Anda di halaman 1dari 21

Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Gagal Ginjal

Kronik

Paulus Anung A. P
102013087
Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta.

FAKULTAS KEDOKTERAN UMUM


UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA (UKRIDA)
JAKARTA

Kata Pengantar

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya proposal penelitian ilmiah
mengenai faktor factor yang Berhubungan dengan Kejadian Gagal Ginjal Kronik. Artikel ini
berjtujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah metodologi penelitian. Dalam kesempatan ini,
penulis juga mengucapkan terima kasih pada dr. Djap Hadi Susanto yang telah memberikan
kesempatan untuk belajar mengolah data penelitian.
Artikel ilmiah ini dibuat dengan tujuan menjeaskan hubungan antara gagal ginjal kronik
dengan factor factor yang dipengaruhi oleh umur, asupan nutrisi, jenis kelamin, komorbiditas,
riwayat penyakit dahulu dan keluarga. Penelitian ini dibuat karena melihat tingginya angka
kejadian gagal ginjal pada usia dewasa muda hingga tua. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan artikel penelitian ini jauh dari sempurna sehingga sangat diharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun guna menjadi acuan untuk menjadi pembelajaran di masa yang akan
datang. Semoga penulisan artikel ini dapat memberikan informasi yang berguna dalam
pembangunan wawasan ilmu pengetahuan bagi pembaca.

Jakarta, 22 Oktober 2015

Paulus Anung A. P

Daftar Isi

Kata Pengantar
Daftar isi
Lembar Pengesahan
BAB I : PENDAHULUAN

2
3
4
5

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan penelitian
1.4 Manfaat penelitian

5
5
5
5
6

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


.1 Kerangka Teori
.2 Teori Gagal Ginjal Kronik
.3 Kerangka Penelitian Konsep

6
6
13

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

14

3.1 Desain Penelitian


3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.3 Pengumpulan Jenis Data
3.4 Populasi penelitian
3.5 Sampel penelitian
3.6 Instrument penelitian
3.7 Analisa data
3.8 Variabel penelitian

14
15
15
16
16
18
18
19

BAB IV : DAFTAR PUSTAKA

Lembar Pengesahan
Laporan eksperimen di bawah ini yang berjudul "Faktor Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Gagal Ginjal Kronik. telah disetujui baik isi maupun persyaratan formal oleh guru
pembimbing.

Dosen Pembimbing

dr. Djap Hadi Susanto, M.Kes

Mengetahui, Dekan Fakultas

Dr, dr. Mardi Santoso, DTM&H, SpPD., KEMD, FINASIM, FACE

BAB I
PENDAHULUAN

.1 Latar belakang

Gagal ginjal kronik merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh berbagai macam
fakor penyebab. Terjadinya gagal ginjal ini karena terjadi kerusakan pada nefron ginjal yang
berlangsung lama dan ireversibel. Kerusakan pada ginjal ini dapat mempengaruhi mekanisme
elektrolit tubuh dan menjadi gangguan lain. Factor factor penyebab seperti umur, asupan
nutrisi cairan, penyakit yang diderita sebelumnya seperti diabetes mellitus, hipertensi, gagal
jantung menjadi penting untuk diwaspadai. Seperti asupan cairan yang kurang akan
memperberat beban kerja ginjal untuk penyerapan air dank arena adaptasi ginjal yang
berlangsung hanya sebentar saja dapat menjadi kerusakan seperti necrosis ischemic cortical
ginjal. Hal yang diperhatikan dalam melihat fungsi ginjal adalah mengecek laju filtrasi
glomerular yang normalnya diatas 90 ml/menit (120ml/menit), lalu tes ureum kreatinin
serum yang mana saat ginjal rusak akan dikeluarkan banyak di darah.
.2 Rumusan Masalah
- Apakah penyakit DM, hipertensi dan glomerulonephritis akut dan kronik mempengaruhi
-

terjadinya suatu gagal ginjal kronik ?


