Disusun oleh :
Mutiara Khalida, S.Ked
04084821517021
04084821618028
Pembimbing:
Prof. dr. Zarkasih Anwar, Sp.A(K)
HALAMAN PENGESAHAN
Presentasi kasus yang berjudul
Demam Berdarah Dengue
Oleh :
Mutiara Khalida, S.Ked
Ni Komang Leni Wulandari, S.Ked
Sebagai salah satu persyaratan mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu
Kesehatan Anak RSMH Palembang Fakultas Kedokteran Unsri.
KATA PENGANTAR
Salam sejahtera,
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya lah laporan
kasus yang berjudul Demam Berdarah Dengue ini dapat diselesaikan dengan baik.
Melalui tulisan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. dr. Zarkasih Anwar, Sp.A(K) sebagai dosen pembimbing
2. Rekan-rekan seperjuangan yang turut meluangkan banyak waktu dalam
membantu proses penyelesaian laporan kasus ini.
3. Semua pihak yang telah ikut membantu proses penyusunan laporan kasus
hingga laporan kasus ini selesai.
Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan, baik dari isi maupun teknik penulisan. Sehingga apabila ada kritik dan
saran dari semua pihak maupun pembaca untuk kesempurnaan laporan kasus ini,
penulis mengucapkan banyak terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv
BAB I. PENDAHULUAN .........................................................................................1
BAB II. LAPORAN KASUS......................................................................................3
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................21
BAB IV. ANALISIS KASUS ..................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................v
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 IDENTIFIKASI
a. Nama
: Ank. AKP
I.
c. Jenis Kelamin
: Perempuan
d. Berat badan
: 25 Kg
e. Panjang badan
: 127 cm
f. Agama
: Islam
g. Bangsa
: Indonesia
h. Alamat
i. Suku Bangsa
: Sumatera
j. MRS
: 23 September 2016
k. Medical record
: 972354
ANAMNESIS
Tanggal
Diberikan Oleh
2. Keluhan tambahan
(-). Riwayat jajan diluar (-). Penderita membeli obat di warung namun keluhan
tidak berkurang.
Sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, penderita masih mengalami
demam tinggi, terus-menerus, menggigil (+), kejang (-), berkeringat (+),
batuk (-), pilek (-), kemerahan di wajah (+), ruam (-), nyeri kepala (+), nyeri
belakang bola mata (-), nyeri otot dan sendi (+), nyeri perut (-), mual (-),
muntah (+) frekuensi 3 kali sehari, isi makanan apa yang dimakan, sakit
tenggorokan (+), mimisan (-), gusi berdarah (-), nafsu makan berkurang (+),
minum sedikit, BAB tidak lancar dan BAK normal. Penderita dibawa berobat
ke Puskesmas dan diberi obat penurun panas, keluhan berkurang.
Sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, penderita mengalami mimisan
dan demam kembali tinggi. menggigil (+), kejang (-), berkeringat (+), batuk
(-), pilek (-), kemerahan di wajah (-), ruam (-), nyeri kepala (+), nyeri
belakang bola mata (-), nyeri otot dan sendi (-), nyeri perut (-), mual (-),
muntah (-), sakit tenggorokan (-), BAB hitam (-), mimisan (-), gusi berdarah
(-), nafsu makan berkurang (+), minum sedikit, BAB tidak lancar dan BAK
berkurang. Penderita dibawa berobat ke Bidan kemudian diberikan
Parasetamol, keluhan berkurang.
Sejak 4 jam sebelum masuk rumah sakit, kaki dan tangan penderita
dingin (+), bintik merah pada tangan dan badan (+), demam (-), menggigil (-),
kejang (-), berkeringat (-), batuk (-), pilek (-), kemerahan di wajah (-), ruam
(+) di tangan dan badan, nyeri kepala (-), nyeri belakang bola mata (-), nyeri
otot dan sendi (+), nyeri perut (-), mual (-), muntah (-), sakit tenggorokan (+),
BAB hitam (-), mimisan (-), gusi berdarah (-), nafsu makan berkurang (+),
minum sedikit, BAK semakin berkurang jumlah gelas belimbing per hari.
