Anda di halaman 1dari 13

BAB 2

TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Keluarga
2.1.1 Pengertian
Keluarga adalah

unit

terkecil

dari

masyarakat

yang

terdiri

ataskepalakeluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal


disuatutempat di bawahsatu atap dalam keadaan salingketergantungan
(Effendi, 2004).
Keluarga merupakan

sekumpulan

orang

yang

dihubungkan

olehikatanperkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan untukmeningkatkan


danmempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan
fisik, mental,emosional dan sosial dari tiap anggota (Sudhiarto, 2007).
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih individu yang
bergabungkarena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi, hidup dalam
satu rumah tangga,saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan
menciptakan danmempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya, 1989
2.1.2

dalam Mubarak 2004).


Tipe Keluarga
1.
Tipe Keluarga Tradisional
Keluarga inti ( nuclear family ) yaitu suatu rumah tangga yang

terdiri dari suami, istri dan anak ( kandung atau angkat )


Keluarga besar ( extended family ) yaiu keluarga inti ditambah
dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah . misal

kakek, nenek, paman dan bibi


Keluarga Dyad yaitu sutau rumah tangga yang terdiri dari suami
isteri tanpa anak

Single Parent yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang
tua dengan anak ( kandung atau angkat ) karena perceraian atau

kematian
Single Adult yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri dari satu

orang dewasa
Keluarga Usila, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami

istri yang berusia lanjut


Tipe keluarga non tradisional
Commune Family, yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian

darah hidup serumah


Orang tua ( ayah ibu ) yang tiada ikatan perkawinan dan anak hidup

bersama dalam satu rumah tangga


Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis hidup bersama dalam

satu rumah tangga


Tipe keluarga ( Nasrul Efendy )
Keluarga inti ( nuclear family )
Keluarga besar ( extended family )
Keluarga berantai ( serial family ) yaitu keluarga yang terdiri dari

2.

3.

wanita dan pria yang menikah satu kali dan merupakan satu

keluarga inti
Keluarga duda/ janda ( single family )
Keluarga berkomposisi ( composit family ) yaitu keluarga yang

perkawinannya poligami dan hidup bersama


Keluarga kabisat ( cabiation family ) yaitu dua orang yang hodup
dalam satu rumah tangga tanpa perkawinan tapi membentuk suatu

2.1.3

keluarga
Peranan dalam keluarga
Adapun peranan dalam keluarga menurut Nasrul Efendy sebagai berkut :
1.
Peranan Ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan anak- anak , berperan sebagai pencari
nafkah , pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman sebagai kepala

keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai


anggota masyarakat dari lingkungannya.
2.
Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak- anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga , sebagai pengasuh dan pendidik anakanaknya. Pelindung dan sebagi salah satu kelompok dari peranan
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan
3.

2.1.4

dalam keluarganya
Peranan anak
Anak- anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat

perkembangan baik fisik, mental, sosial, dan spirritual


Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Sudiharto (2007)yaitu :

Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan dengan faktor internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Faktor afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan faktor
afektif tampak pada kebahagaan dan kegembiraan seluruh anggota
keluarga. Tiap keluarga saling mempertahankan iklim positif.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan
faktor afektif adalah :
Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling
mendukung antar anggota keluarga
a saling menghargai antar anggota keluarga
b ikatan antar anggota keluarga dan identifikasi serta penyesuaian

pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga


Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi dimulai sejak lahir. Keluarga merupakan tempat individu
untuk belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan

keluarga dicapai melalui interaksi atau hubunga antar anggota keluarga

yang diwujudkan dalam sosialisasi.


Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan
menambah sumber daya manusia. Dengan adanya pragram keluarga
beencana maka fungsi ini sedikit terkontrol.

Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti kebutuhan akan makanan,

pakaian, dan tempat berlindung ( rumah )


Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktik asuhan kesehatan,
yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat
anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan
asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga.
Tugas kesehatan keluarga ( friedman )
1 mengenal masalah kesehatan
2 membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
3 memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
4 mempertahankan dan menciptakan suasana rumah yang sehat
5 mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas

kesehatan masyarakat
Fungsi Religius
Memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga dalam
kehidupan beragama, menanamkan keyakinan bahwa ada kekuatan lain

yang mengatur kehidupan ini dan kehidupan lain setelah di dunia ini
Fungsi Rekreatif
Menciptakan suasana menyenangkan
Fungsi Pendidikan
a menyekolahkan anak untuk membentuk perilaku
b mempersiapkan anak untuk kehidupan dimasa yang akandatang
Fungsi Psikologis
a. memberi kasih sayang dan rasa amman
b. memberikan perhatian diantara anggota keluarga

