Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aspirasi merupakan proses terbawanya bahan yang ada di orofaring pada saat
respirasi ke saluran nafas bawah yang dapat menimbulkan kerusakan parenkim
paru.Seperti makanan, minuman, bahan muntahan atau terhirupnya gas uap
racun.Hisapan bahan-bahan ini menyebabkan dua keadaan yang agak berbeda
yaitu Aspirasi Pneumonia.
Aspirasi pneumonia merupakan infeksi saluran atas yang terjadi secara
kronis,benda asing yang hirup jumahnya sedikit yang berasal dari orofaring.
Aspirasi Pneumonitis adalah kerusakan mukosa trakeo-bronkial, secara akut
maupun kronis akibat cairan atau bahan-bahan yang masuk kedalam saluran
pernafasan bawah.Secara akut bisa terjadi akibat muntahan cairan lambung yang
masuk

saluran

nafas.Penyakit

ini

sering

terjadi

pada

penderita

keracunan(overdosis pengobatan, trauma kepala)dan pada tumor otak.Penurunan


udara meningkat resiko aspirasi, juga meningkatkan cairan lambung yang
terhirup.

1.2 Tujuan
1.Tujuan umum :
Mengetahui dan memahami serta melakukan penatalaksanaan terhadap
kegawat daruratan bedah seperti pada kasus pneumonia aspirasi.
2.Tujuan khusus :
1 Mengetahui anatomi dan fisiologi dari paru
2 Mengetahui definisi pneumonia aspirasi
1

3 Mengetahui gejala klinis pneumonia aspirasi


4 Mengetahui patofisiologi pada pneumonia aspirasi
5 Mengetahui cara menegakkan diagnosa
6 Mengetahui

dan melakukan penatalaksanaan kegawat daruratan bedah

dan

pengobatan pada pneumonia aspirasi.

1.3 Manfaat
Manfaat penulisan karya tulis ilmiah ini adalah memberikan informasi tentang
manfaat bagaimana jalan pnyakit pneumonia aspirasi itu sendiri dan
bagaimana penatalaksanaan yang pasti dari penyakit ini.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Saluran penghantar udara yang membawa udara ke dalam paru ke hidung,
faring, laring, trakea, bronkus dan bronkiolus.Saluran pernapasan dari hidung ke
bronkiolus dilapisi oleh membran mukosa bersilia. Ketika masuk rongga hidung,
udara disaring, dihangatkan,dan dilembabkan. Ketika proses ini merupakan fungsi
utama dari mukosa respirasi yang terdiri dari epital toraks bertingkat,bersilia dan
bersel goblet. Permukaan epitel diliputi oleh lapisan mukus yang di sekresi oleh
sel goblet dan kelenjar mukosa. Partikel debu yang kasar di saring oleh rambutrambut yang terdapat dalam lubang hidung, sedangkan partikel yang halus akan
2

terjerat dalam lapisan mukus. Gerakan silia mendorong lapisan mukus ke


posterior di dalam rongga hidung, dan ke superior di dalam sistem pernapasan
bagian bawah menuju ke faring. Dari sini partikel halus akan tertelan atau di
batukkan keluar. Lapisan mukus memberikan air untuk kelembaban, dan di
banyaknya jaringan pembuluh darah di bawahnya akan menyuplai panas ke udara
inspirasi. Jadi udara inspirasi telah di sesuaikan sedemikian rupa sehingga udara
yang mencapai faring hampir bebas debu, bersuhu mendekati suhu tubuh, dan
kelembaban nya mencapai 100%. (Sylvia&Lorraine, 2005:737)
Udara mengalir dari faring menuju laring atau kotak suara.Laring
terdiri dari rangkaian tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot dan
mengandung pita suara.Ruang berbentuk segitiga di antara pita suara (yaitu glotis)
bermuara ke dalam trakea dan membentuk bagian antara pernapasan atas dan
bawah. Glotis merupakan pemisah antara saluran pernafasan bagian atas dan
bawah.meskipun laring terutama dianggap berhubungan dengan fonasi,tetapi
fungsinya

sebagai

organ

pelindung

jauh

lebih

penting.

Pada

waktu

menelan,gerakkan laring ke atas,penutupan glotis,dan fungsi seperti pintu dari


epiglotis yang berbentuk daun pada pintu masuk laring,berperan untuk
mengarahkan makanan dan cairan masuk kedalam esofagus. Jika benda asing
masih mampu masuk melalui glotis, fungsi batuk yang dimiliki laring akan
membantu menghalau benda dan secret ke luar dari saluran pernapasan bagian
bawah. (Sylvia&Lorraine, 2005:737)
Trakea disokong oleh cincin tulang rawan berbentuk seperti sepatu kuda yang
panjangnya kurang lebih 12,5 cm (5 inci).struktur trakea dan bronkus di
analogkan

dengan

sebuah

pohon,dan

karena

itu

dinamakan

pohon

trakeobronkial.permukaan posterior trakea agak pipih dibandingkan sekelilingnya


karena cincin tulang rawan di daerah itu tidak sempurna, dan letaknya tepat
didepan esofagus. Akibatnya jika suatu pipa endotrakea bulat yang kaku dengan
balon yang digembungkan dimasukkan selama ventilasi mekanik, dapat timbul
erosi

di

posterior

membrane

tersebut,

dan

membentuk

fistula

trakeoesofageal.Erosi bagian anterior menembus cincin tulang rawan dapat juga

timbul tapi tidak sering.Pembengkakkan dan kerusakan pita suara juga merupakan
komplikasi dari pemakaian pipa ET.Tempat trakea bercabang menjadi bronkus
utama kiri dan kanan di kenal sebagai karina.Karina memiliki banyak saraf dan
dapat

menyebabkan

bronkospasme

dan

batuk

berat

jika

dirangsang.

(Sylvia&Lorraine, 2005:737)
Bronkus utama kiri dan kanan tidak simetris.Bronkus utama kanan
lebih pendek dan lebih lebar dibandingkan dengan bronkus utama kiri dan
merupakan

kelanjutan

dari

trakea

yang

arahnya

hampir

vertikal.

Sebaliknya,bronkus utama kiri lebih panjang dan lebih sempit dan merupakan
kelanjutan dari trakea dengan sudut yang lebih tajam. (Sylvia&Lorraine,
2005:738)
Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris
dan kemudian bronkus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi
bronkus yang ukurannya semakin kecil sampai akhirnya menjadi bronkiolus
terminalis,yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli. Bronkiolus
termalis memiliki garis tengah kurang lebih 1 mm. Bronkiolus tidak diperkuat
oleh cincin tulang rawan,tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya
dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkiolus
terminalis disebut saluran penghantar udara

karena fungsi utamanya adalah

sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru. (Sylvia&Lorraine,


2005:738)
Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional
paru,yaitu tepat pertukaran gas. Asinus terdiri dari 3 bagian, yang pertama yaitu
bronkiolus respiratorius,kedua ductus alveolaris dan yang ketiga sakus alveolaris
terminalis. Asinus ini memiliki garis tengah kira-kira 0,5-1,0 cm. Terdapat 23 kali
percabangan mulai dari trakea sampai sakus alveolaris terminalis. Alveolus
(dalam kelompok sakus alveolaris menyerupai anggur, yang membentuk sakus
terminalis) dipisahkan dari alveolus di dekatnya oleh dinding tipis(septum).
Lubang kecil pada dinding ini dinamakan pori-pori khon yang fungsinya untuk
menghubungkan aliran udara antara sakus alveolaris terminalis .Alveolus hanya

