KARSINOMA PAROTIS
Disusun oleh:
Eduard, S.Ked
Ferina Nur Haqiqi, S.Ked
Hera Julia Garamina, S.Ked
Perseptor:
BAB I
LAPORAN KASUS
Umur
: 22 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
Pekerjaan
: -
Suku
: Jawa
Agama
: Islam
lalu dan dilakukan pengangkatan tumor parotis pada bawah dagu sebelah kanan.
Kemudian pada 17 tahun yang lalu, benjolan kembali di rasakan pasien dan
dilakukan operasi ulang. 6 bulan yang lalu benjolan kembali muncul di tempat
yang sama.
Riwayat Penyakit dahulu :
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit dan keluhan serupa
Tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit keganasan
: compos mentis
Keadaan sakit
: sakit sedang
Tanda Vital
Tekanan Darah
: 110/70
Nadi
: 84 x / menit
Pernafasan
: 24 x / menit
Suhu tubuh
: 37,2 C
Kepala dan leher: konjunctiva pucat (-), sklera ikterik (-), eksoftalmus (-),
pembesaran kelenjar getah bening cervikal (-), massa di mandibula inferior
dextra. Tidak tampak deviasi trakea
Thoraks :
Paru:
o
Inspeksi : bentuk dada normal, pergerakan dada simetris
= sinistra)
Perkusi : sonor di semua lapangan paru
o Auskultasi: vesikuler diseluruh lapangan paru dan tidak ada
murmur
Abdomen:
o Inspeksi: datar, lemas
o Palpasi: supel, hepar/ lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
o Perkusi: timpani di seluruh lapangan abdomen
o Auskultasi : bising usus (+ ) normal
Ekstremitas
o Edema: superior (-/-), inferior (-/-)
o Sensorik: superior (+/+), inferior (+/+)
o Motorik : superior (5/5), inferior (5/5)
Status lokalis :
Regio mandibula inferior dextra
o Inspeksi : tampak benjolan diregio mandibula inferior dextra
ukuran 12 cm x 14 cm, hiperemis, tampak pus, permukaan tidak
rata.
o Palpasi : nyeri tekan (+), tidak mobile
o Auskultasi : Bruit (-)
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
14 Oktober 2015
Darah Lengkap
-Hb
-Leukosit
-Trombosit
-CT
-BT
Hasil
Nilai rujukan
13.7
18600
350000
9
2
14-19 g/dl
4.800-10.400/ul
150000-45000/ul
9-13 menit
1-3 menit
Kimia Darah
-GDS
-SGOT
-SGPT
-Ureum
-Kreatinin
115
28
13
15
0.80
<140 mg/dl
<37 U/l
<41 u/l
13-42 mg/dl
0.72-1.18 mg/dl
Gambar 2.1
Proyeksi Kelenjar Parotis Terhadap Organ Lain5
Kelenjar parotis bentuknya bervariasi, jika dilihat dari lateral 50% berbentuk
segitiga, 30% bagian atas dan bawahnya membulat. Biasanya kelenjar parotis
berbentuk seperti piramida terbalik dengan permukaan-permukaannya sebagai
berikut: permukaan superior yang kecil, superficial, anteromedial, dan
posteromedial. Bentuk konkav pada permukaan superior berhubungan dengan
bagian tulang rawan dari meatus akustik eksternus dan bagian posterior dari sendi
temporomandibular. Disini saraf auriculotemporal mempersarafi kelenjar parotis.
Permukaan superfisialnya ditutup oleh kulit dan fascia superficial yang
mengandung cabang fasial dari saraf aurikuler, nodus limfatikus parotis
superficial, dan batas bawah dari platisma.4
Gambar 2.2
Penampang samping letak kelenjar parotis6
parafaring,
dibatasi
oleh
prosesus
stiloideus
dan
ligamentum
Nodul kelenjar lime ditemukan pada kulit yang berada di atas kelenjar
parotis (kelenjar preaurikuler) dan pada bagian dari kelenjar parotis itu sendiri.