Penderita dibawa ke praktek dokter umum Rumple leed (+) didiagnosis
menderita demam berdarah lalu dirujuk ke RSMH Palembang.
B. RIWAYAT SEBELUM MASUK RUMAH SAKIT
1. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat dengan keluhan penyakit yang sama sebelumnya disangkal.
: G2P1A 1
Masa kehamilan
: 40 minggu (aterm)
Partus
: Spontan
Penolong
: Bidan
Tanggal
: 20 Oktober 2008
: 2900 kg
Panjang badan
: 48 cm
Lingkar kepala
: 37 cm
Susu Formula
Bubur susu
Bubur nasi
Nasi biasa
Daging
: + (jarang)
Tempe
:+
Tahu
:+
Sayuran
:+
Buah
: + (jarang)
Kesan
: Cukup
Kualitas
: Kurang
4. Riwayat Imunisasi
IMUNISASI DASAR
Hepatitis B 0 (setelah anak lahir)
BCG
(1 bulan)
DPT 1
(2 bulan)
DPT 2
(3 bulan)
Hepatitis B
(2 bulan)
Hepatitis B 2 (3 bulan)
DPT 3
Hepatitis B 3
(4 bulan)
(4 bulan)
1
Hib 1
Polio 1
Campak
Hib 3
Polio 3
Polio 4
(4 bulan)
(3 bulan)
(4 bulan)
(2 bulan)
(1 bulan)
(9 bulan)
Hib 2
Polio 2
(3 bulan)
(2 bulan)
: 3 bulan
Tengkurap
: 4 bulan
Merangkak
: 5 bulan
Duduk
: 7 bulan
Berdiri
: 11 bulan
Berjalan
: 13 bulan
Berbicara
: 14 bulan
Kesan
6. Riwayat Keluarga
Ayah
Ibu
Nama
Tn. SYH
Ny. WAT
Umur
30 Tahun
29 tahun
Agama
Islam
Islam
Perkawinan
Pertama
Pertama
Pendidikan
SMP
SMP
Pekerjaan
Supir
IRT
Pasien adalah anak pertama dari pasangan Tn. SYH dan Ny. WAT yang
berprofesi sebagai supir dan ibu rumah tangga.
Kesan : Sosioekonomi menengah ke bawah.
8. Riwayat Higienitas dan Lingkungan
- Sumber air berasal dari PDAM, ditampung dalam sebuah bak, dikuras
1x/minggu, tidak ditutup, tidak diberi bubuk anti nyamuk.
- Tidak menggunakan lotion anti nyamuk saat keluar rumah.
- Riwayat tetangga yang menderita DBD tidak ada.
Kesan : Higienitas kurang.
II. PEMERIKSAAN FISIK
A. PEMERIKSAAN FISIK UMUM
Keadaan Umum
Kesadaran
: Kompos mentis
BB
: 25 Kg
TB
: 127 cm
Status Gizi
BB/U
: Percentil 25%-50%
PB/U
: Percentil 25%-50%
BB/PB
Suhu
: 37,2oC
Respirasi
: 100/70 mmHg
Nadi
Kulit
B. PEMERIKSAAN KHUSUS
Kepala
Mata
Mulut
Hidung
Rambut
Gigi
Lidah
Faring/Tonsil
Telinga
Leher
Thoraks
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Ekstremitas
Pemeriksaan
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Klonus
Refleks fisiologis
Refleks patologis
Fungsi sensorik
Lengan
Kanan
Segala arah
5
Eutoni
+N
-
Kiri
Segala arah
5
Eutoni
+N
-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Pemeriksaan Laboratorium (23 september 2016, pukul 22.31 WIB)
Jenis Pemeriksaan
Hemoglobin (Hb)
WBC
Ht
Trombosit
Basofil
Hasil
14,7 g/dL *
6,23 x 103/mm3 *
45 % *
91 x103/L *
0%
Nilai Rujukan
11,3-14,1 g/dL
4,5-13,5x103/ mm3
37-41%
217-497x103/L
0-1%
Eosinofil
0%
1-6%
Neutrofil
40%*
50-70%
Limfosit
49%*
20-40%
Monosit
11%
2-8%
Hasil
13,2 g/dL