mempunyai satu lapis sel yang diameternya lebih kecil dibandingkan diameter sel
darah merah.Dalam setiap paru terdapat sekitar 300 juta alveolus dengan luas
permukaan seluas sebuah lapangan tenis. (Sylvia&Lorraine, 2005:738)
Terdapat dua tipe lapisan sel alveolar; pneumosit tipe 1 merupakan lapisan
tipis yang menyebar menutupi lebih dari 90% daerah permukaan, dan pneumosit
tipe II yang bertanggung jawab terhadap sekresi surfaktan. Alveolus pada
hakikatnya merupakan suatu gelembung gas yang dikelilingi oleh jaringan kapiler
sehingga batas antara kapiler dan gas membentuk tegangan permukaan yang
cenderung mencegah kolaps alveolus pada waktu ekspirasi.Tetapi untunglah
alveolus dilapisi oleh zat lipoprotein (disebut surfaktan) yang dapat mengurangi
tegangan permukaan dan mengurangi resistensi terhadap pengembangan pada
waktu inspirasi dan mencegah kolaps alveolus pada waktu ekspirasi.
Pembentukan dan pengeluaran surfaktan oleh sel lapisan alveolus (sel tipe II)
bergantung pada beberapa factor, yaitu kematangan sel-sel alveolus dan system
enzim biosintetik, kecepatan pergantian surfaktan yang normal, ventilasi yang
memadai, dan aliran darah ke dinding alveolus. Surfaktan relative lambat
terbentuk pada kehidupan fetal; sehingga bayi yang lahir dengan jumlah surfaktan
yang sedikit (biasanya pada kelahiran premature) dapat berkembang menjadi
sindrom gawat napas pada bayi.Surfaktan disintesis secara cepat dari asam lemak
yang diekstraksi dari darah, dengan kecepatan pergantiannya yang cepat.
Sehingga bila aliran darah ke daerah paru terganggu maka jumlah surfaktan ke
daerah tersebut akan berkurang. Produksi surfaktan dirangsang oleh ventilasi
aktif, volume tidal yang memadai, dan hiperventilasi periodic (cepat dan dalam)
yang dicegah oleh konsentrasi O2 tinggi pada udara yang diinspirasi. Sehingga
pemberian O2 konsentrasi tinggi dalam jangka waktu yang lama atau kegagalan
untuk bernapas cepat dan dalam pada seorang pasien yang menggunakan ventilasi
mekanik akan menurunkan produksi surfaktan dan menyebabkan kolaps alveolar
(ateletaksis). (Sylvia&Lorraine, 2005:738)
2.2 Definisi

Pneumonia aspirasi merupakan kerusakan parenkim paru, distal dari


bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius , dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat
akibat proses terbawanya bahan yang ada di orofaring pada saat respirasi ke
saluran nafas bawah .Kerusakan yang terjadi tergantung jumlah dan jenis bahan
yang teraspirasi serta daya tahan tubuh. (Sudoyo, 2009:2207)
2.3 Etiologi
Sindrom aspirasi dikenal dalam berbagai bentuk berdasarkan etiologi dan
patofisiologi yang berbeda dan cara terapi yang juga berbeda. Dapat berupa
pneumonia aspirasi oleh infeksi kuman, pneumonitis kimia yang diakibatkan oleh
aspirasi bahan toksik, akibat aspirasi cairan inert misalnya cairan makanan atau
lambung, edema paru, obstruksi mekanik simple oleh bahan padat dan
terinhalasinya cairan amnion oleh janin.Pada pneumonia aspirasi (PA), ludah
orofaring yang mengandung kuman terhisap hingga menimbulkan infeksi bakteri
pada paru. Faktor predisposisi terjadinya aspirasi berulang kali adalah
adanya(Arjatmo, 2001:811) :
1. Penurunan kesadaran yang mengganggu proses penutupan glotis, refleks
batuk (kejang,stroke, pembiusan )
2. Disfagia sekunder akibat esophagus atau saraf (kanker nasofaring,
scleroderma)
3. Kerusakan sfingter esophagus oleh silang nasogastric. Juga berperan jumlah
bahan aspirasi, hygiene gigi yang tidak baik, dan gangguan mekanisme klirens
saluran napas.
Infeksi terjadi secara endogen oleh kuman orofaring yang biasanya
polimikrobial namun jenisnya tergantung kepada lokasi, tempat terjadinya, yaitu
di komunitas atau di Rumah Sakit. Pada PAK, kuman patogen terutama berupa
kuman anaerob obligat (41-46%) yang terdapat di sekitar gigi dan dikeluarkan
melalui ludah, misalnya Peptococcus yang juga dapat disertai Klebsiella
pneumonia dan stafilokokus, atau Fusobacterium nucleatum, Bacteriodes
6

melaninogenicus, dan Peptostreptococcus. Pada PAN pasien di RS kumannya


berasal dari kolonisasi kuman anaerob fakultatif , batang Gram negative,
pseudomonas, proteus, serratia, dan S.aureus di samping bisa juga di sertai oleh
kuman anaerob obligat di atas. Pada pasien yang berasal dari rumah perawatan
(nursing home) dapat terinfeksi patogen seperti halnya pada infeksi nosocomial.
(Zul Dahlan, 2009:2207)
2.4 Gambaran Klinis
Gejala klinis yang timbul sangat bergantung pada sifat benda asing, lokasi,
ukuran, dan derajat sumbatan yang ditimbulkan. Berdasarkan perjalanan atau
urutannya, gejala klinis yang timbul dapat menjadi tiga tahapan, yaitu (Putu
Suwendra, 2008:424)

Gejala awal
Gejala awal yang timbul dapat berupa tersedak, serangan batuk keras dan tibatiba, sesak napas, rasa tidak enak di dada, mata berair, rasa perih di tenggorokan
dan dikerongkongan. Gejala awal seringkali ringan dan berlangsung singkat,
sehingga gejala ini tidak diperhatikan. (Putu Suwendra, 2008:424)
Periode laten atau tanpa gejala
Setelah gejala awal dilalui diikuti periode bebas gejala yang disebut masa
laten. Masa laten ini mulai beberapa jam sampai beberapa tahun. Pada periode ini
dapat dijumpai gejala sakit menelan karena terjadinya pembengkakan di daerah
laring. (Putu Suwendra, 2008:424)
Gejala susulan atau lanjutan
Gejala susulan tidak spesifik, sebagai akibat perubahan fisiologis atau
patologis yang ditimbulkan benda asing.Gejala susulan ini sangat bergantung

pada lokasi dan bentuk kelainan yang ditimbulkannya. Benda asing di dalam
hidung. (Putu Suwendra, 2008:424)
Gejala yang ditimbulkan oleh benda asing di dalam hidung umumnya

unilateral, seperti hidung tersumbat, beringus kental dan berbau.


Benda asing di dalam nasofaring
Benda asing yang masuk ke dalam nasofaring akan menimbulkan gejala
seperti yang disebutkan pada gejala awal di atas. Lintah yang dapat masuk ke
dalam hidung atau nasofaring dapat menimbulkan perdarahan berulang dari

hidung.
Benda asing di dalam laring
Laring merupakan daerah yang sempit dan peka, sehingga mudah mengalami
peradangan, edema, spasme, dan lain-lain. Oleh karena itu, benda asing yang
masuk ke dalam laring dapat menimbulkan gejala yang beragam, seperti sesak
napas, stridor, mengi, nyeri pada saat menelan, berbicara atau bernapas dalam,
serak atau parau hingga afoni, batuk serak disertai stridor, hemoptysis, reaksi
intercostal, epigastrial, dan supraklavikular, serta detak jantung yang

meningkat. Bila terjadi sumbatan total dapat terjadi sianosis dan kematian.
Benda asing di dalam trakea
Benda asing di dalam trakea akan dikeluarkan melalui batuk dan eskalasi
mukosiliar. Apabila gagal benda asing tersebut akan menetap di dalam trakea
atau masuk ke dalam bronkus. Di dalam trakea benda asing dapat
menimbulkan berbagai akibat yang dapat berubah-ubah karena masih dapat
berpindah tempat (mobile). Akibat yang ditimbulkan dapat berupa obstruksi,
reaksi peradangan, atau konstriksi. Gejala patognomonik terdiri dari batuk,
sesak, dan suara mengi yang terdengar sangat mirip dengan asma, sehingga
disebut sebagai asmatoid.
Apabila benda asing masih dapat berpindah tempat (mobile) pada saat batuk
atau ekspirasi dengan pemeriksaan auskultasi di daerah tiroid, dapat didengar
suara hentakan benda asing ke pita suara atau daerah subglotis.Tanda ini
disebut audible slap.Dengan palpasi tanda ini kadang-kadang dapat dirasakan

dan disebut sebagai palpatory thud.


