Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang atas karena anugerah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah Permukiman tentang " Penjelasan Kajian Permukiman

"

meskipun banyak kekurangan didalamnya.


Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Palu, 5 Oktober 2016


Penyusun

,I,

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....

.i.

DAFTAR ISI..................................................................................................................
.ii.
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang..............................................................................................
1
1.2
Rumusan Masalah........................................................................................
2
1.3
Tujuan.............................................................................................................
2
BAB II ISI
2.1 Pengertian Rumah, Perumahan, Permukiman, dan Pemukiman...........
3-4
2.2 Contoh kasus Rumah, Perumahan, Permukiman, dan pemukiman....
4-6
2.3 Perbedaan Rumah, Perumahan, Permukiman, dan Pemukiman,,,,
6
2.4 Pengertian Permukiman yang terencana dan Permukiman
yang tidak terencana ...
6-7
2.5 Contoh kasus Permukiman yang terencana dan Permukiman
Yang tidak terencana .... .
7-8
2.6Penjelasan tentang faktor faktor Perkembangan Permukiman
8-10
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1
Kesimpulan.....................................................................................................
10
3.2
Saran...............................................................................................................
10
DAFTAR
PUSTAKA.......................................................................................................

11

.ii.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pengembangan permukiman baik di perkotaan maupun pedesaan pada
hakekatnya untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan pedesaan yang layak huni
(livible), aman, nyaman, damai dan sejahtera serta berkelanjutan. Perumahan
sebagai salah satu kebutuhan dasar, sampai dengan saat ini sebagian besar
disediakan secara mandiri oleh masyarakat baik membangun sendiri maupun sewa
kepada pihak lain. (bappeda.grobogan.go.id)
Menurut undang - undang No 4 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman,
pengertian perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagi lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan
sarana lingkungan. Sedangkan rumah secara fisik berarti tempat tinggal atau
hunian yang digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim dan machluk hidup
lainnya, selain itu harus dapat menampung aktifitas kehidupan dan penghidupan
penghuninya (Zubaedah, dkk).
Menurut hasil sensus yang dilakukan pada tahun 1980, tercatat bahwa kira-kira 28
juta dari rumah yang ada, 5,8% merupakan rumah-rumah yang belum memenuhi
syarat, baik itu yang ditinjau dari luasan rumahnya maupun kepadatan huniannya.
Kebutuhan akan hunian yang selalu meningkat dan juga disertai oleh faktor
keterbatasan masyarakat dalam pemenuhannya, sehingga hal ini telah
menyebabkan kecenderungan sarana hunian masyarakat menjadi pemukiman
kumuh yang tidak mudah untuk dikendalikan. Hal lain yang juga masih
berhubungan dengan permasalahan ini adalah faktor sebaran penduduk Indonesia
yang masih belum merata. (bappeda.grobogan.go.id)
Namun, tidak semua masyarakat tidak bisa dengan mudah membangun rumah,
diperlukan berbagai hal sehingga rumah itu bisa didirikan dan ditempati. Seperti,
tanah, kepemilikan, struktur bangunan, tes kelayakan dan uji coba, perizinan
pendirian bangunan. Banyak masyarakat yang tidak ingin direpotkan dengan hal
seperti itu, karena itu masyarakat yang ingin membangun atau membeli rumah
menempuh cara yang lebih efektif dan tidak menyita banyak waktu, yaitu dengan
cara membeli rumah sebuah agen rumah atau perumahan yang biasa disebut
dengan developer dan pembayarannya pun bisa dilakukan dengan cara tunai
ataupun kredit melalui sebuah lembaga perbankan yang sudah ditunjuk.
Secara umum kota sebagai pusat permukiman mempunyai peran penting dalam
memberi pelayanan di berbagai bidang kehidupan bagi penduduknya dan daerah
sekitarnya. Kota adalah suatu wilayah geografis tempat bermukim sejumlah
penduduk dengan tingkat kepadatan yang relatif tinggi dibandingkan dengan
perdesaan, dengan kegiatan utamanya di sektor nonpertanian.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1

