Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupannya manusia tidak akan lepas untuk senantiasa mencari nilainilai kebenaran yang sebenarnya Karena kesehariannya dihadapkan oleh berbagai
macam persoalan yang membutuhkan penyelesaian. Dengan perkembangan IPTEK
yang sangat pesat maka persoalan hidup menjadi sangat kompleks dan manusia pun
sulit mengatasi persoalan hidupnya. Disaat manusia tidak bias menyelsaikan atau
mengatasi persoalan hidup. Maka kita pasti lebih memilih lari dari masalah tersebut
dan melakukan hal-hal yang menyimpang seperti minum-minuman keras (alkohol),
narkoba, dll. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang melakukan bunuh diri gara-gara
tidak bias mengatasi persoalan kehidupan.
Disinilah peran iman itu mengambil perannya sebagai jalan keluar atau solusi
untuk mengatasi persoalan kehidupan tersebut. Ketika manusia telah bias
mengimplementasikan dan memahami konsep dari iman tersebut kedalam
kehidupannya maka ia dapat mengatasi permasalahan hidupnya. Jadi iman itu sangat
penting bagi manusia khususnya bagi kita yang memeluk agama islam agar
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dan menjadi golongan hamba yang beriman.
Sehingga banyak sekali tanda-tanda atau karakteristik orang beriman dalam
perspektif Al-Quran dan Hadits.
.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian orang beriman ?
2. Karakteristik orang-orang beriman perspektif Al-Quran ?
3. Karakteristik orang-orang beriman perspektif Hadits ?

BAB II

PEMBAHASAN

.1 Pengertian Orang Beriman


Kata iman juga berasal dari kata kerja amina-yu'manu amanan yang berarti
percaya. Oleh karena itu iman berarti percaya menunjuk sikap batin yang terletak
dalam hati. Iman menurut bahasa adalah percaya atau yakin, keimanan berarti
kepercayaan atau keyakinan. Dengan demikian, rukun iman adalah dasar, inti, atau
pokokpokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap pemeluk agama Islam.
Secara sempurna pengertiannya adalah membenarkan (mempercayai) Allah dan
segala apa yang datang dari pada-Nya sebagai wahyu melalui rasul-rasul-Nya dengan
kalbu, mengikrarkan dengan lisan dan mengerjakan dengan perbuatan. Dalam surat
al-Baqarah 165, dikatakan bahwa orang yang beriman adalah orang yang amat sangat
cinta kepada Allah (asyaddu hubban lillah). Oleh karena itu, beriman kepada Allah
berarti sangat rindu terhadap ajaran Allah.
Oleh karena itu beriman kepada Allah berarti amat sangat menaati ajaran Allah
yaitu Al-Quran dan sunnah rasul. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah
Atthabrani, iman didefinisikan dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan,
dan diwujudkan dengan amal perbuatan (al- Imaanu 'aqdun bil qalbi waiqraarun
billisaani wa'amalun bil arkaan).
Keimanan adalah perbuatan yang bila diibaratkan pohon, mempunyai pokok
dan cabang. Bukankah sering kita baca atau dengar sabda Rasullah saw. Yang kita
jadikan kata-kata mutiara, misalnya malu adalah sebagian dari iman, kebersihan
sebagian dari iman, cinta bangsa dan Negara sebagian dari iman, bersikap ramah
sebagian dari iman, menyingkirkan duri atau yang lainnya yang dapat membuat orang
sengsara dan menderita, itu juga sebagian dari iman. Diantara cabang - cabang
keimanan yang paling pokok adalah keimanan kepada Allah SWT. Dan orang yang
beriman disebut mumin.
.2 Karakteristik Orang Beriman Perspektif Al-Quran
Orang yang beriman kepada Allah swt memiliki ciri ciri tersendiri. Sama halnya
dengan rusa yang diburu tanduknya, gajah yang diincar gadingnya serta badak yang

diambil culanya. Tanpa tanda tersebut, maka hilanglah keindahan yang dimiliki oleh
binatang tersebut. Begitu pula dengan manusia yang beriman. Dalam Al-Qur an
dijelaskan tanda-tanda orang yang beriman :
QS. Al-Baqarah 285 :


Artinya :
Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya
dari

Tuhannya,

demikian

pula

orang-orang

yang

beriman.

Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitabkitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): Kami tidak
membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari
rasul-rasul-Nya, dan mereka mengatakan: Kami dengar dan kami
taat. (Mereka berdoa): Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada
Engkaulah tempat kembali.
Penjelasan :
Ayat ini adalah sebagai ayat penutup surah Al-Baqarah yang
menegaskan sifat Nabi Muhammad saw. dan para pengikutnya
terhadap Alquran itu. Mereka mempercayainya, menjadikannya
sebagai pegangan hidup untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan
akhirat. Dan ayat ini juga menegaskan akan kebesaran dan
kebenaran Nabi Muhammad saw. dan orang-orang yang beriman,
dan menegaskan bahwa hukum-hukum yang tersebut itu adalah
hukum-hukum yang benar.
Dengan ayat ini Allah swt. menyatakan dan menetapkan
bahwa Rasulullah saw. dan orang-orang yang beriman, benar-benar

telah mempercayai Alquran, mereka tidak ragu sedikit pun dan


mereka meyakini benar Alquran itu.
Pernyataan Allah swt. ini terlihat pada diri Rasulullah saw. dan
pribadi-pribadi

orang

mukmin,

terlihat

pada

kesucian

dan

kebersihan hati mereka, ketinggian cita-cita mereka, ketahanan dan


ketabahan

hati

mereka

menerima

cobaan-cobaan

dalam

menyampaikan agama Islam.


Tiap-tiap orang yang beriman itu yakin akan adanya Allah
Yang Maha Esa, hanya Dia sendirilah yang menciptakan makhluk,
tidak berserikat dengan sesuatu pun. Mereka percaya kepada kitabkitab Allah yang telah diturunkan-Nya kepada para Nabi-Nya,
percaya kepada malaikat-malaikat Allah, dan malaikat yang menjadi
penghubung antara Allah swt. dengan rasul-rasul-Nya, pembawa
wahyu Allah. Mengenai keadaan zat, sifat-sifat dan pekerjaanpekerjaan malaikat itu termasuk ilmu Allah, hanya Allah swt. yang
Maha Tahu. Percaya kepada malaikat merupakan pernyataan
percaya kepada Allah swt.
Allah swt. menerangkan lagi sifat-sifat lain yang dimiliki orang
Islam. Yaitu apabila mereka mendengar sesuatu perintah atau
larangan Allah, mereka mendengar dengan penuh perhatian,
melaksanakan perintah-perintah itu, dan menghentikan laranganlarangan-Nya, karena mereka merasakan kebesaran kekuasaan
Allah dan yakin bahwa hanya Allah sajalah yang wajib disembah
dan ditaati.
Oleh karena orang-orang mukmin mempunyai sifat-sifat yang
demikian, maka mereka selalu memanjatkan doa kepada Allah,

yaitu: Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah kami


kembali.
Sesungguhnya doa-doa orang-orang yang beriman bukanlah
sekedar untuk meminta ampun kepada Allah swt. atas kesalahankesalahan yang mereka perbuat, bahkan juga memohon ke hadirat
Allah agar selalu diberi-Nya taufik dan hidayat, agar dapat
melaksanakan

segala

perintah-Nya

dan

menghentikan

segala

larangan-Nya.
Dari doa ini dapat dipahami juga bahwa orang-orang yang
beriman selalu berusaha melaksanakan perintah-perintah Allah dan
menghentikan larangan-larangan-Nya setelah mereka mendengar,
memahami perintah dan larangan itu. Dalam pada itu mereka sadar
bahwa mereka seorang manusia yang tidak sempurna, tidak luput
dari kekurangan-kekurangan. Sekalipun hati dan jiwa mereka telah
berjanji akan melaksanakan perintah dan larangan Allah setelah
mendengar dan mmahaminya tetapi tanpa mereka sadari, mereka
sering tersalah, lupa dan lalai, sehingga mereka mengabaikan
perintah dan larangan itu. Sekalipun mereka telah mengetahui
bahwa Allah swt. tidak akan menghukum manusia karena tersalah,
lupa dan lalai, tetapi orang-orang yang beriman merasa dirinya
wajib memohon ampun dan bertobat kepada Allah, agar Allah swt.
tidak menghukumnya karena perbuatan yang demikian itu.
Pengaruh iman yang demikian tampak pada tingkah laku
sifat-sifat,

tindakan

dan

perbuatan

mereka.