Benda asing di dalam bronkus
8

Bentuk ini merupakan bentuk tersering, dan dapat mencapai 83-90%


kasus.Gejala yang terjadi merupakan akibat langsung dari benda asing yang
teraspirasi, seperti obstruksi atau konstriksi (sesak napas, suara napas yang
melemah atau berkurang, mengi yang kadang-kadang bilateral dan sulit
sembuh), peradangan (bronchitis, bronkiektasis, pneumonia lobaris yang
sering berulang, abses, empyema), atau merupakan akibat yang tidak langsung
seperti atelectasis dan empisema.Gejala mengi dapat timbul segera setelah
aspirasi terjadi, atau dapat berjalan kronis.Apabila obstruksi terjadi pada
kedua bronkus utama, dapat terjadi sesak yang berat hingga anoksia.Kadangkadang dapat terjadi hemoptysis setelah beberapa bulan atau tahun.Apabila
benda asing tersebut berasal dari tumbuhan disebut sebagai bronchitis
arakiditis atau vegetalis, dengan gejala batuk, demam septik, dan sesak.
2.5 Patofisiologi

Gambar 1
(Patofisiologi dari pneumonia)
Sumber :www.liztiaa.blogspot.com

Patofisologi pneumonia aspirasi sesuai dengan jenis dan jumlah bahan yang
teraspirasi.Respon

yang

ditimbulkan

juga

tergantung

pada

agen

yang

menginfeksi. Tiga sindrom asprasi yaitu (Lorraine, 2005:808) :


a. Aspirasi mikroorganisme patologik yang berkoloni pada orofaring adalah cara
infeksi saluran pernafasan bagian bawah yang tersering dan menyebabkan
pneumonia bakteri. Pneumonia anaerobik disebabkan oleh aspirasi sekret
orofaringeal yang terdiri dari mikroorganisme anaerobik seperti Bacteroides,
fusobacterium, Peptococcus, Pneumococcus dan Peptostreptococcus yang
merupakan spesies yang sering ditemukan diantara pasien-pasien dengan
kebersihan gigi yang buruk. Pneumonia anaerobik paling sering mengenai
pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit dan orang dengan alkoholisme
kronik dengan infeksi pada gusi dan predisposisi mengalami aspirasi. Akhirakhir ini semua kasus pneumonia yang didapat di rumah sakit disebabkan oleh
campuran mikroorganisme anaerobic dan aerobic ( missal, basil gram
negative, S.aureus ). Awitan gejala biasanya perlahan terjadi secara perlahanlahan selama 1 sampai 2 minggu, dengan demam, penurunan berat badan,
anemia, leukositosis, dyspnea, dan batuk disertai produksi sputum berbau
busuk. Abses-abses paru yang terbentuk pada parenkim paru dapat rusak, dan
empyema dapat timbul seperti mikroba-mikroba yang berjalan ke permukaan
pleura. Kebanyakan abses-abses tersebut terbentuk pada paru kanan bagian
posterior dan segmen basilar bronkopulmonal akibat gaya gravitasi karena
banyak cabang yang langsung menuju cabang bronkus utama kanan. Sering
timbul jari tabuh bila abses menjadi kronik. (Lorraine, 2005:808)
Diantara semua pneumonia bakteri, pneumonia pneumococcus yang
sering diselidiki.Kuman ini umumnya mencapai alveoli lewat percikan mucus
atau saliva.Lobus bagian bawah paru paling sering terkena karena efek
garvitasi. Setelah mencapai alveoli maka pneumokokus menimbulkan respon
khas yang terdiri dari 4 tahap berurutan (Lorraine, 2005:806) :

10

1. Kongesti (4 sampai 12 jam pertama ) : eksudat serosa masuk ke dalam


alveoli melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor.
2. Hepatisasi merah ( 48 jam berikutnya ) : paru tampak merah dan
bergranular (hepatisasi=seperti hepar) karena adanya konsolidasi yaitu
serbukan sel-sel darah merah, fibrin, cairan edem, leukosit PMN dan
ditemukannya kuman yang mengisi alveoli.
3. Hepatisasi kelabu (3 sampai 8 hari) : paru tampak kelabu karena deposisi
fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan lekosit PMN di alveoli dan
terjadi proses fagositosis yang cepat.
4. Resolusi (7 sampai 11 hari) :jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel
akan mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris
menghilang.
b. Sindrom aspirasi tipe kedua yang disebut sindrom Mendelson berkaitan
dengan regurgitasi dan aspirasi isi asam lambung . Bertolak belakang dengan
pneumonia anaerobik yang berawitan lambat, pneumonitis akibat kimia atau
pneumonitis akibat aspirasi dapat berkembang dalam waktu beberapa jam dan
sangat parah. Inhalasi massif isi gaster dapat menyebabkan kematian
mendadak akibat obstruksi , sedangkan aspirasi sedikit isi gaster dapat
menyebabkan edema yang meluas, takipnea, dyspnea, takikardia, demam,
leukositosis, dan gagal nafas. Berat ringannya respon peradangan lebih
banyak bergantung pada pH cairan yang diaspirasi dibandingkan dengan
factor-faktor lain. Pneumonitis akibat aspirasi selalu terjadi apabilaa pH dari
zat yang diaspirasi 2,5 atau kurang. Pneumonitis akibat aspirasi memiliki 3
bentuk tersering , yaitu (Lorraine, 2005:809) :
1. Kesembuhannya cepat (biasanya bila jumlah zat yang diaspirasi sedikit
atau bersifat basa)
2. Berkembang cepat menjadi sindrom distress pernafasan akut.
3. Superinfeksi oleh bakteri
Pneumonia bakterial yang berkembang sebagian oleh bahan kimia akibat
reaksi caairan gaster dan sebagian lagi akibat superinfeksi bacterial yang
timbul stelah beberapa hari dari organisme yang mungkin hidup di mulut atau

11

di lambung. Aspirasi isi gaster paling sering terjadi selama dianestesi atau
setelah dianestesi (khususnya pada pasien obsetri dan setelah bedah darurat
karena gangguan pada saat persiapan operasi) , pada bayi, dan pada beberapa
pasien dengan depresi refleks muntah dan batuk. Paling penting, pasienpasien ini harus ditempatkan pada posisi yang tepat agar secret orofaring
dapat keluar dari mulut. (Lorraine, 2005:809)
Bahan kimia lain yang memicu pneumonia aspirasi yaitu hidrokarbon
seperti polis peralatan rumah, minyak tanah, cairan arang yang lebih ringan,
dan bensin kadang-kadang tidak sengaja tertelan oleh anak kecil. Bensin dapat
teraspirasi oleh anak kecil belasan tahun yang beupaya menyedot bensin.
Makin encer senyawa hidrokarbon makin tinggi penguapannya ,makin besar
toksisitasnya terhadap paru. Hidrokarbon mungkin teraspirasi saat penelanan,
muntah,

atau

sonde

lambung.hidrokarbon

berviskositas

rendah

memungkinkannya mengalir dari hipofaring ke dalam laring.Hidrokarbon


berinteraksi dengan surfaktan paru, mengakibatkan kolaps alveolus.Makrofag
alveolus dapat juga terkena jejas.Pasca penelanan segera terjadi batu dan
muntah. Dalam beberapa jam mungkin terjadi kenaikan suhu (38-40 0C).
Tanda-tanda paru bisa berupa dyspnea, resonansi pada perkusi berkurang,
suara pernapasan melemah atau bronkial dan krepitasi.Hipoksemia dan
sianosis yang disebabkan oleh radang dan edema.Pasien mengantuk, kejangkejang

dan

koma

dapat

terjadi

dan

kadang-kadang

mendominasi

perjalanannya. (David, 1998: 1489)


Bahan lain yang menimbulkan pneumonia aspirasi ialah lipoid. Pemberian
lipoid atau bahan makanan minyak dengan cara dan posisi tubuh yang salah.
Misalnya saat memaksa anak memakan minyak ikan, lemak binatng yang
dicairkan dan lain-lain.Susu yang teraspirasi pada bayi, pengkilap bibir yang
digunakan berlebihan bisa menimbulkan pneumonitis.Reaksinya mulai
sebagai radang proliferative interstisial, dan mungkin ada pneumonia
eksudatif.Pada stadium kedua ada fibrosis proliferative, kronis, difus, dan