Ada 10 kelenjar limfatik yang terdapat pada kelenjar parotis, sebagian besar
ditemukan pada bagian superficial dari kelenjar diatas bidang yang berhubungan
dengan saraf fasialis. Kelenjar limfe yang berasal dari kelenjar parotis
mengalirkan isinya ke nodus limfatikus servikal atas.4
Persarafan kelenjar parotis oleh saraf preganglionic yang berjalan pada
cabang petrosus dari saraf glossopharyngeus dan bersinaps pada ganglion otik.
Serabut postganglionic mencapai kelenjar melalui saraf auriculotemporal.4
Kelenjar parotis memiliki saluran untuk mengeluarkan sekresinya yang
dinamakan Stensens duct yang akan bermuara di mulut dekat gigi molar 2; lokasi
biasanya ditandai oleh papilla kecil. 4
Gambar 2.3
Muara dari duktus parotis5
Gambar 2.4
Kelenjar parotis kiri 6
air liur adalah hipotonik, cairan yang bersifat basa yang kaya akan kalsium dan
fosfat. Komposisi ini penting untuk mencegah demineralisasi enamel gigi.7
Gambar 2.5
Letak kelenjar parotis tampak depan7
Gambar 2.6
Letak kelenjar parotis dari sisi samping 7
Gambar 2.7
Struktur mikroskopis kelenjar air liur7
BAB III
TUMOR PAROTIS
3.1 Definisi
Menurut kamus kedokteran Dorland edisi 29, Tumor didefinisikan sebagai
pertumbuhan baru suatu jaringan dengan multiplikasi sel-sel yang tidak terkontrol
dan progresif, disebut juga neoplasma. Kelenjar Parotis adalah kelenjar air liur
terbesar yang terletak di depan telinga.8
3.2 Epidemiologi
Tumor pada kelenjar liur relatif jarang terjadi, persentasenya kurang dari 3% dari
seluruh keganasan pada kepala dan leher. Keganasan pada tumor kelenajar liur
berkaitan dengan paparan radiasi, faktor genetik, dan karsinoma pada dada.
Sebagian besar tumor pada kelenjar liur terjadi pada kelenjar parotis, dimana 75%
- 85% dari seluruh tumor berasal dari parotis dan 80% dari tumor ini adalah
adenoma pleomorphic jinak (benign pleomorphic adenomas).8,9,10,11
3.3 Presentasi
Tumor kelenjar liur baik itu jinak atau ganas akan muncul sebagai suatu massa
berbentuk soliter, berkembang diantara sel-sel pada kelenjar yang terkena.
Pembesaran menyeluruh atau berulang dari kelenjar yang terkena sepertinya
akibat kalkulus atau peradangan dan pembesaran kelenjar air liur global yang
jarang dapat dilihat pada penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, myxoedema,
sindroma Cushing, dan peminum alcohol. Pembesaran kelenjar parotis juga dapat
dilihat pada anorexia nervosa. Pasien dengan tumor jinak atau keganasan derajat
rendah dapat menampilkan gejala pertumbuhan massa yang lambat untuk
beberapa tahun.12,13
Pertumbuhan yang cepat dari massa dan rasa sakit pada lesi itu berkaitan dengan
perubahan ke arah keganasan, tetapi bukan sebagai alat diagnostik. Keterlibatan
saraf fasialis (N.VII) umumnya sebagai indikator dari keganasan,walaupun gejala
ini hanya nampak pada 3% dari seluruh tumor parotis dan prognosisnya buruk.
Tumor ganas pada kelenjar parotis dapat meluas ke area retromandibular dari
parotis dan dapat menginvasi lobus bagian dalam, melewati ruangan
parapharyngeal. Akibatnya, keterlibatan dari saraf kranial bagian bawah dapat
terjadi berupa disfagia, sakit dan gejala pada telinga. Lebih lanjut lagi dapat
melibatkan struktur disekitarnya seperti tulang petrosus, kanal auditorius
eksternal, dan sendi temporomandibular.Error!
