Anda di halaman 1dari 15

Enterobius vermicularis (Oxyuris vermicularis)

Klasifikasika

Phylum : Nematoda

Kelas : Plasmidia

Ordo : Rabtidia

Super famili : Oxyuroidea

Family : Oxyuridea

Genus : Enterobius

Species : Enterobius vermicularis

Morfologi
Ukuran telur E. vermicularis yaitu 50-60 mikron x 20-30 mikron (rata-rata
55 x 26 mikron). Telur berbentuk asimetris, tidak berwarna, mempunyai
dinding yang tembus sinar dan salah satu sisinya datar. Telur ini
mempunyai kulit yang terdiri dari dua lapis yaitu : lapisan luar berupa
lapisan albuminous, translucent, bersifat mechanical protection. Di dalam
telur terdapat bentuk larvanya. Seekor cacing betina memproduksi telur
sebanyak 11.000 butir setiap harinya selama 2 samapi 3 minggu, sesudah
itu cacing betina akan mati.

Gambar telur Enterobius vermicularis

Cacing dewasa E. vermicularis berukuran kecil, berwarna putih, yang


betina jauh lebih besar dari pada yang jantan. Ukuran cacing jantan
adalah 2-5 mm, cacing jantan mempunyai sayap yang dan ekornya
melingkar seperti tanda tanya. Sedangkan ukuran cacing betina adalah 813 mm x 0,4 mm, cacing betina mempunyai sayap , bulbus esofagus jelas
sekali, ekornya panjang dan runcing. Uterus cacing betina berbentuk
gravid melebar dan penuh dengan telur. Bentuk khas dari cacing dewasa
ini adalah tidak terdapat rongga mulut tetapi dijumpai adanya 3 buah
bibir, bentuk esofagus bulbus ganda (double bulb oesophagus), di daerah

anterior sekitar leher kutikulum cacing melebar, pelebaran yang khas


disebut sayap leher (cervical alae).

Gambar cacing dewasa Enterobius vermicularis

Siklus hidup
Manusia merupakan satu-satunya hospes E. vermicularis dan tidak
diperlukan hospes perantara. Cacing dewasa betina mengandung banyak
telur pada malam hari dan akan melakukan migrasi keluar melalui anus ke
daerah perianal dan rectum. Migrasi ini disebut Nocturnal migration. Di
daerah rectum tersebut cacing-cacing ini bertelur dengan cara kontraksi
uterus, kemudian telur melekat didaerah tersebut. Telur dapat menjadi
larva infektif pada tempat tersebut, terutama pada temperature optimal
23-26 oC dalam waktu 6 jam. Cacing dewasa betina menyimpan telurnya
di dalam lipatan kulit anus penderita. Telur tersimpan dalam suatu bahan
yang lengket. Bahan ini dan gerakan dari cacing betina inilah yang
menyebabkan gatal-gatal. Telur dapat bertahan hidup diluar tubuh
manusia selama 3 minggu pada suhu ruangan yang normal. Tetapi telur
bisa menetas lebih cepat dan cacing muda dapat masuk kembali ke dalam
17ectum dan usus bagian bawah.

Gambar 6: siklus hidup E. vermicularis

Cara penularan Enterobius vermicularis dapat melalui tiga jalan :

Penularan dari tangan ke mulut penderita sendiri (auto infection)


atau pada orang lain sesudah memegang benda yang tercemar
telur infektif misalnya alas tempat tidur atau pakaian dalam
penderita.

Melalui pernafasan dengan menghisap udara yang tercemar telur


yang infektif.

Penularan secara retroinfeksi yaitu penularan yang terjadi pada


penderita sendiri, oleh karena larva yang menetas di daerah
perianal mengadakan migrasi kembali ke usus penderita dan
tumbuh menjadi cacing dewasa.

