Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Konsep Gerontik
1. Definisi
a. Gerontologi
Asal kata Geros dan Logos : Lansia, Logos : Ilmu, jadi Gerontologi
adalah ilmu yang mempelajari secara khusus mengenai factor factor
yang menyangkut lansia.
b. Geriatri
Asal kata Geros dan Eatria, Geros : Lansia, Eatria : Kesehatan, jadi
Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang
penyakit pada lansia. Geriatri adalah ilmu yang mempelajari proses
menjadi tua pada manusia serta akibat akibatnya.
2. Batasan Lansia
a. WHO
1).

Middle Age :

45 59

tahun

2).

Ederly

60 70

tahun

3).

Old

75 90

tahun

4)

Very Old

Diatas 90

tahun

b. Prof. DR. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad


1).

Bayi

01

tahun

2).

Prasekolah :

16

tahun

3).

Sekolah

6 10

tahun

4).

Pubertas

10 20

tahun

5).

Dewasa

20 40

tahun

6).

Prasenium

40 65

tahun

7).

Senium

65 keatas

c. Dra. Ny. Josmasdani


1).

Luventus

25 40

tahun

2).

Verilitas

40 55

tahun

3).

Prasenium

55 65

tahun

4).

Senium

65 keatas

d. Prof. DR. Koesmanto Setyonegoro


1).

Dewasa Muda ( eaderly adulthood )

2).

Dewasa Penuh ( middle year / maturasi ) : 25 65 tahun keatas

3).

Lanjut Usia ( geatric age )


a).

Young Old

: 70 75 tahun

b).

Old

: 75 80 tahun

c).

Very Old

: 80 keatas

: 20 25 tahun

: 70 tahun keatas

2. Tujuan Geriatri
a. Tujuan Umum
Mengadakan upaya dan tindakan tindakan sehingga orang orang
lansia selama mungkin tetap dalam keadaan sehat baik fisik, mental,
dan social sehingga masih berguna bagi masyarakat.

( Boedhi Darmono, 1979 )


b. Tujuan Khusus
1).

Mempertahankan derajat kesehatan sehingga terhindar dari


penyakit.

2).

Memelihara kesehatan dengan aktivitas fisik dan mental.

3).

Praktisi kesehatan.

4).

Memelihara kemandirian secara maksimal.

5).

Memberikan bantuan yang simpatik.dan perawat dengan penuh


pengertian.

3. Steriotip Psikologi Lansia


Sesuai dengan pembawaan pada saat muda maka ada beberapa tipe lansia,
yaitu :
a. Konstruktif (Mandiri)
1).

Integritas baik

2).

Menikmati hidup

3).

Toleransi Tinggi

4).

Humoristik

5).

Fleksibel

6).

Mengalami masa pensiu yang tenang

b. Ketergantungan
1).

Pasif dan berambisi

2).

Tidak mempunyai inisiatif

3).

Bertindak tidak praktis

4).

Senang mengalami pension

5).

Tidak suka bekerja

c. Defensif
1).

Riwayat pekerjaan tidak stabil

2).

Selalu menolak bantuan

3).

Emosi tidak terkontrol

4).

Memegang teguh pada kebiasaan

5).

Takut menjadi tua

d. Bermusuhan
1).

Menganggap orang lain penyebab kegagalan

2).

Selalu mengeluh

3).

Agresif dan takut mati

4).

Curiga

e. Membenci dan menyalahkan diri sendiri


1).

Kritis dan menyalahkan diri

2).

Tidak bermbisi

3).

Penurunan social ekonomi

4).

Riwayat perkawinan tidak bahagia

f. Arif Bijaksana
1).

Kaya pengalaman

2).

Menyesuaikan di dengan perubahan zaman

3).

Mempunyai kesibukan

4).

Ramah dan rendah hati

5).

Dermawan dan menjadi panutan

g. Tidak Puas
1).

Kritis dan menyalahkan diri

2).

Tidak berambisi

3).

Penurunan social ekonomi

4).

Riwayat perkawinan tidak bahagia

5).