12

kadang-kadang ditumpangi oleh bronkopneumoni infeksius akut.Pada stadium


ketiga ada banyak nodulus yang terlokalisasi. (David, 1998: 1490)
Inhalasi nitrogen oksida juga menyebakan pneumonitis terutama pada
pekerja pengisi gudang dimana terdapat gas nitrogen oksida dalam gudang
yang baru saja diisi terutama pada gudang jagung. Asam nitrit dan nitrat
terbentuk bila gas-gas ini larut , dapat menimbulkan luka bakar berat
diseluruh epitel pernapasan. (David, 1998: 1492)
c. Sindrom aspirasi berkaitan dengan bahan yang diaspirasi (biasanya makanan)
atau cairan bukan asam (misalnya, karena hampir tenggelam atau saat
pemberian makanan) yang menyebabkan obstruksi mekanik. Bila yang
diaspirasi adalah bahan padat, maka gejala yang terlihat akan bergantung pada
ukuran bahan tersebut dan lokasinya di dalam saluran pernapasan. Jika bahan
tersebut tersangkut dalam bagian atas trakea, akan menyebabkan obstruksi
total, apnea, aphonia, dan dapat terjadi kematian cepat. Bila bahan tersebut
tidak bisa dikeluarkan dengan jari maka lakukan trakeotomi ( krikotirotomi ).
Jika bahan (misalnya kacang) tersangkut pada bagian saluran pernapasan yang
kecil, tanda dan gejala yang timbul dapat berupa batuk kronik dan infeksi
berulang. Pengobatan mengeluarkan bahan yang tersangkut biasanya dengan
bronkoskopi. (Lorraine, 2005:809)
Pneumonia aspirasi bisa terjadi pada bayi yang terinhalasi cairan
amnion yang mengandung meconium pada kandungan yang menderita gawat
janin, pada bayi dismaturitas ( kecil untuk masa kehamilan ), serta neonates
lebih bulan. Biasanya bayi lahir dengan afiksia disertai riwayat resusitasi
aktif. Tanda sindrom gangguan pernapasan mulai tampak dalam 24 jam
pertama setelah lahir. Kadang-kadang terdengar ronki pada kedua
paru.Bergantung pada jumlah meconium yang terinhalasi, mungkin terlihat
emfisema.Kejadian ini merupakan 10-20% dari seluruh kehamilan.(IKA UI,
1985:1088)
2.6 Diagnosa
13

Anamnesa :
-

Keluhan utama :
Adakah pasien mengalami sesak nafas,batuk,hemoptisis,nyeri dada, sianosis
Gejala-gejala yang lain :
Stridor (pernapasan yang bising)
Perubahan suara
Pembengkakan mata kaki (edema tergantung)
Riwayat Medis Yang Lain
Keadaan kesehatan umum
Penyakit yang lalu
Cedera
Perawatan di rumah sakit
Pembedahan
Alergi
Imunisasi
Penyalahgunaan zat
Diet
Pola tidur
Obat-obat yang sedang digunakan
Riwayat Pekerjaan dan Lingkungan
mempertimbangkan pemaparan dengan zat-zat atau lingkungan yang secara
potensial dapat menimbulkan penyakit.

Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Pada pasien dengan aspirasi pneumonia, hasil inspeksi didapat berupa:
Pucat atau sianosis perifer (pada kuku jari tangan atau pada bibir)

menunjukkan hipoksemia
Retraksi otot-otot intercostal
Kelainan dinding dada mungkin bisa ditemukan parut bekas

operasi
Frekuensi napas meningkat sehingga pasien terlihat sesak napas.

Frekuensi pernapasan normal 14-20 kali permenit.


Pola pernapasan cepat dan dangkal (takipnea) serta teratur
Jenis pernapasan bisa berupa pernapasan cuping hidung
Stridor, suara napas yang mendengkur secara teratur. Terjadi
karena ada penyumbatan daerah laring. Suara ini bisa didengar

14

tanpa menggunakan alat bantu. Yang terbanyak adalah stridor


inspiratory.
b. Palpasi
Pasien dengan pneumonia aspirasi, hasil palpasi didapat berupa:

Suhu tubuh meningkat


Takikardi
Tactile fremitus meningkat.
Fremitus merupakan hantaran suara dari paru ke telapak tangan.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara meletakkan kedua telapak
tangan pada permukaan dinding dada, kemudian pasien diminta
menyebutkan angka 77 atau 99, sehingga getaran suara yang
ditimbulkan akan lebih jelas. Bandingkan tactile fremitus secara
bertahap dari atas ke tengah dan seterusnya ke bawah baik pada
paru bagian depan maupun belakang. Pada saat pemeriksaan kedua

telapak tangan harus selalu disilang secara bergantian.


Dapat juga dipalpasi apakah terjadi pembesaran kelenjar getah
bening di supraklavikula, submandibular dan kedua aksila atau

tidak.
c. Perkusi
Perkusi dilakukan dengan meletakkan telapak tangan kiri pada dinding
dada dengan jari-jari sedikit meregang. Jari tengah tangan kiri tersebut
ditekan ke dinding dada sejajar dengan iga pada daerah yang akan
diperkusi. Bagian tengah falang medial tangan kiri tersebut kemudian
diketuk dengan menggunakan ujung jari tengah tangan kanan, dengan
sendi pergelangan tangan sebagai penggerak. Jagan menggunakan poros
siku karena akan memberikan ketokan yang tidak seragam. Sifat-sifat
ketokan selain didengar, juga harus dirasakan dengan jari-jari.
(Amirmuslim, 2012:44)
Pasien dengan pneumonia aspirasi, hasil perkusi didapati redup (dull)
karena adanya konsolidasi/infiltrate pada parenkim paru atau pada rongga

15

alveolus. Pada paru bagian depan dilakukan pemeriksaan perkusi


perbandingan secara bergantian kiri dan kanan (zigzag). Dalam keadaan
normal didapatkan hasil perkusi yang sonor pada kedua paru.
(Amirmuslim, 2012:44)
Pemeriksaan lain yang penting dilakukan pada paru adalah perkusi
untuk menentukan batas paru hati dan paru lambung. Untuk menentukan
batas paru hati dilakukan perkusi sepanjang garis midklavikula kanan
sampai didapatkan adanya perubahan bunyi dari sonor menjadi
redup.Perubahan ini menunjukkan batas antara paru dan hati.Tentukan
batas tersebut dengan menghitung mulai dari sela iga ke 2 kanan, dan
umumnya didapatkan setinggi sela iga ke 6.Setelah batas paru hati
diketahui selanjutnya dilakukan tes peranjakan antara inspirasi dan
ekspirasi. Pertama-tama pasien dijelaskan mengenai apayang akan
dilakukan, kemudian letakkan 2 jari tangan kiri tepat dibawah batas
tersebut. Pasien diminta untuk menarik napas dalam dan kemudian
ditahan, sementara itu dilakukan perkusi pada ke2 jari tersebut. Dalam
keadaan normal akan terjadi perubahan bunyi yaitu dari yang tadinya
redup kemudian menjadi sonor kembali. Dalam keadaan normal
didapatkan peranjakan sebesar 2 jari.(Amirmuslim, 2012:45)
Untuk menentukan batas paru dan lambung dilakukan perkusi
sepanjang garis aksilaris anterior kiri sampai didapatkan perubahan bunyi
dari sonor ke timpani.Biasanya didapatkan setinggi sela iga ke 8.Batas ini
sangat dipengaruhi oleh isi lambung.(Amirmuslim, 2012:45)
Pada paru belakang dilakukan juga pemeriksaan perkusi perbandingan
secara zigzag.Selanjutnya untuk menentukan batas paru belakang bawah
kanan dan kiri dilakukan dengan pemeriksaan perkusi sepanjang garis
skapularis kanan dan kiri.Dalam keadaan normal didapatkan hasil perkusi
yang sonor pada kedua paru.
Scapula sebaiknya dikesampingkan dulu dengan cara meminta pasien
menyilang kedua lengannya di dada. Biasanya batasnya adalah setinggi