Infeksi cacing kremi


Infeksi Cacing Kremi (Oksiuriasis, Enterobiasis) adalah suatu infeksi
parasit yang terutama menyerang anak-anak, dimana cacing Enterobius
vermicularis tumbuh dan berkembang biak di dalam usus.
Gejala klinis

Rasa gatal hebat di sekitar anus

Rewel (karena rasa gatal dan tidurnya pada malam hari terganggu)

Kurang tidur (biasanya karena rasa gatal yang timbul pada malam
hari ketika cacing betina dewasa bergerak ke daerah anus dan
menyimpan telurnya disana)

Nafsu makan berkurang, berat badan menurun (jarang terjadi,


tetapi bisa terjadi pada infeksi yang berat)

Rasa gatal atau iritasi vagina (pada anak perempuan, jika cacing
dewasa masuk ke dalam vagina)

Kulit di sekitar anus menjadi lecet atau kasar atau terjadi infeksi
(akibat penggarukan).

Komplikasi

Salpingitis (peradangan saluran indung telur)

Vaginitis (peradangan vagina)

Infeksi ulang.

Diagnosa

Cacing kremi dapat dilihat dengan mata telanjang pada anus penderita,
terutama dalam waktu 1-2 jam setelah anak tertidu pada malam hari.
Cacing kremi berwarna putih dan setipis rambut, mereka aktif bergerak.
Telur maupun cacingnya bisa didapat dengan cara menempelkan selotip
di lipatan kulit di sekitar anus, pada pagi hari sebelum anak terbangun.
Kemudian selotip tersebut ditempelkan pada kaca objek dan diperiksa
dengan mikroskop.
Pengobatan
1. Perawatan umum

Pengobatan sebaiknya dilakukan juga terhadap keluarga serumah


atau yang sering berhubungan dengan pasien.

Kesehatan peribadi perlu diperhatikan terutama kuku jari-jari dan


pakaian tidur.

Toilet sebaiknya dibersihkan dan disiram dengan desinfektan bila


mungkin setiap hari.

2. Pengobatan spesifik

Mebendazol. Diberikan dosis tunggal 500 mg, diulang setelah 2


minggu

Albendazol. Diberikan dosis tunggal 400 mg, diulang setelah 2


minggu.

Piperazin sitrat. Diberikan dengan dosis 2 x 1 g/hari selama 7 hari


berturut-turut dapat diulang dengan interval 7 hari.

Pirvium pamoat. Obat ini diberikan dengan dosis 5 mg/kgBB


(maksimal 0,25 mg) dan diulangi 2 minggu kemudian. Obat ini
dapat menyebabkan rasa mual, muntah, dan warna tinja menjadi
merah. Bersamam mebendazol efektif terhadap semua stadium
perkembangan cacing kremi.

Pirantel pamoat. Diberikan dengan dosis 10 mg/kgBB sebagai


dosis tunggal dan maksimum 1 g.

Cara pencegahan dan pemberantasan Enterobiasis.


Mengingat bahwa Enterobiasis adalah masalah kesehatan keluarga maka
lingkungan hidup keluarga harus diperhatikan, selain itu kebersihan
perorangan merupakan hal yang sangat penting dijaga.

Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar

Memotong kuku dan menjaga kebersihan kuku

Mencuci seprei minimal 2 kali/minggu

Mencuci jamban setiap hari

Menghindari penggarukan daerah anus karena bisa mencemari jarijari tangan dan setiap benda yang dipegang/disentuhnya

Menjauhkan tangan dan jari tangan dari hidung dan mulut.

Oxyuris Vermicularis

Epidemiologi
Insiden cacing Enterobius vermicularis tinggi di negara-negara barat terutama di USA
yang mencapai 35-41%. Pada daerah tropis insiden lebih sedikit oleh karena
cukupnya sinar matahari, udara panas, kebiasaan ke WC dimana sehabis defekasi
dicuci dengan air tidak dengan kertas toilet. Akibat dari hal tersebut pertumbuhan
telur menjadi terhambat sehingga dapat dikatakan penyakit ini tidak berhubungan
dengan keadaan sosial ekonomi tetapi lebih dipengaruhi oleh iklim dan kebiasaan
hidup.

Penularan cacing ini tidak merata pada lapisan masyarakat melainkan menyebar pada
suatu keluarga atau kelompok-kelompok yang hidup dalam satu lingkungan yang
sama. Enterobiasis sering menyerang anak-anak usia 5-14 tahun. Udara yang dingin,
lembab dan ventilasi yang jelek merupakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan
telur.