Factor apakah yang mempunyai prevalensi tertinggi terhadap ggk di rumah sakit

tersebut ?
.3 Tujuan Penelitian
- Tujuan umum : mengetahui factor factor penting yang dapat menyebabkan gagal ginjal
-

kronik
Tujuan khusus : memahami dengan spesifik dampak yang terjadi jika kita tidak
memperhatikan factor factor risiko tersebut

.4 Manfaat Penelitian
Supaya dengan selesainya penelitian tentang Faktor Faktor yang Berhubungan
Dengan Kejadian Gagal Ginjal Kronik ini dapat bermanfaat untuk umum supaya dapat
menambah wawasan mengenai factor yang menjadi penyebab gagal ginjal kronik dan dapat
untuk membantu diagnose penyakit yang berkaitan, dan juga dapat digunakan sebagai
referensi penelitian yang lebih lanjut mengenai factor gagal ginjal kronik : usia, penyakit
dahulu, gender, aktivitas fisik dan lain lain.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

.1 Kerangka Teori

.2 Teori Gagal Ginjal Kronik


Gagal ginjal terbagi menjadi dua bagian yaitu akut dan kronik. Gagal ginjal kronik
merupakan proses perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat biasanya berlangsung
bertahun tahun, sebaliknya gagal ginjal akut dapat terjadi dalam beberapa hari atau minggu.
Definisi dari gagal ginjal adalah penurunan kemampuan ginjal untuk mempertahankan volume
tubuh dan cairan elektrolit pada keadaan normal. Penurunan fungsi ginjal ini bersifat irreversible
dan memerlukan terapi pengganti berupa haemodialisis atau transplantasi ginjal. Uremia/
azotemia dan nokturia merupakan karakteristik khas dari gagal ginjal.1, 2

Kriteria gagal ginjal kronik


1. Kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, berupa kelainan
structural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus dengan
manifestasi :
a. Kelainan patologis
b. Terdapat tanda gagal ginjal, termasuk kelainan dalam darah atau urin , atau
kelainan pada tes imaging.

2. Laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari 60 ml/menit/1,73m2 selama 3 bulan dengan
atau tanpa kerusakan ginjal
Perhitungan LFG didapat dengan rumus Kockcroft-Gault yaitu:
LFG (ml/menit/1,73 m2) =

(140-umur) x berat badan


72 x kreatinin plasma (mg/dl)

*Rumus tersebut harus dikalikan 0,85 pada perempuan.


Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronis atas Dasar Derajat Penyakit
Derajat
Penjelasan
GFR / LFG (ml/mnt/1,73m2)
1
Kerusakan ginjal / normal (ureum, kreatinin
90
2

normal)
Kerusakan ginjal ringan (ureum, kreatinin normal

60 89

3
4

/ sedikit meningkat
Kerusakan ginjal sedang
Kerusakan ginjal berat (ureum, BUN, kreatinin

30 59
15 29

meningkat tinggi)
5
Gagal ginjal
< 15
2
Tabel 1. Klasifikasi penyakit gagal ginjal kronik atas dasar derajat penyakit

Beberapa penyebab gagal ginjal dapat berupa usia yang terjadi adalah penyakit
degenerative/ penuaan, karena penyakit lainnya. Penyebabnya pun dibagi menjadi pre- renal,
renal, post- renal. Prerenal biasanya terjadi karena penurunan kecepatan perfusi darah kedalam
ginjal dapat karena degenerative atau pun kelainan sistemik (usia, gagal jantung, sirosis hepatic,
dll), sedangkan yang renal berasal dari ginjal sendiri seperti infeksi (glomerulonephritis kronik,
pielonefritis, nefrolitiasis, nefrosklerosis) yang mana juga akan mengganggu perfusi darah ke
ginjal untuk disaring. Kerusakan nefron akan berakibat menjadi digantikan dengan jaringan
fibrosis / jaringan parut.1 Etiologi dalam penelitian Amerika Serikat: 2
Tabel 2. Penyebab Utama Gagal Kronik di Amerika Serikat (1995
1999)2
Penyebab
Insiden
Diabetes mellitus
44 %
Tipe 1 (7%)
Tipe 2 (37%)
Hipertensi
27 %