Menerima fakta pada proses menua

4. Proses Menua
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan
kemampuan

jaringan

untuk memperbaiki diri / mengganti

dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap


infeksi dan memperbaiki kerusakan yang di derita. ( Constantindes, 1994 )
Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa
atau tahap hidup manusia, yaitu bayi, kanak kanak, dewasa, tua, dan
lanjut usia. Orang mati bukan karena lanjut usia tetapi karena suatu
penyakit atau juga suatu kecacatan.
a. Teori Teori Proses Menua
1) Teori Biologi
a) Teori Seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu
dan kebanyakan sel-sel tubuh diprogram untuk membelah 50
kali. Jika sebuah sel pada lansia dilepas dari tubuh

dan

dibiakan di laboratorium,lalu diobservasi, jumlah sel-sel yang


akan membelah akan terlihat sedikit.
(Spence & Masson dalam Waton, 1992). Hal ini akan
memberikan beberapa pengertian terhadap proses penuaan
biologis dan menunjukkan bahwa pembelahan sel lebih lanjut
mungkin terjadi untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan,
sesuai dengan berkurangnya umur.
b) Teori Genetik Clock
Menurut teori ini menua telah deprogram secara genetic untuk
spesies-spesies tertentu. Tiap spesies mempunyai inti selnya,
suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi
tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan
replikasi sel bila tidak diputar, jadi menurut konsep ini bila jam
kita berhenti kita akan meninggal dunia, meskipun tanpa
disertai kecelakaan lingkungan.
c) Teori Sintesis Protein
Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya
pada lansia. Proses kehilangan elastisitas ini dihubungkan
dengan adanya perubahan kimia pada komponen protein
(kolagen dan kartilago dan elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh
dengan bentuk dan struktur yang berbeda dari protein yang
lebih muda.

d) Teori Keracunan Oksigen


Teori tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel di
dalam tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang
mengandung zat racun dengan kadar yang tinggi, tanpa
mekanisme pertahanan diri tertentu.
e) Teori Sistem Imun
Kemampuan system imun mengalami kemunduran pada masa
penuaan. Walaupun demikian, kemunduran system yang terdiri
dari limfatik dan khususnya sel darah putih, juga merupakan
faktor yang berkontribusi dalam proses penuaan. Salah satu
bukti yang ditemukan ialah bertambahnya prevalensi auto
antibody

bermacam-macam

pada

orang

lanjut

usia

(Brocktehust,1987)
Disisi lain

system imun tubuh sendiri daya pertahanannya

mengalami penurunan pada proses menua, daya serangnya


terhadap sel kanker menurun, sehingga sel kanker leluasa
membelah-belah. Inilah yang menyebabkan kanker yang
meningkat sesuai dengan meningkatnya umur. (Suhana,1994).
2) Teori Psikologis
a) Teori Pelepasan
Teori pelepasan memberikan pandangan bahwa penyesuaian
diri lansia merupakan suatu proses yang secara berangsur-

angsur sengaja dilakukan oleh mereka, untuk melepaskan diri


dari masyarakat.
b) Teori Aktivitas
Teori aktivitas berpandangan bahwa walaupun lansia pasti
terbebas dari aktivitas, tetapi mereka secara bertahap mengisi
waktu luangnya dengan melakukan aktivitas lain sebagai
kompensasi dan penyesuaian.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Aging Process
a. Faktor Internal
1) Hereditas/genetik
2) Hormon yang menurun kadarnya
3) Proses glikolisasi
4) System kekebalan tubuh yang menurun
5) Radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan pada sel
melalui proses yang disebut dengan oksidasi.
b. Faktor Eksternal
1) Gaya hidup yang tidak sehat
2) Kebiasaan hidup yang salah
3) Paparan polusi lingkungan dan sinar ultraviolet
4) Stress : dalam hal ini tidak hanya terkait dengan psikologis tetapi
juga jasmani, apabila tubuh kita mengalami kerusakan maka tubuh
akan memulihkan diri sendiri.

6. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia


a. Pemeriksaaan Fisik
1) Sel

: lebih sedikit jumlahnya besar ukurannya, jumlah


cairan berkurang, jumlah sel otak menurun.

2) Persyarafan

: lambat dalam berespon, mengecilnya syaraf panca


indra kurang sensitive terhadap sentuhan, berat
otak menurun.

3) Pendengaran : terjadi pengumpulan serumen, pendengaran


berkurang.
4) Penglihatan

: karena berbentuk bola, lansia lebih suram lapang


pandang menurun.

5) Respirasi

: kehilangan kekuatan, O2 pada arteri

6) Kardiovaskuler : elastisitas dinding aorta menurun, fungsi jantung


menebal.
7) Gastrointestinal : kehilangan gigi, indra pengecap menurun, fungsi
absorbsi melemah.
8) Endokrin

: fungsi aldosteron menurun, produksi hormone


menurun

9) Musloskeletal

: tulang kehilangan sensitivitas

10) Integumen

: kulit semakin tipis dan kurang elastisitas, mudah


memar.