2.1.5

c. membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga


d. memberikan identitas keluaga
Tahap Perkembangan Keluarga
1.
Tahap Perkembangan Pasangan Baru
Tugas Perkembangan :

membina hubungan intim

membina hubungan dengan keluarga lain, teman,


dan kelompok sosial

mendiskusikan rencana milik anak


2. Tahap Perkembangan keluarga child bearing ( kelahiran anak pertama )
Tugas perkembangan:

persiapan menjadi orangtua

adaptasi dengan perubahan

mempertahankan hubungan dengan pasangan


3. Tahap perkembangankeluarga dengananak pra sekolah
Tugas Perkembangan :

Memenuhi kebutuhan anggota keluarga

Membantu anak untuk bersosialisasi

Memperahankan hubungan yang sehat, baik

didalam maupun diluar keluarga


Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan
anak

Pembagian tanggungjawab anggota keluarga

Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbang anak


4. Tahap perkembangan keluarga dan anak sekolah
Tugas perkembangan:

Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang


meningkat

Mengontrol perilaku anak


Mempertahankan keintiman pasangan
Mendidik
dan
mengajari
anak

untuk

mempersiapkan masa depannya


5. Tahap perkembangn keluarga dengan anak remaja
Tugas perkembangan:

Memberi kebebasan yang seimbang

dengan

tanggungjawab
Mempertahankan hubungan yang intim dalam
keluarga

Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak

dengan ortu , hindari perdebatan, permusuhan, kecurigaan


6. Tahap perkembangan keluarga dengan anak pertama ( pelepasan )
Tugas perkembangan:

Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar

Mempertahankan keintiman pasangan

Membantu ortu suami/ istri yang sedang sakit dan


memasuki manula

Membantu anak, mandiri di masyarakat

Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga


7. Tahap perkembangan keluarga dengan usia pertengahan
Tugas perkembangan :

Mempertahankan kesehatan

Mempertahankan hubungan dengan teman sebaya


dan anak anak

Meningkatkan keakrabran pasangan


8. Tahap perkembangan keluarga dan lanjut usia
Tugas perkembangan :

Mempertahankan
suasana
rumah

2.1.6

yang

menyenangkan
Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan ,
teman, kekuatan, fisik, dan pendapatan
Mempertankan keakraban

pasutri

dan

saling

merawat
Mempertahankan hubungan baik dengan anak dan

sosial masyarakat

Melakukan life review


Macam- macam Struktur Keluarga
1.
Potrilineal adalah keluarga sedarah yang
terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi melalui jalur
garis ayah.
2.

Matrilineal adalah keluarga sedraah yang


terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi melalui jaur
garis ibu

3.

Petrilokal adalah sepasang suami istri yang

tinggal bersama keluarga sedraah dari suami


4.
Matrilokal adalah sepasang suami istri yang
5.

tinggal bersama keluarga sedarah dari istri


Keluarga keyakinan adalah hubungan suami
istri sebagai dasar pembinaan keluarga dan sanak saudara menjadi

2.1.7

bagian keluarga karena


Pemegang Kekuasaan
1.
2.

Patrilokal

kekuasaan dan dominan adalah ayah


Matrilokal

kekuasaan dan dominan adalah ibu


3.
Equalitarian

yang

memegang

yang

memegang

yang

memegang

kekuasaan dalam keluarga adalah ayah dan ibu


2.2 Kekurangan Energi Kronis (KEK)
Menurut Depkes RI (2005) dalam Program Perbaikan Gizi Makro
menyatakan bahwa Kurang Energi Kronis merupakan keadaan dimana ibu
menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang
mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu.
KEK dapat terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil
(bumil). Pada ibu hamil lingkar lengan atas digunakan untuk memprediksi
kemungkinan bayi yang dilahirkan memiliki berat badan lahir rendah. Ibu hamil
diketahui menderita KEK dilihat dari pengukuran LILA, adapun ambang batas
LILA WUS (ibu hamil) dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila
ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau dibagian merah pita LILA, artinya wanita
tersebut mempunyai risiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi
lahir rendah (BBLR). BBLR mempunyai risiko kematian, gizi kurang, gangguan
pertumbuhan dan gangguan perkembangan anak.
Lingkar lengan atas merupakan indikator status gizi yang digunakan
terutama untuk mendeteksi kurang energi protein pada anak-anak dan merupakan
alat yang baik untuk mendeteksi wanita usia subur dan ibu hamil dengan risiko
10

melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Hal ini sesuai dengan Depkes
RI (2006) yang dikutip oleh I Dewa Nyoman Supariasa, bahwa pengukuran LILA
pada kelompok wanita usia subur (WUS) adalah salah satu cara deteksi dini yang
mudah dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat awam, untuk mengetahui
kelompok berisiko kekurangan energi kronis (KEK).
Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status
gizi dalam jangka pendek. Pengukuran LILA digunakan karena pengukurannya
sangat mudah dan cepat. Hasil pengukuran LILA ada dua kemungkinan yaitu
kurang dari 23,5 cm dan diatas atau sama dengan 23,5 cm. Apabila hasil
pengukuran < 23,5 cm berarti risiko KEK dan 23,5 cm berarti tidak berisiko
KEK.
2.2.1