Glomeruonefritis
Nefritis intersitialis
Kista
Penyakit sistemik
Penyakit lain
Tabel 2. Etiologi penyebab GGK2

10 %
4%
3%
2%
10 %

Faktor factor penyebab lain :


a. Faktor usia
Pada umumnya kualitas hidup menurun dengan meningkatnya umur. Penderita
GGK usia muda akan mempunyai kualitas hidup yang lebih baik oleh karena biasanya
kondisi fisiknya yang lebih baik dibanding yang berusia tua. Usia juga erat kaitannya
dengan prognose penyakit dan harapan hidup mereka yang berusia diatas 55 tahun
kecenderungan untuk terjadi berbagai komplikasi yang memperberat fungsi ginjal sangat
besar bila dibandingkan dengan yang berusia dibawah 40 tahun (Indonesiannursing,
2008).
b. Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Laki-laki mempunyai kualitas hidup lebih jelek dibanding
perempuan, sering dihubungkan dengan tingkat aktivitas.
c. Faktor Prerenal
- Dehidrasi karena kehilangan cairan, misalnya karena muntah-muntah, diare,
berkeringat banyak dan demam. Maka dari itu kita tidak boleh menganggap suatu
penyakit seperti halnya penyakit diatas kita anggap remeh karena dapat berakibat
-

yang kurang baik bahkan sangat buruk untuk kesehatan kita sendiri.
Hipovolemia (volume darah yang kurang) hal ini dapat terjadi karena pendarahan
yang sangat hebat bisa karena kecelakaan, perdarahan post partum atau perdarahan
akibat yang lainnya. Maka dari itu kita perlu mengetahui akan berbagai jenis luka dan
proses penyembuhan luka itu sendiri sehingga kita dapat mencegah akan berbagai hal

yang bisa menyebabkan perdarahan ini.


Keracunan dan trauma, misalnya terkena pukulan berat langsung pada ginjal, dapat
mengakibatkan penyakit ginjal. Beberapa obat, termasuk obat tanpa resep, dapat
meracuni ginjal bila sering dipakai selama jangka waktu yang panjang. Produk yang
menggabungkan aspirin, asetaminofen, dan obat lain misalnya ibuprofen ditemukan
paling berbahaya untuk ginjal. Bila kita sering memakai obat penawar nyeri,

sebaiknya kita membahas dengan dokter untuk memastikan bahwa tidak beresiko
-

untuk ginjal kita.


Dehidrasi karena kurangnya asupan cairan (Asupan Nutrisi), untuk itu kita harus bisa
memenuhi kebutuhan dengan mengkonsumsi air sehingga dapat memnuhi kebutuhan
air yang ada di dalam tubuh kita yang cukup contoh mudahnya adalah dengan

meminum aiir putih paling tidak 8 gelas sehari secara teratur atau 2 liter sehari.
d. Factor renal
- Glomerulonephritis akut kronik merupakan salah satu penyebab terjadinya gagal
ginjal kronik khususnya pada glomerulo nefritis akut. GN akut merupakan penyakit
peradangan oleh karena riwayat infeksi streptococcus beta haemolitikus grup A pada
tenggorokan atau kulit. Masuk ke darah membentuk suatu kompleks antigen antibody
dan menuju ke ginjal. Pada ginjal terfiksasi pada membrane basal glomerular dan
mengeluarkan sel sel peradangan. Enzim lisozim merusak membrane basal dan
endotel glomerulus. Hematuria dan proteinuria dengan derajat bervariasi dapat
terjadi. Biasa mengenai usia 3 15 tahun atau pun dewasa muda dan kebanyakan laki
laki. Gejala lain berupa hipertensi penurunan urin dan fungsinya, terjadi azotemia
dan dapat menjadi kematian. Pada GN kronik hanya progressive lambat dan terjadi
fibrosis dan atrofi ginjal. Gejala yang terjadi adalah oliguria, hematuria, proteinuria,
-