Menurut Armstrong et al, sebanyak 16 % dari pasien dengan tumor parotis dan
8% pasien dengan tumor pada submandibula atau sub lingual secara klinis
menunjukkan keterlibatan kelenjar limfe pada penampilannya.15
3.4 Pemeriksaan
Pada anamnesis harus ditanyakan mengenai radiasi terdahulu pada daerah kepalaleher, operasi yang pernah dilakukan pada kelenjar ludah dan penyakit tertentu
yang dapat menimbulkan pembengkakan kelenjar ini (diabetes,sirosis,hepatitis,
alkoholisme). Juga obat-obat seperti opiate, antihipertensi, derivate fenotiazin,
diazepam, dan klordiazepoksid dapat menyebabkan pembengkakan, karena obatobat ini menurunkan fungsi kelenjar ludah.16
Dengan inspeksi dalam keadaan istirahat dan pada gerakan dapat ditentukan
apakah ada pembengkakan abnormal dan dimana, bagaimana keadaan kulit dan
selaput lendir di atasnya dan bagaimana keadaan fungsi nervus fasialis. Kadangkadang pada inspeksi sudah jelas adanya fiksasi ke jaringan sekitarnya, dan
langsung tampak adanya trismus. Penderita juga harus diperiksa dari belakang,
untuk dapat melihat asimetrisitas yangmungkin lolos dari perhatian kita.16
Palpasi yang dilakukan dengan teliti dapat mengarah ke penilaian lokalisasi tumor
dengan tepat, ukuran (dalam cm), bentuknya, konsistensi, dan hubungan dengan
sekelilingnya. Jika mungkin palpasi harus dilakukan bimanual. Palpasi secara
sistematis dari leher untuk limfadenopati dan tumor Warthin yang jarang terjadi
juga harus dilakukan. Berikut ini kelainan patologi yang dapat terjadi :16
1.Penyakit dengan metastase ke kelenjar lymph
2.Reactive lymph nodes
3.HIV infection
4.Sarcoidosis
5.Masseteric hypertrophy
demi sedikit selama empat sampai enam bulan pertama kehidupan, tetapi mulai
tampak resolusinya pada usia dua tahun. Yang mirip dengan hemangioma adalah
limfangioma, yang juga timbul pada daerah kelenjar parotis. Adenoma pleomorfik
merupakan tumor ketiga terbanyak yang ditemui, dan paling sering tumor padat,
ditemukan pada anak-anak. Tumor jinak lain termasuk neurofibroma dan lipoma.
Tumor kelenjar liur pada anak-anak paling sering mengenai kelenjar parotis,
sedang daerah submandibula dan kelenjar liur minor jarang terjadi.1
B. Pada Dewasa
B.1 Adenoma Pleomorfik
Tumor campur jinak ini menyebabkan 75 % kelenjar parotis, baik jinak maupun
ganas pada dewasa. Kelainan ini paling sering pada daerah parotis, dimana
tampak sebagai pembengkakan tanpa nyeri yang bertahan untuk waktu lama di
daerah depan telinga atau daerah kaudal kelenjar parotis. Tumor ini tidak
menimbulkan rasa nyeri atau kelemahan saraf fasialis. Pada daerah parotis,
meskipun diklasifikasikan sebagai tumor jinak, dalam ukurannya tumor dapat
bertambah besar dan menjadi destruktif setempat. Reseksi bedah total merupakan
satu-satunya terapi. Perawatan sebaiknya dilakukan untuk mencegah cedera pada
saraf fasialis dan saraf dilindungi walaupun jika letaknya sudah berdekatan
dengan tumor.1,13
Tumor dapat berkembang pertama kali pada lobus profunda dan meluas ke
daerah retromandibula. Pada keadaan ini saraf fasialis dilindugi secara hati-hati
dan di retraksi dengan lembut sehingga tumor dapat diangkat dari lokasinya yang
dalam ke ruang parafaringeal. Kadang-kadang adenoma pleomorfik lobus
profunda tampak di dalam mulut. Hal ini dapat kita sadari dengan adanya deviasi
palatum mole dan arkus tonsilaris ke garis tengah oleh massa lateral dari daerah
tonsil. Reseksi sebaiknya dilakukan melalui leher daripada melalui dalam mulut.
