PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aspirasi merupakan proses terbawanya bahan yang ada di orofaring pada saat
respirasi ke saluran nafas bawah yang dapat menimbulkan kerusakan parenkim
paru.Seperti makanan, minuman, bahan muntahan atau terhirupnya gas uap
racun.Hisapan bahan-bahan ini menyebabkan dua keadaan yang agak berbeda
yaitu Aspirasi Pneumonia.
Aspirasi pneumonia merupakan infeksi saluran atas yang terjadi secara
kronis,benda asing yang hirup jumahnya sedikit yang berasal dari orofaring.
Aspirasi Pneumonitis adalah kerusakan mukosa trakeo-bronkial, secara akut
maupun kronis akibat cairan atau bahan-bahan yang masuk kedalam saluran
pernafasan bawah.Secara akut bisa terjadi akibat muntahan cairan lambung yang
masuk
saluran
nafas.Penyakit
ini
sering
terjadi
pada
penderita
1.2 Tujuan
1.Tujuan umum :
Mengetahui dan memahami serta melakukan penatalaksanaan terhadap
kegawat daruratan bedah seperti pada kasus pneumonia aspirasi.
2.Tujuan khusus :
1 Mengetahui anatomi dan fisiologi dari paru
2 Mengetahui definisi pneumonia aspirasi
1
dan
1.3 Manfaat
Manfaat penulisan karya tulis ilmiah ini adalah memberikan informasi tentang
manfaat bagaimana jalan pnyakit pneumonia aspirasi itu sendiri dan
bagaimana penatalaksanaan yang pasti dari penyakit ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Saluran penghantar udara yang membawa udara ke dalam paru ke hidung,
faring, laring, trakea, bronkus dan bronkiolus.Saluran pernapasan dari hidung ke
bronkiolus dilapisi oleh membran mukosa bersilia. Ketika masuk rongga hidung,
udara disaring, dihangatkan,dan dilembabkan. Ketika proses ini merupakan fungsi
utama dari mukosa respirasi yang terdiri dari epital toraks bertingkat,bersilia dan
bersel goblet. Permukaan epitel diliputi oleh lapisan mukus yang di sekresi oleh
sel goblet dan kelenjar mukosa. Partikel debu yang kasar di saring oleh rambutrambut yang terdapat dalam lubang hidung, sedangkan partikel yang halus akan
2
sebagai
organ
pelindung
jauh
lebih
penting.
Pada
waktu
dengan
sebuah
pohon,dan
karena
itu
dinamakan
pohon
di
posterior
membrane
tersebut,
dan
membentuk
fistula
timbul tapi tidak sering.Pembengkakkan dan kerusakan pita suara juga merupakan
komplikasi dari pemakaian pipa ET.Tempat trakea bercabang menjadi bronkus
utama kiri dan kanan di kenal sebagai karina.Karina memiliki banyak saraf dan
dapat
menyebabkan
bronkospasme
dan
batuk
berat
jika
dirangsang.
(Sylvia&Lorraine, 2005:737)
Bronkus utama kiri dan kanan tidak simetris.Bronkus utama kanan
lebih pendek dan lebih lebar dibandingkan dengan bronkus utama kiri dan
merupakan
kelanjutan
dari
trakea
yang
arahnya
hampir
vertikal.
