Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Transplantasi adalah merupakan proses pengambilan sel, jaringan atau organ dari
satu individu dan memindahkannya ke individu yang lain. Individu yang memberikan
organ/graft disebut donor, sedangkan penerimaannya disebut resipien. Istilah lain yang
termasuk dalam transplantasi adalah transfusi yang berarti memindahkan sel darah
atau plasma dalam sirkulasi dari satu individu pada individu lain.
Faktor utama yang membatasi kesuksesan transplantasi adalah respon imun dari
resipien terhadap jaringan donor. Kegagalan dalam transplantasi biasanya diakibatkan
proses inflamasi yang disebut rejeksi. Rejeksi merupakan hasil dari proses reaksi
imflamasi yang masuk jaringan transplant. Antigen yang perlu mendapat perhatian
utama pada prses transplantasi adalah antigen golongan darah ABO, system HLA yang
polimorfik, antigen minor yang menyangkut golongan darah non-ABO dan antigen
yang berhubungan dengan kromosom sex. Antigen yang berperan utama sebagai target
rejeksi adalah protein major histocompability complex (MHC).
I.2. Rumusan Masalah
I.2.1. Apa yang dimaksud transplantasi;
I.2.2. Apa saja jenis-jenis transplantasi;
I.2.3. Apa tujuan transplantasi;
I.2.4. Apa saja istilah-istilah yang sering ditemukan;
I.2.5. Bagaimana macam-macam penolakan transplantasi terjadi;
I.2.6. Bagaimana mekanisme penolakan transplantasi;
I.2.7. Bagaimana cara penanggulangan penolakan transplantasi.
I.3. Tujuan
I.3.1. Mengetahui transplantasi;
I.3.2. Mengetahui jenis-jenis transplantasi;
I.3.3. Mengetahui tujuan transplantasi;
I.3.4. Mengetahui istilah-istilah yang sering ditemukan;
I.3.5. Mengetahui macam-macam penolakan tranplantasi;
I.3.6. Mengetahui mekanisme penolakan transplantasi;
I.3.7. Mengetahui cara penanggulangan penolakan transplantasi.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1.

Pengertian Transplantasi
Transplantasi berasal dari bahasa Inggris to transplant, yang berarti to move from

one place to another, bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Adapun pengertian
menurut ahli ilmu kedokteran, transplantasi ialah pemindahan jaringan atau organ dari
M a k a l a h T r a n s p l a n t a s i |1

tempat yang satu ke tempat lainnya. Yang dimaksud jaringan disini ialah kumpulan
sel-sel (bagian terkecil dari individu) yang sama dan mempunyai fungsi tertentu. Yang
dimaksud dengan organ ialah kumpulan jaringan yang mempunyai fungsi berbeda
sehingga merupakan satu kesatuan yang mempunyai fungssi tertentu, seperti jantung,
hati, dan lain-lain.
Transplantasi adalah memindahkan alat atau jaringan tubuh dari satu orang ke
orang lain (Baratawidjaja, 2006). Transplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau
organ manusia tertentu dari suatu tempat ke tempat lain pada tubuhnya sendiri atau
tubuh orang lain dengan persyaratan dan kondisi tertentu.
Ada dua komponen penting yang mendasari tindakan transplantasi, yaitu :
Eksplantasi, yaitu usaha mengambil jaringan atau organ manusia yang hidup atau

yang sudah meninggal.


Implantasi, yaitu usaha menempatkan jaringan atau organ tubuh tersebut kepada
bagian tubuh sendiri atau tubuh orang lain.
Disamping itu, ada dua komponen penting yang menunjang keberhasilan tindakan

transplantasi, yaitu:
Adaptasi donasi, yaitu usaha dan kemampuan menyesuaikan diri orang hidup yang
diambil jaringan atau organ tubuhnya, secara biologis dan psikis, untuk hidup

dengan kekurangan jaringan / organ.