Ketika mengangkat tumor parotis, seluruh lobus superficial, atau bagian kelenjar
lateral dari saraf fasialis, diangkat sekaligus untuk keperluan biopsy, dipotong
dengan mempertahankan saraf fasialis. Pemeriksaan patologis dari pemotongan
beku tidak dapat memberikan asal tumor yang sebenarnya dan operasi radikal
adenoma
pleomorfik
adalah
sempurna,
dengan
angka
Gambar 3.2
Gambaran histopatologi tumor warthin pada kelenjar parotis 20
Tumor ini berasal dari epitel duktus ektopik. CT-Scan dapat menunjukkan suatu
massa dengan batas jelas pada bagian postero-inferior dari lobus superficial
parotis. Jika pemeriksaan radiosialografi dilakukan maka dapat dilihat
peningkatan aktivitas yang berhubungan dengan adanya onkosit dan peningkatan
isi dari mitokondrianya. Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan
histology.19
Gambar 3.3
Tumor Warthin 21
Terapi terdiri dari reseksi bedah dengan melindungi saraf fasialis. Tumor
ini berkapsul dan tidak mungkin kambuh. Error! Bookmark not defined.
Tumor jinak kelenjar liur lain yaitu:1,19
1. Adenoma oksifil (sel asidofilik)
2. Adenoma sel serosa
3. Onkositoma
Terapi serupa pada adenoma pleomorfik.
Ruang parafaringeus merupakan daerah asal primer untuk tumor jinak.
Paling sering adalah tumor kelenjar liur yang timbul dari lobus profunda kelenjar
parotis dan meluas ke dalam ruang parafaringeal. Tumor yang berasal neurogenik
seperti schwanoma mungkin berasal pada daerah ini dari saraf vagus atau jaras
simpatetik servikalis. Tumor ini nampak sebagai massa lunak yang menekan
dinding faring lateral ke arah medial. Tumor ini sebaiknya dilakukan pendekatan
melalui leher daripada dalam mulut karena adanya pembuluh darah yang besar
dan saraf kranialis yang penting pada ruang ini. Arteriogram pendahuluan tidak
hanya menunjukkan efek tumor pada lokasi dari arteri karotis interna tapi juga
berguna dalam mendeteksi tumor kemodektoma atau tumor neurogenik dalam
ruangan ini.1
Tumor yang paling sering pada ruang parafaringeal adalah adenoma
pleomorfik. Kedua yang tersering adalah karsinoma adenokistik maligna.