Sebaliknya,bronkus utama kiri lebih panjang dan lebih sempit dan merupakan
kelanjutan dari trakea dengan sudut yang lebih tajam. (Sylvia&Lorraine,
2005:738)
Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris
dan kemudian bronkus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi
bronkus yang ukurannya semakin kecil sampai akhirnya menjadi bronkiolus
terminalis,yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli. Bronkiolus
termalis memiliki garis tengah kurang lebih 1 mm. Bronkiolus tidak diperkuat
oleh cincin tulang rawan,tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya
dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkiolus
terminalis disebut saluran penghantar udara
mempunyai satu lapis sel yang diameternya lebih kecil dibandingkan diameter sel
darah merah.Dalam setiap paru terdapat sekitar 300 juta alveolus dengan luas
permukaan seluas sebuah lapangan tenis. (Sylvia&Lorraine, 2005:738)
Terdapat dua tipe lapisan sel alveolar; pneumosit tipe 1 merupakan lapisan
tipis yang menyebar menutupi lebih dari 90% daerah permukaan, dan pneumosit
tipe II yang bertanggung jawab terhadap sekresi surfaktan. Alveolus pada
hakikatnya merupakan suatu gelembung gas yang dikelilingi oleh jaringan kapiler
sehingga batas antara kapiler dan gas membentuk tegangan permukaan yang
cenderung mencegah kolaps alveolus pada waktu ekspirasi.Tetapi untunglah
alveolus dilapisi oleh zat lipoprotein (disebut surfaktan) yang dapat mengurangi
tegangan permukaan dan mengurangi resistensi terhadap pengembangan pada
waktu inspirasi dan mencegah kolaps alveolus pada waktu ekspirasi.
Pembentukan dan pengeluaran surfaktan oleh sel lapisan alveolus (sel tipe II)
bergantung pada beberapa factor, yaitu kematangan sel-sel alveolus dan system
enzim biosintetik, kecepatan pergantian surfaktan yang normal, ventilasi yang
memadai, dan aliran darah ke dinding alveolus. Surfaktan relative lambat
terbentuk pada kehidupan fetal; sehingga bayi yang lahir dengan jumlah surfaktan
yang sedikit (biasanya pada kelahiran premature) dapat berkembang menjadi
sindrom gawat napas pada bayi.Surfaktan disintesis secara cepat dari asam lemak
yang diekstraksi dari darah, dengan kecepatan pergantiannya yang cepat.
Sehingga bila aliran darah ke daerah paru terganggu maka jumlah surfaktan ke
daerah tersebut akan berkurang. Produksi surfaktan dirangsang oleh ventilasi
aktif, volume tidal yang memadai, dan hiperventilasi periodic (cepat dan dalam)
yang dicegah oleh konsentrasi O2 tinggi pada udara yang diinspirasi. Sehingga
pemberian O2 konsentrasi tinggi dalam jangka waktu yang lama atau kegagalan
untuk bernapas cepat dan dalam pada seorang pasien yang menggunakan ventilasi
mekanik akan menurunkan produksi surfaktan dan menyebabkan kolaps alveolar
(ateletaksis). (Sylvia&Lorraine, 2005:738)
2.2 Definisi
Gejala awal
Gejala awal yang timbul dapat berupa tersedak, serangan batuk keras dan tibatiba, sesak napas, rasa tidak enak di dada, mata berair, rasa perih di tenggorokan
dan dikerongkongan. Gejala awal seringkali ringan dan berlangsung singkat,
sehingga gejala ini tidak diperhatikan. (Putu Suwendra, 2008:424)
Periode laten atau tanpa gejala
Setelah gejala awal dilalui diikuti periode bebas gejala yang disebut masa
laten. Masa laten ini mulai beberapa jam sampai beberapa tahun. Pada periode ini
dapat dijumpai gejala sakit menelan karena terjadinya pembengkakan di daerah
laring. (Putu Suwendra, 2008:424)
Gejala susulan atau lanjutan
Gejala susulan tidak spesifik, sebagai akibat perubahan fisiologis atau
patologis yang ditimbulkan benda asing.Gejala susulan ini sangat bergantung
pada lokasi dan bentuk kelainan yang ditimbulkannya. Benda asing di dalam
hidung. (Putu Suwendra, 2008:424)
Gejala yang ditimbulkan oleh benda asing di dalam hidung umumnya
hidung.