Semuanya

itu

dijuruskan dan diarahkan ke jalan yang diridai Allah. Hal ini


dipahami dari pernyataan mereka: Hanya kepada Engkaulah kami
kembali.

Pernyataan ini mengungkapkan hakekat hidup manusia yang


sebenarnya, menggariskan pedoman hidup dan tujuan akhir yang
harus dicapai oleh manusia.

QS. Al-Anfal : 2-4





-- --



Artinya :
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang
apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka dan apabila
dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman
mereka (karenanya) dan kepada Rabbnyalah mereka bertawakkal,
(2)

(yaitu)

orang-orang

yang

mendirikan

shalat

dan

yang

menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada


mereka. (3) Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenarbenarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di
sisi Rabbnya dan ampunan serta rizki (nikmat) yang mulia. (4)
Penjelasan :
Dalam ayat tersebut Allah menyebutkan lima sifat orang beriman,
yakni;
1. Bila disebut nama Allah, hatinya bergetar Idza dzukirallahu
wajilat quluubuhum;

Bila disebut (nama, janji, dan ancaman) Allah bergetarlah hati


mereka. Inilah sifat pertama orang beriman yang disebutkan
oleh

Allah

dalam

ayat

ini.

Bergetarnya

hati

mereka

menunjukan rasa takut, sikap tadzim (pengagungan), dan


cinta kepada Allah yang tertanam di hati mereka. Dan
diantara dzikrullah yang dapat menggetarkan hati orangorang beriman adalah bacaan a-Quran. Bahkan tidak ada
sesuatu yang paling besar pengaruhnya dalam mengingatkan
tentang Allah dan memperingatkan untuk tidak menyelisihi
perintah-Nya melebihi al-Quran. Karena dalam Al-Quran
terdapat nama-nama Allah, janji dan ancaman-Nya. Allah
Taala sebutkan dalam surah Az- Zumar ayat 23; Allah
menurunkan perkataan terbaik (yaitu) Kitab Al-Quran yang
serupa ayat-ayat-Nya lagi berulang-ulang. Gemetar karenaNya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya. Kemudian
menjadi tenang kulit dan hati mereka karena mengingat Allah.
(terj. Qs. Az-Zumar :23) Selain itu getaran hati yang muncul
setelah mendengarkan nama Allah tersebut juga melahirkan
ketenangan

hati.

Karena

hanya

dengan

dzikrullah

hati

menjadi tenang. Sebagamana firman Allah dalam surah ArRad ayat 28. Rasa tenang tersebut merupakan cerminan
perasaan lapang dada yang ditimbulkan oleh cahaya makrifat
dan tauhid. Karena hati yang bergetar ketika mendengar
nama, janji, dan ancaman Allah juga melahirkan rasa takut
berbuat maksiat serta semangat dan energi gerak melakukan
ketaan kepada Allah.

2. Iman Mereka Bertambah bila Mendengar Ayat Allah

Sifat mereka yang kedua adalah, bila dibacakan kepada


mereka ayat-ayat Allah, maka iman mereka bertambah. Yakni
keyakinan mereka kepada Allah bertambah mantap, dan bukti
dari pertambahan iman tersebut adalah meningkatnya amal
shaleh. Hal ini menunjukan pula bahwa sarana efektif untuk
meningakatkan keimanan adalah mendengarkan bacaan alQuran dari orang lain. Karena mendengarkan melalui bacaan
orang lain lebih membantu dan mengkondisikan untuk
tadabbur (merenungkan kandungan makna) suatu ayat.
Sebab

saat

medengarkan

mendengar,
dan

seseorang

memikirkan

serta

bisa
tidak

lebih

fokus

disibukkan

fikirannya dengan memikirkan tatacara baca, tajwid, irama


lagu, dan sebagainya. Rasulullah sendiri kadang meminta
sahabat untuk memperdengarkan bacaan al Quran kepada
beliau. Seperti beliau pernah meminta kepada ibn Masud
radhiyallahu anhu untuk membacakan al-Quran kepadanya.
3. Bertawakkal kepada Allah Tawakkal
Adalah bertumpu dan bersandar sepenuhnya hanya kepada
Allah yang disertai dengan usaha mencari sebab (sarana).
Orang beriman hanya bertawakkal kepada Allah. Karena
mereka tahu, tawakkal merupakan ibdah dan ibadah hanya
ditujukan

kepada

Allah

semata.