Morfologi & Daur Hidup

Cacing betina berukuran 8-13 x 0.4 mm. Pada ujung anterior ada pelebaran kutikulum
seperti sayap yang disebut alae. Ekornya panjang dan runcing. Uterus cacing betina
berbentuk gravid yang melebar dan penuh dengan telur. Cacing jantan berukuran 2-5
mm, juga mempunyai sayap dan ekornya melingkar sehingga bentuknya seperti tanda
tanya. Cacing betina yang gravid mengandung 11.000-15.000 butir telur. Telur

berbentuk lonjong dan lebih datar pada satu sisi (asimetris). Dinding telur bening dan
agak lebih tebal dari dinding telur cacing tambang.
Habitat cacing dewasa biasanya di rongga sekum, usus besar dan di usus halus yang
berdekatan dengan rongga sekum. Makanannya adalah isi dari usus.Manusia
merupakan satu-satunya hospes definitif. E.vermicularis dan tidak diperlukan hospes
perantara. Cacing dewasa betina mengandung banyak telur pada malam hari dan akan
melakukan migrasi keluar melalui anus ke daerah perianal dan perinium. Migrasi ini
disebut Nocturnal migration. Telur-telur jarang dikeluarkan di usus sehingga jarang
ditemukan di dalam tinja. Di daerah perinium tersebut cacing-cacing ini bertelur
dengan cara kontraksi uterus,kemudian telur melekat di daerah tersebut. Telur dapat
menjadi larva infektif pada tempat tersebut, terutama pada temperatur optimal 23-26
C dalam waktu 6 jam. Telur resisten terhadap desinfektan dan udara dingin. Dalam
keadaan lembab telur dapat hidup sampai 13 hari. Waktu yang diperlukan untuk daur
hidupnya, mulai dari tertelannya telur matang sampai menjadi cacing dewasa gravid
yang bermigrasi ke daerah perianal, berlangsung kira-kira 2 minggu sampai 2 bulan.
Infeksi cacing kremi terjadi bila menelan telur matang, atau bila larva dari telur yang
menetas di daerah perianal bermigrasi kembali ke usus besar. Bila telur matang yang
tertelan,telur menetas di duodenum dan larva rabditiform berubah dua kali sebelum
menjadi dewasa di yeyunum dan bagian atas ileum. Infeksi cacing kremi dapat
sembuh sendiri. Bila tidak adareinfeksi,tanpa pengobatanpun infeksi dapat berakhir.

Patofisiologi
Enterobiasis sering tidak menimbulkan gejala (asimptomatis). Cacing betina gravid,
sering mengembara dan bersarang di vagina serta tuba fallopi. Cacing ini di tuba
fallopi dapat menyebabkan salphyngitis. Kondisi ini sangat berbahaya, terutama pada
wanita usia subur, sebab dapat menyebabkan kemandulan, akibat buntunya saluran
tuba. Cacing juga sering ditemukan di appendix. Hal ini bisa menyebabkan
apendisitis, meskipun jarang di temukan.
Gejala klinis yang menonjol disebabkan iritasi di sekitar anus,perineum dan vagina
oleh cacing betina gravid yang bermigrasi ke daerah anus dan vagina sehingga
menyebabkan pruritus local. Oleh karena cacing bermigrasi ke daerah anus dan
menyebabkan pruritis ani, maka penderita menggaruk daerah sekitar anus sehingga
timbul luka garuk disekitar anus. Keadaan ini sering terjadi pada waktu malam hari
hingga penderita terganggu tidurnya dan menjadi lemah. Kadang-kadang cacing
dewasa muda dapat bergerak ke usus halus bagian proksimal sampai ke lambung,
esophagus dan hidung sehingga menyebabkan gangguan didaerah tersebut.
Cara penularan Enterobius vermicularis dapat melalui tiga jalan :
1. Penularan dari tangan ke mulut penderita sendiri (auto infection) atau pada orang
lain sesudah memegang benda yang tercemar telur infektif misalnya alas tempat tidur
atau pakaian dalam penderita.
2. Melalui pernafasan dengan menghisap udara yang tercemar telur yang infektif.
3. Penularan secara retroinfeksi yaitu penularan yang terjadi pada penderita sendiri,
oleh karena larva yang menetas di daerah perianal mengadakan migrasikembali ke
usus penderita dan tumbuh menjadi cacing dewasa