Benda asing di dalam laring
Laring merupakan daerah yang sempit dan peka, sehingga mudah mengalami
peradangan, edema, spasme, dan lain-lain. Oleh karena itu, benda asing yang
masuk ke dalam laring dapat menimbulkan gejala yang beragam, seperti sesak
napas, stridor, mengi, nyeri pada saat menelan, berbicara atau bernapas dalam,
serak atau parau hingga afoni, batuk serak disertai stridor, hemoptysis, reaksi
intercostal, epigastrial, dan supraklavikular, serta detak jantung yang
meningkat. Bila terjadi sumbatan total dapat terjadi sianosis dan kematian.
Benda asing di dalam trakea
Benda asing di dalam trakea akan dikeluarkan melalui batuk dan eskalasi
mukosiliar. Apabila gagal benda asing tersebut akan menetap di dalam trakea
atau masuk ke dalam bronkus. Di dalam trakea benda asing dapat
menimbulkan berbagai akibat yang dapat berubah-ubah karena masih dapat
berpindah tempat (mobile). Akibat yang ditimbulkan dapat berupa obstruksi,
reaksi peradangan, atau konstriksi. Gejala patognomonik terdiri dari batuk,
sesak, dan suara mengi yang terdengar sangat mirip dengan asma, sehingga
disebut sebagai asmatoid.
Apabila benda asing masih dapat berpindah tempat (mobile) pada saat batuk
atau ekspirasi dengan pemeriksaan auskultasi di daerah tiroid, dapat didengar
suara hentakan benda asing ke pita suara atau daerah subglotis.Tanda ini
disebut audible slap.Dengan palpasi tanda ini kadang-kadang dapat dirasakan
Gambar 1
(Patofisiologi dari pneumonia)
Sumber :www.liztiaa.blogspot.com
Patofisologi pneumonia aspirasi sesuai dengan jenis dan jumlah bahan yang
teraspirasi.Respon
yang
ditimbulkan
juga
tergantung
pada
agen
yang
10
11
di lambung. Aspirasi isi gaster paling sering terjadi selama dianestesi atau
setelah dianestesi (khususnya pada pasien obsetri dan setelah bedah darurat
karena gangguan pada saat persiapan operasi) , pada bayi, dan pada beberapa
pasien dengan depresi refleks muntah dan batuk. Paling penting, pasienpasien ini harus ditempatkan pada posisi yang tepat agar secret orofaring
dapat keluar dari mulut. (Lorraine, 2005:809)
Bahan kimia lain yang memicu pneumonia aspirasi yaitu hidrokarbon
seperti polis peralatan rumah, minyak tanah, cairan arang yang lebih ringan,
dan bensin kadang-kadang tidak sengaja tertelan oleh anak kecil. Bensin dapat
teraspirasi oleh anak kecil belasan tahun yang beupaya menyedot bensin.
Makin encer senyawa hidrokarbon makin tinggi penguapannya ,makin besar
toksisitasnya terhadap paru. Hidrokarbon mungkin teraspirasi saat penelanan,
muntah,
atau
sonde
lambung.hidrokarbon
berviskositas
rendah
dan
koma
dapat
terjadi
dan
kadang-kadang
mendominasi
12
Anamnesa :
-
Keluhan utama :
Adakah pasien mengalami sesak nafas,batuk,hemoptisis,nyeri dada, sianosis
Gejala-gejala yang lain :
Stridor (pernapasan yang bising)
Perubahan suara
Pembengkakan mata kaki (edema tergantung)
Riwayat Medis Yang Lain
Keadaan kesehatan umum
Penyakit yang lalu
Cedera
Perawatan di rumah sakit
Pembedahan
Alergi
Imunisasi
Penyalahgunaan zat
Diet
Pola tidur
Obat-obat yang sedang digunakan
Riwayat Pekerjaan dan Lingkungan
mempertimbangkan pemaparan dengan zat-zat atau lingkungan yang secara
potensial dapat menimbulkan penyakit.
Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Pada pasien dengan aspirasi pneumonia, hasil inspeksi didapat berupa:
Pucat atau sianosis perifer (pada kuku jari tangan atau pada bibir)
menunjukkan hipoksemia
Retraksi otot-otot intercostal
Kelainan dinding dada mungkin bisa ditemukan parut bekas
operasi
Frekuensi napas meningkat sehingga pasien terlihat sesak napas.
14
tidak.
c. Perkusi
Perkusi dilakukan dengan meletakkan telapak tangan kiri pada dinding
dada dengan jari-jari sedikit meregang. Jari tengah tangan kiri tersebut
ditekan ke dinding dada sejajar dengan iga pada daerah yang akan
diperkusi. Bagian tengah falang medial tangan kiri tersebut kemudian
diketuk dengan menggunakan ujung jari tengah tangan kanan, dengan
sendi pergelangan tangan sebagai penggerak. Jagan menggunakan poros
siku karena akan memberikan ketokan yang tidak seragam. Sifat-sifat
ketokan selain didengar, juga harus dirasakan dengan jari-jari.
(Amirmuslim, 2012:44)
Pasien dengan pneumonia aspirasi, hasil perkusi didapati redup (dull)
karena adanya konsolidasi/infiltrate pada parenkim paru atau pada rongga
15
16
vertebrae torakalis 10 untuk paru kiri sedangkan paru kanan 1 jari lebih
tinggi.(Amirmuslim, 2012:45)
Daerah aksila dapat diperkusi dengan cara meminta pasien
mengangkat tangannya ke atas kepala. Pemeriksa menaruh jari-jari tangan
setinggi mungkin di aksilla pasien untuk diperkusi.Perkusi pada daerah
kronig yaitu daerah supraskapula seluas 3 sampai 4 jari di pundak.Perkusi
di daerah ini sonor.Hilangnya bunyi sonor di daerah ini menunjukkan
adanya kelainan pada apeks paru.(Amirmuslim, 2012:45)
d. Auskultasi
Auskultasi merupakan pemeriksaan yang paling penting dalam menilai
aliran udara melalui system trakeobronkial.Pemeriksaan auskultasi ini
meliputi pemeriksaan suara napas pokok, pemeriksaan suara napas
tambahan dan jika didapatkan adanya kelainan dilakukan pemeriksaan
untuk mendengarkan suara ucapan atau bisikan pasien yang dihantarkan
melalui dinding dada.Pola suara napas diuaraikan berdasarkan intensitas,
frekuensi serta lamanya fase inspirasi dan ekspirasi. Auskultasi dilakukan
secara berurutan dan selang seling baik paru bagian depan maupun bagian
belakang. (Amirmuslim, 2012:45)
Suara pokok yang normal terdiri dari (Amirmuslim, 2012:46):
Vesicular : suara napas pokok yang lembut dengan frekuensi
rendah dimana fase inspirasi langsung diikuti dengan fase ekspirasi
tanpa diselingi jeda, dengan perbandingan 3:1. Dapat didengarkan
17
Ronki basah (crackles atau rales) : suara napas yang terputusputus, bersifat nonmusical, dan biasanya terdengar pada saat
inspirasi akibat udara yang melewati cairan dalam saluran napas.
Ronki basah lebih lanjut dibagi menjadi ronki basah halus dan
kasar tergantung besarnya bronkus yang terkena. Ronki basah
halus terjadi karena adanya cairan pada bronkiolus, sedangkan
yang lebih halus lagi berasal dari alveoli yang sering disebut
krepitasi, akibat terbukanya alveoli pada akhir inspirasi. Krepitasi
18
terutama dapat didengar pada fibrosis paru. Sifat ronki basah ini
dapat bersifat nyaring (bila ada infiltrate mislanya pada
asma.
Bunyi gesekan pleura (pleura friction rub) : terjadi karena pleura
parietal dan visceral yang meradang saling bergesekan bergesekan
satu dengan yang lainnya. Bunyi gesekan ini terdengar pada akhir
19
pasien
aspirasi
makanan
dan
vomitus
didapati
hasil
20
interstitial,
ditandai
dengan
peningkatan
corakan
Gambar 2
Gambaran Anteroposterior dan lateral radiologis menunjukkan gambaran radio
opak sebuah benda asing dari larink sampai karina.