Tawakkal

merupakan

tingkatan tauhid tertinggi. Oleh karena itu, ciri mukmin sejati


adalah tawajjuh kepada Allah semata dan hanya berdoa
kepada-Nya. Dalam kalimat wa alaa rabbihim yatawakkalun
pada ayat di atas didahulukan penyebutan Allah sebagai
objek yang dituju dalam bertawakkal. Hal itu menunjukan dua
hal; pertama, Tawakkal hanya ditujukan kepada Allah Rabb

(Tuhan) semesta alam. Karen Dialah tumpuan dan dan


sandaran

satu-satu-Nya

bagi

setiap

makhluq.

Kedua,

Menunjukan kuatnya tawakkal orang-orang beriman kepada


Allah. Mereka hanya bertawakal kepada Allah, serta tidak
bertumpu dan bersandar kepada selain-Nya.
4. Menegakkan Shalat
Ini merupakan salah satu sifat orang beriman yang paling
sering disebutkan dalam al-Quran dan hadits Nabi shallallau
alaihi wa sallam. Mendirikan atau menegakkan shalat. Bukan
sekadar mengerjakan shalat. Karena yang dimaksud dengan
iqamatus Shalah (mendirikan/menegakkan shalat) adalah
mendirikan shalat dengan memenuhi rukun-rukunnya, syaratsyaratnya, sunnah-sunnhnya, dan adab-adabnya. Selain itu
menegakkan

shalat

juga

bermakna

menunaikan

shalat

tersebut pada awal waktunya secara berjamaah di Masjid dan


melaksanakannya
penegakkan

dengan

shalat

khusyu.

secara

Penunaian

sempurna

dan

dengan

menyempurnakan rukun, syarat,wajib, sunnah, dan adabnya


serta dilakukan dengan khusyu dan tertib; waktu, cara, dan
tempat diharapkan membuahkan hasil mencegah seseornag
dari perbuatan keji, mungkar, dan sia-sia.
5. Menginfakkan Sebagian Rezki
Yang Mereka Peroleh Rezki yang dimaksud di sini tidk hanya
berupa harta. Tapi termasuk di dalamnya harta, ilmu,
kedudukan, dan kesehatan. Orang beriman menginfakkan
kesemua itu sebagai bukti iman dan taatnya kepada Allah
Taala. Infaq di sini bisa mencakup yang wajib maupun yang

sunnah.

Karena

maliyah)

Ibadah

memiliki

kepada

ragam

dengan

bentuk,

seperti

harta

(ibadah

zakat,

infaq,

sedekah, waqaf, hibah, hadiah, dan memberi pinjaman.


Dalam ayat al-Quran, ibadah maliyah seperti infaq memiliki
kedudukan

yang

sangat

utama.

Dalam

sebagian

ayat

diisyaratkan bahwa ibadah maliyah berupa zakat, sedakah,


infaq, dan sebagainya merupakan ciri utama orang beriman
dan

bertakwa

yang

akan

memperoleh

kemulian

dan

pemuliaan dari Allah berupa petunjuk (hudan), rezki, al-falah


(keberuntungan), yang akan berujung pada derajat yang
tinggi di Surga Firdaus pada hari akhir kelak. Diantara ayat
yang menerangkan hal itu adalah Surah Al-Mukminun ayat 111 dan Surah Al-Anfal ayat 2-4 di atas.
Bukan Hanya Itu Ciri dan sifat orang beriman bukan hanya
lima poin yang disebutkan di atas. Meski Ayat di atas ditutup
dengan penegasan bahwa, Mereka itulah orang-orang beriman
yang sebenar-nya, namun hal ini bukan untuk membatasi sifat
orang beriman pada lima poin itu saja. Tapi karena kelima sifat
tersebut mewakili amalan hati yang paling afdhal dan amalan
anggota badan yang paling afdhal pula. Sifat-sifat mukminin dalam
kelima poin di atas mencakup ibadah qalbiyah (hati), badaniyah
(badan),

dan

menggabungkan

maliyah

(harta).

qalbiyah,

Bahkan

qauliyah,

dan

seperti ibadah shalat. Wallahu Taala alam.