Bahaya kekurangan gizi


Masa hamil adalah masa dimana seorang wanita memerlukan berbagai
unsur gizi yang jauh lebih banyak dari pada yang diperlukan dalam keadaan biasa.
Disamping untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya sendiri, berbagai zat gizi itu
juga diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin yang ada dalam
kandungan (Sjahmien Moehji, 2003: 15). Apabila kebutuhan gizi itu tidak
dipenuhi maka akan terjadi berbagai gangguan baik pada ibunya sendiri maupun
pada janinnya.
1.
Pada ibu
Pada setiap tahap kehamilan, seorang ibu hamil membutuhkan
makanan dengan kandungan zat-zat gizi yang berbeda dan disesuaikan dengan
kondisi tubuh dan perkembangan janin. Tambahan makanan untuk ibu hamil
dapat diberikan dengan cara meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas
makanan ibu hamil sehari-hari, bisa juga dengan memberikan tambahan
formula khusus untuk ibu hamil. Apabila makanan selama hamil tidak
tercukupi maka dapat mengakibatkan kekurangan gizi sehingga ibu hamil
mengalami gangguan. Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko
dan komplikasi pada ibu hamil, antara lain anemia, berat badan tidak

11

bertambah secara normal dan terkena infeksi. Pada saat persalinan gizi kurang
dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya
2.

(premature), perdarahan setelah persalinan, serta operasi persalinan.


Pada anak
Untuk pertumbuhan janin yang baik diperlukan zat-zat makanan yang
adekuat, dimanan peranan plasenta besar artinya dalam transfer zat-zat
makanan tersebut. Suplai zat-zat makanan kejanin yang sedang tumbuh
tergantung pada jumlah darah ibu yang mengalir melalui plasenta dan zat-zat
makanan

yang

diangkutnya.

Gangguan

suplai

makanan

dari

ibu

mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran


(abortus), bayi lahir mati (kematian neonatal), cacat bawaan, lahir dengan
berat badan lahir rendah (BBLR)
2.2.2

Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan keadaan KEK pada Ibu Hamil


Makanan pada ibu hamil sangat penting, karena makanan merupakan
sumber gizi yang dibutuhkan ibu hamil untuk perkembangan janin dan tubuhnya
sendiri. Namun makanan yang dimakan oleh seorang ibu bukan satu-satunya
faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil.
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi status gizi ibu hamil
diantaranya adalah jumlah energi yang dikonsumsi, paritas, jarak kelahiran, usia
ibu, adanya penyakit infeksi, konsumsi tablet besi, beban kerja, pengetahuan ibu
hamil tentang gizi dan kesehatan, pendapatan keluarga dan pantangan makan
(Soetjiningsih, 2009: 103).

2.3 Anemia pada Ibu Hamil


2.3.1 Definisi
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar
hemoglobin < 10,5 gr% pada trimester II ( Depkes RI, 2009 ). Anemia
adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya
hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan
12

organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama


kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin kurang dari
10,50 sampai dengan 11,00 gr/dl (Varney, 2006 ).
Anemia defisiensi zat besi (kejadian 62,30%) adalah anemia dalam
kehamilan yang paling sering terjadi dalam kehamilan

akibat

kekurangan zat besi. Kekurangan ini disebabkan karena kurang masuknya


unsur zat besi dalam makanan, gangguan reabsorbsi, dan penggunaan terlalu
banyaknya zat besi. Anemia Megaloblastik (kejadian 29,00%), dalam
kehamilan adalah anemia yang disebabkan karena defisiensi asam folat.
Anemia Hipoplastik (kejadian 8, 0%) pada wanita hamil adalah anemia
yang disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel
darah merah. Dimana etiologinya belum diketahui dengan pasti kecuali
sepsis, sinar rontgen, racun dan obat-obatan. Anemia Hemolitik (kejadian
0,70%), yaitu anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah
merah berlangsung lebih cepat, yaitu penyakit malaria (Wiknjosastro,
2009 ; Mochtar, 2009).
2.3.2

Gejala anemia pada ibu hamil


Ibu hamil dengan keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, dengan
tekanan darah dalam batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi besi.
Dan secara klinis dapat dilihat tubuh yang pucat dan tampak lemah
(malnutrisi). Guna memastikan seorang ibu menderita anemia atau tidak,
maka dikerjakan pemeriksaan kadar Hemoglobin dan pemeriksaan darah
tepi. Pemeriksaan Hemoglobin dengan spektrofotometri merupakan standar
(Wiknjosastro, 2005).

13

Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui beberapa


tahap: awalnya terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi dalam bentuk
fertin di hati, saat konsumsi zat besi dari makanan tidak cukup, fertin inilah
yang diambil. Daya serap zat besi dari makanan sangat rendah, Zat besi
pada pangan hewan lebih tinggi penyerapannya yaitu 20 30 % sedangkan
dari sumber nabati 1-6 %. Bila terjadi anemia, kerja jantung akan dipacu
lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan O2 ke semua organ tubuh, akibatnya
penderita sering berdebar dan jantung cepat lelah. Gejala lain adalah lemas,
cepat lelah, letih, mata berkunang kunang, mengantuk, selaput lendir ,
2.3.3

kelopak mata, dan kuku pucat (Sin sin, 2008).


Derajat anemia pada ibu hamil dan penentuan kadar hemoglobin
Ibu hamil dikatakan anemia bila kadar hemoglobin atau darah
merahnya kurang dari 11,00 gr%. Menururt Word Health Organzsation
(WHO) anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar Hb < 11
%. Anemia pada ibu hamil di Indonesia sangat bervariasi, yaitu: Tidak
anemia : Hb >11 gr%, Anemia ringan : Hb 9-10.9 gr%, Anemia sedang :
Hb 7-8.9 gr%, Anemia berat : Hb < 7 gr% ( Depkes, 2009 ; Shafa, 2010 ;

2.3.4

Kusumah, 2009 ).
Pengaruh anemia terhadap kehamilan
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu,
baik dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya.
Penyulit- penyulit yang dapat timbul akibat anemia adalah : keguguran
(abortus), kelahiran prematur, persalinan yang lama akibat kelelahan otot
rahim di dalam berkontraksi (inersia uteri), perdarahan pasca melahirkan
karena tidak adanya kontraksi otot rahim (atonia uteri), syok, infeksi baik
saat bersalin maupun pasca bersalin, serta anemia yang berat (<4 gr%)

14

dapat menyebabkan dekompensasi kordis. Hipoksia akibat anemia dapat


menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan (Wiknjosastro, 2005;
2.3.5

Saifudin, 2006 ).
Pencegahan dan penanganan anemia pada ibu hamil
Pencegahan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan antara lain dengan
cara: meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan, mengkonsumsi pangan
hewani dalam jumlah cukup, namun karena harganya cukup tinggi sehingga
masyarakat sulit menjangkaunya. Untuk itu diperlukan alternatif yang lain
untuk mencegah anemia gizi besi, memakan beraneka ragam makanan yang
memiliki zat gizi saling melengkapi termasuk vitamin yang dapat
meningkatkan penyerapan zat besi, seperti vitamin C. Peningkatan
konsumsi vitamin C sebanyak 25, 50, 100 dan 250 mg dapat meningkatkan
penyerapan zat besi sebesar 2, 3, 4 dan 5 kali. Buah-buahan segar dan
sayuran sumber vitamin C, namun dalam proses pemasakan 50 - 80 %
vitamin C akan rusak. Mengurangi konsumsi makanan yang bisa
menghambat

penyerapan

zat

besi

seperti

fitat,

fosfat,

tannin

(Wiknjosastro, 2005 ; Masrizal, 2007).


Penanganan anemia defisiensi besi adalah dengan preparat besi yang
diminum (oral) atau dapat secara suntikan (parenteral). Terapi oral adalah
dengan pemberian preparat besi : fero sulfat, fero gluconat, atau Na-fero
bisitrat. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak
1 gr% per bulan. Sedangkan pemberian preparat parenteral adalah dengan
ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 210 ml secara
intramuskulus, dapat meningkatkan hemoglobin relatif cepat yaitu 2gr%.
Pemberian secara parenteral ini hanya berdasarkan indikasi, di mana
terdapat intoleransi besi pada traktus gastrointestinal, anemia yang berat,

15

dan kepatuhan pasien yang buruk. Pada daerah-daerah dengan frekuensi


kehamilan yang tinggi dan dengan tingkat pemenuhan nutrisi yang minim,
seperti di Indonesia, setiap wanita hamil haruslah diberikan sulfas ferosus
atau glukonas ferosus sebanyak satu tablet sehari selama masa
kehamilannya. Selain itu perlu juga dinasehatkan untuk makan lebih banyak
protein dan sayur-sayuran yang mengandung banyak mineral serta vitamin
(Sasparyana, 2010 ; Wiknjosastro 2005).

16

Anda mungkin juga menyukai