Sumber : http://dokteranakku.net/articles/2010/10/aspirasi-benda-asing
21
Gambar 3
Gambar A. Gambar anteroposterior seorang anak laki laki usia 2 tahun
yang mengalami gejala batuk tiba tiba, dijumpai air trapping pada dada
kanan dan pergeseran mediastinum ke kiri. B. Dengan Rigid bronkoskopi
dijumpai kacang pada cabang bronkus kanan
Sumber : http://dokteranakku.net/articles/2010/10/aspirasi-benda-asing
22
Gambar 4
Pneumonia aspirasi (radiologi)
Sumber :www.emedicine.medscape.com
Gambar 5
Gambaran rontgen toraks
Sumber : http://medicastore.com
Diagnosa Kerja
23
24
1. Status rangka toraks termasuk iga-iga, pleura dan kontur diafragma dan
saluran napas atas pada waktu memasuki dada
2. Ukuran, kontur dan posisi mediastinum dan hilus paru, termasuk jantung,
aorta, kelenjar limfe, dan akar percabangan bronkus.
3. Tekstur dan derajat aaerasi parenkim paru.
4. Ukuran, bentuk, jumlah dan lokasi lesi paru termasuk kavitasi, tanda fibrosis
dan daerah konsolidasi.
Tomografi Komputer (CT scan)
Tomografi computer (CT scan) merupakan satu teknik radiologic yang
serangkaian radiografnya, masing-masing merupakan gambaran dari suatu irisan
paru yang diambil sedemikian rupa sehingga dapat dibentuk suatu gambaran
yang cukup rinci. CT scan berperan penting dalam mendeteksi ketidaknormalan
konfigurasi trakea serta cabang utama bronkus, menentukan lesi pada pleura atau
mediastinum (nodus, tumor, struktur vascular) dan secara umum untuk
mengungkapkan sifat serta derajat kelainan bayangan yang terdapat pada paru dan
jaringan toraks lain. (Lorraine, 2005:757)
Pencitraan Resonansi Magnetik (MRI)
Pencitraan Resonansi Magnetik (MRI) menggunakan resonansi magnetic
sebagai sumber energy untuk mengambil gambaran potongan melintang
tubuh.MRI khususnya digunakan dalam mengevaluasi penyaakit pada hilus dan
mediastinum. (Lorraine, 2005:757)
Ultrasound
Ultrasound tidak berguna dalam mengevaluasi penyakit parenkim paru.
Namun, ultrasound dapat membbantu mendeteksi cairan pleura yang akan timbul
dan sering digunakan dalam menuntun penusukan jarum untuk mengambil cairan
pleura pada torakosentris. (Lorraine, 2005:757)
Angiografi Pembuluh Paru
25
dengan
angiografi.Pemindaian
perfusi
dilakukan
dengan
Bronkoskopi
Bronkoskopi merupakan suatu teknik yang memungkinkan visualisasi
langsung trakea dan cabang-cabang utamanya.Cara itu sering digunakan untuk
memastikan diagnostic karsinoma bronkogenik, tetapi dapat juga digunakan untuk
mengangkat benda asing.Bronkoskopi konvensional berupa suatu pipa logam
berlubang dengan system lensa cermin berlampu.Pipa ini dengan mudah dapat
26
Volume Paru
1. Volume alun napas VAN (volume tidal=VT), yaitu junlah udara yang masuk
ke dalam dan keluar dari paru pada pernapasan biasa. Seorang normal
dengan berat 70 kg dalam keadaan istirahat biasanya mempunyai isi alun
napas sebesar 500 ml.
2. Volume cadangan inspirasi (VCI)/ inspirasi reseve volume (IRV), yaitu
jumlah udara yang masih dapat masuk ke paru pasca inspirasi maksimal
setelah inspirasi biasa. Pada orang dewasa dengan berat badan 70 kg
besarnya sekitar 2500 ml.