Manifestasi Klinis
Rasa gatal hebat di sekitar anus, kulit di sekitar anus menjadi lecet atau kasar atau
terjadi infeksi (akibat penggarukan). Rasa gatal atau iritasi vagina (pada anak
perempuan, jika cacing masuk ke dalam vagina

Rewel (karena rasa gatal).


Kurang tidur (biasanya karena rasa gatal yang timbul pada malam hari ketika cacing
betina bergerak ke daerah anus dan meletakkan telurnya disana).
Napsu makan berkurang, berat badan menurun (jarang, tetapi dapat terjadi pada
infeksi berat)

Diagnosis
Cara memeriksa Enterobiasis yaitu dengan menemukan adanya cacing dewasa atau
telur dari cacing E. vermiculsris. Adapun caranya adalah sebagai berikut :
a. Cacing dewasa
Cacing dewasa dapat ditemukan dalam feses, dicuci dalam larutan NaCl agak panas,
kemudian dikocok sehingga menjadi lemas, selanjutnya diperiksa dalam keadaan
segar atau dimatikan dengan larutan fiksasi untuk mengawetkan.
b. Telur cacing
Telur E. vermicularis jarang ditemukan didalam feses, hanya 5% yang positif pada
orang-orang yang menderita infeksi ini. Telur cacing E. vermicularis lebih mudah
ditemukan dengan teknik pemeriksaan khusus, yaitu dengan menghapus daerah
sekitar anus dengan Scotch adhesive tape swab.

Tata Laksana & Pencegahan


Penatalakasanaan
pirantel pamoat 10 mg/kgBB dosis tunggal diulang 2 minggu kemudian
mebendazol 100 mg dosis tunggal diulang 2 minggu kemudian
albendazol 400 mg dosis tunggal diulang 2 minggu kemudian

Pencegahan
Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar
Memotong kuku dan menjaga kebersihan kuku
Mencuci seprei minimal 2 kali/minggu
Membersihkan jamban setiap hari
Menghindari penggarukan daerah anus karena mencemari jari-jari tangan dan setiap
benda yang dipegang/disentuhnya

Makalah Ancylostoma duodenale (Cacing tambang)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1
Latar Belakang
Parasitisme merupakan hubungan antara dua organisme, yang satu
diantaranya mendapat keuntungan dan yang lain dirugikan. Helmintologi
adalah ilmu yang mempelajari parasit yang berupa cacing. Stadium dewasa
cacing-cacing yang termasuk Nemathelminthes (kelas nematoda) berbentuk
bulat

memanjang

dan

pada

potongan

transversal

tampak rongga

badan. Cacing ini memiliki alat kelamin terpisah (Parasitologi kedokteran,

1998).
Nematoda intestinal yaitu nematode yang berhabitat di saluran pencernaan
manusia. Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian
besardaripada nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat.
Infeksi cacing ini dapat ditularkan melaui vektor atau kontak langsung.
Diantara nematoda intestinal terdapat sejumlah spesies yang ditularkan
melalui tanah dan disebut soil transmitted helmints, yaitu nematoda yang
siklus hidupnya untuk mencapai stadium infektif, memerlukan tanah dalam
kondisi tertentu. Salah satu nematoda golongan Soil Transmitted Helmints

adalah jenis cacing tambang (Ancylostoma duodenale).


Cacing tambang menimbulkan lebih banyak penyakit serius dari pada parasit
lain. Di dalam kebanyakan bagian dunia, terutama di daerah yang memiliki
sanitasi yang buruk terdapatlah banyak penderita penyakit cacing tambang di
antara penduduk. Hal tersebut yang mendasari pembuatan makalah Ancylostoma
duodenale.