11) Perkemihan

: dengan bertambahnya usia, ginjal kurang efisien


dalam memindahkan kotoran dari saluran darah.

12) Berkurangnya tinggi badan dan berat badan, bertambahnya fat to


lean body mass ratio dan berkurangnya cairan tubuh.
13) Tidur

: pola tidur berubah saat mulai tua. Bila biasanya


membutuhkan 6 jam untuk tidur malam maka
dengan penambahan usia, waktu tidur malam
mengalami sering terbangun.

7. Mitos-mitos Lanjut Usia


Anggapan dan pandangan yang keliru dan merugikan
a.
Lansia yang berbeda dengan orang lain
Kenyataanya?
b.
Lansia tidak dapat mempelajari hal baru dan tidak memerlukan
diklat
Kenyataanya?
1)
Lansia menyelesaikan S2/S3
2)
Memberiakan teladan dan motivasi
3)
Lansia sebagai sumber ilmu pengetahuan
c.
Sukar menerima informasi baru
Kenyataanya..?
1)
Waktu relative banyak dan kesempatan terbuka
2)
Haus info-info baru
3)
Lansia lebih tau hal-hal baru
d.
Tidak productive dan menjadi beban masyarakat
Kenyataanya ?
1)
Lansia tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup
2)
Bekerja tanpa beban
3)
Penasehat dan menangani masalah dalam kehidupan
4)
Bukan beban
e.
Tidak \berdaya
Kenyataanya .?
1)
Eksis dan terus berjuang mencari kehidupan yang lebih
baik
2)

Tidak mau diam


f.
Tidak dapat mengambil keputusan untuk kehidupan dirinya
Kenyataanya.?
1)
Sebagai refrensi untuk diminta nasihatnya
g.
Lemah, ringkih, sakit-sakitan, cacat

Kenyataanya ?
1)
Gagah
2)
Bekerja keras
3)
Tidak semua lansia sakit-sakitan/cacat
h.
Tidak butuh cinta dan relasi
Kenyataanya ..?
Fungsi psikis (kognitif, afektif dan psikomotor) serta kombinasikombinasinya selama hayat masih dikandung badan masih berfungsi.
i.
Menghabiskan uang untuk berobat
Kenyataanya..?
j.
Sama dengan pikun
Kenyataanya..?
Tidak semua pikun
8. Tugas-tugas perkembangan usaia lanjut
Menurut Hudak dan GallGallo
a.
Mengambil keputusan dimana dan bagaimana sisa hidup mereka
b.
Penyediaan dukungan, intimasi dan keputusan hubungan dengan
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

pasangan keluarga dan teman


Pertahankan lingkkungan yang adekuat
Menyediakan penfapatan yang adekuat
Mempertahankan tingkat kesehatan yang maksimal
Mempertahankan kebersihan diri
Mempertahankan keterkaitan social
Membuat perhatian beru yang meningkatkan status
Mengenali dan merasa diperhatikan
Menemukan arti hidup selama pension
Mengembangkan filosofi hidup

B. Konsep Penyakit
1. Pengertian
a. Rhematoid Artritis adalah suatu penyakit sistemik yang dengan
manifestasi utama pollartritis progresif dan melibatkan keseluruhan
organ tubuh.(Arif Mansjoer, 1999, jilid 1 hal : 536)

b. Rhematoid Artritis adalah merupakan suatu penyakit inflamasi


sistematik kronik yang walaupun manisfestasi utamanya pada arthritis
yang progresif akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ
tubuh (Soeparman, Waspudji, Suswono, 1999, jilid 1, hal 62)
c. Rhematoid Artritis adalah suatu penyakit sistematik yang ditandai
terutama oleh inflamasi kronik lapisan sinivial sendi. (Maylin E
Doengoes, 1999, hal : 358)

2. Etiologi
Pada saat ini penyebab penyakit nyeri sendi dan tulang belum diketahui
secata pasti, namun ada beberapa factor yang mempengaruhi perjalanan
penyakit nyeri sendi dan tulang antara lain :
a. Faktor hormone, metabolisme, pekerjaan, geografi dan psikososial
b.Faktor keturunan, dalam hal ini mungkin disebabkan adanya faktor
kekebalan tubuh
c. Infeksi bakteri dan virus diduga memegang peranan bagi timbulnya
kelainan tersebut pada manusia maupun binatang
Penyakit Rhematoid Artritis lebih banyak mengenai wanita dari pada
pria. Usia antara 30-40 tahun, usia yang paling banyak menderita
Rhematoid Artritis (Arif Mansjoer, 1999, edisi 2 hal : 143)