27
Kapasitas Paru
1. Kapasitas Vital
Jumlah udara yang dapat dikeluarkan maksimal setelah inspirasi maksimal
(VCI+VAN+VCE) besarnya 4600 cc.
Ada 2 macam kapasitas vital berdasarkan cara pengukurannya:
Kapasitas Vital (KV) : udara yang dikeluarkan maksimal sesudah
kekuatan penuh.
2. Kapasitas Inspirasi (KI) yaitu jumlah udara yang dapat dihirup maksimal
setelah inspirasi biasa (VAN+VCI) besarnya 3500 cc
3. Kapasitas Residu Fungsional (KRF) udara yang ada dalam paru setelah
ekspirasi biasa (VCE+VR) besarnya 2300 cc
4. Kapasitas Paru Total (KPT) jumlah udara yang ada di paru pada akhir
inspirasi maksimal (VCI+VAN+VCE+VR) besarnya 5800 cc
Volume paru dinamik pemeriksaannya mempunyai batas waktu yaitu:
1. Volume ekspirasi paksa detik pertama VEP1 yaitu jumlah udara yang bisa
dikeluarkan sebanyak-banyaknya dalam 1 detik pertama pada waktu ekspirasi
maksimal setelah inspirasi maksimal.
2. Maximal voluntary ventilation (MVV) Jumlah udara yang bisa dikeluarkan
sebanyak-banyaknya dalam 1 menit dengan bernapas cepat dan dalam secara
maksimal.
Analisis Gas Darah
28
Biasanya digunakan contoh darah arteri untuk analisis gas darah. Arteri
radialis (atau brakialis) sering dipilih karena arteri ini mudah dicapai.Pergelangan
tangan diekstensikan dengan menempatkannya di atas gulungan handuk. Setelah
kulit disterilkan, lalu arteri distabilkan dengan dua jari dari satu tangan sedangkan
tangan yang lain menusuk arteria tersebut dengan alat suntik yang sudah diisi
heparin. Setelah 5 ml darah terhisap ke dalam alat suntik, udara dikeluarkan, dan
darah disimpan di atas es dan langsung dibawa ke laboratorium untuk
dianalisis.Hiperventilasi menyebabkan alkalosis respiratorik dan kenaikan pH
darah.Hiperventilasi
sering
timbul
pada
asma
dan
pneumonia
dan
Mulai lebih akut seringkali tidak perlu didahului oleh adanya infeksi
saluran pernapasan bagian atas.
2. Bronchiolitis akut
-
inflamasi di bronkiolus
29
3.
Bronchitis Acuta
-
Terjadi di bronchus
4. Bronkiolitis adalah infeksi akut pada saluran napas kecil atau bronkiolus yang
pada umumnya disebabkan oleh virus, sehingga menyebabkan gejalagejala
obstruksi bronkiolus. Bronkiolitis ditandai oleh batuk, pilek, panas, wheezing
pada saat ekspirasi, takipnea, retraksi, dan air trapping/hiperaerasi paru pada foto
dada.
5. Bronkitis adalah suatu peradangan pada cabang tenggorok (bronchus) (saluran
udara ke paru-paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan
sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun
(misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut,
bronkitis bisa bersifat serius.Penyebab bronkitis infeksiosa disebabkan oleh virus,
bakteri dan organisme yang menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan
Chlamydia).
Gejalanya berupa:
30
6.
bengek
lelah
sakit kepala
gangguan penglihatan.
