau orang terdekat
bila perlu

Ansietas
pada
keluarga Tn.
khususnya Ny.

Tingkat Ansietas :
Ansietas berkurang di
tunjukan dengan
1. Bukti tingkat ansietas

Penurunan Ansietas :
1. Gunakan pendekatan
yang tenang dan tidak
terburu-buru

Verbal

percaya membuat klien


lebih leluasa dalam
pemahaman belajar

Respon
Afektif

2. Kemampuan membaca
dan
menulis
klien
menentukan
keberhasilan intervensi
3. Informasi yang akurat
meningkatkan
pemahaman
klien
mengenai
penyakit
rematik

Respon
Kognitif
&
Psikomotor

Respon
Afektif

4. Keluarga orang terdekat


yang dapat membantu
klien
menyelesaikan
masalah kesehatan

Respon
Afektif

1.
Pendekatan yang
meningkatkan

tenang

hanya ringan-sedang
2. Menunjukan pengendalian
diri terhadap ansietas

Kesiapan untuk
meningkatkan
kenyamanan
pada
keluarga
Tn.

khususnya Ny.
.

2. Sediakan
informasi
faktual
menyangkut
diagnosis, terapi, dan
prognosis penyakit.
3. Libatkan keluarga
untuk
proses
pendampingan untuk
meningkatkan
kemanan klien dan
mengurangi rasa takut

Tingkat kenyamanan :
Manajemen Lingkungan :
Tingkat
persepsi
positif 1. Kaji bersama klien
terhadap kemudahan fisik
apa arti kenyamanan
dan psikologis
bagi dirinya
2. Kaji hambatan dalam
Meningkatkan
tingkat
meningkatkan
rasa
kenyamanan
yang
di
nyaman
buktikan oleh
indikator
sebagai berikut :
1. Kesejahteraan fisik
2. Pengendalian nyeri
3. Tingkat kemandirian
3. Bekerjasama dengan
klien
untuk
mengembangkan

Respon
Kognitif

Respon
Afektif

Respon
Afektif
Respon
Verbal

Respon
Kognitif

kenyamanan klien
2.
Informasi
faktual
menurunkan ansietas
3. Keluarga adalah orang
yang
lebih
dekat
dengan klien
dapat
membantu
dan
menjangkau klien lebih
cepat .

1. Arti kenyaman menurut


klien akan berbeda
dengan arti nyaman
dengan orang lain
2. Mengatasi
hambatan
yang
ada
akan
meningkatkan
kenyamana klien

3. Rencana perawatan yang


baru membuat klien
lebih
update
dan

rencana perawatan

4. Dorong pasien untuk


mengungkapkan
perasaan yang positif
maupun negatif

Respon
Verbal

semnagat
dalam
meningkatkan
kenyamanan
4. Keluh kesah klien akan
terbagi dank lien lebih
merasa nyaman

BAB III
PENUTUP
Gastritis bila tidak diobati akan mengakibatkan sekresi lambung semakin meningkat
dan akhirnya membuat lambung

luka- luka (ulkus) yang dikenal dengan tukak

lambung juga dapat menimbulkan perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA)
berupa hematemesis (muntah darah), melena, perforasi dan anemia karena gangguan
absorpsi vitamin

B12 (anemia pernisiosa) bahkan dapat menimbulkan kanker

lambung (Suratum, 2010).


Keluarga merupakan sentral pelayanan keperawatan karena keluarga merupakan
sumber kritikal untuk pemberian pelayanan keperawatan, intervensi yang dilakukan
pada keluarga merupakan hal penting untuk pemenuhan nkebutuhan individu.
Keluarga merupakan subsistem komunitas sebagai system sosial bersifat unik dan
dinamis. Oleh karena itu, perawat komunitas perlu bersifat intervensi pada keluarga
untuk membantu keluarga dalam capaian derajat kesehatan yang diinginkan dengan
mengambil langkah peningkatakan pemberdayaan peran keluarga.

DAFTAR PUSTAKA
Ayu, Komang. (2010). Asuhan Keperawatan Keluarga . Yogyakarta : Sagung Seto.
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC NOC. Jakarta: Medication
Publisher.

Price. (2005). Patofisiologi : Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC.


Smeltzer, Suzanne C., Bare, Brenda G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8 Vol. 1 & 2. Jakarta. EGC.
Taylor, Cynthia. (2010). Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan. Jakarta:
EGC.
Wilkinson. M, Judith. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta :
EGC.

Anda mungkin juga menyukai