Adaptasi resepien, yaitu usaha dan kemampuan diri dari penerima jaringan / organ
tubuh baru sehingga tubuhnya dapat menerima atau menolak jaringan / organ

tersebut, untuk berfungsi baik, mengganti yang sudah tidak dapat berfungsi lagi.
Jenis-Jenis Transplantasi
Transplantasi ditinjau dari sudut si penerima, dapat dibedakan menjadi:
Autotransplantasi, yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ ke tempat lain

dalam tubuh orang itu sendiri.


Homotransplantasi, yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ dari tubuh

seseorang ke tubuh orang lain.


Heterotransplantasi, yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ dari suatu spesies

ke tubuh spesies lainnya.


Autograft, yaitu transplantasi jaringan untuk orang yang sama. Kadang-kadang hal

II.2.

ini dilakukan dengan jaringan surplus, atau jaringan yang dapat memperbarui, atau
jaringan lebih sangat dibutuhkan di tempat lain (contoh termasuk kulit grafts,
ekstraksi vena untuk CABG, dll) Kadang-kadang autograft dilakukan untuk
mengangkat jaringan dan kemudian mengobatinya atau orang, sebelum
mengembalikannya (contoh termasuk batang autograft sel dan penyimpanan darah
sebelum operasi).
M a k a l a h T r a n s p l a n t a s i |2

Allograft, yaitu suatu transplantasi organ atau jaringan antara dua non-identik
anggota genetis yang samaspesies. Sebagian besar jaringan manusia dan organ
transplantasi yang allografts. Karena perbedaan genetik antara organ dan penerima,
penerima sistem kekebalan tubuh akan mengidentifikasi organ sebagai benda asing

dan berusaha untuk menghancurkannya, menyebabkan penolakan transplantasi.


Isograft, yaitu sebuah subset dari allografts di mana organ atau jaringan yang di
transplantasikan dari donor ke penerima yang identik secara genetik (seperti
kembar identik). Isografts dibedakan dari jenis lain transplantasi karena sementara
mereka secara anatomi identik dengan allografts, mereka tidak memicu respon

kekebalan.
Xenograft dan xenotransplantation, yaitu transplantasi organ atau jaringan dari satu
spesies yang lain. Sebuah contoh adalah transplantasi katup jantung babi, yang
cukup umum dan sukses. Contoh lain adalah mencoba-primata (ikan primata non

manusia)-transplantasi Piscine dari pulau kecil (yaitu pankreas atau jaringan).


Transplantasi Split. Kadang-kadang organ almarhum donor, biasanya hati, dapat
dibagi antara dua penerima, terutama orang dewasa dan seorang anak. Ini bukan
biasanya sebuah pilihan yang diinginkan karena transplantasi organ secara

keseluruhan lebih berhasil.


Transplantasi Domino. Operasi ini biasanya dilakukan pada pasien dengan fibrosis
kistik karena kedua paru-paru perlu diganti dan itu adalah operasi lebih mudah
secara teknis untuk menggantikan jantung dan paru-paru pada waktu yang sama.
Sebagai jantung asli penerima biasanya sehat, dapat dipindahkan ke orang lain
yang membutuhkan transplantasi jantung.
Transplantasi graft dari satu individu pada individu yang sama disebut dengan

autologus graft (autograft). Sedangkan graft yang ditransplantasikan antara dua


individu syngeneic atau identik secara genetic disebut dengan syngeneic graft. Graft
yang ditransplantasikan antar dua individu yang berbeda secara genetic disebut
dengan alogeneic graft(allograft). Sedangkan senogeneix graft (xenograft) merupakan
istilah untuk transplantasi graft antar individu yang berbeda spesies (Ghaffar and
Nagarkatti, 2010; Abbas ET AL, 2010)
Istilah Baru
Autograft
Isograft/Syngeneic
Alograft/Alogeneic