Kelompok terbesar dari tumor-tumor lain adalah yang berasal dari neurogenik,
seperti schwanoma dan neuroma. Beberapa tumor dari ruangan parafaringeal
sebaiknya ditangani, melalui pendekatan trans-servikal eksternal. Tindakan ini
akan memberikan control yang lebih baik terhadap pembuluh darah utama pada
daerah ini. Juga mencegah metastasis tumor, yang dapat terjadi pada pendekatan
melalui transoral. Karena edema pasca operasi yang luas dapat terjadi, sering
dibutuhkan trakeostomi.1
Tabel 3.1 Perbedaan Massa-Massa Pada Kelenjar Liur 16
Jinak
Kemungkinan Keganasan
Ganas
Meningkat
1.Parotis
1. Submandibula
2.Usia Muda
2. Paresis
2. Lebih tua
3.Wanita
3. Keras
3. Pria
4. tumbuh cepat
4. Paralisis
5.Kistik
6. Onset cepat (<>
6.Durasinya lama (>2
tahun)
7. Nyeri
7.Asimptomatik
8. Adenopati servikal
8.Tidak adenopati
keganasan
berdasarkan
patologi
klinik
terdiri
atas
derajat
1. Karsinoma mukoepidermoid
Derajat rendah
Derajat tinggi
2. Karsinoma adenokistik
3. Kanker sel asini
4. Adenokarsinoma
Menghasilkan mucus
Tidak berdiferensiasi
5. Karsinoma yang timbul pada adenoma pleomorfik
6. Karsinoma sel clear
7. Karsinoma sel skuamosa
sekitarnya, jaringan lunak yang berdekatan. Saraf fasialis dilindungi jika tidak
membahayakan reseksi tumor. Cangkok saraf fasialis dilakukan jika mungkin,
khususnya jika jaras saraf harus direseksi. Jika mungkin, bagian dari mata
dilindungi, karena ini akan menyebabkan sejumlah masalah yang besar pascaoperasi. Nodus digastrikus bagian atas dan nodus-nodus di daerah kelenjar parotis
diangkat pada waktu prosedur operasi awal. Jika nodus-nodus ini menunjukkan
keganasa, dianjurkan pembedahan leher radikal komplit atau pengobatan radiasi
pasca-operasi. 1
Karsinoma mukoepidermoid derajat tinggi dan karsinoma sel skuamosa
merupakan tumor yang kemungkinan besar dapat menimbulkan metastasis
servikal. Terdapat insiden sebesar 40 % adanya metastasis untuk karsinoma sel
skuamosa dan 16 % untuk karsinoma mukoepidermoid derajat tinggi. Karsinoma
adenokistik, adenokarsinoma, dan karsinoma asini dapat bermetastasis langsung
ke leher tetapi kemungkinan besar menyebar oleh karena perluasan langsung.
Tumor ini juga kemungkinan besar menimbulkan metastasis secara hematogen ke
paru-paru. Dilakukan reseksi untuk tumor-tumor parotis ini dan nodus
subdigastrikus. Jika pada saat itu ditemukan terdapat metastasis, dapat dilakukan
pembedahan leher total.1
Paralisis saraf fasialis merupakan tanda prognosis buruk, hal ini juga
merupakan indikasi dari kemungkinan terbesar adanya metastasis servikal dan
merupakan indikasi untuk dilakukan pembedahan leher radikal.1
Untuk terapi pasca-operasi dianjurkan terapi radiasi untuk kebanyakan
tumor parotis ganas. Terapi radiasi tambahan dapat menurunkan angka
kekambuhan total. Terapi radiasi bukan merupakan terapi pengganti untuk reseksi
bedah yang adekuat dan tidak menurunkan angka kekambuhan jika batas tumor
positif. 1
Prognosis untuk dewasa dengan tumor parotis ganas tergantung dari
stadium dan ukuran tumor pada saat ditemukan, ada atau tidaknya paralisis saraf
fasialis, dan menunjukkan metastasis servikal. Patologi spesifik dari tumor
penting dalam memastikan harapan hidup dan prosedur operasi yang luas
diperlukan. Keluhan awal dari nyeri dalam beberapa penelitian menunukkan tanda
prognosis yang buruk. 1,15,16,19
Tabel 3.3 Klasifikasi TNM dari Tumor Kelenjar Liur1