1.2
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.2.5
1.2.6
1.2.7

Rumusan Masalah
Apakah yang dimaksud dengan Ancylostoma duodenale?
Bagaimanakah morfologi dari Ancylostoma duodenale?
Bagaimanakah siklus hidup dari Ancylostoma duodenale?
Bagaimanakah epidemiologi dari Ancylostoma duodenale?
Bagaimanakah diagnosa laboratorium dari Ancylostoma duodenale?
Bagaimanakah gejala klinis dari Ancylostoma duodenale?
Bagaimanakah cara pengobatan dan pencegahan Ancylostoma duodenale?

1.3
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5
1.3.6
1.3.7

Tujuan
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang apa itu Ancylostoma duodenale.
Untuk mengetahui morfologi dari Ancylostoma duodenale.
Untuk mengetahui daur hidup dari Ancylostoma duodenale.
Untuk mengetahui epidemiologi Ancylostoma duodenale.
Untuk mengetahui diagnosa laboratorium dari Ancylostoma duodenale
Untuk mengetahui gejala klinis dari Ancylostoma duodenale
Untuk mengetahui pengobatan dan pencegahan Ancylostoma duodenale.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ancylostoma duodenale

Ancylostoma
duodenale

disebut

juga dengan

cacing tambang. Cacing dewasa tinggal di usus halus bagian atas, sedangkan
telurnya

akan

dikeluarkan bersama

menetas menjadi larva di luar tubuh

dengan kotoran manusia. Telur akan


manusia,

yang

kemudian

masuk

kembali ke tubuh korban menembus kulit telapak kaki yang berjalan tanpa
alas kaki. Larva akan berjalan jalan di dalam tubuh melaluim peredaran
darah yang akhirnya tiba di paru paru lalu dibatukkan dan ditelan kembali.
Gejala meliputi reaksi alergi lokal atauseluruh tubuh, anemia dan nyeri
abdomen.

Ancylostoma duodenale dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


Kerajaan
: Animalia
Filum
: Nematoda
Kelas
: Secernentea
Ordo
: Strongiloidae
Famili
: Ancylostomatidae
Species
: Ancylostoma duodenale

2.2 Morfologi Ancylostoma duodenale

Cacing dewasa hidup di rongga usus halus manusia, dengan mulut yang
melekat pada mukosa dinding usus. Ancylostoma duodenale ukurannya lebih besar
dari Necator americanus. Yang betina ukurannya 10-13 mm x 0,6 mm, yang jantan 811 x 0,5 mm, bentuknya menyerupai huruf C, Necator americanus berbentuk huruf S,
yang betina 9 11 x 0,4 mm dan yang jantan 7 9 x 0,3 mm. Rongga mulut
A.duodenale mempunyai dua pasang gigi, N.americanus mempunyai sepasang benda
kitin. Alat kelamin jantan adalah tunggal yang disebut bursa copalatrix. A.duodenale
betina dalam satu hari dapat bertelur 10.000 butir, sedang N.americanus 9.000 butir.
Telur dari kedua spesies ini tidak dapat dibedakan, ukurannya 40 60 mikron, bentuk
lonjong dengan dinding tipis dan jernih. Ovum dari telur yang baru dikeluarkan tidak

bersegmen. Di tanah dengan suhu optimum23oC - 33oC, ovum akan berkembang


menjadi 2, 4, dan 8 lobus.(parasitologi kedokteran, 2010).

2.3 Daur Hidup Ancylostoma duodenale


Seekor cacing tambang dapat menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,2
ml setiap harinya. Cacing dewasa dapat hidup di usus selama satu
hingga lima tahun di mana cacing betina memproduksi telur. Pada infeksi
ringan hanya sedikit sekali kehilangan darahnya tetapi pada infeksi berat
dapat menimbulkan pendarahan hebat, kekurangan zat besi dan berat badan

turun drastis.
Seekor cacing tambang dewasa dapat bertelur antara 10.000-30.000 telur
per 24 jam. Telur ini akan bertahan lama di tanah yang lembab, sejuk dan di
sekitar pohon yang rindang yang biasanya terdapat di daerah perkebunan.
Untuk telur cacing tambang akan dikeluarkan bersama feses. Ketika berada
di dalam tanah akan menetas dalam waktu 1-2 hari dan kemudian akan
menjadi larva Rabditiiti Form. Pada hari ke-3 Rabeniti Forem akan
menjadi Filari Form. Dalam bentuk ini dapat hidup di tanah selama 8
minggu. Dalam waktu kisaran tersebut akan terinjak kaki dan akan
menembus kulit dan menuju ke kapiler darah.