41 %
84 x103/L*
77 U/L*
21 U/L
Negatif
Positif
Positif
Nilai Rujukan
11,3-14,1 g/dL
37-41%
217-497x103/L
0-32 U/L
0-31 U/L
Negatif
Negatif
Hasil
14,3 g/dL *
44% *
50 x103/L *
Nilai Rujukan
11,3-14,1 g/dL
37-41%
217-497x103/L
Hasil
15,1 g/dL *
46% *
50 x103/L *
Nilai Rujukan
11,3-14,1 g/dL
37-41%
217-497x103/L
Hasil
14,2 g/dL *
9,8 x 103/mm3
43% *
40 x103/L *
0%
Nilai Rujukan
11,3-14,1 g/dL
4,5-13,5x103/ mm3
37-41%
217-497x103/L
0-1%
Eosinofil
0% *
1-6%
Neutrofil
21% *
50-70%
Limfosit
68% *
20-40%
10
Monosit
11%
2-8%
Hasil
14,0 g/dL
5,87 x 106/mm3
9,1 x 103/mm3
42% *
41 x103/L *
0%
Nilai Rujukan
11,3-14,1 g/dL
4,40-4,48 x 106/ mm3
4,5-13,5x103/ mm3
37-41%
217-497x103/L
0-1%
Eosinofil
0% *
1-6%
Neutrofil
21% *
50-70%
Limfosit
69% *
20-40%
Monosit
10%
2-8%
Hasil
12,2 g/dL
37%
47 x103/L*
Nilai Rujukan
11,3-14,1 g/dL
37-41%
217-497x103/L
Hasil
12,2 g/dL
5,15 x 106/mm3 *
8,3 x 103/mm3
38%
74 x103/L*
0%
Nilai Rujukan
11,3-14,1 g/dL
4,40-4,48 x 106/ mm3
4,5-13,5x103/ mm3
37-41%
217-497x103/L
0-1%
Eosinofil
0% *
1-6%
Neutrofil
36% *
50-70%
Limfosit
54% *
20-40%
Monosit
9% *
2-8%
C. RESUME
Sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, penderita mengalami demam
tinggi mendadak, terus-menerus disertai menggigil dan berkeringat (+),
11
kemerahan di wajah (+), ruam (+), nyeri kepala (+), nyeri otot dan sendi (+),
sakit tenggorokan (+), nafsu makan berkurang (+), minum sedikit. Riwayat
berpergian ke luar kota disangkal. Penderita membeli obat di warung namun
keluhan tidak berkurang. Sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit,
penderita masih mengalami demam tinggi, terus-menerus, menggigil (+),
berkeringat (+), kemerahan di wajah (+), nyeri kepala (+), nyeri otot dan sendi
(+), muntah (+) frekuensi 3 kali sehari, isi makanan apa yang dimakan, sakit
tenggorokan (+), nafsu makan berkurang (+), minum sedikit, BAB tidak
lancar. Penderita kemudian dibawa berobat ke Puskesmas dan diberi obat
penurun panas, keluhan berkurang. Sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit,
penderita mengalami mimisan dan demam kembali tinggi. menggigil (+),
berkeringat (+), nyeri kepala (+), nafsu makan berkurang (+), minum sedikit,
BAB tidak lancer. Penderita dibawa berobat ke Bidan kemudian diberikan
Parasetamol, keluhan berkurang. Sejak 4 jam sebelum masuk rumah sakit,
kaki dan tangan penderita dingin (+), bintik merah pada tangan dan badan (+),
ruam (+) di tangan dan badan, nyeri otot dan sendi (+), sakit tenggorokan (+),
nafsu makan berkurang (+), minum sedikit, BAB tidak lancar dan BAK
berkurang. Penderita dibawa ke praktek dokter umum didiagnosis menderita
demam berdarah lalu dirujuk ke RSMH Palembang.