terdapat pada kelenjar parotis. Tumor ini dipikirkan berasal dari sel duktus
ekskretorius.24
2.3 Karsinoma duktus saliva
Tumor ini jarang, menyerupai kanker duktus mammae. Duktus Stensen lebih
sering terkena dibandingkan dengan duktus Wharton. Tumor ini memiliki
kecenderungan untuk terjadi berulang pada tempat yang sama (35%) dan dapat
berkembang ke metastasis jauh (62%), dengan hanya 23 % pasien yang dapat
hidup selama 3 tahun. 22,24
daerah itu. Prognosis lebih baik untuk limfoma kelenjar saliva daripada limfoma
nodus dengan penampilan histology yang mirip. 23,24
2.8 Metastasis ke Kelenjar Parotis dari tempat lain
Kelenjar parotis dapat menjadi tempat metastasis dari keganasan yang berasal dari
kulit, ginjal, paru, payudara, prostat, dan saluran pencernaan.24
3.8 Kompikasi sesudah parotidektomi
A. Sindroma Frey
Gustatory sweating saat parotidektomi terdapat pada 50 % pasien. Terjadi reinervasi silang pada system persarafan otonom kelenjar parotis yang terjadi
setelah dilakukan parotidektomi. Serat parasimpatis, yang dirangsang oleh bau
dan rasa dari makanan sekarang menginervasi kelenjar keringat dan pembuluh
darah melalui asetilkolin, lalu mengakibatkan keringatan dan kemerahan pada
kulit di atas area tersebut.22
B. Paralisis/Paresis nervus fasialis
Kejadian paralisis/paresis nervus paresis setelah operasi tumor saliva jinak
biasanya kecil (<5%).>22.24
3.9 Terapi tambahan
Karena banyaknya sub tipe histology dari keganasan parotis, pernyataan umum
yang berkaitan dengan kegunaan terapi tambahan tidak dapat dibuat. Jika dapat di
bedah, pembedahan adalah modalitas utama dalam pengobatan untuk sebagian
besar tumor ganas kelenjar parotis. Indikasi umum untuk terapi radiasi pasca
operasi yaitu:24
1. Diameter terbesar tumor > 4 cm
2. Tumor derajat tinggi
3. Invasi tumor ke struktur lokal, limfatik, saraf, dan pembuluh darah
BAB IV
KESIMPULAN
Kelenjar parotis adalah kelenjar liur yang berpasangan, berjumlah 2.
Kelenjar parotis merupakan kelenjar liur yang terbesar. Tumor pada kelenjar liur
relatif jarang terjadi, persentasenya kurang dari 3% dari seluruh keganasan pada
kepala dan leher. Keganasan pada tumor kelenajar liur berkaitan dengan paparan
radiasi, faktor genetik, dan karsinoma pada dada. Sebagian besar tumor pada
kelenjar liur terjadi pada kelenjar parotis, dimana 75% - 85% dari seluruh tumor
berasal dari parotis dan 80% dari tumor ini adalah adenoma pleomorphic jinak
(benign pleomorphic adenomas).
Tumor kelenjar liur baik itu jinak atau ganas akan muncul sebagai suatu
massa berbentuk soliter, berkembang diantara sel-sel pada kelenjar yang terkena.
Pertumbuhan yang cepat dari massa dan rasa sakit pada lesi itu berkaitan dengan
perubahan ke arah keganasan, tetapi bukan sebagai alat diagnostik. Keterlibatan
saraf fasialis (N.VII) umumnya sebagai indikator dari keganasan,walaupun gejala
ini hanya nampak pada 3% dari seluruh tumor parotis dan prognosisnya buruk.
Tumor parotis dapat dibagi menjadi 2 yaitu jinak dan ganas. Tumor
kelenjar jinak yang paling sering pada anak-anak adalah hemangioma kelenjar
parotis. Pada dewasa tumor jinak nya adalah adenoma Pleomorfik dan
Limfomatosum Adenokistoma Papilar (Tumor Warthin). Tumor jinak kelenjar liur
lain yaitu Adenoma oksifil (sel asidofilik), Adenoma sel serosa, dan Onkositoma.
Tumor Ganas Pada Kelenjar Liur dapat terjadi pada anak dan dewasa.