16

vertebrae torakalis 10 untuk paru kiri sedangkan paru kanan 1 jari lebih
tinggi.(Amirmuslim, 2012:45)
Daerah aksila dapat diperkusi dengan cara meminta pasien
mengangkat tangannya ke atas kepala. Pemeriksa menaruh jari-jari tangan
setinggi mungkin di aksilla pasien untuk diperkusi.Perkusi pada daerah
kronig yaitu daerah supraskapula seluas 3 sampai 4 jari di pundak.Perkusi
di daerah ini sonor.Hilangnya bunyi sonor di daerah ini menunjukkan
adanya kelainan pada apeks paru.(Amirmuslim, 2012:45)
d. Auskultasi
Auskultasi merupakan pemeriksaan yang paling penting dalam menilai
aliran udara melalui system trakeobronkial.Pemeriksaan auskultasi ini
meliputi pemeriksaan suara napas pokok, pemeriksaan suara napas
tambahan dan jika didapatkan adanya kelainan dilakukan pemeriksaan
untuk mendengarkan suara ucapan atau bisikan pasien yang dihantarkan
melalui dinding dada.Pola suara napas diuaraikan berdasarkan intensitas,
frekuensi serta lamanya fase inspirasi dan ekspirasi. Auskultasi dilakukan
secara berurutan dan selang seling baik paru bagian depan maupun bagian
belakang. (Amirmuslim, 2012:45)
Suara pokok yang normal terdiri dari (Amirmuslim, 2012:46):
Vesicular : suara napas pokok yang lembut dengan frekuensi
rendah dimana fase inspirasi langsung diikuti dengan fase ekspirasi
tanpa diselingi jeda, dengan perbandingan 3:1. Dapat didengarkan

pada hampir kedua lapangan paru.


Bronkovesikular : suara napas pokok dengan intensitas dan
frekuensi yang sedang, dimana fase ekspirasi menjadi lebih
panjang sehingga hampir menyamai fase inspirasi dan diantaranya
kadang-kadang dapat diselingi jeda. Dalam keadaan normal bisa
didapatkan pada dinding anterior setinggi sela iga 1 dan 2 serta
daerah interskapula.

17

Bronkial : suara napas pokok yang keras dan berfrekuensi tinggi,


dimana fase ekspirasi menjadi lebih panjang dari fase inspirasi dan
diantaranya diselingi jeda. Terjadi perubahan kualitas suara
sehingga terdengar seperti tiupan dalam tabung. Dalam keadaan

normal dapat didengar pada daerah manubrium sterni.


Trakeal : suara napas yang sangat keras dan kasar, dapat

didengarkan pada daerah trakea.


Amforik : suara napas yang didapatkan bila terdapat kavitas besar
yang letaknya perifer dan berhubungan dengan bronkus, terdengar

seperti tiupan dalam botol kosong.


Dalam keadaan normal suara napas vesicular yang berasal dari alveoli
dapat didengar pada hampir seluruh lapangan paru. Sebaliknya suara
napas bronkial tidak akan terdengar karena getaran suara yang berasal dari
bronkus tersebut tidak dapat dihantarkan ke dinding dada karena dihambat
oleh udara yang terdapat di dalam alveoli. Dalam keadaan abnormal
mislanya pada pneumonia dimana alveoli terisi infiltrate maka udara
didalamnya akan berkurang atau menghilang. Infiltrate yang merupakan
penghantar getaran suara yang baik akan menghantarkan suara bronkial
sampai ke dinding dada sehingga dapat terdengar sebagai suara napas
bronkovesikuler (bila hanya sebagian alveoli yang terisi infiltrate) atau
bronkial (bila semua alveoli yang terisi infiltrate). (Amirmuslim, 2012:46)
Suara napas tambahan terdiri dari (Amirmuslim, 2012:46):

Ronki basah (crackles atau rales) : suara napas yang terputusputus, bersifat nonmusical, dan biasanya terdengar pada saat
inspirasi akibat udara yang melewati cairan dalam saluran napas.
Ronki basah lebih lanjut dibagi menjadi ronki basah halus dan
kasar tergantung besarnya bronkus yang terkena. Ronki basah
halus terjadi karena adanya cairan pada bronkiolus, sedangkan
yang lebih halus lagi berasal dari alveoli yang sering disebut
krepitasi, akibat terbukanya alveoli pada akhir inspirasi. Krepitasi
18

terutama dapat didengar pada fibrosis paru. Sifat ronki basah ini
dapat bersifat nyaring (bila ada infiltrate mislanya pada

pneumonia) ataupun tidak nyaring (pada edema paru)


Ronki kering : suara napas kontinu, yang bersifat musical, dengan
frekuensi yang relative rendah, terjadi karena udara mengalir
melalui saluran napas yang menyempit, misalnya akibat adanya
secret yang kental. Wheezing adalah ronki yang kering yang
frekuensinya tinggi dan panjang biasanya terdengar pada serangan

asma.
Bunyi gesekan pleura (pleura friction rub) : terjadi karena pleura
parietal dan visceral yang meradang saling bergesekan bergesekan
satu dengan yang lainnya. Bunyi gesekan ini terdengar pada akhir

inspirasi dan awal ekspirasi.


Hippocrates succession : suara cairan pada rongga dada yang
terdengar bila pasien digoyang-goyangkan. Biasanya didapatkan

pada pasien hidropneumotoraks.


Pneuomothorax click : bunyi yang bersifat ritmik dan sinkron
dengan saat kontraksi jantung, terjadi bila didapatkan adanya udara
diantara kedua lapisan pleura yang meliputi jantung.

Bunyi Hantaran Suara


Bila pada pemeriksaan auskultasi didapatkan adanya bising napas
bronkovesikuler atau bronkial, maka pemeriksaan dilanjutkan untuk
menilai hantaran bunyi suara.Stetoskop diletakkan pada dinding dada
secara simetris, kemudian pasien diminta untuk mengucapkan 99. Dalam
keadaan normal suara yang dihantarkan ke dinding dada tersebut akan
menjadi tidak jelas.

Bila suara yang terdengar menjadi lebih jelas

dankeras disebut bronkoponi. Pemeriksaan dengan cara ini disebut


pemeriksaan auditory fremitus.(Amirmuslim, 2012:46)

19

Pasien diminta juga untuk mengucapkan ee dimana dalam keadaan


normal akan terdengar suara E panjang yang halus. Bila suara ee
terdengar sebagai ay maka perubahan E menjadi A ini disebut
egofoni, misalnya pada pneumonia. Pasien kemudian diminta untuk
berbisik dengan mengucapkan kata 99.Dalam keadaan normal suara
berbisik itu terdengar halus dan tidak jelas. Bila suara berbisik tersebut
semakin jelas dan keras disebut whispered pectoriloquy.(Amirmuslim,
2012:46)
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan sputum ditemukannya kuman saluran napas normal,
pewarnaan gram yang menunjukkan adanya banyak neutrophil dan kuman
campuran.Selain pemeriksaan sputum, pemeriksaan darah perifer lengkap.Jika
pneumonia teraspirasi mikroorganisme seperti virus dan mikoplasma
umumnya ditemukan lekosit dalam batas normal atau sedikit meningkat.Akan
tetapi, pada pneumonia bakteri didapatkan leukositosis yang berkisar antara
15.000-40.000/mm3 dengan predominan PMN.Leukopenia (<5000/ mm3)
menunjukkan prognosis yang buruk.Leukositosis hebat hampir selalu
menunjukkan adanya infeksi bakteri, sering ditemukan pada keadaan
bakteremi, dan resiko terjadinya komplikasi lebih tinggi.Terkadang juga
ditemukan eosinophilia. Efusi pleura merupakan cairan eksudat dengan sel
PMN berkisar antara 300-100.000/mm3, protein >2,5 g/dl, dan glukosa
relative lebih rendah daripada glukosa darah. Kadang-kadang terdapat anemia
ringan dan laju endap darah yang meningkat.Secara umum, hasil pemeriksaan
darah perifer lengkap dan LED tidak dapat membedakan antara infeksi virus
dan infeksi bakteri secara pasti. (Mardjanis, 2010:358)
Pemeriksaan Penunjang Rontgen Toraks
Pada

pasien

aspirasi

makanan

dan

vomitus

didapati

hasil

rontgenogram dada menunjukkan adanya infiltrate alveolar, dan kadang-

20

kadang, infiltrate retikuler yang dapat bersifat setempat namun seringkali


lebih luas dan bilateral. Pada pneumonia lipoid rontgenogram menunjukkan
kenaikan densitas hilus yang menyebar ke semua arah, terutama lobus kanan
atas.Pada sindrom aspirasi meconium pemeriksaan foto rontgen toraks yang
menunjukkan gambaran infiltrasi kasar dikedua paru dan disertai dengan
bagian yang mengalami emfisema. (David, 1998:1489-1490)
Secara umum gambaran foto toraks terdiri dari (Mardjanis,
2010:360) :
Infiltrate

interstitial,

ditandai

dengan

peningkatan

corakan

bronkovaskuler, peribronchial cuffing, dan hiperaerasi


Infiltrate alveolar , merupakan konsolidasi paru dengan air
bronchogram. Konsolidasi dapat mengenai satu lobus disebut dengan
pneumonia lobaris atau terlihat sebagai lesi tunggal yang biasanya
cukup besar, berbentuk sferis, berbatas yang tidak terlalu tegas, dan

menyerupai lesi tumor paru, dikenal sebagai round pneumonia.