Istilah Transplantasi
Istilah Lama
Arti
Autograft
Memakai jaringan sendiri
Identitas genetic antara donor dan
Isograft
resipien sama (kembar mono zigot)
Homograft
Donor dan recipient dari spesies sama,
M a k a l a h T r a n s p l a n t a s i |3

Xenograft/xeno-genetic

tetapi genetic tidak identik


Donor dan recipient dari spesies

Heterograft

berbeda(misalnya tikus dan manusia)


Kini telah dikenal beberapa jenis transplantasi atau pencangkokan, baik berupa sel,

jaringan maupun organ tubuh yaitu sebagai berikut:


-

Transplantasi Autologus
Yaitu perpindahan dari satu tempat ketempat lain dalam tubuh itu sendiri, yang

dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi


Transplantasi Alogenik
Yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang sama spesiesnya, baik dengan

hubungan keluarga atau tanpa hubungan keluarga


Transplantasi Singenik
Yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang identik, misalnya pada gambar

identik
- Transplantasi Xenograft
Yaitu perpindahan dari satu tubuh ke tubuh lain yang tidak sama spesiesnya.
II.3. Tujuan Transplantasi Organ
Transplantasi organ merupakan suatu tindakan medis memindahkan sebagian tubuh
atau organ yang sehat untuk menggantikan fungsi organ sejenis yang tidak dapat
berfungsi lagi. Transplantasi dapat dilakukan pada diri orang yang sama
(autotransplantasi), pada orang yang berbeda (homotransplantasi) ataupun antar
spesies yang berbeda (xeno-transplantasi). Transplantasi organ biasanya dilakukan
pada stadium terminal suatu penyakit, dimana organ yang ada tidak dapat lagi
menanggung beban karena fungsinya yang nyaris hilang karena suatu penyakit.Pasal
33 UU No 23/1992 menyatakan bahwa transplantasi merupakan salah satu pengobatan
yang dapat dilakukan untuk penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Secara legal transplantasi hanya boleh dilakukan untuk tujuan kemanusiaan dan
tidak boleh dilakukan untuk tujuan komersial (pasal 33 ayat 2 UU 23/ 1992).
Penjelasan pasal tersebut menyatakan bahwa organ atau jaringan tubuh merupakan
anugerah Tuhan YME sehingga dilarang untuk dijadikan obyek untuk mencari
keuntungan atau komersial.
II.4. Istilah Lain
II.4.1. Hukum Transplantasi
Autograft dan isograft biasanya memberikan hasil yang baik, sedang allograft
sering ditolak. Telah dibuktikan bahwa rejeksi allograft disebabkan karena
reaksi imun yang ditimbulkan oleh limfosit. Reaksi tersebut terjadi dengan
memori, sehingga jaringan kedua yang dicangkok dari donor yang sama akan
menimbulkan rejeksi yang lebih cepat.
M a k a l a h T r a n s p l a n t a s i |4

II.4.2. Histokompabilitas
Histokompabilitas adalah kemampuan seseorang untuk menerima graft dari
orang lain, suatu keadaan bila tidak terjadi respon imun.
II.4.3. Gen Histokompabilitas
Gen histokompabilitas adalah gen yang menentukan apakah graft dapat diterima.
Banyak lokus gen yang dapat menolak graft, tetapi yang terpenting adalah gen
MHC. Gen MHC diwarisi sebagai suatu kelompok (haplotype), satu dari setiap
orang tua. Dengan demikian, manusia mewarisi heterozigot satu dari ayah dan
satu dari ibu, masing-masing berisi tiga kelas-I (B,C dan A) dan tiga kelas-II
(DP, DQ dan DR) lokus.
II.4.4. Antigen Transplantasi
Sebelum transplantasi dilakukan, harus ditentukan terlebih dahulu kompatibilitas
donor dan resipient, untuk mendapatkan hasil optimal dan hidup graft serta
-