Tumor ganas kelenjar liur paling sering pada anak adalah karsinoma
mukoepidermoid, biasanya derajatnya rendah. Pada dewasa dapat berupa
Karsinoma mukoepidermoid,Karsinoma sel skuamosa, Adenokarsinoma yang
tidak berdiferensiasi, Karsinoma adenokistik (silindroma).
Untuk terapi dilakukan reseksi tergantung dari stadiumnya. Terapi
tambahan berupa radiasi pasca operasi atau kemoterapi dapat diberikan dengan
mempertimbangkan resiko-resiko yang harus dihadapi nantinya. Untuk prognosis
sesudah terapi adekuat pada tumor benigna terjadi residif lokal kurang dari 1%
kasus. Namun, jika tumor benigna tidak diangkat secara luas, sering timbul residif
lokal.
DAFTAR PUSTAKA
1 Adams LG, Boies RL, Paparella MM. Dalam: Buku Ajar Penyakit THT , Ed.6.
Jakarta : EGC, 1997: 305-319
2 Gregory Masters, Bruce Brockstein. Dalam :Head and Neck Cancer. USA:
Kluwer Academic Publishers,2003: 158-161
3 Beers MH, Porter RS. Dalam: Merck Manual of Diagnosis and Theraphy,
Ver.10.2.3. USA: Merck Research Laboratories,2007
4 Susan, Standring. Dalam: Grays Anatomy: The Anatomical Basis of Clinical
Practice. USA: Elsevier, 2005: 515-518
5 Grays Anatomy:The Anatomical Basis of Clinical Practice. USA: Elsevier,
2005: 515-518
6 Bates Guide To Physical Examination, hal. 115
7 Satish Keshav. Dalam: The Gastrointestinal System At A Glance. Australia:
Blackwell Science Ltd, 2004: 14-15
8 Leegard T, Lindeman H. Salivary gland tumours. Dalam: Clinical picture and
treatment. Acta Otolaryngologica, 1970; 263: 1559
9 Belsy JL, Tachikawa K, Chihak RW, Yamamato T. Salivary gland tumours in
atomic bomb survivors. HiroshimaNagasaki. 1957
1970. Journal of the American Medical Association, 1972; 2/9: 80468.
10 Berg JW, Hutter RVP, Foote FWJ. The unique association between salivary
gland cancer and breast cancer. Journal of the
American Medical Association, 1968; 204: 7717
11 Batsakis JG. Tumours of the head and neck (2nd edn). Baltimore: Williams and
Wilkins, 1982: 64194
12 Walsh BT, Croft CB. Salivary gland enlargement in anorexia nervosa.
International Journal of Psychiatric Medicine, 1981; 11: 2557.
13 Robert L. Souhami. Oxford Textbook of Oncology (2 volume set) 2nd edition.
England: Oxford Press, 2002
14 Oxford Textbook of Oncology (2 volume set) 2nd edition. England: Oxford
Press, 2002
15 Armstrong JG, Harrison LB, Thaler HT, et al. The indications for the elective
treatment of the neck in cancer of the major salivary glands. Cancer, 1992; 69:
61519
16 C.J.H. van de Velde. Onkologie. Leiden: Stafleu, 1973
17 Robbins and Cotran : Pathologic Basic Of disease hal. 793
18 Color Atlas of ENT Diagnosis 4th edition, revised and expanded
19 Anil K. lalwani. Current Diagnosis & Treatment in Otolaryngology-Head &
Neck Surgery. USA:Mc Graw Hill,2004
20
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/c/cb/Warthin_tumor_
%282%29.jpg
21 http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/c/c3/Warthin%27s_tumor.jpg
22 K.J.Lee. Essential Otolaryngology-Head & Neck surgery ed.8 . Connecticut:
McGraw-Hill2003
23 Shikhani A, Samara M, Allam C, et al. Primary lymphoma in the salivary
glands: report of five cases and review of the literature. Laryngoscope. Dec
1987;97(12):1438-42