Bronkopneumonia , ditandai dengan gambaran difus merata pada
kedua paru, berupa bercak-bercak infiltrate yang dapat meluas hingga
daerah perifer paru, disertai dengan penigkatan corakan peribronkial.

Gambar 2
Gambaran Anteroposterior dan lateral radiologis menunjukkan gambaran radio
opak sebuah benda asing dari larink sampai karina.

Sumber : http://dokteranakku.net/articles/2010/10/aspirasi-benda-asing

21

Gambar 3
Gambar A. Gambar anteroposterior seorang anak laki laki usia 2 tahun
yang mengalami gejala batuk tiba tiba, dijumpai air trapping pada dada
kanan dan pergeseran mediastinum ke kiri. B. Dengan Rigid bronkoskopi
dijumpai kacang pada cabang bronkus kanan
Sumber : http://dokteranakku.net/articles/2010/10/aspirasi-benda-asing

22

Gambar 4
Pneumonia aspirasi (radiologi)
Sumber :www.emedicine.medscape.com

Gambar 5
Gambaran rontgen toraks
Sumber : http://medicastore.com

Diagnosa Kerja

Diagnose kerja didapat setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik


, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang terhadap pasien. Pada
kasus ini pasien di diagnose menderita gangguan jaringan parenkim paru
akibat teraspirasinya benda asing yang dikenal dengan istilah Pneumonia
Aspirasi.Diagnosis ini ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang
menyokong adanya pneumonia aspirasi, dijumpainya kuman saluran napas

23

normal pada sputum, pewarnaan Gram yang menunjukkan adanya bahan


neutrophil dan kuman campuran.Umumnya pasien datang 1-2 minggu
sesudah aspirasi, dengan keluhan demam menggigil, nyeri pleuritik, batuk dan
dahak purulent berbau (pada 50% kasus). Terdapat leukositosis, LED
meningkat, foto dada menunjukkan gambaran infiltrate pada segmen paru
unilateral yang dependen serta mungkin disertai kavitasi dan efusi pleura.
Secara umum predictor yang paling kuat adanya pneumonia adalah demam,
sianosis, dan lebih dari satu gejala respiratori berikut : takipnea, batuk, napas
cuping hidung, ronki , retraksi, dan suara napas melemah. (Zul Dahlan,
2009:2208)
Prosedur Diagnostik Pada Penyakit Pernapasan
Teknik Radiologi
Parenkim paru yang berisi udara memberikan resistensi yang kecil terhadap
jalannya sinar-X, karena itu parenkim menghasilkan bayangan yang sangat
bersinar-sinar.Jaringan lunak dinding dada, jantung dan pembuluh-pembuluh
darah besar, serta diafragma lebih sukar ditembus sinar-X dibandingkan parenkim
paru sehingga bagian-bagian tubuh ini tampak lebih padat pada radiogram.
(Lorraine, 2005:756)

Radiografi Dada Rutin


Pemeriksaan radiograf dada rutin dilkaukan pada satu jarak standar setelah
inspirasi maksimum dan menahan napas untuk menstabilkan diafragma.
Radiograf diambil dengan sudut pandang posteroanterior dan kadang juga diambil
dari sudut pandang lateral dan melintang. Radiograf yang dihasilkan memberikan
informasi berikut (Lorraine, 2005:756) :

24

1. Status rangka toraks termasuk iga-iga, pleura dan kontur diafragma dan
saluran napas atas pada waktu memasuki dada
2. Ukuran, kontur dan posisi mediastinum dan hilus paru, termasuk jantung,
aorta, kelenjar limfe, dan akar percabangan bronkus.
3. Tekstur dan derajat aaerasi parenkim paru.
4. Ukuran, bentuk, jumlah dan lokasi lesi paru termasuk kavitasi, tanda fibrosis
dan daerah konsolidasi.
Tomografi Komputer (CT scan)
Tomografi computer (CT scan) merupakan satu teknik radiologic yang
serangkaian radiografnya, masing-masing merupakan gambaran dari suatu irisan
paru yang diambil sedemikian rupa sehingga dapat dibentuk suatu gambaran
yang cukup rinci. CT scan berperan penting dalam mendeteksi ketidaknormalan
konfigurasi trakea serta cabang utama bronkus, menentukan lesi pada pleura atau
mediastinum (nodus, tumor, struktur vascular) dan secara umum untuk
mengungkapkan sifat serta derajat kelainan bayangan yang terdapat pada paru dan
jaringan toraks lain. (Lorraine, 2005:757)
Pencitraan Resonansi Magnetik (MRI)
Pencitraan Resonansi Magnetik (MRI) menggunakan resonansi magnetic
sebagai sumber energy untuk mengambil gambaran potongan melintang
tubuh.MRI khususnya digunakan dalam mengevaluasi penyaakit pada hilus dan
mediastinum. (Lorraine, 2005:757)
Ultrasound
Ultrasound tidak berguna dalam mengevaluasi penyakit parenkim paru.
Namun, ultrasound dapat membbantu mendeteksi cairan pleura yang akan timbul
dan sering digunakan dalam menuntun penusukan jarum untuk mengambil cairan
pleura pada torakosentris. (Lorraine, 2005:757)
Angiografi Pembuluh Paru

25

Pola dan aliran arteria pulmonalis dapat didemonstrasikan dengan


menyuntikkan cairan radioopak melalui kateter yang dimasukkan lewat vena
lengan ke dalam atrium kanan, ventrikel kanan, lalu ke dalam arteria pulmonalis
utama. Teknik ini untuk menentukan lokasi emboli massif atau untuk menentukan
derajat infark paru.Resiko utama yang dapat terjadi pada angiografi adalah
timbulnya aritmia jantung saat kateter dimasukkan ke dalam bilik jantung.
(Lorraine, 2005:757)
Pemindaian Paru
Pemindaian paru dengan memakai isotope dan teknik ini lebih aman
dibandingkan

dengan

angiografi.Pemindaian

perfusi

dilakukan

dengan

penyuntikan mikrositer albumin. Gambarannya hampir selalu abnormal pada


embolisme (daerah yang tidak mengandung radioaktif), tetapi tidak spesifik
karena kelainan ini juga ditemukan pada keadaan lain seperti emfisema dan
pneumonia. Pemindaian ventilasi memanfaatkan inhalasi bolus gas radioaktif,
biasanya memakai xenon-133.Pemindaian ventilasi paru biasanya tampak normal
pada embolisme, tetapi tampak abnormal pada infark, peneumonia, dan emfisema.
(Lorraine, 2005:757)

Bronkoskopi
Bronkoskopi merupakan suatu teknik yang memungkinkan visualisasi
langsung trakea dan cabang-cabang utamanya.Cara itu sering digunakan untuk
memastikan diagnostic karsinoma bronkogenik, tetapi dapat juga digunakan untuk
mengangkat benda asing.Bronkoskopi konvensional berupa suatu pipa logam
berlubang dengan system lensa cermin berlampu.Pipa ini dengan mudah dapat