azotemia, hipertensi. 3
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah dari batasan normal (120/80
mmHg). Kebanyakan 90 % hipertensi tidak diketahui penyebabnya isebut hipertensi
essensial. Dan di klasifikasikan menjadi dua bagian yaitu hipertensi benigna bersifat
progresif lambat dan hipertensi malignan berat dan cepat merusak jaringan organ.
Pada yang progresif lambat selama 20 30 tahun dan ditandai dengan pembentukan
hyalinosis arteri renal dan fibrosis iskemik. Nefrosklerotik dapat terjadi karena
hipertensi arteri ginjal lama. Hal ini lah yang menyebabkan terjadinya gagal ginjal
kronik. 3

Pada tahap ginjal sudah rusak 75 % , laju filtrasinya pun menjadi 25 % dan semakin
menurun. Pada tahap ini kadar BUN (Berat Urea Nitrogen) mulai meningkat dari normal dan
ureum, kreatinin juga meningkat. Kadar peningkatan BUN tergantung dengan jumlah protein
yang dimakan. Gejala klinis lain dari gagal ginjal adalah terjadinya azotemia atau tingginya

10

kadar ureum darah karena pemecahan protein di ginjal yang tidak dapat di ekskresikan ke urin,
nokturia juga terjadi karena penurunan pemekatan urin tubulus.2

Patofisiogi
Proses patofisioogi gagal ginjal kronik tergantung pada penyebab atau penyakit yang
mendasarinya. Pada umumnya terjadi pengurangan massa ginjal dan jumlah nefron menurun
tetapi terdapat mekanisme adaptasi untuk menornalkan kembali yang mengakibatkan hipertrofi
nefron yang tersisa (surviving nephrons) sebagai kompensasinya. Hal ini menyebabkan
terjadinya hiperfiltrasi dan diikuti dengan peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah kapiler
glomerulus ginjal. Adaptasi hanya berlangsung sebentar dan berakhir dengan terjadinya fibrosis,
sclerosis nefron sisa.
Sclerosis nefron inilah yang menyebabkan terjadinya penurunan fungsi ginjal yang progresif
walaupun penyebab awal sudah sembuh atau hilang. Pada proses fisiologis yang berperan dalam
terjadinya sclerosis nefron ini adalah sistim Renin Angiotensi Aldosteron. Hal ini memacu
peningkatan vasopressin dan memperburuk progresivitas kerusakan ginjal. Semakin rendah GFR
maka semakin sedikit nefron yang tersisa.1,2
Penurunan fungsi ginjal ditandai dengan kenaikan kadar urea dan kreatinin serum sampai 60 %
tetapi masih asimtomatik. Jika terjadi penurunan Glomerular Filtration Rate (GFR/ LFG) 30 %
maka terjadilah nokturia, azotemia, lemas, mual, penurunan berat badan. Dan jika penurunan
sudah dibawah 30 % maka terjadi anemia, hipertensi, gangguan elektrolit tubuh, mual muntah.1,2

Gambaran Klinis
Gejala sesuai dengan penyakit penyebab (diabetes mellitus, batu ginjal, infeksi saluran,
hipertensi, lupus/SLE) dan tanda tanda gagal ginjal seperti uremia berat (azotemia), lemah,
mual, muntah, nokturia, hypervolemia, koma, anemia, gangguan elektrolit, asidosis metabolic.
Gambaran Laboratoris