Riwayat kehamilan dan kelahiran normal, riwayat makanan baik, riwayat
imunisasi dasar lengkap, riwayat perkembangan fisik dalam batas normal,
status sosial ekonomi menengah ke bawah, riwayat higienitas kurang.
Pemeriksaan fisik anak tampak sakit sedang, nadi teraba cepat dan lemah,
dengan CRT 3, ditemukan ptechie spontan di tangan dan badan. Dari hasil
pemeriksaan laboratorium tanggal 24 September 2016 pukul 16.18 WIB
ditemukan adanya trombositopenia dengan hasil 50x103/L dan nilai
peningkatan hematokrit menjadi 46% dan NS 1 Ag positif.
I.
DAFTAR MASALAH
Kaki dan tangan dingin
Demam
12
II.
III.
IV.
Mimisan
Gusi berdarah
Ptechie spontan di tangan dan badan
DIAGNOSIS BANDING
Tersangka demam berdarah dengue derajat III
Demam dengue
DIAGNOSIS KERJA
Tersangka demam berdarah dengue derajat III
PENATALAKSANAAN
a. Terapi Farmakologis
Edukasi
Tirah baring
Beri minum 1 - 2 liter dalam 24 jam
Pengobatan utama adalah cairan
Upaya pencegahan dengan 3M
V.
PROGNOSIS
a. Quo ad vitam
: dubia ad bonam
b. Quo ad functionam
: dubia ad bonam
c. Quo ad sanationam
: dubia ad bonam
13
: demam (-), nafsu makan meningkat (+), anak sudah mau minum
: Sensorium
: kompos mentis
TD
: 110/70 mmHg
: 98 x/menit
RR
: 22 x/menit
: 36,8oC
Kepala
Thorax
Cor
Pulmo
Abdomen
14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.
DEFINISI
Demam Dengue (dengue fever, selanjutnya disingkat DF) adalah penyakit
yang terutama terdapat pada anak remaja atau orang dewasa, dengan tanda - tanda
klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia,
dengan/tanpa ruam (rash) dan limfadenopati, demam bifasik, sakit kepala yang
hebat, nyeri pada pergerakan bola mata, rasa mengecap yang terganggu,
trombositopenia ringan dan bintik-bintik perdarahan (petekie) spontan.3
Demam Berdarah Dengue (dengue haemorrhagic fever, selanjutnya
disingkat DHF), ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala
utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari
pertama. Uji tourniquet akan positif dengan tanpa ruam disertai beberapa atau
semua gejala perdarahan seperti petekie spontan yang timbul serentak, purpura,
ekimosis, epitaksis. hematemesis, melena, trombositopenia, masa perdarahan dan
masa protrombin memanjang, hematokrit meningkat dan gangguan maturasi
megakariosit. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome, selanjutnya
disingkat DSS) ialah penyakit DHF yang disertai renjatan.3
3.2
ETIOLOGI
Virus dengue merupakan bagian dari famili Flaviviridae. Keempat serotipe
virus dengue (DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4) dapat dibedakan dengan
metode serologik. Infeksi pada manusia oleh salah satu serotipe menghasilkan
imunitas sepanjang hidup terhadap infeksi ulang oleh serotipe yang sama, tetapi
hanya menjadi perlindungan sementara dan partial terhadap serotipe yang lain.