Payah Jantung
Suatu keadaan di mana jantung sudah tidak mampu lagi memberikan darah
kaya oksigen ke organ-organ tubuh yang membutuhkan. Gejalanya pada fase
awal, penderita akan merasakan mudah lelah dan sesak (tersengal-sengal)
pada waktu melakukan aktivitas fisik yang berat. Kadangkala penderita
terbangun tengah malam karena sesak dan membaik setelah duduk beberapa
saat. Pada fase lebih lanjut keluhan tersebut lebih berat sehingga waktu
istirahat pun penderita merasa sesak nafas. Selain gejala diatas pada umumnya
penderita juga mengalai pembengkakan kaki yang akan berkurang bila kaki
diletakkan paa posisi lebih tinggi.
7.
8.
31
terindikasi
untuk
aspirasi.Intubasi
endotrakea
dengan
berat.(David, 1998:1489)
Aspirasi hidrokarbon
Gejala dan infiltrate radiologis dapat terlambat dan tidak ada penderita
yang boleh dipulangkan dalam waktu kurang dari 6 jam walaupun
tidak ada gejala.Jika kemungkinan besar hidrokarbon berada dalam
lambung,
isap
dengan
nasogastric
32
dengan
hati-hati
untuk
1998:1489)
Aspirasi meconium
Perawatan umum berupa :pengaturan secara adekuat suhu dan
kelembaban lingkungan, pembersihan jalan napas, seluruh cairan
lambung harus segera dibuang untuk menghindarkan kemungkinan
aspirasi ulangan, pemberian oksigen dan NaHCO3, dan pemberian
antibiotic kombinasi Penisilin atau ampisilin dengan gentamisin. (IKA
UI,1985:1088)
Pneumonia aspirasi dengan tipe yang didapat di masyarakat diberikan
penisilin 5-10 juta U/hr, atau klindamisin 600 mg iv/8 jam bila
penisilin tidak mempan atau alergi terhadap penisilin. Bila aspirasi
didapat dari rumah sakit diberikan antibiotic spectrum luas terhadap
kuman aerob dan anaerob, misalnya aminiglikosida dikombinasikan
dengan penisilin, sefalosporin generasi 3, atau klindamisin. AB perlu
diteruskan hingga kondisi pasien baik, gambaran radiologis bersih atau
stabil selama 2 minggu. Biasanya diperlukan terapi 3-6 minggu. (Zul
Dahlan, 2009:2208)
Pencegahan
Pencegahan
pneumonia
aspirasi
yang
sangat
penting
adalah
33
Komplikasi
2.10 Prognosa
Prognosis pneumonia aspirasi tergantung pada keparahan aspirasi dan
sebagian lagi pada penyakit yang mendasarinya.Kebanyakan penderita
memperagakan pembersihan infiltrate dalam 2 minggu; angka mortalitas
34
untuk penderita dengan aspirasi massif besarnya sekitar 25%. (David, 1998:
1489)
BAB III
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Pneumonia aspirasi merupakan variable penting, berkaitan dengan
morbilitas, mortilitas dan biaya perawatan pada penderita yang dirawat di
rumah sakit terutama perawatan penderita sakit kronis, antara lain stroke,
tumor otak dan bila memungkinkan dihindari factor resiko pada penderita35
4.2
Saran
Diadakan pelatihan dan penyegaran tentang pneumonia aspirasi,antara
lain penanganan, pengobatan dan cara merujuknya bila terjadi Pneumonia
Aspirasi.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
36
Ajar
Pemeriksaan
Fisik&
Riwayat
Kesehatan
Bates.Jakarta;EGC
Staf Pengajar IPD FKUI.2001.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.Jakarta;FKUI
Malik,amirmuslim.2012.Buku
Rancangan
Pengajaran
Modul
Diagnostik
Fisik.Padang;FK UNBRAH
Swartz,mark.1995.Buku Ajar Diagnostik Fisik.Jakarta;EGC
Burnside&McGlynn.1995.Adams Diagnostik Fisik Edisi 17.Jakarta;EGC
http://medicastore.com/penyakit/451/Pneumonia_Aspirasi_Aspiration_pneumonia.
www.liztiaa.blogspot.com
http://dokteranakku.net/articles/2010/10/aspirasi-benda-asing
37