11

Penurunan fungsi ginjal terlihat dari peningkatan ureum dan kreatinin serum, penurunan
GFR. Penurunan Hb darah, hiponatremi, hipokalsemia, asidosis metabolic, hematuria, pyuria.
Dialisis
Hemodialisis adalah dialysis yang dilakukan di luar tubuh. Darah dikeluarkan dari tubuh
melalui sebuah kateter arteri masuk ke dalam sebuah mesin besar. Di dalam mesin itu terdapat
dua ruang yang dipisahkan oleh sebuah membrane semipermeable. Darah dimasukkkan ke dalam
salah satu ruang, sedangkan ruang yang lain diisi oleh cairan pen-dialisis, dan di antara keduanya
akan terjadi difusi. Darah dikembalikan ke tubuh lewat sebuah pirau vena. Hemodialisis
membutuhkan waktu sekitar 3-5 jam dan dilakukan sekitar 3 kali seminggu. Pada akhir interval
2-3 hari di antara terapi, keseimbangan garam, air, dan pH sudah tidak normal lagi dan penderita
biasanya merasa tidak sehat. Hemodialisis dapat menyebabkan anemia karena sebagian sel darah
merah rusak dalam proses. Selain itu resiko lain dari hemodialysis ialah infeksi. 3
Dialysis peritoneum menggunakan membrane peritoneum untuk menjadi sawar
semipermeable alami. Larutan dialisat yang telah dipersiapkan sebelumnya (sekitar 2 liter)
dimasukkan ke dalam rongga peritoneum melalui sebuah kateter menetap yang diletakkan di
bawah kulit abdomen. Larutan dibiarkan berada di dalam rongga peritoneum selama waktu yang
telah ditentukan (biasanya 4-6 jam). Selama waktu itu, terjadi difusi air dan elektrolit keluar
masuk di antara darah yang bersirkulasi. Individu dapat melanjutkan aktivitasnya selama
pertukaran berlangsung. Dialisis peritoneum harus dilakukan sekitar 4 x per hari. Karena
prosedur ini dilakukan setiap hari (dapat dilakukan di rumah pasien) maka fluktuasi komposisi
plasma di antara terapi hemodialysis dapat diperkecil dan kenyamanan meningkat. Namun,
dialysis peritoneal dapat menyebabkan infeksi dari kateter menetap.4

.3 Kerangka Konsep

12

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

.1

Desain Penelitian
Adapun desain penelitian ini adalah dengan menggunakan desain/pendekatan
cross sectional, kasus control atau cohort.

13

a. Berdasar jenis analisis data5,6


1. Penelitian kualitatif
Merupakan jenis penelitian yang menghasilkan penemuan penemuan yang tidak
dapat dicapai dengan menggunakan prosedur statistic (pengukuran). Biasa digunakan
untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi,
aktivitas social dan lain lain. (Strauss dan Corbin 1997)

2. Penelitian kuantitatif
Pendekatan kuantitatif memusatkan pada gejala gejala yang mempunyai
karakter spesifik di dalam kehidupan manusia yang dinamakan sebagai variable.
Hubungan diantara variable dianalisis menggunakan teori yang objektif.
b. Berdasarkan pengembangannya / observasinya5,6
1. Penelitian Longitudinal
Penelitian yang membutuhkan waktu lama, berbulan bulan bahkan
bertahun tahun yang bertujuan untuk melihat perubahan dari awal waktu sampai
waktu yang ditentukan.
2. Penelitian Cross-sectional
Penelitian yang dilakukan dengan mengambil dengan mengambil variable
bebas dan variable tergantung sekali waktu pada saat bersamaan. Populasinya
mempunyai hubungan variable bebas dan variable tergantung. Misalnya penelitian
tentang hubungan antara berat tubuh dengan hipertensi.