15
PATOFISIOLOGI
Virus hanya dapat hidup dalam sel hidup sehingga harus bersaing dengan
16
3.4
MANIFESTASI KLINIK
Infeksi virus dengue mengakibatkan menifestasi klinik yang bervariasi
17
Masa inkubasi dengue antara 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus memasuki
tubuh manusia melalui gigitan nyamuk yang menembus kulit. Setelah itu disusul
oleh periode tenang selama kurang lebih 4 hari, dimana virus melakukan replikasi
secara cepat dalam tubuh manusia. Apabila jumlah virus sudah cukup maka virus
akan memasuki sirkulasi darah (viraemia), dan pada saat ini manusia yang
terinfeksi akan mengalami gejala panas. Dengan adanya virus dengue dalam tubuh
manusia, maka tubuh akan memberi reaksi. Bentuk reaksi tubuh terhadap virus ini
antara manusia yang satu dengan manusia yang lain dapat berbeda, dimana
perbedaan reaksi ini akan memanifestasikan perbedaan penampilan gejala klinis
dan perjalanan penyakit. Pada prinsipnya, bentuk reaksi tubuh manusia terhadap
keberadaan virus dengue adalah sebagai berikut : 3,6
Bentuk reaksi pertama
Terjadi netralisasi virus, dan disusul dengan mengendapkan bentuk netralisasi
virus pada pembuluh darah kecil di kulit berupa gejala ruam (rash).
Bentuk reaksi kedua
Terjadi gangguan fungsi pembekuan darah sebagai akibat dari penurunan jumlah
dan kualitas komponen-komponen beku darah yang menimbulkan manifestasi
perdarahan.
18
19
leher, dan dada. Ruam juga dapat timbul pada hari ke-4 sakit berupa bercakbercak merah kecil seperti bercak pada penyakit campak. Kadang-kadang ruam
tersebut hanya timbul pada daerah tangan atau kaki saja sehingga memberi bentuk
spesifik seperti kaos tangan dan kaki. Yang terakhir ini biasanya timbul setelah
panas turun atau setelah hari ke-5.5,7
Pada infeksi virus dengue apalagi pada bentuk klinis DHF selalu disertai
dengan tanda perdarahan. Hanya saja tanda perdarahan ini tidak selalu didapat
secara spontan oleh penderita, bahkan pada sebagian besar penderita tanda
perdarahan ini muncul setelah dilakukan tes tourniquet. Bentuk-bentuk perdarahan
spontan yang dapat terjadi pada penderita demam dengue dapat berupa perdarahan
kecil-kecil di kulit (petechiae), perdarahan agak besar di kulit (echimosis),
perdarahan gusi, perdarahan hidung dan kadang-kadang dapat terjadi perdarahan
yang masif yang dapat berakhir pada kematian.4,8
Berkaitan dengan tanda perdarahan ini, pada anak-anak tertentu diketahui
oleh orangtua mereka bahwa apabila anaknya menderita panas selalu disertai
dengan perdarahan hidung (epistaksis). Dalam istilah medis dikenal sebagai
habitual epistaksis, sebagai akibat kelainan yang bersifat sementara dari gangguan
berbagai infeksi (tidak hanya oleh virus dengue). Pada keadaan lain ada penderita
anak yang apabila mengalami sakit panas kemudian minum obat-obat panas
tertentu akan disusul dengan terjadinya perdarahan hidung. Untuk penderita
dengan kondisi seperti ini, pemberian obat-obat panas jenis tertentu tersebut
sebaiknya dihindari.1,6
Dengue Haemoragic Fever
Secara umum empat gejala yang terjadi pada demam dengue sebagai
manifestasi gejala klinis dari bentuk reaksi 1 dan 2 tubuh manusia atas keberadaan
virus dengue juga didapatkan pada DHF. Yang membedakan DHF dengan dengue
fever adalah adanya manifestasi gejala klinis sebagai akibat adanya bentuk reaksi
3 pada tubuh manusia terhadap virus dengue, yaitu berupa keluarnya plasma
(cairan) darah dari dalam pembuluh darah keluar dan masuk ke dalam rongga
perut dan rongga selaput paru. Fenomena ini apabila tidak segera ditanggulangi
20
21
Trombosit
Trombositopeni <100.000/mm3 atau kurang dari 1-2 trombosit/lapangan
pandangan besar. Biasa ditemukan antara hari sakit ketiga-ketujuh. Biasanya
terjadi sebelum peningkatan hematokrit dan sebelum suhu turun.