Telur keluar bersama tinja, dalam waktu 1 2 hari telur akan berubah menjadi
larva rabditiform (menetas ditanah yang basah dengan temperatur yang optimal untuk
tumbuhnya telur adalah 23 300 C. Larva rabditiform makan zat organisme dalam
tanah dalam waktu 5 8 hari membesar sampai dua kali lipat menjadi larva
filariform, dapat tahan diluar sampai dua minggu, bila dalam waktu tersebut tidak
segera menemukan host, maka larva akan mati. larva filariform masuk kedalam tubuh
host melalui pembuluh darah balik atau pembuluh darah limfa, maka larva akan
sampai ke jantung kanan. Dari jantung kanan menuju ke paru paru, kemudian
alveoli ke broncus, ke trakea dan apabila manusia tersedak maka larva akan masuk ke
oesophagus lalu ke usus halus (siklus ini berlangsung kurang lebih dalam waktu dua
minggu).

2.4 Epidemiologi

Kejadian penyakit ini di Indonesiasering ditemukan terutama di daerah


pedesaan, khususnya di perkebunan atau pertambangan. Cacing ini menghisap darah
hanya sedikit namun luka-luka gigitan yang berdarah akan berlangsung lama, setelah
gigitan dilepaskan dapat menyebabkan anemia yang lebih berat. Kebiasaan buang air
besar di tanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun sangat berperan dalam
penyebaran infeksi penyakit ini (Gandahusada, 1998). Tanah yang baik untuk
pertumbuhan larva adalah tanah gembur (pasir, humus) dengan suhu optimum 32 oC
38oC. Untuk menghindari infeksi dapat dicegah dengan memakai sandal atau sepatu
bila keluar rumah .

2.5 Diagnosa Laboratorium


Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur di dalam tinja segar
manusia dan larva pada tinja yang sudah lama. Telur kedua spesies ini tidak dapat
dibedakan, untuk membedakan spesies, telur dibiakkan menjadi larva dengan salah
satu cara, yaitu Harada Mori.

2.6 Gejala Klinis


1. Stadium larva
Bila banyak filariform sekaligus menembus kulit, maka terjadi perubahan

kulit yang disebut ground itch, dan kelainan pada paru biasanya ringan.
2. Stadium dewasa
Gejala tergantung pada:
a. Spesies dan jumlah cacing
b. Keadaan gizi penderita
Gejala klinik yang timbul bervariasi bergantung pada beratnya infeksi,
gejala yang sering muncul adalah lemah, lesu, pucat, sesak bila bekerja

berat, tidak enak perut, perut buncit, anemia, dan malnutrisi.


Tiap cacing Necator americanus menyebabkan kehilangan darah sebanyak
0,005 0,1 cc sehari, sedangkan A. duodenale 0,08 0,34 cc. biasanya
terjadi anemia hipokrom mikrositer. Disamping itu juga terdapat eosinofilia.
Anemia karena Ancylostoma duodenale dan Necator americanus biasanya
berat. Hemoglobin biasanya dibawah 10 (sepuluh) gram per 100 (seratus) cc
darah jumlah erythrocyte dibawah 1.000.000 (satu juta)/mm 3. Jenis
anemianya adalah anemia hypochromic microcyic. Bukti adanya toksin yang

menyebabkan anemia belum ada biasanya tidak menyebabkan kematian,


tetapi daya tahan berkurang dan prestasi kerja menurun.