meminimalkan penolakan.
Antigen Golongan Darah
Kompatibilitas golongan darah ABO merupakan hal yang pertama harus
dilakukan. Antigen ABO yang merupakan golongan darah utama, ditemukan
pada permukaan sel darah merah. Gen yang member kodenya adalah polimorfik.
Genetik dan Golongan Darah ABO
Fenotip
Genotip
Isohemaglutinin
% Fenotip
A
AA atau AO
Anti-B
40
B
BB atau BO
Anti-A
10
O
OO
Anti-A dan Anti-B
45
AB
AB
Tidak ada
5
Antigen karbohidrat ditemukan pada sel darah merah dan beberapa jaringan lain.
Kebanyakan orang mempunyai antibody (isohemaglutin) yang mengenal antigen
tersebut. Subyek dengan golongan A mempunyai antibody terhadap B, golongan
B mempunyai antibody terhadap A. Transfusi golongan darah yang tidak

sama/cocok akan ditolak.


Antigen Histokompatibilitas Mayor
Tisue typing adalah identifikasi antigen MHC. MHC I menentukan antigen
permukaan semua sel dalam tubuh yang memiliki nucleus yang dapat menjadi
sasaran rejeksi pada transplantasi atas pengaruh CTL, antibody dan komplemen.
Gen-gen yang memberi kode molekul MHC adalah polimorfik.
Antigen yang ditemukan lokus A dan B memberikan respon yang kuat
sedangkan antigen yang ditentukan lokus C hanya memberikan respon lemah.
Antigen MHC II atau antigen Ia merupakan antigen yang mengaktifkan sel Th.
Antigen MHC II merupakan antigen terpenting pada rejeksi tandur. Pada

M a k a l a h T r a n s p l a n t a s i |5

umumnya graft tidak akan hidup bila donor dan resipient tidak memiliki haplotif
DR pun yang sama. Sel Th resipient akan memberikan respon terhadap antigen
donor sedangkan sel Th donor akan memberikan respon yang sama terhadap
antigen dan resipient dengan kaibat matinya tandur. Kemungkinan antigen HLA
-

dan 2 individu akan sama sangat kecil (satu dalam 10.000.000).


Antigen Histokompatibilitas Minor
Antigen histokompatibilitas minor antara lain adalah golongan non ABO dan
antigen yang berhubungan dengan kromosom seks. Antigen tersebut biasanya
lebih lemah dibanding antigen MHC dan diduga merupakan antigen yang

dijadikan sasaran pada rejeksi dengan awitan lambat.


II.4.5. Sel Passenger
Sel passenger adalah sel leukosit donor yang terdapat dalam jaringan tandur.
Sel Th resipient dapat memberikan respon terhadap antigen donor. Interaksi
dapat pula terjadi antara sel-sel system imun donor dan resipient karena keduany
memiliki profil MHC II. Leukosit donor dapat bermigrasi keluar dan graft dan
II.5.

masuk ke dalam system limfoid resipient.


Penolakan Transplantasi
Penolakan biasanya terjadi segera setelah organ dicangkokkan, tetapi mungkin juga