3. Patofisiologi
Bakteri / virus

Hormone

Sub Synovial
Edema di sel living dan
synovial
Peregangan synovial
Adanya kesenjangan sel
endotel vaskuler dan sel
endotel
Nyeri
Jaringan Berganulasi
Lengket
Jaringan Parut

Pemendekan Tendon

Kapsul Sendi
(silvia A. Price, 2000)

Walau sulit dideteksi, tapi perubahan tingkat awal Rhematoid Artritis


adalah kerusakan mikrovaskuler oedem jaringan subsinovial dan
proliferasi ringan sel living pada sinovial. Pada pemeriksaan dengan
mekroskop elektron tampak adanya kesenjangan antara sel endotel
vaskuler dan kerusakan sel endotel.

Rhematoid Artritis kronis ditandai dengan adanya kerusakan rawan sendi,


ligamen, tendon dan tulang. Kerusakan tersebut terjadi secara acak atau
mulai dari atas dan bawah dengan timbulnya jaringan granulasi.
Rhematoid Artritis dapat timbul secar sepontan dan berhenti pada stadium
tertentu. Pada saat mengalami kronisitas, maka jaringan granulasi
membentuk

perlengketan-perlengketan

dan

dilanjutkan

dengan

pembentukan jaringan parut. Sisi yang berlawanan dengan permukaan


sendi

menjadi

lengket

kemudian

diorganisir

sehingga

terjadi

fibroonkilosos (bila pertemuan sendi yang cukup luas). Metaplasi jaringan


granulasi dapat menghasilkan ankilosis. Baik pada tulang maupun tulang
rawan. Akibatnya kapsul sendi menjadi jaringan parut dan kaku sehingga
membut mobilitas sendi terbatas.
Hal ini menyababkan sendi kehilangan fungsi dan bentuknya karena
terjadi perlengketan antara susunan penaktikular sendi dan karena
melemahnya kekuatan sendi, serta ligamen-ligamen pendukung dan kapsul
sendinya, dapat juga terjadi pemendekan tendon (kuntraktur) dan bahkan
juga dislokasi (Silvia A Price, 2000, hal : 1224)
4. Gambaran Klinis
Kriteria dari American Rheumatism Association (ARA) yang direvisi pada
tahun 1987 yang seluruhnya ada 11 kriteria antara lain :
a. Adanya rasa kaku pada pagi hari (Morning Stiffness)

b. Pembengkakan

jaringan

lunak

sendi

(Soft

Tissue

Swelling)

pembengkakan disini sekurang-kurangnya 6 minggu


c. Nyeri sendi yang terkena bila digerakkan (Join + tedderness on
moving) sekurang-kurangnya didapati pada satu sendi
d. Nyeri sendi bila digerakkan (pada sendi terkena) sekurang-kurangnya
pada study yang lama
e. Poliartritis yang simetri dan serentak, serenta diartikan jarak antara
rasa sakit pada satu sendi disusul oleh sendi yang lain harus kurang
dari minggu berminggu
f. Adanya modul rheumatikus sub kutan
g. Adanya kelainan radiologi pada sendi yang terkena, sekurangkurangnya diklasifikasi
h. Test, faktor tema positif terdapat hiter abnormal faktor rheumatoid
serum yang diperiksa dengan cara memberikan hasil positif kurang
dari 5% kelompok kontrol yang diperiksa
i. Pengendapan muan yang kurang pekat
j. Didapati perubahan gambaran histrologi pada jaringan sinovial,
sedikitnya 3 dari :
1) Proliferasi jaringan sinovial
2) Kelompok sel yang mati
3) Deposit timbunan selfibrin
4) Adanya sebukan sel-sel radang menahun dan mendadak

k. Didapati perubahan histrologinya yang khas dari sayatan melintang


benjolan rheuma sekurang-kurangnya 3 dari :
1) Adanya sel yang mati yang terletak ditengah-tengah
2) Dikelilingi dengan sel-sel yang berproliferasi yang berjajar
membentuk gambaran jeruji sepeda
3) Didepan sel fibrosis bagian tepinya
4) Adanya serbukan sel-sel radang yang menahun dan mendadak
(Arif Mansjoer, 1999, edisi 2 hal :143)

