Anda di halaman 1dari 3

Nama

: Olandiani pasabi

Nim

: H221 16 520

Prodi

: Geofisika

Tugas

: Pancasila

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN BERBANGSA DAN


BERNEGARA
1. Pengertian Paradigma
Pengertian Paradigma pada mulanya dikemukakan oleh Thomas S. Khun dalam bukunya The
Structure Of Scientific Revolution, yakni asumsi-asumsi dasar dan asumsiasumsi teoritis yang
bersifat umum (sumber nilai), sehingga sebagai sumber hukum, metode yang dalam penerapan
ilmu pengetahuan akan menentukan sifat, ciri dari ilmu tersebut. Ilmu pengetahuan sifatnya
dinamis, karena banyaknya hasil-hasil penelitian manusia, sehingga kemungkinan dapat
ditemukan kelemahan dan kesalahan pada teori yang telah ada. Jika demikian ilmuwan/peneliti
akan kembali pada asumsi-asumsi dasar dan teoritis, shingga ilmu pengetahaun harus mengkaji
kembali pada dasar ontologis dari ilmu itu sendiri. Misal penelitian ilmu-ilmu sosial yang
menggunakan metode kuantitatif, karena tidak sesuai dengan objek penenelitian, sehingga
ditemukan banyak kelemahan, maka perlu menggunakan metode baru/lain yang sesuai dengan
objek penelitian, yaitu beralih dengan menggunakan metode kualitatif.
Istilah ilmiah tersebut kemudian berkembang dalam berbagai bidang kehidupan manusia,
diantaranya: politik, hukum, ekonomi, budaya.. Istilah paradigma berkembang menjadi
terminologi yang mengadung konotasi pengertian: sumber nilai, kerangka pikir, orientasi dasar,
sumber asas, serta arah dan tujuan.

2. Pengertian dan Makna Pembangunan


Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh sistem sosial,
seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan
budaya (Alexander 1994). Portes (1976) mendefenisiskan pembangunan sebagai transformasi
ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk
memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat. Sedangkan Ginanjar Kartasasmita (1994)
memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai suatu proses perubahan ke arah
yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana.
Pada awal pemikiran tentang pembangunan sering ditemukan adanya pemikiran yang
mengidentikan pembangunan dengan perkembangan, pembangunan dengan modernisasi dan

industrialisasi, bahkan pembangunan dengan westernisasi. Seluruh pemikiran tersebut didasarkan


pada aspek perubahan, di mana pembangunan, perkembangan, dan modernisasi serta
industrialisasi, secara keseluruhan mengandung unsur perubahan. Namun begitu, keempat hal
tersebut mempunyai perbedaan yang cukup prinsipil, karena masing-masing mempunyai latar
belakang, azas dan hakikat yang berbeda serta prinsip kontinuitas yang berbeda pula, meskipun
semuanya merupakan bentuk yang merefleksikan perubahan (Riyadi dan Bratakusumah, 2005).
Menurut Tikson (2005) pembangunan nasional dapat pula diartikan sebagai transformasi
ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah yang
diinginkan. Transformasi dalam struktur ekonomi, misalnya, dapat dilihat melalui peningkatan
atau pertumbuhan produksi yang cepat disektor industri dan jasa, sehingga kontribusinya
terhadap pendapatan nasional semakin besar. Sebaliknya, kontribusi sektor pertanian akan
menjadi semakin kecil dan berbanding terbalik dengan pertumbuhan industrialisasi dan
modernisasi ekonomi.
Transformasi sosial dapat dilihat melalui pendistribusian kemakmuran melalui pemerataan
memperoleh akses terhadap sumber daya sosial-ekonomi, seperti pendidikan, kesehatan,
perumahan, air bersih,fasilitas rekreasi, dan partisipasi dalam proses pembuatan keputusan
politik. Sedangkan transformasibudaya sering dikaitkan, antara lain, dengan bangkitnya
semangat kebangsaan dan nasionalisme, disamping adanya perubahan nilai dan norma yang
dianut masyarakat, seperti perubahan dan spiritualisme ke materialisme/sekularisme. Pergeseran
dari penilaian yang tinggi kepada penguasaan materi, dari kelembagaan tradisional menjadi
organisasi modern dan rasional.

3. Pengertian Reformasi
Makna Reformasi secara etimologis berasal dari kata reformation dari akar katareform,
sedangkan secara harafiah reformasi mempunyai pengertian suatu gerakan yang memformat
ulang, menata ulang, menata kembali hal-hal yang menyimpang, untuk dikembalikan pada
format atau bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicitacitakan rakyat. Reformasi
juga diartikan pemabaharuan dari paradigma, pola lama ke paradigma, pola baru untuk
memenuju ke kondisi yang lebih baik sesuai dengan harapan.

Suatu gerakan reformasi memiliki kondisi syarat-syarat:


a)
Suatu gerakan reformasi dilakukan karena adanya suatu penyimpanganpenyimpangan.
Masa pemerintahan Orba banyak terjadi suatu penyimpangan misalnya asas kekeluargaan
menjadi nepotisme, kolusi dan korupsi yang tidak sesuai dengan makna dan semangat UUD
1945.
b)
Suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasar pada suatu kerangka structural
tertentu, dalam hal ini Pancasila sebagai ideologi bangsa dan Negara Indonesia. Jadi reformasi

pada prinsipnya suatu gerakan untuk mengembalikan kepada dasar nilainilai sebagaimana yang
dicita-citakan oleh bangsa Indonesia.
c)
Gerakan reformasi akan mengembalikan pada dasar serta sistem Negara demokrasi,
bahwa kedaulatan adalah di tangan rakyat, sebagaimana terkandung dalam pasal 1 ayat (2).
Reformasi harus melakukan perubahan kea rah sistem Negara hukum dalam penjelasan UUD
1945, yaitu harus adanya perlindungan hak-hak asasi manusia, peradilan yang bebas dari
penguasa, serta legalitas dalam arti hukum. Oleh karena itu reformasi sendiri harus berdasarkan
pada kerangka dan kepastian hukum yang jelas.
d)
Reformasi dilakukan kearah suatu perubahan kearah kondisi serta keadaan yang lebih
baik, perubahan yang dilakukan dalam reformasi harus men garah pada suatu kondisi kehidupan
rakyat yang lebih baik dalam segala aspek, antara lain bidang politik, ekonomi, sosial, budaya,
serta kehidupan keagamaan.
e)
Reformasi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etik sebagai manusia yang
berketuhanan Yang Maha Esa, serta terjaminnya persatuan dan kesatuan bangsa.

4 . Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan.


Secara fisiologis, hakikat kedudukan Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional
mengandung sutu konsekuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan nasional kita harus
mendasarkan pada hakikat nilai-nilai dari sila-sila Pancasila. Oleh karena hakikat nilai sila-sila
Pancasila mendasarkan diri pada dasar ontologis manusia sebagai subjek pendukung pokok silasila Pancasila sekaligus pendukung pokok negara.
Konsekuensinya dalam pembangunan nasional dalam berbagai bidang untuk mewujudkan
peningkatan harkat dan martabat manusia secara konsisten berdasarkan pada nilai-nilai hakikat
kodrat manusia tersebut. Maka pembangunan nasionla harus meliputi aspek jiwa (rohani) : yang
mencakup akal, rasa, dan kehendak; aspek raga (jasmani); aspek individu, aspek makhluk sosial;
aspek pribadi; dan juga aspek kehidupan ketuhanannya.

Anda mungkin juga menyukai