baru tampak beberapa minggu bahkan beberapa bulan kemudian. Penolakan bisa
bersifat ringan dan mudah ditekan atau mungkin juga sifatnya berat dan progresif
meskipun telah dilakukan pengobatan. Penolakan tidak hanya dapat merusak jaringan
maupun organ yang dicangkokkan tetapi juga bisa menyebabkan demam, menggigil,
mual, lelah dan perubahan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba. Proses
penolakan, proses dimana tubuh menolak benda asing yg masuk kedalam tubuh.
Penolakan dibagi menjadi 2:
1. Penolakan pertama dan kedua
Sel Th (sel T helper) dan Tc (sel T citotoksik) resipien mengenal antigen MHC
alogenik, sehingga memacu imunitas humoral dan membunuh sel sasaran. Makrofag
juga dikerahkan ke tempat tandur atas pengaruh limfokin yang dihasilkan oleh Th.
2. Penolakan hiperakut, akut, dan kronik
a. Penolakan hiperakut: tejadi dalam beberapa menit sampai jam setelah transplantasi.
Disebabkan oleh destruksi oleh antibodi yang sudah ada pada resipien akibat
transplantasi/transfusi darah atau kehamilan sebelumnya. Antibodi mengaktifkan
komplemen yang menimbulkan edem dan perdarahan interstitial dalam jaringan
tandur sehingga mengurangi aliran darah ke seluruh jaringan.
Hyperakut rejeksi, antibody reaktif terhadap endotel vaskuler mengaktivasi
komplemen dan menginteger thrombosis intravaskuler dan nekrosis pembuluh
M a k a l a h T r a n s p l a n t a s i |6

darah. Aktifasi komplemen menyebabkan kerusakan endothel dan paparan protein


membrane basalissubendotel inilah yang mengaktifkan platelet. Sel endotel
terstimulasi untuk memproduksi faktor von willebrand yang dimediasi adhesi dan
agregasi platelet. Hal ini memicu penempelan lipid dan menimbulkan koagulasi.
Sel endotel kehilangan heparin sulfat proteoglican permukaan, yang secara normal
berinteraaksi dengan antitrombin III untuk mencegah koagulasi. Proses inilah yang
menjelaskan terjadinya thrombosis pada vaskuler sehingga organ transplant
mengalami kerusakan iskemik.

b. Penolakan akut: pada resipien yang sebelumnya tidak disensitasi terhadap tandur.
Terjadi sesudah beberapa minggu sampai bulan setelah tandur tidak berfungsi sama
sekali dalam waktu 5-21 hari. Umumnya terjadi 5-10 hari setelah pencangkokan,
dan dpt menghancurkan cangkokan tsb.apabila tidikenal dan dirawat. Obat penekan
sistem imun sangat efektif mencegah tipe penolakan ini. Hal ini berhasil 60-75%
pencangkokan ginjal pertama, 50-60% pada pencangkokan hati.

M a k a l a h T r a n s p l a n t a s i |7

Rejeksi akut, limfosit T CD8 reaktif terhadap alloantigen pada sel endotel dan sel
parenchymal memediasi kerusakan tipe sel ini. Antibody alloreaktif yang terbentuk juga
berkontribusi dalam injury vaskuler.

c. Penolakan kronik: hilangnya fungsi organ yang dicangkokkan secara perlahan


beberapa bulan setelah berfungsi normal. Disebabkan oleh sensitivitas yang timbul
terhadap antigen tandur karena timbulnya intoleransi terhadap sel T, terkadang juga
diakibatkan sesudah pemberian imunosupresan dihentikan. (Baratawidjaja,
2006). Hal ini dapat terjadi pada semua tipe cangkokan. Seperti pencangkokan
II.6.

jantung, paru, ginjal dll.


Mekanisme Penolakan

Sel T berperan utama dalam proses penolakan. Setelah distimulasi, efektor CD4+sel
menghasilkan sitokin (antara lain inter-leukin -2 yang menyediakan signal untuk Sel
T sitotoksik dan sel T helper). IL-2 Juga meningkatkan ekspansi klonal sel T,yang
membantu dalam proses penolakan. Sitokin yang lain juga dihasilkan dalam
proses respons untuk mendeteksi antigen asing. Pengenalan antigen transplantasi oleh
sel T Helper disebut allorecognition.
Golongan darah dan molekul MHC diantara berbagai individu berbeda. Reaksi
penolakan dapat dikurangi dengan menggunakan anggota keluarga sebagai
donor,tissue typing, dan obat imunosupresi. Reaksi penolakan ditimbulkan oleh sel Th
resipien yang mengenal antigen MHC alogenik dan memicu imunitas humoral
(antibodi). Sel CTL/Tc juga mengenal antigen MHC alogenik dan membunuh sel
sasaran. Kemungkinan lain juga bahwa makrofag dikerahkan ke tempat tandur atas
M a k a l a h T r a n s p l a n t a s i |8