5. Data Penunjang
Walaupun tidak banyak berperan dalam diagnostik Rheumatoida rtritis,
namun hal ini dapat menyokong bila terdapat keraguan untuk melihat
prognosis pasien. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat :
a. Test faktor rema biasanya positif pada lebih dari 75 % pada pasien
Rheumatoid Artristik
b.Protein kreatin positif
c. Laju endap darah meningkat
d.Leukosit meningkat sedikit / normal
e. Anemia normasif hipokrom akibat adanya inflamasi yang kronik
f. Trombosit meningkat
g.Kadar albumin serum turun dan globulin naik

h.Pada pemeriksaan x.ray semua sendi dapat terkena, tapi yang sering
sendi metatarsofalingeal dan biasanya simetris. (Arif Mansjoer, 1999,
edisi 2 hal :145)

6. Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanaan penderita Rheumatoid Artristik dibagi atas beberapa
pokok bahasan
a. Medikamentosa
1) Untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang sering
dijumpai dapat diberikan:
a) Aspirin dosis terapi 20 30 mg/dl
b) Ibuprofen, piroksikam, naproksen
2) Untuk melindungi rawan sendi dan tulang dari proses aestruksi
akibat Rheumatoid Artristik dapat diberikan :
a) Kloroqun 250 mg/hr
b) Sulfaselarn 1 x 500 mg/hr
c) Garam eas 10 mg IM

b.Fisioterapi
Sebaiknya dimulai fisioterapi segera setelah sendi mulai berkurang
sakitnya, bila tidak berhasil, mungkin diperlukan pertimbangan
untuk tindakan operasi. Disamping bentuk-bentuk latihan, sering

pula diperlukan alat-alat. Oleh karena itu pada pengobatan


fisioterapi, tercakup pengertian tentang rehabilitasi termasuk :
1) Pemakaian alat bidai, tongkat, kursi roda, sepatu
2) Mekanotrapi
3) Pemanasan
Baik hidroterapi maupun elektrotherapi (air panas, EKG,
Ultrasonik)

c. Pembedahan
Bila berbagai cara sudah dilakukan namun belum berhasil dilakukan
tindakan operatif

d.Psikoterapi
Biasanya diberikan psikoterapi superfisal agar timbul sengat dan
keuletan untuk berobat dan mental penderita dipersiapkan untuk
mengadapi kronisitas dari penyakitnya
(Arif Mansjoer, edisi 2, hal : 146)

C.

Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik dengan Rheumatoid


Athritis
Asuhan keperawatan pada penderita rheumatoid arthritis ditujukan untuk
meningkatkan kemampuan penderita dalam memenuhi kebutuhannya sendiri.
Proses ini dimulai dengan pengkajian yang difokuskan pada fungsi
musculoskeletal pasien termasuk kemampuan pemenuhan aktivitasnya. Selain
itu harus dikaji pola diet, riwayat infeksi sebelumnya dan aspek psikososial
akibat dari penyakit yang diderita lansia (Lemone & Burke, 2001).

Tahap-tahap dalam proses keperawatan saling bergantung satu sama lainya


dan bersifat dinamis dan tersusun secara sistimatis untuk menggambarkan
perkembangan dan tahap yang lainya dengan tahap-tahap sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil
informasi secara terus menerus.

Pengumpulan data dapat dilakukan melalui cara :


a.

Wawancara
Yang berkaitan drngan hal-hal yang perlu diketahui, baik aspek fisik,
mental, social budaya, ekonomi, kebiasaan, dan lingkungan.

b.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan terthadap hal-hal yang tidak perlu ditanyakan,


karena sudah dianggap cukup melalui pengamatan saja, seperti
ventilasi, penerangan, kebersihan dan sebagainya.

c.

Studi dokumentasi
Study berkaitan dengan perkembangan kesehatan lansia, diantaranya
melalui kartu menuju sehat (KMS)

d.

Pemeriksaan fisik
Dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan dan keperawatan, berkaitan drngan peradaban fisik
misalnya : kehamilan, kelaigan organ tubuh dan tanda-tanda penyakit.
Data yang perlu dikaji pada pasien rheumatoid arthritis adalah :
1)

Aktivitas / istirahat
Gejala

: Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan,


memburuk dengan stress pada sendi, kekakuan pada
pagi hari, keletihan

Tanda

: Malaise, keterbatasan rentang gerak : atropi otot,


kontraktur atau kelainan pada sendi dan otot

2)

Kardiovaskuler
Gejala

: jantung cepat, tekanan darah menurun.