3. Cohort / prospektif
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat melihat kedepan (forward looking),
Penelitian pengambilan data variable bebas (factor penyebab) dilakukan terlebih
dahulu, lalu setelah beberapa waktu kemudian dilakukan pengambilan data variable
tergantung (akibat). Penelitian ini memerlukan suatu control yaitu suatu kelompok
yang tidak punya kriteria variable bebas. Misalkan orang hipertensi dan diabetes
mellitus, beberapa tahun kemudian dia menderita gagal ginjal, variable kontrolnya
adalah orang yang tidak punya hipertensi dan diabetes mellitus / orang sehat.
Misalnya lagi , penelitian tentang hubungan antara merokok dan kanker paruparu tersebut, tidak dimulai dari kasus atau penderita, tetapi dari ornag yang merokok dan
bukan perokok. Penelitian dimulai dari mengambil sampel dari perokok dan bukan perokok,

14

dan diikuti misalnya sampai 15 tahun mendatang, setelah 15 tahun, maka terhadap orangorang tersebut diadakan pemeriksaan kesehatan khususnya paru-paru. Dari analisis hasil atau
proporsi orang-orang yang merokok dan menderita kanker paru-paru, dan bukan perokok
juga menderita kanker paru-paru, serta orang yang merokok tidak menderita kanker paruparu, dan orang yang tidak merokok tidak menderita kanker paru-paru, dan orang yang tidak
merokok tidak menderita paru-paru, dapat disimpulkan hubungan antara merokok dan kanker
paru-paru. 5,6

*Desain penelitian : tipe Cross-Sectional, dimana pengumpulan variable dependen dan


independen dalam waktu yang bersamaan dan mempunyai hubungan diantaranya

.2 Tempat dan waktu penelitian


Penelitian dilakukan pada hari Jumat, 22 Oktober 2015 di Rumah Sakit Swasta
UKRIDA, Tanjung Duren Jakarta Barat.
.3 Pengumpulan jenis data
Sumber data merupakan dari mana asal data tersebut didapatkan. Data dibagi menjadi
beberapa berdasarkan sumbernya :
a. Data primer : data yang diperoleh melalui kuisioner, wawancara, observasi dari
narasumber. Data primer ini harus diolah lagi untuk dianalisa karena narasumber
langsung memberi informasi kepada pengumpul data.
b. Data sekunder : data yang didapatkan dari catatan, buku, laporan dari suatu
organinsasi, artikel, jurnal dan lainnya. Data yang diperoleh dari data sekunder ini
tidak perlu diolah lagi. Sumber yang tidak langsung memberi data kepada pengumpul
data.
Penelitian survey adalah suatu penelitan yang dilakukan tanpa melakukan intervensi
terhadap subjek penelitian (masyarakat), sehingga sering disebut penelitan noneksperimen.
Dalam survey, penelitan tidak dilakukan terhadap seluruh objek yang diteliti atau populasi,
tetapi hanya mengambil sebagian dari populasi tersebut (sampel). Sampel adalah bagian dari
popilasi yang dianggap mewakili populasinya. Dalam penelitian survei, hasil dari penelitian
tersebut merupakan hasil dari keseluruhan. Dengan kata lain, hasil dari sampel tersebut dapat
digeneralisasikan sebagai hasil populasi.

15

Penelitaian survei digolongkan lagi menjadi dua, yaitu penelitian survey yang bersifat
deskriptif dan analitik. Dalam penelitian survey deskriptif, penelitian diarahkan untuk
mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan di dalam suatu komunitas atau
masyarakat. Oleh sebab itu penelitian deskriptif ini sering disebut penelitian penjelajahan
(exploratory study). Dalam survey diskriptif pada umumnya penelitian menjawab pertanyaan
(how). 5,6
.4 Populasi penelitian
Merupakan keseluruhan jumlah objek dan subjek yang punya kualitas tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan diambil kesimpulan. Misalnya pada kasus
adalah factor yang berhubungan dengan kejadian gagal ginjal kronik pada suatu rumah sakit,
populasinya adalah semua pasien gagal ginjal kronik suatu rumah sakit tersebut.
*Populasi : Semua pasien penderita gagal ginjal kronik di suatu rumah sakit
.5 Sampel penelitian
Merupakan sebagian dari sejumlah populasi yang sudah dipilih berdasarkan
karakteristik tertentu yang dapat mewakili seluruh populasi. Penelitian dengan populasi yang
besar , peneliti tidak dapat meneliti semua karena keterbatasan dana, waktu, tenaga maka dari
itu diambilah sampel. Syarat sampel adalah random, equal probability, representative. Yang
artinya random adalah diambil secara acak dari populasi, equal probability yaitu pada
populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih dan tidak dipilih, dan
representative merupakan sifat sifat dari sampel yang dipilih dapat mewakili populasi.
Teknik sampling5
Pada pengambilan sampel terdapat beberapa teknik sampling yaitu :
a. Probability sampling
Merupakan pengambilan sampel yang memberi peluang sama bagi tiap anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel
o Simple random sampling
Pengambilan dalam populasi secara acak dan dianggap homogen semua
o Proportionate stratified random sampling
Digunakan jika anggota tidak homogeny, misalnya pemisahan pegawai
berdasarkan tingkat pendidikan.
o Area (cluster) sampling

16

Digunakan bila sumber yang diteliti sangat luas dan menentukan penduduk
mana yang akan dijadikan sumber data. Biasanya dikombinasikan dengan
proportionate stratified sampling untuk memisahkan strata strata lainnya.
o Multi stage sampling
Pemilihan sampel terhadap populasi yang ada sampau ke unit elementer
secara acak. Misalnya kita akan memilih suatu rumah sakit di Jakarta, lalu
dirandom daerahnya sampai terpilih satu kecamatan, dirandom lagi akan
terpilih satu rumah sakit lalu pilih semua penderita ggagal ginjal kronik yang
ada di rumah sakit tersebut.
b. Non probability sampling
o Sampling sistematis
o Sampling kuota
o Sampling incidental
o Sampling purposive
o Snowball sampling
*Sampel : Teknik sampling yang digunakan dalam pemilihan sampel kasus Faktor
factor yang

berhubungan dengan kejadian gagal ginjal kronik adalah Simple Random

Sampling digunakan kepada seluruh penderita gagal ginjal kronik dari dewasa muda ke
lanjut usia di rumah sakit tersebut.

.6 Instrumen penelitian
Merupakan

alat

atau

sarana

fasilitas

yang

digunakan

peneliti

untuk

mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk di teliti seperti angket, ceklist, wawancara
terarah, observasi dokumen. Kualitas instrument harus mencakup dua yaitu validitas dan
reliabilitas. Validitas instrument menunjukan ketepatan instrument/ cara yang digunakan
untuk mengumpulkan data sesuai atau tidak, reliabilitas menunjukan tingkat konsistensi dan
akurasi dari alat pengukuran hasil penelitian5
.7 Analisa data
Analisa data berdasarkan pengolahannya dibagi menjadi 2 yaitu: analisa data
deskriptif dan analisa data infarensi. Analisa data deskriptif menggambarkan karakteristik
data yang berasaldari suatu sampel tanpa mengambil kesimpulan. Analisa infarensi yaitu
inferensi terhadap data yang berasal dari sampel dan melakukan tindakan seperti perkiraan,
peramalan, pengambilan kesimpulan dari dua atau lebih variable.

17

Analisa data berdasarkan jumlah variable ada 3 jenis yaitu: analisa univariate,
analisa bivariate dan analisa multivariate. 5,6
a. Analisa univariate merupakan analisa tiap variable hasil penelitian (Notoatmodjo, 2005;
188), berfungsi untuk meringkas data hasil pengukuran menjadi sesuatu yang berguna
seperti statistic table, grafik.
b. Analisa bivariate menganalisa dua atau lebih variable (Notoatmodjo, 2005) dan berfungsi

untuk mengetahui hubungan antar variable (pengaruh, perbedaan, hubungan). Hubungan


antara umur, jenis kelamin denga gagal ginjal kronik. Hubungan penyakit keluarga dan
penyakit dahulu terhadap gagal ginjal kronik. Analisa dapat digunakan uji Anova dan chi
square(X2). Analisis dilakukan pada tingkat kemaknaan 95% untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan yang bermakna secara statistic menggunakan uni spss versi 16.
c. Analisa Multivariate dilakukan untuk mengetahui variable independent mana yang mempunyai
pengaruh terbesar terhadap variable dependent. Mengetahui apakah variable dependent dan
independent dipengaruhi oleh faktor lain atau tidak. Untuk mengetahui apakah variable
independent dengan variable dependent memiliki hubungan langsung atau tidak langsung.

*analisa data dengan: bivariat


.8 Variabel variable penelitian
Menurut Sugiyono (1999) adalah hal yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga memperoleh informasi dan ditarik kesimpulannya.5
a. Variable Independen merupakan variable yang mempengaruhi / penyebab timbulnya
variable dependen
b. Variable dependen merupakan variable yang dipengaruhi atau akibat variable bebas.
c. Variabel control merupakan variable yang konstan sebagai patokan awal sehingga
pengaruh variable independen terhadap dependen tidak dipengaruhi factor luar
Dalam penelitian ini beberapa variable yang akan diteliti yaitu :
a. Variable dependen :
- Gagal Ginjal Kronik
b. Variable independen :
- Umur, dari hasil pengurangan tanggal, bulan dan tahun sekarang dengan tanggal
kelahiran. Hasil ukur usia dikategorikan dalam 2 kategori : (1) dewasa muda tua >
60 tahun dan (2) lanjut usia > 60 tahun. Hasil ukur tersebut masuk dalam interval.
-

Karena usia tidak dapat bernilai nol.


Jenis kelamin laki- laki dan perempuan. Hasil ukur berskala nominal. Dikarenakan lakilaki dan perempuan setara. Hal ini merupaka data nominal karena laki dan perempuan
dianggap setara.

18

Penyakit lain :
Hipertensi, (1) normal, (2) prehipertensi, (3) hipertensi, dengan patokan tekanan
darah normal adalah (120/80 mmHg) dan pre hipertensi 130/90 140/100
mmHg, dan hipertensi >140/100 mmHg. Hasil ukur tersebut menggunakan data

ordinal kareta tidak setara.


Diabetes Mellitus (1) akut dan (2) kronik. Akut jika pasien belum pernah
terkena Dm sebelumnya dan saat terkena dalam keadaan berat. Kronik jika
pasien dari dulu sudah mendapatkan terapi DM dan sampai sekarang masih

menderita DM
Glomerulonefritis (1) akut dan (2) kronik. Gejala akut hanya berlangsung
selama beberapa minggu saja dari onset awal, jika kronik terdapat riwayat
penyakit dahulu dan mulai muncul bertahun tahun setelahnya atau memenuhi
kriteria gejala kronik / akut. Hasil ukur tersebut berdasarkan ordinal.

19

Daftar Pustaka

1. Wilson Lorraine M. Gagal ginjal kronik. Dalam: Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: konsep
klini proses proses penyakit. Ed 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006; h. 912
7.
2. Ketut Suwita. Penyakit ginjal kronik. Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, dkk. Buku ajar
ilmu penyakit dalam Jilid II. Ed VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014; h. 2159 - 62
3. Wilson Lorraine M. Gagal ginjal kronik. Dalam: Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: konsep
klini proses proses penyakit. Ed 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006; h. 924 41
4. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h.72931.
5. Sujarweni VW. Metodologi penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press; 2014; h. 5 - 105
6. Harrison, prinsip-prinsip Ilmu penyakit dalam ed.14, penerbitan buku kedokteran EGC 2000.

20

21

Anda mungkin juga menyukai