pengaruh limfokin dari sel Th sehingga menimbulkan kerusakan. Reaksi tersebut


sesuai dengan reaksi tipe IV dari Gell dan Coombs/DTH.
Urutan kejadian yang dapat terjadi selama penolakan tandur adalah:
Dilakukan transplantasi
Sel dendritik atau makrofag yang ada di dalam tandur (passenger leucocytes
meninggalkan tandur dan merangsang sel T resipien dengan segera
Sel T resipien diaktifkan dan membunuh sel donor dalam tandur; dan 4) sel donor
yang dibunuh melepas antigen donor, yang dapat dimakan fagosit resipien yang
kemudian mempresentasikannya ke sel T resipien melalui molekul MHC II.
II.7. Cara Menanggulangi Kegagalan Transplantasi Organ
Cara menanggulangi kegagalan transplantasi organ dapat dilakukan dengan beberapa
cara:
Mencari donor yang memiliki golongan darah yang sesuai dengan resipien.
Setelah pembedahan, pasien perlu mengonsumsi obat-obat anti-rejeksi atau
imunosupresan segera sesudah menjalani transplantasi. Obat-obat imunosupresan
bekerja dengan jalan menekan sistem imun tubuh sehingga mengurangi risiko
terjadinya reaksi penolakan tubuh terhadap ginjal cangkokan.
Penolakan umumnya terjadi pada setiap proses transplantasi organ. Penolakan
biasanya bisa diatasi dengan menambah dosis atau jumlah obat immunosupresan. Jika
penolakan tidak dapat diatasi, berarti pencangkokkan telah gagal.
Jika pencangkokkan gagal, maka harus segera kembali dilakukan dialisa.
Upaya pencangkokkan berikutnya bisa dilakukan setelah penderita benar-benar pulih
dari pencangkokkan yang pertama.
II.8. Penerimaan Transplantasi
Faktor yang berperan pada keberhasilan transplantasi , yaitu faktor yang berkaitan
dengan donor dan resipien, faktor imunologi, faktor penanganan pra dan peri-operatif,
serta faktor pasca-operatif.
a. Faktor terkait donor. Transplantasi organ dapat memanfaatkan orgtan donor hidup
yang sehat atau organ donor jenazah. Pemeriksaan persiapan calon donor hidup
dilakukan secara bertahap (tabel dilampirkan). Dengan prosedur penjaringan dan
evaluasi, dipastikan bahwa donor ikhlas, dalam keadaan sehat dan mampu menjalani
operasi nefrektomi, serta mampu hidup normal dengan satu ginjal setelah melakukan
donasi, dan donor tidak boleh mengidap penyakit ginjal.
b. Faktor terkait resipien. Harus dipastikan terlebih dahulu apakah pasien memang
sudah mengalami gagal ginjal tahap akhir. Risiko dan tingkat keberhasilan
transplantasi juga dipengaruhi berbagai faktor tertentu, seperti usia dan kondisi
umum resipien.
M a k a l a h T r a n s p l a n t a s i |9

c. Faktor imunologi. Pada transplantasi ginjal, sistem histokompatibilitas yang berperan


adalah kesesuaian sistem golongan darah ABO dan HLA (human leucocyte antigen).
Golongan darah ABO donor dan resipien harus sama agar tidak terjadi rejeksi
vaskuler. Sedangkan ginjal transplan direjeksi terutama karena adanya protein pada
membran sel yang dikode oleh MHC (Major Histocompatibility Complex). MHC
menempati lengan pendek kromosom 6. Dengan obat imunosupresan, dilaporkan
ketahanan hidup 1 tahun dari saudara dengan HLA identik 90-95%, saudara dengan
haplo-identik 70-80%, dan saudara dengan haplo-negatif 60-70% (Susalit, 2007).