Hemokonsentrasi dengan tanda:
-
Pada kasus berat ada disfungsi hati, penurunan kelompok vitamin Kdependent, protrombin seperti factor V, VII, IX dan X, fibrinogen
mungkin subnormal
Serum
komplemen
menurun,
hipoproteinemia,
kadang-kadang
hipokloremia
-
Hiponatremia
Asidosis metabolik berat dan peningkatan kadar urea nitrogen pada syok
berkepanjangan
2.
Radiologis
Pada foto thoraks didapatkan efusi pleura terutama pada hemitoraks kanan,
tetapi bila terjadi pembesaran plasma hebat, foto roentgen dada sebaiknya
22
dilakukan lateral dekubitus kanan. Asites dan efusi pleura dapat dideteksi
dengan USG
3.
-
Diagnosis serologi
Hemaglutination Inhibition Test (HI test)
Uji ini sensitif tapi tidak spesifik (tidak dapat menunjukkan tipe virus yang
menginfeksi. Antibody HI bertahan >48 tahun, maka cocok untuk uji
seroepidemiologi. Untuk diagnosis pasien, kenaikan titer konvalesen 4x
dari titer serum akut atau titer tinggi (>1280) baik pada serum akut atau
konvalesen dianggap diduga keras positif infeksi dengue yang baru terjadi
(presumtif +)
Neutralization Test
Paling spesifik dan paling sensitif untuk virus dengue, berdasarkan reduksi
dari
lebih cepat dari antibodi komplemen, bertahan >48 tahun tapi lama dan
ruwet.
-
23
Isolasi virus
a. Inokulasi intraserebral pada bayi tikus albino umur 1-3 hari
b. Inokulasi pada biakan jaringan mamalia (LLCMK2) dan nyamuk A
albopictus
c. Inokulasi pada nyamuk dewasa secara intratorasik/intraserebral pada
larva
Identifikasi virus
Dengan Fluorescence antibody technique test secata langsung atau tidak
langsung. Untuk identifikasi dipakai yang indirek dengan antibodi
monoclonal
3.5
DIAGNOSIS
Dasar diagnosis DHF (WHO, 1997):7,8
Klinis
1. Demam tinggi dengan mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari.
2. Manifesatasi perdarahan, termasuk setidak-tidaknya uji bendung positif
dan bentuk lain (petekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi),
hematemesis atau melena.
3. Pembesaran hati.
4. Syok yang ditandai oleh nadi yang lemah, Hipotensi (tekanan sistolik
menurun sampai 80 mmHg atau kurang), disertai kulit yang teraba dingin
dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien jadi gelisah.
Laboratorium
-
24
Dua gejala klinis pertama ditambah satu gejala laboratorium cukup untuk
menegakkan diagnosis kerja DHF
Suhu turun
Derajat (WHO,1997) :
I. Demam dengan uji bendung positif.
II. Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain.
III.
Ditemukannya kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menurun (<20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang dingin, lembab, dan
pasien jadi gelisah.
IV.Syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.
25
3.6
DIAGNOSIS BANDING
Pada awal penyakit, diagnosis banding mencakup infeksi bakteri, virus
26
Pada hari-hari pertama, ITP dibedakan dengan DHF dengan demam yang
cepat menghilang dan tidak dijumpai hemokonsentrasi, sedangkan pada fase
penyembuhan jumlah trombosit pada DHF lebih cepat kembali.
Perdarahan dapat juga terjadi pada leukemia dan anemia aplastik. Pada
leukemia, demam tidak teratur, kelenjar limfe dapat teraba dan anak sangat
anemis. Pada anemia aplastik anak sangat anemis dan demam timbul karena
infeksi sekunder.3,5
3.7
PENATALAKSANAAN
Pada dasarnya bersifat suportif yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma
vol%).
Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan
elektrolit, dianjurkan cairan glukosa 5% dalam 1/3 larutan NaCl 0,9%. Bila
terdapat asidosis, 1/4 dari jumlah larutan total dikeluarkan dan diganti dengan
larutan yang berisi 0,167 mol/liter natrium bikarbonat (3/4 bagian berisi larutan
NaCl 0.9% + glukosa ditambah 1/4 natrium bikarbonat).6,8
27
28
29
Terapinya bersifat simtomatik dan suportif sesuai bagan di atas dengan urutan:2,5,9
1. Penimbangan berat badan
Perkiraan Berat badan normal dapat dihitung dengan rumus. Untuk anak
umur 3-12 bulan: BB (kg)= 2x umur (tahun) +4
30
Larutan ringer laktat (RL) atau dekstrosa 5% dalam larutan ringer laktat
(D5/RL)
Dekstran 40
Albumin 5%
Gelatin
Plasma
Hetastarch
31
<7
220
7-11
165
12-18
132
>18
88
32
10
100 per kg BB
10-20
>20
7. Rawat di PICU
Untuk memantau dan mengantisipasi perubahan sirkulasi metabolic dengan
intensif
8. Koreksi gangguan metabolik dan elektrolit
Dilakukan pemeriksaan analisis gas darah dan elektrolit. Apabila asidosis
tidak
33
teratasi
Kadar hematokrit harus diperiksa tiap 4-6 jam sampai keadaan pasien
stabil
36
3.8
Hematokrit stabil
PENCEGAHAN
Untuk memutuskan rantai penularan, pemberantasan vektor
dianggap cara yang paling memadai saat ini. Ada 2 cara pemberantasan
vektor :3,7
a. Menggunakan insektisida.
Yang lazim dipakai dalam program pemberantasan demam berdarah
adalah malathion
37
3.9
PROGNOSIS
Kematian oleh demam dengue hampir tidak ada, sebaliknya pada
BAB III
ANALISIS KASUS
38
yaitu nadi yang cepat dan lemah, frekuensi nafas 24 x/menit, akral dingin dan
perfusi jelek. Dari pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan darah rutin
didapatkan hasil leukosit yang berada dalam batas normal, nilai hemoglobin dan
hematokrit yang cenderung meningkat serta didapatkan trombositopenia pada
tanggal 23 September 2016 yaitu sebesar 91.000/mm3, 84.000/mm3 pada 24
September 2016 pukul 05. 26 WIB, 41.000/mm3 pada 25 September 2016 pukul
06.28 WIB. Hasil pemeriksaan serologis didapatkan dengue NS 1 Ag positif. Hal
ini merupakan salah satu dari kriteria laboratorium DBD. Hemoglobin dan
hematokrit yang meningkat menunjukkan adanya hemokonsentrasi. Peningkatan
kadar hematokrit merupakan bukti adanya kebocoran plasma. Hal ini memperkuat
diagnosis demam berdarah dengue. Selain itu pada pasien ini juga didapatkan
tanda-tanda kegagalan sirkulasi seperti nadi yang lemah, perfusi perifer yang
menurun dan akral yang dingin. Hal ini menunjukkan bahwa pasien ini
mengalami DBD derajat III.