2.7 Pengobatan dan Pencegahan


Pengobatan :
1. Prioritas utama adalah memperbaiki anemia dengan cara memberikan

tambahan zat
besi per-oral atau suntikan zat besi.
2. Pada kasus yang berat mungkin perlu dilakukan transfusi darah.
3. Jika kondisi penderita stabil, diberikan obat pirantel pamoat atau mebendazol
selama 1-3 hari berturut-turut untuk membunuh cacing tambang. Obat ini tidak boleh

diberikan kepada wanita hamil karena bisa membahayakan janin yang dikandungnya.
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara Sanitasi lingkungan, diantaranya:
1. Hindari berjalan keluar rumah tanpa memakai alas kaki
Kebiasaan tidak memakai alas kaki merupakan factor resiko yang kuat untuk

terjadinya infeksi cacing tambang.


2. Cuci tangan sebelum makan
cuci tangan, pekerjaan ini adalah Awal yang terpokok jika anda ingin tetap
sehat. Dimanapun dan kapanpun selalau ada bakteri atau mikroorganisme
yang siap masuk melawan tubuh kita 70 % perantara yang tepat adalah dari
tangan, untuk itu cuci tangan adalah salah satu tindakan preventif yang

sangat tepat.
3.
Hindari pemakaian

feces

manusia

sebagai

pupuk

pada

sayuran

Jika sayuran yang dimakan tidak bersih maka larva cacing akan ikut termakan karena

sayuran dipupuk menggunakan feces manusia yang telah terinfeksi.


4.
Jika anda Ibu, awasi dan jaga anak anda main

di

Tanah

Dari sifat hidupnya, cacing tambang hidup pada tanah, sangat cepat menular melalui
kulit, melewati epidermis kulit teratas hingga terakhir, anak anak tentulah sangat
mudah untuk dijadikan media untuk hidup si cacing tambang. Untuk itu perlu awasi
anak anda saat bermain di tanah atau di halaman rumah yang memungkinkan adanya
cacing tambang. Jika terlanjur memanjakan anak anda, lakukan kegiatan prefentif

yaitu bersihkan seluruh badan anak dari tanah sehabis main.


5.
Bersih
Pakaian
dan

tempat

Mikroba penyebab infeksi ada dimana mana, bahkan tempat maupun pakaian kita
yang terlihat bersihpun bisa saja terdapat kuman kuman yang membahayakan
kesehatan. Dengan demikian Kebersihan atau sanitasi dan higienis tempat anda sangat
diperlukan untuk mempertahankan kesehatan anda dan keluarga.

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
. Ancylostoma duodenale adalah salah satu hewan dari kelas nematoda
filum Nemathelminthes yang sering disebut cacing tambang. Cacing betina
ukurannya 10-13 mm x 0,6 mm, yang jantan 8-11 x 0,5 mm, bentuknya menyerupai

huruf C.
Seekor cacing tambang dewasa dapat bertelur antara 10.000-30.000 telur
per 24 jam. Telur ini akan bertahan lama di tanah yang lembab, sejuk dan di
sekitar pohon yang rindang yang biasanya terdapat di daerah perkebunan.

Untuk telur cacing tambang akan dikeluarkan bersama feses.


Cara memeriksa Ancylostomiasis yaitu dengan menemukan adanya cacing
dewasa atau telur dalam tinja. Pengobatan ancylostomiasis prioritas utama adalah
memperbaiki anemia dengan cara memberikan tambahan zat besi per-oral atau
suntikan zat besi dan diberikan obat pirantel pamoat atau mebendazol selama 1-3 hari

berturut-turut untuk membunuh cacing tambang


3.2 Saran
Untuk menghindari infeksi dari Ancylostoma duodenale, disarankan dengan
menjaga kebersihan secara rutin dan meningkatkan kesehatan diri sendiri dan
orang lain dan selalu menggunakan alas kaki setiap saat beraktifitas.

lasifikasi cacing tambang (Ancylostoma duodenale)

0 comments
Berikut ini adalah cacing tambang (Ancylostoma duodenale) :
TINGKATAN

NAMA

KINGDOM

Animalia

FILUM

Nematoda

KELAS

Secernentea

ORDO

Strongylida

FAMILI

Ancylostomatidae

GENUS

Ancylostoma

SPESIES

Ancylostoma duodenale..

Ciri-ciri

Daur Hidup

Klafisikasi

Habitat

Anda mungkin juga menyukai