M a k a l a h T r a n s p l a n t a s i |10

BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Translantasi adalah pemindahan organ tubuh yamg masih mempunyai daya hidup
sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi lagi
dengan baik. Terdapat istilah-istilah penting transplantasi yang harus dimengerti dan
jenis-jenis transplantasi berdasarkan donor serta resipientnya. Rejeksi graft
diklasifikasikan berdasarkan dari gambaran histopatologinya atau waktu terjadinya
rejeksi setelah transplanasi dengan istilah akut, hiperakut dan kronis.
III.2. Saran
Pembaca diharapkan lebih memahami mekanisme penerimaan graft pada resipient dan
mekanisme rejeksi graft yang terjadi. Selain itu, dihaapkan mengetahui mekanisme
pengobatan immunosupresan pada proses menekan rejeksi.

M a k a l a h T r a n s p l a n t a s i |11

Daftar Pustaka
Baratawidjaja, KG. 2009. Immunologi Dasar-Edisi9. Jakarta: FKUI.
Gaffar A and Nagarkatti P.2010. MHC: Genetic and Role In Transplantation.
Http://Pathmicro .Med.Sc.Edu/ Book/ Immunol-Sat.htm. (diakses pada tanggal 7
Januari 2016)
Mustika, Dewi. 2010. Refrat Imunologi Lanjutan-Immunologi Tansplantasi. Malang:
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. http://scrirb.com/doc/100177647 (diakses
pada tanggal 7 Janusri 2016)

M a k a l a h T r a n s p l a n t a s i |12

MAKALAH TRANSPLANTASI
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Imunologi II

DI SUSUN OLEH:
Kelompok IV
Anggota : Nadia Nuzularahim (1211C1020)
Inge Lestari

(1211C1021)

Yohana Fransiska D (1211C1022)


Lucky Alif

(1211C1025)

Kusmawati

(1211C1027)

Angga Rizky P

(1211C1028)

Wahyuni AB M

(1211C1029)

Clarentina S

(1211C1034)

Rizal Akbar

(1211C1039)

S1 Kimia Konsentrasi Analis Medis

SEKOLAH TINGGI ANALIS BAKTI ASIH BANDUNG


Jl. Padasuka Atas No. 233 Bandung 40192
2015

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dengan judul
Makalah Transplantasi.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah atau tulisan ini jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu saran dan kritik dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah selanjutnya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat berguna dalam bentuk pembelajaran,
perencanaan dan pengelolaan mata kuliah Imunologi II secara terpadu dan hasilnya dapat
bermanfaat bagi mahasiswa/mahasiswi Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih.

Bandung, Januari 2016

Penulis

Daftar Isi
Kata Pengantar .................................................................................................................

Daftar isi ..........................................................................................................................

ii

BAB I : Pendahuluan
I.1. Latar Belakang ..............................................................................................
I.2. Rumusan Masalah .........................................................................................
I.3. Tujuan Penulisan ..........................................................................................

1
1
1

BAB II : Pembahasan
II.1.
II.2.
II.3.
II.4.
II.5.
II.6.
II.7.

Pengertian Transplantasi..............................................................................
Jenis Transplantasi.......................................................................................
Tujuan Transplantasi ...................................................................................
Istilah-istilah Lain.......................................................................................
Penolakan Transplantasi...............................................................................
Cara Menanggulangi Kegagalan Transplantasi Organ ................................
Penerimaan Transplantasi............................................................................

2
2
4
5
7
10
10

BAB III : Penutup


III.1.Kesimpulan .................................................................................................
III.2.Saran ............................................................................................................

12
12

Daftar Pustaka...................................................................................................................

13

Anda mungkin juga menyukai