Pengobatan DBD bersifat suportif. Tatalaksana didasarkan atas adanya
perubahan fisiologis berupa perembesan plasma dan perdarahan. Perembesan
plasma dapat mengakibatkan syok, anoksia, dan kematian. Deteksi dini terhadap
adanya perembesan plasma dan penggantian cairan yang adekuat akan mencegah
terjadinya syok, Perembesan plasma biasanya terjadi pada saat peralihan dari fase
demam (fase febris) ke fase penurunan suhu (fase afebris) yang biasanya terjadi
pada hari ketiga sampai kelima. Oleh karena itu pada periode kritis tersebut
diperlukan peningkatan kewaspadaan. Adanya perembesan plasma dan perdarahan
dapat diwaspadai dengan pengawasan klinis dan pemantauan kadar hematokrit
dan jumlah trombosit. Pemilihan jenis cairan dan jumlah yang akan diberikan
merupakan kunci keberhasilan pengobatan. Terapi yang diberikan pada pasien ini
meliputi terapi suportif dan simtomatik. Terapi suportif yang diberikan adalah
pemberian O2 sebanyak 2 liter permenit. Pemberian oksigen harus selalu
dilakukan pada semua pasien syok. Saturasi oksigen pada pasien harus
dipertahankan > 95%, oleh karena itu untuk pemantauan diperlukan pemasangan
pulse oximetry untuk mengetahui saturasi oksigen dalam darah. Selain itu juga
dilakukan pemasangan infus cairan intravena berupa ringer laktat (RL) 500 mL
39
dalam 30 menit pertama. Ringer laktat adalah salah satu larutan kristaloid yang
direkomendasikan WHO pada terapi DBD. Pengobatan awal cairan intravena
pada keadaan syok adalah dengan larutan kristaloid 20 ml/kg berat badan dalam
30 menit. Pada pasien ini berat badannya adalah 25 kg sehingga didapatkan
jumlah cairan yang diberikan adalah 500 ml dalam 30 menit dengan tetesan infus
sebesar 330 tetes per menit makro {(500/30) x 20}. Apabila syok belum teratasi
dan atau keadaan klinis memburuk setelah 30 menit pemberian cairan awal, cairan
diganti dengan koloid (dekstran 40 atau plasma) 10-20 ml/kgBB/jam, dengan
jumlah maksimal 30 ml/kgBB/jam. Segera setelah terjadi perbaikan, segera cairan
ditukar kembali dengan kristaloid dengan tetesan 20 ml/kgBB. Pada pasien
kondisi membaik setelah dilakukan pemberian cairan awal sehingga jumlah cairan
yang diberikan dikurangi menjadi 250 ml dalam 1 jam (10 ml/kgBB/jam). Jika
kondisi tetap stabil dan membaik maka cairan diturunkan menjadi 125 ml/jam (5
ml/kgBB/jam) atau jika dalam 24 jam kondisi membaik dan stabil maka cairan
diturunkan lagi menjadi 75 ml/jam (3 ml/kgBB/jam) dan dalam 48 jam setelah
syok teratasi pemberian terapi cairan dapat dihentikan. Oleh karena perembesan
plasma tidak konstan (perembesan plasma terjadi lebih cepat pada saat suhu
turun), maka volume cairan pengganti harus disesuaikan dengan kecepatan dan
kehilangan plasma, yang dapat diketahui dari pemantauan kadar hematokrit.
Penggantian volume yang berlebihan dan terus menerus setelah plasma terhenti
perlu mendapat perhatian. Perembesan plasma berhenti ketika memasuki fase
penyembuhan, saat terjadi reabsorbsi cairan ekstravaskular kembali ke dalam
intravaskuler. Apabila pada saat itu cairan tidak dikurangi, akan menyebabkan
edema paru dan distres pernafasan. Sebagai terapi simptomatik pada pasien ini
diberikan parasetamol untuk mengatasi demam dengan dosis sebanyak 250 mg
tiap 4-6 jam bila suhu 38,5oC.
Selain
medikamentosa
tidak
lupa
juga
diberikan
terapi
non
40
41
DAFTAR PUSTAKA
1. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. : DHF. Buku Kuliah 3 Ilmu
Kesehatan Anak. Percetakan Infomedika. Jakarta. 1985. P. 1228 31.
2. Poerwo Soedarmo, Sumarsono S. Carna, Herry dkk. Buku Ajar Infeksi dan
Pediatri Tropis. Edisi Kedua. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2008
3. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Indonesia Jilid 1. Penerbit IDAI.
Jakarta. 2010.
4. John D Synder, Larry K Pickering. : Demam Dengue. Nelson Ilmu
Kesehatan Anak 15th eds. Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
2000. P. 1484 5.
5. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (2004). Demam Berdarah
Dengue, Pelatihan bagi Pelatih Dokter Spesialis Anak dan Dokter Spesialis
Penyakit Dalam dalam Tatalaksana Kasus DBD. FKUI, Jakarta.
6. Fakultas
Kedokteran
Universitas
Indonesia
(2000).
Kapita
Selekta