QS. At Taubah : 71

ada

amalan

badaniyah

yang

sekaligus


Artinya :
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian
mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka
menyuruh (mengerjakan) yawg makruf, mencegah dari yang
mungkar, mendirikan salat, menunaikan zakat, dan mereka taat
kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh
Allah; sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.

Penjelasan :
Tanda-tanda

orang

mukmin,

laki-laki

dan

perempuan

yang

disebutkan dalam ayat diatas, karakteristiknya dari orang beriman


itu adalah :
1. Ciri pertama menunjukkan bahwa mereka mengajak orangorang pada kebaikan.
2. Mereka mencegah orang-orang dari kebiasaan buruk, kekejian
dan hal-hal yang melanggar syariat agama.
3. Bertentangan dengan munafiqin yang selalu melupakan Allah
SWT, orang-orang mukmin itu selalu mendirikan sholat, terus

mengingat Allah SWT dan dengan mengingat Allah SWT ini


hati mereka menjadi bercahaya dan pikirannya sadar.
4. Sekali lagi, berlawanan dengan munafiqin, yang kikir, orang
mukmin mengeluarkan sebagian dari kekayaannya sebagai
zakat dijalan Allah dan untuk Allah dan untuk mendukung
hamba-hamba Allah SWT, demi untuk memperbauki kondisi
masyarakat mereka.
5. Orang-orang munafiq itu merugikan, membangkang dan
berbuat di luar lingkaran perintah-perintah Allah SWT, tetapi
orang-orang mukmin mematuhi perintah-perintah Allah SWT
dan rasul-Nya.
Dengan

demikian

prilaku

yang

harus

kita

tampilkan

kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut :


1. Kerjakanlah shalat dengan khusyu.
2. Menjauhkan diri dari hal-hal yang sia-sia.
3. Hendaklah mengeluarkan zakat atau sedekah.
4. Menjaga diri dari berbuat zina.
5. Menjaga amanah dan janji.
6. Menjaga sholat lima waktu.
7. Hendaklah kita senantiasa mengingat Allah SWT.

dalam

8. Senantiasa membaca Ayat-ayat Allah yang Qauliyah ( AlQuran ) atau ayat kauniyah yakni ayat-ayat Allah yang ada
pada alam semesta.
9. Saling menolong sesama umat.
10.

Berbuat baik dan mencegah berbuat munkar.

.3 Karakteristik )rang Beriman Menurut Hadits



:


( 1)



.
Artinya :
Dari Abdullah Bin Amr bin al Ash a. Bekata : berkata
Rasulullah SAW : Tidaklah seseorang dikatakan beriman
hingga keinginannya tunduk pada apa yang aku datang
dengannya
Penjelasan :
1. Menuju Kesempurnaan Iman
Maksud dari tidaklah seseorang dikatakan beriman,
adalah tidak dikatakan sempurna keimanannya. Iman itu
memiliki akar dan cabang-cabang, dan diantara cabang
keimanan adalah menjadikan keinginan tunduk kepada
apa-apa yang Rasulullah sampaikan. Keinginan manusia