3)

Integritas ego
Gejala

: factor-faktor stess akut dan kronis : misalnya


financial, pekerjaan, ketidakmampuan, factor-faktor
Hubungan, kepuasan dan ketidakberdayaan,
ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas
pribadi, misalnya ketergantungan pada orang lain.

4)

Makanan dan cairan


Gejala

: Ketidakmampuan untuk menghasilkan /


mengkonsumsi makanan / cairan adekuat : mual,
anoreksia, kesulitan untuk menelan

Tanda

: Penurunan berat badan, kekeringan pada


membram mukosa

5)

Hygiene
Gejala

: Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas


pribadi, ketergantungan pada orang lain.

6)

Neurosensori
Gejala

: Kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya


sensasi pada jari tangan.

Tanda
7)

: Pembengkakan sendi
Nyeri kenyamanan

Gejala

: Fase akut pada nyeri

8)

Keamanan
Gejala

: kesuitan dalam menangani tugas/ pemeliharaan

rumah tangga kekeringan pada mata dan membram mukosa


9)

Interaksi social
Gejala

: Kerusakan interaksi eluarga/ orang lain :


perubahan peran : isolasi

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa

Keperawatan

adalah

pernyataan

faktor-faktor

yang

mempertahankan respon yang tidak sehat dan mengalami perubahan yang


diharapkan.
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
Rheumatoid Athritis adalah menurut Marylin E. Doengoes :
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d distruksi sendi akibat akumulasi
cairan sinovial dan proses peradangan
b. Gangguan mobilitas fisik b.d kekuatan deformitas sendi yang
berkurang.
c. Kurang perawatan diri b.d kerusakan muskuloskeletal, penurunan
kekuatan daya tahan, nyeri pada waktu bergerak.
d. Perubahan citra tubuh b.d deformitas persendian.
e. Kurang perawatan diri b.d kerusakan muskuluskeletal penurunan
kekuatan daya tahan, nyeri pada waktu bergerak

3. Rencana Keperawatan
Rencana Keperawatan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan
perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah.
Rencana keperawatan yang akan dilakukan yaitu pemenuhan kebutuhan
dasar manusia meliputi :
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d distruksi sendi akibat akumulasi
cairan sinovial dan proses peradangan
1) Observasi sifat, intensitas, lokasi dan durasi nyeri.
2) Berikan obat non steroid anti inflamasi,analgetik,dan antipiretik
sesuai program.
3) Anjurkan klien untuk beristirahat.
4) Berikan kompres panas untuk menggurangi rasa nyeri pada
sendi.
b. Gangguan mobilitas fisik b.d kekuatan deformitas sendi yang
berkurang.
1) Observasi bentuk,tanda-tanda inflamasi
2) Kaji kemampuan klien dalam melakukan ROM aktif maupun
pasifserta
3) kolaborasi dengan fisioterapi dalam melakukan program
rehabilitasi.
4) Observasi adanya kekakuan pada pagi hari serta berapa lama
durasinya.
5) Bantu klien saat melakukan aktivitas.

c. Kurang Pengetahuan b.d Kurangnya informasi tentang penyakit


1) Kaji tingkat pengetahuan klien
2) Berikan penyuluhan tentang rheumatoid dan masalah kesehatan
yang lainya
3) Anjurkan klien untuk bertanya pada tugas kesehatan apabila tidak
mengetahui keluhanya
4) Tekankan pada klien untuk mencari informasi kesehatan sedini
mungkin
d.

Perubahan citra tubuh b.d deformitas persendian.


1)

Bina hubungan saling percaya antara perawat, klien dan


keluarga

2)

Berikan kesempatan klien untuk mengekspresikan


perasaanya

3)

Dukung dan berikan motivasi kepada klien untuk


meningkatkan realitas nhidup yang optimal

4)

Motivasi klien untuk meneruskan program latihan saat


drumah

e.

Kurang perawatan diri b.d kerusakan muskuluskeletal


penurunan kekuatan daya tahan, nyeri pada waktu bergerak
1)

Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul


aturan atau disain bagi penyakit dan potensial perubahan yang
sekarang diantisipasi.

2)

Perubahan mobilitas konstual terhadap nyeri

3)

Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri.

4. Impelemtasi
Implementasi adalah merupakan pelaksanaan asuhan keperawatan gerontik
yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan tahap akhir proses keperawatan, tahap
observasi dalam keperawatan yang mencakup nilai-nilai akhir asuhan
keperawatan yang telah ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai