Anda di halaman 1dari 13

Pendahuluan

Flu babi merupakan penyakit respirasi yang sangat menular pada babi yang
disebabkan oleh satu dari beberapa virus influenza A. Flu babi merupakan penyakit respirasi
dari babi yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan mempunyai dampak ekonomi luas
pada industri babi di Amerika Serikat. Wabah flu pada babi sering terjadi, khususnya selama
musim dingin. Angka kesakitan dari flu babi sangat tinggi. Manusia umumnya tidak dapat
terkena flu babi, namun infeksi pada manusia dapat terjadi. Umumnya, kasus flu babi pada
manusia terjadi pada seseorang yang hidup di sekitar babi, namun virus flu babi
dimungkinkan untuk menyebar dari manusia ke manusia.
Virus babi influenza A pada manusia (H1N1) telah dilaporkan di seluruh dunia. Pada
tahun 2009, kasus penyakit mirip influenza pertama kali dilaporkan di Meksiko pada 18
Maret; wabah ini dikonfirmasi sebagai virus babi influenza A. Penelitian dilanjutkan untuk
mengklarifikasi penyebaran dan tingkat keparahan dari flu babi di Meksiko. Kasus klinis
yang dicurigai dilaporkan di 19 dari 32 negara bagian. Walaupun hanya 18 orang Meksiko
yang telah dikonfirmasi secara laboratorium sebagai influenzavirus A / H1N1 (12 diantaranya
secara genetic identik dengan influenzavirus A / H1N1 dari California), sekitar 1.600 kasus
dan 103 kematian terkena flu babi di Meksiko. Kasus flu babi selanjutnya terjadi di Amerika
Serikat, Kanada, dan Inggris (Skotlandia), dengan kecurigaan kasus di Prancis, Israel, dan
Brazil.
Dunia sempat dibuat heboh oleh status pandemi flu babi yang ditetapkan organisasi
kesehatan dunia atau WHO. Namun karena belakangan diketahui bahwa ternyata tingkat
kematiannya kurang dari 1 persen, status pandemi global resmi dicabut pada Agustus 2010.
Sebelum status pandemi global dicabut, Indonesia mencatat tak kurang dari 1.097 warganya
terinfeeksi virus ini. Namun dari sekian banyak kasus, korban meninggal tercatat hanya 10
orang atau hanya sekitar 1 persen sehungga dikatakan tingkat kematiannya sangat rendah
dibanding flu burung.

Penyebab
Flu babi saat ini diketahui disebabkan oleh beberapa subtipe influenzavirus A. Angka
kesakitan cenderung tinggi dan angka kematian rendah (1-4%). Virus ini menyebar pada babi
melalui aerosol, kontak langsung dan tidak langsung, dan babi karier asimptomatik. Wabah
pada babi terjadi setiap tahun, dengan peningkatan insidensi pada musim gugur dan musim
dingin di daerah bersuhu hangat. Beberapa negara memberikan vaksin flu babi pada

sekelompok babi secara teratur. Sebagian besar virus flu babi merupakan subtipe H1N1,
namun subtipe lain juga beredar pada babi (antara lain, H1N2, H3N1, H3N2, dan H2N3).
Babi juga dapat terinfeksi dengan virus flu burung (avian influenza) dan virus flu musiman
manusia, sama seperti halnya terinfeksi virus flu babi. Virus babi H3N2 diperkirakan awalnya
ditularkan pada babi oleh manusia. Terkadang babi dapat terinfeksi dengan lebih dari 1 jenis
virus pada 1 waktu, yang menyebabkan gen dari virus tersebut bercampur. Ini mengakibatkan
sebuah virus influenza yang mengandung gen dari sejumlah sumber, disebut virus
reassortant. Walaupun virus flu babi normalnya spesifik pada spesies tertentu dan hanya
menginfeksi babi, virus tersebut terkadang melewati barrier spesies menyebabkan penyakit
pada manusia.
Transmisi / Penularan
Penularan dari flu babi dapat terjadi melalui dua jalur. Jalur pertama melalui kontak
dengan babi terinfeksi atau lingkungan terkontaminasi dengan virus flu babi. Jalur kedua
melalui kontak dengan seseorang yang terinfeksi dengan virus flu babi. Penularan manusia ke
manusia dari flu babi juga telah dilaporkan dan diperkirakan terjadi pada jalur yang sama
seperti halnya flu musiman. Influenza diperkirakan menular dari manusia ke manusia melalui
batuk atau bersin oleh orang yang terinfeksi.
Gejala
Manifestasi flu babi sama dengan influenza musiman. Pasien datang dengan gejala penyakit
respirasi akut, termasuk minimal 2 dari gejala berikut :
a. Demam, dapat hingga menggigil
b. Batuk
c. Nyeri tenggorokan
d. Sakit kepala
e. Rasa lemas dan letih
f. Diare dan muntah (mungkin dapat terjadi)
Berdasarkan Center for Disease Control and Prevention (CDC), gejala flu babi pada manusia
sama dengan influenza pada umumnya. Gejala meliputi demam, batuk, nyeri tenggorokan,