26

dimasukkan ke dalam percabangan trakeobronkial sesudah pasien diberi anestesi


local.Sesudah menjalani bronkoskopi, pasien yang bersangkutan tidak boleh
makan atau minum selama paling tidak 2-3 jam, yaitu sampai refleks muntah
timbul lagi. (Lorraine, 2005:758)
Pemeriksaan Biopsi
Contoh jaringan untuk pemeriksaan biopsi dapat diperoleh dari saluran
pernapan bagian atas atau bawah dengan menggunakan teknik endoskopi yang
memakai laringoskop atau bronkoskop.(Lorraine, 2005:758)
Pemeriksaan Sputum
Warna, sputum, dan adanya darah merupakan petunjuk yang berharga.Waktu
terbaik pengumpulan sputum adalah segera sesudah bangun karena sekresi
bronkus yang abnormal cenderung tertimbun saat tidur.(Lorraine, 2005:759)
Pemeriksaan Uji Fungsi Paru
Dengan menggunakan spirometri.Spirometri adalah pemeriksaan untuk
mengukur volume paru statik dan dinamik seseorang dengan alat spirometri.
(Lorraine, 2005:759)
Volume paru statik adalah volume udara di dalam paru yang bersifat statis
pemeriksaannya tanpa dibatasi waktu.(Lorraine, 2005:759)
I.

Volume Paru
1. Volume alun napas VAN (volume tidal=VT), yaitu junlah udara yang masuk
ke dalam dan keluar dari paru pada pernapasan biasa. Seorang normal
dengan berat 70 kg dalam keadaan istirahat biasanya mempunyai isi alun
napas sebesar 500 ml.
2. Volume cadangan inspirasi (VCI)/ inspirasi reseve volume (IRV), yaitu
jumlah udara yang masih dapat masuk ke paru pasca inspirasi maksimal
setelah inspirasi biasa. Pada orang dewasa dengan berat badan 70 kg
besarnya sekitar 2500 ml.
27

3. Volume cadangan ekspirasi (VCE) / expiratory reserve volume/ERV, yaitu


volume udara yang masih bisa dikeluarkan setelah inspirasi biasa. Pada
orang dewasa dengan berat badan 70 kg besarnya sekitar 1500 ml.
4. Volume residu(VR)/residual volume(RV) yaitu jumlah udara yang tersisa
dalam paru setelah ekspirasi maksimal. Pada orang dewasa dengan berat
badan 70 kg besarnya sekitar 1500 ml.
II.

Kapasitas Paru
1. Kapasitas Vital
Jumlah udara yang dapat dikeluarkan maksimal setelah inspirasi maksimal
(VCI+VAN+VCE) besarnya 4600 cc.
Ada 2 macam kapasitas vital berdasarkan cara pengukurannya:
Kapasitas Vital (KV) : udara yang dikeluarkan maksimal sesudah

inspirasi maksimal. Aktifitas pernapasannya tanpa kekuatan .


Kapasitas Vital Paksa (KVP) : pemeriksaan dilakukan dengan
aktifitas pernapasan maksimal, aktifitas pernapasannya dengan

kekuatan penuh.
2. Kapasitas Inspirasi (KI) yaitu jumlah udara yang dapat dihirup maksimal
setelah inspirasi biasa (VAN+VCI) besarnya 3500 cc
3. Kapasitas Residu Fungsional (KRF) udara yang ada dalam paru setelah
ekspirasi biasa (VCE+VR) besarnya 2300 cc
4. Kapasitas Paru Total (KPT) jumlah udara yang ada di paru pada akhir
inspirasi maksimal (VCI+VAN+VCE+VR) besarnya 5800 cc
Volume paru dinamik pemeriksaannya mempunyai batas waktu yaitu:
1. Volume ekspirasi paksa detik pertama VEP1 yaitu jumlah udara yang bisa
dikeluarkan sebanyak-banyaknya dalam 1 detik pertama pada waktu ekspirasi
maksimal setelah inspirasi maksimal.
2. Maximal voluntary ventilation (MVV) Jumlah udara yang bisa dikeluarkan
sebanyak-banyaknya dalam 1 menit dengan bernapas cepat dan dalam secara
maksimal.
Analisis Gas Darah

28

Biasanya digunakan contoh darah arteri untuk analisis gas darah. Arteri
radialis (atau brakialis) sering dipilih karena arteri ini mudah dicapai.Pergelangan
tangan diekstensikan dengan menempatkannya di atas gulungan handuk. Setelah
kulit disterilkan, lalu arteri distabilkan dengan dua jari dari satu tangan sedangkan
tangan yang lain menusuk arteria tersebut dengan alat suntik yang sudah diisi
heparin. Setelah 5 ml darah terhisap ke dalam alat suntik, udara dikeluarkan, dan
darah disimpan di atas es dan langsung dibawa ke laboratorium untuk
dianalisis.Hiperventilasi menyebabkan alkalosis respiratorik dan kenaikan pH
darah.Hiperventilasi

sering

timbul

pada

asma

dan

pneumonia

dan

menggambarkan usaha tubuh untuk meningkatkan PaO2 dengan usaha membuang


CO2 yang berlebihan dari paru. (Lorraine, 2005:766)
2.7 Differential Diagnosa (DD)
1. Asthma Bronchiale
Umumnya asthma terdapat pada usia lebih dari 9-12 bulan, tapi terbanyak di
atas usia 2 tahun. Perlu pula diketahui, bahwa 10-30 % dari anak yang menderita
bronchiolitis setelah agak besar menjadi penderita asthma.
Yang dapat membantu diagnosis asthma diantaranya, ialah :
-

Anamnesa keluarga : penderita asthma positif atau penyakit atopik

Serangan asthma lebih dering berulang atau episodic

Mulai lebih akut seringkali tidak perlu didahului oleh adanya infeksi
saluran pernapasan bagian atas.

Ekspirasi yang sangat memanjang

Ronchi lebih terbatas

Pulmonary inflation lebih ringan

Laboratoris ditemukan eosinophilia

Reaksi terhadap bronchodilator pada umumnya nyata, juga epinephrine.

2. Bronchiolitis akut
-

inflamasi di bronkiolus

menyerang anak-anak usia di bawah 2 tahun

29

karakteristik: nafas yang cepat, dada tertarik, dan wheezing

ditandai dengan respiratory distress dan overdistensi pada paru

Gambaran radiologis didapatkan hiperinflasi paru, sela iga melebar,


penekanan diafragma dan sudut costoprenikus menyempit. Diameter AP
meningkat pada fotolateral.

3.

Bronchitis Acuta
-

Terjadi di bronchus

Gejala obstruksi dan gangguan pertukaran tidak nyata atau ringan.


Ronchi : basah, kasar.

Dapat berkembang menjadi bronchiolitis.

4. Bronkiolitis adalah infeksi akut pada saluran napas kecil atau bronkiolus yang
pada umumnya disebabkan oleh virus, sehingga menyebabkan gejalagejala
obstruksi bronkiolus. Bronkiolitis ditandai oleh batuk, pilek, panas, wheezing
pada saat ekspirasi, takipnea, retraksi, dan air trapping/hiperaerasi paru pada foto
dada.
5. Bronkitis adalah suatu peradangan pada cabang tenggorok (bronchus) (saluran
udara ke paru-paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan
sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun
(misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut,
bronkitis bisa bersifat serius.Penyebab bronkitis infeksiosa disebabkan oleh virus,
bakteri dan organisme yang menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan
Chlamydia).
Gejalanya berupa:

batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)

sesak napas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan

sering menderita infeksi pernapasan (misalnya flu)

30

6.

bengek

lelah

pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan

wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan

pipi tampak kemerahan

sakit kepala

gangguan penglihatan.
Payah Jantung
Suatu keadaan di mana jantung sudah tidak mampu lagi memberikan darah
kaya oksigen ke organ-organ tubuh yang membutuhkan. Gejalanya pada fase
awal, penderita akan merasakan mudah lelah dan sesak (tersengal-sengal)
pada waktu melakukan aktivitas fisik yang berat. Kadangkala penderita
terbangun tengah malam karena sesak dan membaik setelah duduk beberapa
saat. Pada fase lebih lanjut keluhan tersebut lebih berat sehingga waktu
istirahat pun penderita merasa sesak nafas. Selain gejala diatas pada umumnya
penderita juga mengalai pembengkakan kaki yang akan berkurang bila kaki
diletakkan paa posisi lebih tinggi.

7.

Atelektasis (Atelectasis)adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru


akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat
pernafasan yang sangat dangkal.

8.

Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)


adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium

31

tuberculosis. Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu


gejala lokal dan gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka
gejala lokal ialah gejala respiratori atau gejala gejala yang erat hubungannya
dengan organ pernapasan ( sedang gejala lokal lain akan sesuai dengan organ
yang terlibat ). Gejala respiratori ialah batuk lebih dari 2 minggu, batuk
bercampur darah. Bisa juga nyeri dada dan sesak napas. Selanjutnya ada
gejala yang disebut sebagai Gejala sistemis antara lain Demam , badan lemah
yang disebut sebagai malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan
menurun menjadi semakin kurus. Gejala respiratori sangat bervariasi, dari
mulai tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas
lesi, sehingga pada kondisi yang gejalanya tidak jelas sehingga terkadang
pasien baru mengetahui dirinya terdiagnosis Tuberkulosis saat medical check
up
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pneumonia aspirasi tergantung jenis bahan yang
teraspirasi misalnya pada kasus :

Aspirasi bahan makanan dan vomitus


Tindakan profilaksis penting dilakukan.Harus hati-hati menhindari
jumlah makanan yang membuat lambung menjadi kembung, terutama
pada bayi yang diberi makan dengan sonde. (David, 1998:1488)
Penanganan dengan pengisapan segera jalan napas dan pemberian
oksigen

terindikasi

untuk

aspirasi.Intubasi

endotrakea

dengan

pengisapan dan ventilasi mekanik sering dilakukan untuk kasus yang

berat.(David, 1998:1489)
Aspirasi hidrokarbon
Gejala dan infiltrate radiologis dapat terlambat dan tidak ada penderita
yang boleh dipulangkan dalam waktu kurang dari 6 jam walaupun
tidak ada gejala.Jika kemungkinan besar hidrokarbon berada dalam
lambung,

isap

dengan

nasogastric

32

dengan

hati-hati

untuk

meminimalisir resiko aspirasi paru.Untuk dyspnea, sianosis, atau


pneumonitis bahan kimia, cara-cara pendukung termasuk oksigen,
fisioterapi, dan jika perlu, tekanan jalan napas positif yang kontinu
atau bentuk-bentuk bantuan ventilasi lainnya, merupakan komponen
terapi yang penting.Kejadian infeksi sekunder paru-paru yang terkena
biasanya dapat dengan mudah terdeteksi dengan munculnya kembali
demam pada hari ke 3 sampai ke-5 sesudah penelanan dan kemudian
dapat dengan tepat diobati dengan Penisilin G dan tobramisin. (David,

1998:1489)
Aspirasi meconium
Perawatan umum berupa :pengaturan secara adekuat suhu dan
kelembaban lingkungan, pembersihan jalan napas, seluruh cairan
lambung harus segera dibuang untuk menghindarkan kemungkinan
aspirasi ulangan, pemberian oksigen dan NaHCO3, dan pemberian
antibiotic kombinasi Penisilin atau ampisilin dengan gentamisin. (IKA

UI,1985:1088)
Pneumonia aspirasi dengan tipe yang didapat di masyarakat diberikan
penisilin 5-10 juta U/hr, atau klindamisin 600 mg iv/8 jam bila
penisilin tidak mempan atau alergi terhadap penisilin. Bila aspirasi
didapat dari rumah sakit diberikan antibiotic spectrum luas terhadap
kuman aerob dan anaerob, misalnya aminiglikosida dikombinasikan
dengan penisilin, sefalosporin generasi 3, atau klindamisin. AB perlu
diteruskan hingga kondisi pasien baik, gambaran radiologis bersih atau
stabil selama 2 minggu. Biasanya diperlukan terapi 3-6 minggu. (Zul
Dahlan, 2009:2208)

Pencegahan
Pencegahan

pneumonia

aspirasi

yang

sangat

penting

adalah

menghindari teraspirasinya bahan-bahan yang berbahaya secara kimia


maupun fisis yang bisa menghambat jalan napas.Letakkanlah bahan-bahan

33

yang berbahaya tersebut ditempat yang aman terutama aman dari


jangkauan anak-anak.Selain itu sanitasi lingkungan harus dijaga.
2.9

Komplikasi

Menurut Zul Dahlan, 1998:807 yaitu:


Efusi pleura dan empyema. Terjadi pada sekitar 45% kasus, terutama
pada infeksi bacterial akut berupa efusi parapneumonik Gram negative
sebesar 60%, Staphylococcus aureus 50%. S.pneumoniae 40-60%,
kuman anerob 35%. Sedangkan pada Mycoplasma pneumonia sebesar
20%. Cairannya transudate dan steril. Terkadang pada infeksi bacterial

terjadi empyema dengan cairan eksudat.


Komplikasi sistemik. Dapat terjadi akibat invasi kuman atau
bakteriemia berupa meningitis. Dapat juga terjadi dehidrasi dan
hiponatremia, anemia pada infeksi kronik, peninggian ureum dan
enzim hati. Kadang-kadang terjadi peninggian fosfatase alkali dan

bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatic.


Hipoksemia akibat gangguan difusi.
Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung
lebih dari 4-6 minggu akibat kuman anaerob S.aureus, dan kuman

Gram (-) seperti Pseudomonasaeruginosa.


Bronkiektasis. Biasanya terjadi karena pneumonia pada masa anakanak tetapi dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal
pada cystic fibrosis atau hipogamaglobulinemia, tuberculosis, atau
pneumonia nekrotikans.

2.10 Prognosa
Prognosis pneumonia aspirasi tergantung pada keparahan aspirasi dan
sebagian lagi pada penyakit yang mendasarinya.Kebanyakan penderita
memperagakan pembersihan infiltrate dalam 2 minggu; angka mortalitas

34

untuk penderita dengan aspirasi massif besarnya sekitar 25%. (David, 1998:
1489)

BAB III
PENUTUP
4.1

Kesimpulan
Pneumonia aspirasi merupakan variable penting, berkaitan dengan
morbilitas, mortilitas dan biaya perawatan pada penderita yang dirawat di
rumah sakit terutama perawatan penderita sakit kronis, antara lain stroke,
tumor otak dan bila memungkinkan dihindari factor resiko pada penderita35

penderita tersebut.Langkah diagnostic tetap memakai metode anamnesa


diagnosa fisik.Pemakaian antibiotic dipilih secara empiric.

4.2

Saran
Diadakan pelatihan dan penyegaran tentang pneumonia aspirasi,antara
lain penanganan, pengobatan dan cara merujuknya bila terjadi Pneumonia
Aspirasi.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Sudoyo,aru.dkk.2009.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta; Interna Publishing


Rahajoe,Nastiti n,dkk.2010.Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta ;IDAI

36

A.Price,Sylvia,dkk.2005.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume


2.Jakarta;EGC
Behrman,Richard,dkk.1997.Ilmu Kesehatan Anak NelsonVolume 2.Jakarta;EGC
Staf Pengajar IKA FKUI.1985.Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta;FKUI
Stein,jay H.1998.Panduan Klinik Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta;EGC
Bickley,lynn.2009.Buku

Ajar

Pemeriksaan

Fisik&

Riwayat

Kesehatan

Bates.Jakarta;EGC
Staf Pengajar IPD FKUI.2001.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.Jakarta;FKUI
Malik,amirmuslim.2012.Buku

Rancangan

Pengajaran

Modul

Diagnostik

Fisik.Padang;FK UNBRAH
Swartz,mark.1995.Buku Ajar Diagnostik Fisik.Jakarta;EGC
Burnside&McGlynn.1995.Adams Diagnostik Fisik Edisi 17.Jakarta;EGC
http://medicastore.com/penyakit/451/Pneumonia_Aspirasi_Aspiration_pneumonia.
www.liztiaa.blogspot.com
http://dokteranakku.net/articles/2010/10/aspirasi-benda-asing

37

Anda mungkin juga menyukai