itu ada dua jenis, keinginan yang baik dan keinginan


yang buruk, kedua keinginan itu, pada dasarnya harus
dikontrol oleh otoritas wahyu Allah swt. Salah satu jalan
yang harus ditempuh seorang mukmin menuju
kesempurnaan iman adalah mengenyahkan aneka
keinginan, dan kemudian mengisi lemari keinginannya
dengan apa-apa yang Rasulullah perintahkan. Jika hadits
ini diberikan kepada seseorang yang merasa sulit
beribadah dan sulit taat maka kita akan lebih mudah
memahami.
Tetapi hadits ini dinarasikan oleh Rasulullah kepada
Abdullah Bin Amr Bin al Ash yang terkenal ahli ibadah.
Maka jelaslah sikap ekstrim itu tidak boleh, yang ada
adalah kita mencelup pundi-pundi keinginan kita dengan
celupan Allah SWT.
2. Sikap mengikuti hawa nafsu dimulai dari lalai dalam
berdzikir
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orangorang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari
dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua
matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan
perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu
mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari
mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan
adalah keadaannya itu melewati batas (al Kahfi : 28)
Lalai berdzikir mengikuti hawa nafsu melampaui batas
, adalah 3 hal yang saling mempengaruhi, untuk itu

mengistiqamahkan bedzikir adalah langkah awal


menundukkan hawa nafsu
3. Mengikuti hawa nafsu akan membuat tersesat dalam
kedzaliman
Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu),
ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah
mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah
yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa
nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah
sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang zalim (al Qashah : 50)

4. Menata langkah dalam mengelola hari


Abu Darda berkata : Setiap muslim dipagi harinya akan
dipenuhi keinginan juga lintasan-lintasan pengetahuan
yang dimilikinya, jika keinginannya tunduk pada ilmu nya
maka hari itu adalah hari baik, tetapi jika ilmu tunduk
pada hawa nafsunya maka itu adalah hai buruk Memulai
hari dengan beriman dan berpikir adalah salah satu cara
menundukan hawa nafsu. (Tadabbur Dari Hadits No 41
Kitab Arbain Nawawiyah)
Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Umar bin al-Khattab
radhiallahu anhu tentang kisah datangnya Jibril alaihissalam
menemui Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Dalam hadits tersebut
Jibril bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam.

Artinya :
Kabarkanlah kepadaku tentang iman! Rasulullah menjawab,
Engkau beriman kepada Allah, kepada malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan engkau beriman
kepada takdir yang baik maupun yang buruk.
Hadits ini menunjukkan bahwa iman adalah ajaran inti yang agung
dan pondasi yang kuat. Dan ia memiliki enam unsur asasi: (1) iman
kepada Allah Tabaraka wa Taala, (2) iman kepada malaikatmalaikat, (3) iman kepada kitab-kitab, (4) iman kepada rasul-rasul,
(5) iman kepada hari akhir, dan (6) iman kepada takdir yang baik
maupun takdir yang buruk. Penjelasan terperinci mengenai enam
rukun iman ini dapat dijumpai di buku-buku permasalahan akidah.
Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma, Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda :





Artinya :

Islam dibangun di atas lima (tonggak): Syahadat Laa ilaaha illa


Allah dan (syahadat) Muhammad Rasulullah, menegakkan shalat,
membayar zakat, hajji, dan puasa Ramadhan. (HR. Bukari).
Bentuk keimanan yang lainnya adalah seseorang mencintai
atau suka jika saudaranya seiman mendapatkan sesuatu yang ia
suka juga kalau hal itu ia dapatkan. Oleh karena itu, hasad
merupakan sesuatu yang mengurangi keimanan. Wajib bagi
seorang muslim untuk menanamkan di hatinya rasa suka dan cinta
apabila saudaranya dari kalangan orang-orang yang beriman
mendapatkan kebaikan. Dari Anas bin Malik radhiallahu anhu,
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,















Tidak sempurna keimanan salah seorang dari kalian sampai dia
mencintai (kebaikan) untuk saudaranya sesuatu yang dia cintai
untuk dirinya. (HR. Bukhari dan Muslim).
Bentuk keimanan lainnya adalah menjaga amanah. Nabi shallallahu
alaihi wa sallam bersabda,








Tidak keimanan bagi mereka yang tidak memiliki amanah.
Amanah meliputi menjaga agama dengan ketaatan kepada Rabbul
alamin, mengerjakan apa yang Dia perintahkan dan menjauhkan
diri dari yang Dia larang. Termasuk juga bentuk amanah adalah
menjaga hak-hak dan menunaikan tugas, menjauhkan diri dari
khianat, berbuat curang, dan bentuk-bentuk interaksi buruk lainnya.

Anda mungkin juga menyukai