body aches, sakit kepala, menggigil dan lemas/letih. Beberapa pasien juga dilaporkan
memiliki gejala diare dan muntah.
Oleh karena gejala-gejala ini tidak spesifik untuk flu babi, diagnosis banding dari
kemungkinan flu babi tidak hanya dari gejala namun juga kecenderungan tinggi flu babi
tersebut berdasarkan riwayat pasien saat ini. Misalnya, wabah flu babi di Amerika Serikat
pada 2009, CDC menyarankan pada para dokter untuk menganggap infeksi flu babi sebagai
diagnosis banding pasien dengan gejala pada respirasi akut yang pernah kontak dengan
seseorang yang menderita flu babi. Diagnosis pasti flu babi memerlukan uji laboratorium
melalui sampel dari respirasi (usap hidung dan tenggorokan sederhana).
Diagnosis
Ananmnesa mengenai riwayat penyakit pasien baik berupa riwayat kontak dengan
binatang yang terinfeksi, maupun kontak dengan orang sakit perlu diperhatikan. Selain itu,
gejala-gejala yang tampak sangat penting untuk diperhatikan. Namun CDC ( Centers for
Disease Control and Prevention ) merekomendasikan untuk melakukan pemeriksaan PCR (

polymerase chain reaction ) pemeriksaan ini ditunjukan untuk memeriksa antigen H5N1
dalam darah pasien.
Penatalaksanaan
Uji laboratorium telah menemukan bahwa virus babi influenza A (H1N1) rentan
terhadap obat antivirus oseltamivir dan zanamivir, dan CDC telah mengeluarkan petunjuk
untuk penggunaan dari obat ini untuk mengobati dan menghambat infeksi virus flu babi.
Vaksin yang biasa digunakan untuk influenza pada permulaan flu musiman tidak
efektif untuk strain virus ini. Antivirus lain (misal, amantadine, rimantadine) tidak
direkomendasikan oleh karena saat ini resistensi pada influenza lainnya telah terjadi pada
beberapa tahun lalu.
Terapi suportif dasar (misal, terapi cairan, analgesik, penekan batuk) perlu diberikan.
Pengobatan antivirus secara empiris perlu diperhatikan untuk kasus flu babi, baik yang sudah
pasti, masih dalam kemungkinan, ataupun kecurigaan terhadap kasus ini. Pengobatan pasien
rawat inap dan pasien dengan resiko tinggi untuk komplikasi influenza perlu sebagai
prioritas.

Penggunaan antivirus dalam 48 jam sejak onset gejala sangat penting dalam
hubungannya dengan efektivitas melawan virus influenza. Pada penelitian mengenai flu
musiman, bukti akan manfaat pengobatan lebih baik jika pengobatan dimulai sebelum 48 jam
sejak onset penyakit. Walau begitu, beberapa penelitian mengenai pengobatan flu
mengindikasikan banyak manfaat, termasuk mengurangi kematian atau durasi rawat inap,
bahkan pada pasien yang mendapat pengobatan lebih dari 48 jam setelah onset penyakit.
Lama pengobatan yang direkomendasikan adalah selama 5 hari.
Oseltamivir (Tamiflu) dan Zanamivir (Relenza) bekerja dengan menghambat
neuraminidase, suatu glikoprotein pada permukaan virus influenza yang merusak reseptor sel
terinfeksi untuk hemagglutinin virus. Dengan menghambat neuraminidase virus, pelepasan
virus dari sel terinfeksi dan penyebaran virus akan berkurang. Oseltamivir dan Zanamivir
merupakan terapi yang efektif untuk influenzavirus A atau B dan diminum dalam 48 jam
sejak onset gejala.

Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)

Definisi
Severe acute respiratory syndrome / sindrom pernafasan akut berat adalah suatu infeksi
saluran pernafasan bawah yang ditandai dengan kumpulan gejala klinis demam diatas 38
derajat celcius
Sindrom pernafasan akut berat (SARS) pertama kali dideteksi di Guangdong propinsi Cina
pada akhir 2002. Menjangkiti seluruh dunia, menghasilkan hampir 8.500 kasus di 29 negara,
termasuk Kanada dan Amerika Serikat, menjelang pertengahan 2003. Perjangkitan tersebut
menyebar ke beberapa negara disebabkan perjalanan internasional. Setelah perjangkitan
pertama kali, beberapa kasus terjadi di Asia (terutama Cina) pada akhir 2006 dan awal 2004.
Pertengahan 2006, tidak terdapat kasus yang dilaporkan dunia sejak 2004. secara
keseluruhan, sekitar 10% orang penderita SARS meninggal, meskipun resiko kematian
bervariasi sesuai usia orang dan akses ke perawatan medis tingkat lanjut. Orang yang berusia
di atas 60 tahun lebih mungkin untuk meninggal. Tidak ada kematian yang terjadi di Amerika
Serikat.

Penyebab
SARS disebabkan oleh jenis baru dari coronavirus. Coronavirus lainnya menyebabkan flu
biasa atau menulari berbagai binatang. SARS menyebar dari hubungan tatap muka,
kemungkinan dengan menghirup tetesan bersin atau batuk orang yang tertular. Hal tersebut
bisa juga menyebar apabila terkena ludah orang yang tertular dan kemudian memegang
hidung, mulut, atau mata. Kebanyakan yang tertular adalah orang yang berhubungan dekat
dengan orang yang tertular : perawat kesehatan, anggota keluarga, atau orang yang berada di
sekitar penderita. Meskipun begitu, sebagian orang yang menderita SARS belum pernah
berhubungan dekat dengan orang yang tertular, dan banyak orang yang berhubungan dekat
dengan orang yang tertular tidak tertular virus ini. Virus juga terdapat di tinja, dan beberapa
orang dapat tertular setelah terkena langsung dengan persediaan air yang tercemari oleh
kotoran.
Gejala
Gejala-gejala dimulai sekitar 2 sampai 10 hari setelah terkena virus. Gejala awal menyerupai
gejala infeksi umum termasuk demam, sakit kepala, menggigil, dan sakit otot. Hidung basah
dan luka kerongkongan tidak biasa. Sekitar 3 sampai 7 hari kemudian timbul batuk kering
dan kesulitan bernafas bisa muncul. Kebanyakan orang sembuh dalam 1 sampai 2 minggu.
Meskipun begitu, sekitar 10 sampai 20 % muncul kesulitan bernafas akut yang
mengakibatkan tidak tercukupinya oksigen didalam darah. Sekitar 10% orang yang tertular
meninggal. Kematian disebabkan karena kesulitan bernafas.
Diagnosa
SARS dicuriga jika orang yang sudah terpapar dengan orang yang tertular mengalami demam
disertai batuk atau kesulitan bernafas. Orang bisa terkena virus ini jika dalam 10 hari ke
belakang mereka melakukan perjalanan ke daerah dimana SARS akhir-akhir ini dilaporkan
atau sempat berhubungan dengan penderita SARS sebelumnya.
Jika seorang dokter mencurigai SARS, pemeriksaan sinar X pada dada biasanya dilakukan.
Dokter mengambil sekret dari hidung dan tenggorokan orang tersebut untuk berusaha
mengenali virus tersebut. Contoh dahak/sputum juga diperiksa. Darah dites untuk infeksi
SARS ketika infeksi pertama kali dikenali dan dilakukan lagi setelah 3 minggu kemudian.

Jika orang tersebut mengalami kesulitan bernafas, tes darah lainnya kemungkinan diperlukan.
Karena SARS adalah penyakit menular yang baru dikenali, departemen kesehatan diberitahu
kemungkinan adanya kasus.
Pengobatan
Dokter berusaha mengobati SARS dengan obat-obatan anti virus, seperti oseltamivir dan
ribavirin, dan kortikosteroid. Meskipun begitu, tidak terdapat bukti obat ini atau obat-obatan
lainnya efektif. Virus tersebut hilang dengan cepat. Orang dengan gejala ringan tidak
membutuhkan pengobatan khusus. Orang yang menderita kesulitan bernafas sederhana
mungkin perlu diberikan bantuan oksigen. Mereka yang menderita kesulitan bernafas akut
memerlukan ventilasi mekanik untuk membantu pernafasan.
Pencegahan
Himbauan perjalanan dari pusat pengawasan dan pencegahan penyakit (CDC= Centers for
Disease Control and Prevention) harus diperhatikan. Menggunakan sebuah masker tidak
dianjurkan kecuali untuk orang yang berhubungan langsung dengan seseorang yang
menderita SARS. Orang yang terpapar seseorang yang menderita SARS (seperti anggota
keluarga, staff penerbangan, atau perawat kesehatan) harus waspada pada gejala infeksi. Jika
tidak terdapat gejala, mereka bisa melakukan pekerjaan, sekolah, dan kegiatan lainnya seperti
biasa. Jika muncul demam, sakit kepala, otot sakit, batuk, atau kesulitan bernafas, mereka
harus menghindari hubungan tatap muka dengan orang lain dan segera berobat ke dokter.

Avian Influenza in Humans (Flu Burung)


Virus influenza merupakan virus RNA yang termasuk dalam family Orthomyxoviridae.
Asam nukleat virus ini beruntai tunggal, terdiri dari 8 segmen gen yang mengkode sekitar 11
jenis protein. Virus influenza mempunyai selubung yang terdiri dari kompleks protein dan
karbohidrat. Virus ini mempunyai spikes (tonjolan) yang digunakan untuk menempel pada
reseptor yang spesifik pada sel-sel hospesnya pada saat menginfeksi sel. Terdapat dua jenis
spikes yaitu yang mengandung hemaglutinin dan neuraminidase yang terletak di bagian luar
virion.Virus influenza mempunyai 4 jenis antigen yang terdiri dari protein nukleokapsid,
hemaglutinin, neuraminidase, dan protein matriks.

Berdasarkan jenis antigen nukleokapsid dan matriks protein virus influenza digolongkan
menjadi virus influenza A, B dan C. Virus influenza A sngat penting dalam bidang kesehatan
karena sangat pathogen baik bagi manusia ataupun hewan yang menyebabkan angka
kematian dan kesakitan meningkat diseluruh dunia. Virus ini sering menimbulkan pandemic
karena mudahnya bermutasi baik berupa antigenic drift ataupun antigenic shift sehingga
membentuk varian baru yang lebih pathogen. Virus influenza B adalah jenis virus yang hanya
menyerang manusia dan jarang sekali atau tidak menyebabkan wabah pandemic. Virus
influenza C bisa menyebabkan infeksi pada manusia dan binatang,dan sama jarang sekali
atau tidak menyebabkan wabah pandemic. Penularan atau transmisi dari virus influenza
secara umum dapat terjadi melalui inhalasi, kontak langsung ataupun kontak tidak langsung.
Kekhawatiran yang muncul dikalangan ahli genetika antara virus influenza burung dengan
virus influenza manusia terjadi rekombinasi genetic, sehingga dapat menular antara manusia.
Ada dua kemungkinan yang dapat menghasilkan subtype baru dari H5N1 yang dapat menular
antara manusia ke manusia adalah: Virus dapat menginfeksi manusia dan mengalami mutasi
sehingga virus tersebut dapat beradaptasi untuk mengenali linkage RNA pada manusia atau
virus burung tersebut mendapatkan gen dari virus influenza manusia sehingga dapat
bereplikasi secara efektif didalam manusia. Jeni virus, baik avian ataupun vrus influenza
tersebut dapat secara bersamaan menginfeksi manusia sehingga terjadi mix atau
rekombinasi genetic, sehingga menghasilkan strain virus baru yang sangat virulen bagi
manusia.
Patogenesis
Mutasi genetic virus Avian influenza sering kali terjadi sesuai dengan kondisi dan lingkungan
replikasinya. Mutasi gen ini tidak saja untuk mempertahankan diri tetapi juga dapat
meningkatkan sifat patogenisitasnya. Penelitian terhadap virus H5N1 yang diisolasi dari
pasien yang terinfeksi, menunjukan bahwa mutasi genetic pada posisi 627 dari gen PB2 yang
mengkode ekspresi polymerase basic protein telah menghasilkan highly cleavable
hemaglutinin glycoprotein yang merupakan factor virulensi yang dapat meningkatkan
aktivitas replikasi virus H5N1 dalam sel hospesnya.Infeksi virus H5N1 dimulai ketika virus
memasuki sel hospes setelah terjadi penempelan spikes virion dengan reseptor spesifik yang
ada di permukaan sel hospesnya. Virion akan menyusup ke sitoplasma sel dan akan
mengintegrasikan materi genetiknya didalam inti sel hospesnya, dan dengan menggunakan
mesin genetic dari sel hospesnya, virus dapat bereplikasi membentuk virion-virion baru, dan
virion ini dapat menginfeksi kembali sel-sel di sekitarnya. Dari beberapa hasil pemeriksaan

terhadap specimen klinik yang diambil dari penderita ternyata avian influenza H5N1 dapat
bereplikasi di dalam sel nasofaring dan didalam sel gastrointestinal. Virus H5N1 ini juga
dapat ditemukan di dalam darah, cairan cerebrospinal dan tinja pasien (WHO, 2005). Fase
penempelan (attachment) adalah fase yang paling menentukan apakah virus bisa masuk atau
tidak

kedalam

sel

hospesnya

untuk

melanjutkan

replikasinya.

Gejala

Klinik

Masa inkubasi virus H5N1 sekitar 2-4 hari setelah terinfeksi, namun berdasarkan hasil
laporan belakangan ini masa inkubasinya bsa mencapai antara 4-8 hari. Sebagian pasien
memperlihatkan gejala awal berupa demam tinggi (>38 C) dan gejala flu serta kelainan
saluran nafas. Gejala lain yang dapat timbul adalah diare, muntah, sakit perut, sakit pada
dada, hipotensi, dan juga dapat terjadi perdarahan dari hidung dan gusi. Gejala sesak nafas
mulai muncul setelah 1minggu berikutnya. Gejala klinik dapat memburuk dengan cepat yang
biasanya ditandai dengan pneumonia berat, dyspnea, tachypnea, gambaran radiografi yang
abnormal seperti diffuse, multifocal, patchy infiltrate, interstisial infiltrate, dan kelainan
segmental atau lobular. Gambaran lain yang juga sering dijumpai berdasarkan hasil
laboratorium

adalah

leucopenia,

lymphopenia,

trombositopenia,

peningkatan

aminotransferase, hyperglycemia, dan peningkatan kreatinin. Diagnosis Laboratorium


Penderita yang terinfeksi H5N1 pada umumnya dilakukan pemeriksaan specimen klinik
berupa swab tenggorokan dan cairan nasal. Untuk uji konfirmasi terhadap virus H5N1 harus
dilakukan pemeriksaan dengan cara:
a. Mengisolasi virus
b. Deteksi genom H5N1 dengan metode polymerase Chain Reaction menggunakan sepasang
primer spesifik
c. Tes imunofluoresensi terhadap antigen menggunakan monoclonal menggunakan antibody
terhadap H5
d.
e.

Pemeriksaan
Pemeriksaan

adanya
dengan

peningkatan
metode

western

titer

antibody

blotting

terhadap

terhadap

H5

H5N1
spesifik.

Untuk diagnosis pasti, salah satu atau beberapa dari uji konfirmasi tersebut diatas harus
dinyatakan positif.

Terapi dan Manajemen


Terdapat 4 jenis obat antiviral untuk pengobatan ataupun pencegahan terhadap influenza,
yaitu amantadine, rimantadine, zanamivir, dan oseltamivir (tamiflu). Mekanisme kerja
amantadine dan rimantadine adalah menghambat replikasi virus. Namun demikian obat ini
sudah tidak mempan lagi untuk membunuh virus H5N1 yang saat ini beredar luas. Kedua
obat ini hanya efektif untuk influenza tipe A. Sedangkan zanamivir dan oseltamivir
merupakan inhibitor neuraminidase. Diketahui bahwa neuraminidase ini diperlukan oleh
virus H5N1 untuk lepas dari sel hospes pada fase budding sehingga membentuk virion yang
infektif. Bila neuraminidase ini dihambat oleh oseltamifir atau zanamivir, maka replikasi
virus tersebut dapat dihentikan. Zanamivir dan oseltamivir ini efektif untuk influenza tipe A
dan B, dan kedua obat ini sedikit menimbulkan toksisitas.
Ebola
Ebola adalah virus Ebolavirus (EBOV), genus virus dan penyakit demam
hemorrhagic Ebola (EHF), virus demam hemorrhagic (VHF). Terdapat empat spesies yang
dalam ebolavirus, yang memiliki nomor strain tertentu seperti '' Zaire virus'' merupakan strain
pertama yang ditemukan dan paling mematikan. Virus mengganggu pada sel-sel endotel yang
lapisan permukaan interior pembuluh darah dan kaskade. Sebagai dinding pembuluh darah
yang rusak dan platelet mampu mengentalkan, pasien akan mengalami syok hipovolemi.
Ebola ditularkan melalui cairan-cairan tubuh. Eksposur kulit dan conjunctiva juga
diakibatkan transmisi, tetapi untuk tingkat yang lebih rendah. Ebola pertama muncul pada
tahun 1976 di Zaire.
Struktur
Ebolavirus memiliki karakteristik struktur thread-seperti filovirus. EBOV VP30 adalah
sekitar 288 asam amino yang panjang. Virions tubular dalam bentuk umum tetapi variabel
dalam bentuk keseluruhan dan mungkin muncul sebagai klasik crook atau eyebolt, sebagai ''
U'' atau '' 6'', atau menjadi, melingkar, atau bercabang. Virions yang umumnya 80 nm
diameter dengan menembus lipid dua lapis penahan glikoprotein yang proyek 7 sampai 10
nm paku panjang dari permukaan. Mereka adalah panjang variabel, biasanya sekitar 800 nm,
tetapi Mei sampai dengan 1000 nm panjang.

Ebola epidemiologi
Antara tahun 1976 dan 1998, dari 30.000 Mamalia, burung, reptil, amfibia dan arthropoda
sampel dari wabah daerah, yang menderita ebola. Ebolavirus' terdeteksi selain beberapa
materi genetik yang ditemukan di enam tikus ('' Mus setulosus'' dan '' Praomys'') dan satu
pemberang ('' Sylvisorex ollula'') dikumpulkan dari Republik Afrika Tengah. Virus terdeteksi
di bangkai gorila, simpanse dan duikers selama wabah pada tahun 2001 dan 2003, yang
kemudian menjadi sumber infeksi manusia. Namun, kematian yang tinggi dari infeksi pada
spesies ini membuat mereka tidak mungkin sebagai waduk alami. Kelelawar diketahui berada
di pabrik kapas di mana indeks kasus untuk 1976 dan 1979 wabah yang bekerja, dan mereka
juga telah terlibat dalam Marburg infeksi pada tahun 1975 dan 1980. Tidak adanya tandatanda klinis pada kelelawar ini adalah karakteristik spesies reservoir. Dalam sebuah survei
20022003 1,030 hewan yang termasuk 679 kelelawar dari Gabon dan Republik Kongo, 13
buah kelelawar yang ditemukan mengandung '' Ebolavirus'' RNA. Pada tahun 2005, tiga
spesies kelelawar ('' Hypsignathus monstrosus'', '' Epomops franqueti'' dan '' Myonycteris
torquata'') telah diidentifikasi sebagai membawa virus tetap asimtomatik. Mereka diyakini
menjadi alami spesies, atau reservoir, virus.
Reston

ebolavirus

bersifat

non-patogenik,

non-mematikan

pada

manusia.

Telah

didokumentasikan dalam simpanse dan babi; Walaupun kematian yang tinggi di antara
monyet, dan kemunculannya baru-baru ini di babi, membuat mereka tidak mungkin alam
waduk.
Transmisi
Buah-buahan drop sebagian dimakan kelelawar dan pulp, mamalia darat seperti gorila dan
duikers makan buah-buahan yang jatuh ini. Rantai peristiwa-peristiwa membentuk cara tidak
langsung yang mungkin untuk transmisi dari host alami pada populasi hewan, yang telah
memimpin penelitian terhadap virus penumpahan pada air ludah dari kelelawar. Buah
produksi, perilaku hewan, dan faktor lainnya bervariasi pada waktu yang berbeda dan tempattempat yang dapat memicu wabah di antara populasi hewan. Transmisi antara waduk alam
dan manusia langka, dan wabah biasanya dilacak ke indeks satu kasus di mana seorang

individu telah menangani bangkai gorila, simpanse, atau duiker. Virus kemudian menyebar
person-to-person, terutama dalam keluarga, rumah sakit, dan selama beberapa ritual mayat di
mana kontak di antara individu menjadi lebih mungkin.
Virus telah dikonfirmasi untuk ditransmisikan melalui cairan-cairan tubuh. Transmisi melalui
eksposur lisan dan melalui conjunctiva eksposur mungkin, yang telah dikonfirmasi pada
primata non-manusia. Filoviruses tidak alami ditransmisikan oleh aerosol. Mereka adalah,
namun, sangat menular sebagai bernapas 0,8-1.2 mikron tetesan dalam laboratorium; karena
dari rute ini potensi infeksi virus ini telah diklasifikasikan sebagai senjata biologis Kategori
Semua epidemi Ebola terjadi dalam kondisi sub rumah sakit, di mana praktek-praktek dasar
pengecekan hygiene dan sanitasi yang sering kemewahan baik atau tidak diketahui pengasuh
dan di mana sekali pakai jarum dan autoclaves tidak tersedia atau terlalu mahal. Di rumahsakit modern dengan sekali pakai jarum dan pengetahuan dasar kebersihan dan penghalang
Keperawatan teknik, Ebola telah pernah menyebar dalam skala besar.
Prevalensi
Wabah Ebola, dengan pengecualian dari Reston ebolavirus, terutama telah dibatasi ke Afrika.
Virus sering mengkonsumsi penduduk, pemerintah dan individu dengan cepat menanggapi
untuk karantina daerah, dan kurangnya jalan dan transportasi-membantu untuk mengandung
pecahnya.
Vaksin telah berhasil dilindungi primata non-manusia, namun enam bulan yang diperlukan
untuk menyelesaikan imunisasi yang membuatnya tidak praktis dalam sebuah epidemi. Untuk
mengatasi masalah ini pada tahun 2003 vaksin yang menggunakan adenoviral (ADV) vektor
membawa Ebola spike protein diuji pada makan kepiting kera. Monyet-monyet yang
menantang dengan virus Duapuluh Delapan hari kemudian, dan tetap tahan. Pada tahun 2005
vaksin yang didasarkan pada stomatitis vesicular rekombinan berasal dari selubung virus
(VSV) vektor membawa Ebola glikoprotein atau glikoprotein Marburg berhasil dilindungi
primata non-manusia, membuka uji klinis pada manusia. Pada bulan Oktober studi selesai
sidang manusia pertama yang memberikan tiga vaksinasi selama tiga bulan menunjukkan
kemampuan aman merangsang respon imun. Individu diikuti selama setahun, dan pada tahun

2006 sebuah studi pengujian lebih cepat-bertindak, satu tembakan vaksin mulai. Studi ini
dijadwalkan selesai tahun 2008.
Gejala
Periode inkubasi-nya dapat berkisar dari 2 sampai 21 hari tetapi umumnya 5-10 hari. Gejala
bervariasi dan sering muncul tiba-tiba. Awal gejala termasuk demam tinggi (setidaknya 38.8
C, 101.8 F), sakit kepala parah, otot, bersama, atau sakit perut, kelemahan parah, kelelahan,
sakit tenggorokan, mual, pusing, internal dan eksternal pendarahan. Sebelum pecahnya
dugaan, gejala-gejala awal ini dengan mudah keliru untuk malaria, demam tipus, disentri,
influenza, atau berbagai infeksi bakteri, yang semua jauh lebih umum dan dapat diandalkan
kurang fatal.
Ebola mungkin kemajuan menyebabkan gejala yang lebih serius, seperti diare, kotoran
berdarah atau gelap, muntah darah, mata merah distension dan pendarahan arteriola sclerotic,
petechia, penyakit ruam dan purpura. Gejala lain, sekunder termasuk hipotensi (tekanan darah
rendah), hypovolemia dan tachycardia. Interior pendarahan yang disebabkan oleh reaksi
antara virus dan platelet yang memproduksi bahan kimia yang akan dipotong sel-ukuran
lubang dinding kapiler.
Kadang-kadang, internal dan eksternal pendarahan dari lubang, seperti hidung dan mulut,
juga dapat terjadi, juga dari luka-luka yang sembuh belum sepenuhnya diketahui cirinya
seperti jarum-lubang situs. Ebola virus dapat mempengaruhi tingkat sel darah putih dan
platelet, mengganggu pembekuan. Lebih dari 50% dari pasien akan mengembangkan
beberapa derajat hemorrhaging.
Diagnosis
Metode diagnosis Ebola termasuk pengujian sampel air liur dan urin. Ebola didiagnosis
dengan tes Enzyme-Linked ImmunoSorbent Assay (ELISA). Metode diagnosis ini telah
menghasilkan hasil yang berpotensi ambigu selama situasi non-wabah. Setelah Reston, dan
dalam upaya untuk mengevaluasi asli uji, Dr Karl Johnson dari CDC diuji San Blas Indian
dari Amerika Tengah, yang tidak punya sejarah Ebola infeksi, dan mengamati 2% hasil
positif. Peneliti lain kemudian diuji sera dari penduduk asli Amerika di Alaska dan

menemukan persentase yang sama hasil positif. Untuk memerangi positif palsu, tes lebih
kompleks yang didasarkan pada sistem ELISA dikembangkan oleh Tom Kzaisek di
USAMRIID, yang kemudian diperbaiki dengan antibodi Immunofluorescent analisis (IFA).
Namun tidak digunakan selama serosurvey mengikuti Reston. Tes ini tidak tersedia secara
komersial.
Perawatan
Ada tidak ada standar perawatan untuk Ebola demam hemorrhagic. Perawatan terutama
mendukung dan termasuk meminimalkan prosedur invasif, menyeimbangkan elektrolit, dan,
karena pasien sering mengalami dehidrasi, menggantikan hilang kaskade faktor untuk
membantu menghentikan pendarahan, mempertahankan tingkat oksigen dan darah, dan
memperlakukan semua infeksi yang rumit. Pusat plasma (faktor-faktor dari orang-orang yang
terlestarikan Ebola infeksi) menunjukkan janji sebagai pengobatan untuk penyakit. Ribavirin
tidak efektif. Interferon juga dianggap tidak efektif. Dalam monyet, administrasi inhibitor
kaskade (rNAPc2) telah menunjukkan beberapa manfaat, melindungi 33% dari hewan yang
terinfeksi dari biasanya 100% (untuk monyet) mematikan infeksi (Namun, inokulasi ini tidak
bekerja pada manusia). Pada awal 2006, para ilmuwan di USAMRIID mengumumkan tingkat
75% pemulihan setelah menginfeksi empat Monyet rhesus dengan '' Ebolavirus'' dan
pemberian obat-obatan antisense Morpholino. Pengembangan antisense Morpholino
peningkatan conjugated dengan sel menembus peptida sedang berlangsung.

Anda mungkin juga menyukai