Bagaimana pengertian tentang rumah, perumahan, permukiman, dan


pemukiman

1.2.2

Bagaimana contoh kasus tentang rumah, perumahan, permukiman, dan


pemukiman yang ada disekitar

1.2.3

Perbedaan rumah, perumahan, permukiman, dan pemukiman

1.2.4

Pengertian permukiman yang terencana dan permukiman yang tidak


terencana

1.2.5

Perbedaan permukiman yang terencana dengan permukiman yang tidak


terencana

1.2.6 Faktor yang mempengaruhi Perkembangan Permukiman


1.3 Tujuan
1.3.1

Agar mahasiswa(i) bisa mengetahui secara jelas tentang perbedaan antara


rumah, perumahan, permukiman, pemukiman

1.3.2

Agar mahasiswa(i) bisa mengetahui contoh kasus tentang Rumah,


Perumahan, Permukiman, dan Pemukiman

1.3.3

Agar mahasiswa(i) bisa mengetahui secara jelas tentang perbedaan antara


permukiman yang terencana dan permukiman yang tidak terencana

1.3.4

Agar mahasiswa(i) bisa mengetahui dimana saja letak permukiman yang


terencana dan tidak terencana yang ada disekitar mereka

1.3.5

Agar mahasiswa(i) bisa mengetahui faktor faktor apa saja yang


menyebabkan permukiman itu berkembang

BAB II

ISI
2.1 Pengertian Rumah, Perumahan, Permukiman, dan Pemukiman
Rumah
Menurut UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, rumah
adalah struktur fisik bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian
dan sarana pembinaan keluarga.
Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya yang
dipakai sebagai tempa t tinggal dan sarana pembinaan keluarga (UU RI No. 4 Tahun
1992). Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat
berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta
keadaan sosialnya baik untuk kesehatan kelu arga dan individu (Komisi WHO
Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001).
Rumah menjadi tempat berlindung dari cuaca dan kondisi lingkungan sekitar,
menyatukan sebuah keluarga, meningkatkan tumbuh kembang kehidupan setiap
manusia, dan menjadi bagian dari gaya hidup manusia.
Rumah harus dapat mewadahi kegiatan penghuninya dan cukup luas bagi seluruh
pemakainya, sehingga kebutuhan ruang dan aktivitas setiap penghuninya dapat
berjalan baik. Lingkungan rumah juga sebaiknya terhindar dari faktor-faktor yang
dapat merugikan kesehatan (Hindarto, 2007).
Perumahan
Menurut UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman,
perumahan berada dan merupakan bagian dari permukiman, perumahan adalah
kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan
hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan (pasal 1 ayat 2).
Pembangunan perumahan diyakini juga mampu mendorong lebih dari seratus
macam kegiatan industri yang berkaitan dengan bidang perumahan dan
permukiman
Permukiman
Menurut Undang-Undang No
bagian dari lingkungan hidup diluar
perkotaan maupun pedesaan yang
atau lingkungan hunian dan tempat
penghidupan.

4 Tahun 1992 Pasal 3, Permukiman adalah


kawasan lindung, baik yang berupa kawasan
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal
kegiatan yang mendukung perikehidupan dan

3
Satuan lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan dalam berbagai bentuk
dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan sarana lingkungan
yang terstruktur (pasal 1 ayat 3). Pasal 4 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992

menyebutkan bahwa penataan perumahan dan permukiman berlandaskan asas


manfaat, adil dan merata, kebersamaan dan kekeluargaan, kepercayaan pada diri
sendiri, keterjangkauan, dan kelestarian lingkungan hidup.
Jadi, pemukiman adalah suatu wilayah atau area yang ditempati oleh seseorang
atau kelompok manusia. Pemukiman memiliki kaitan yang cukup erat dengan
kondisi alam dan sosial kemasyarakatan sekitar.
Pemukiman
Menurut WHO :
Suatu struktur fisik dimana orang menggunakannya untuk tempat
berlindung, dimana lingk dari struktur tersebut termaksud juga semua fasilitas dan
pelayanan yg diperluhkan, perlengkapan yg berguna untuk kesehatan jasmani dan
rohani serta keadaan sosialnya yang baik untuk kelompok dan individu
Menurut winslow dan aph
Suatu tempat untuk tinggal secara permanen, berfungsi sebagai tempat untuk
bermukim, beristirahat, berekreasi dan tempat berlindung dari pengaruh lingkungan
yang memenuhi persyaratan psikologis, physiologis, bebas dari penularan penyakit
dan kecelakaan
2.2 Contoh Kasus Rumah, Perumahan, Permukiman, dan Pemukiman yang
ada disekitar
Rumah
Contoh kasus Rumah yang ada disekitar kota palu yaitu Rumah sepatu yang terletak
di jalan mutiara disamping puskesmas birobuli karena rumah ini dibuat tidak untuk
berkelompok.

4
Perumahan
Contoh kasus Perumahan yang ada disekitar kota palu yaitu Perumahan Dosen yang
terletak bersebelahan dengan Universitas Tadulako.

Permukiman
Contoh kasus Permukiman yang ada disekitar kota palu yaitu Permukiman yang
terletak disekitaran kapopo.

5
Pemukiman
Contoh kasus pemukiman yang ada disekitar kota palu yaitu pemukiman yang ada
di palu selatan.

2.3 Perbedaan Rumah, Perumahan, Permukiman, dan Pemukiman


Perbedaan Rumah, Perumahan, Permukiman, dan Pemukiman adalah :
Kalau Rumah sebagai tempat tinggal yang bersifat sementara dan bangunannya per
unit, kalau Perumahan dia juga sebagai tempat tinggal yang bersifat permanen yang
dilengkapi sarana dan prasarana dan bangunannya per kelompok, sedangkan
Permukiman itu bagian lingkungan hidup di luar kawasan lindung maksud kawasan
yang dilindungi oleh undang-undang pemerintah, sedangkan pemukiman lingkungan
hidup yang lebih kompleks yang dimana terdapat sarana dan prasarana yang
menciptakan kenyamanan, keselamatan, pendidikan, dll.
2.4 Pengertian Permukiman yang terencana dan Permukiman yang tidak
terencana
Pada permukiman yang terencana, biasanya telah diterapkan aturan tatanan ruang
baku secara teoritis dalam perencanaannya. Permukiman terencana merupakan suatu
area hunian yang dirancang oleh seseorang tokoh. Permukiman ini biasanya berbentuk
grid, lingkaran atau poligon dengan sirkulasi jalan berbentuk radial dan berasal dari
pusat permukiman. Permukiman tidak terencana berkembang sesuai dengan
berjalannya waktu. Permukiman ini biasanya memiliki beberapa keunikan antara lain
bentuknya yang tidak beraturan, sirkulasi jalan yang berliku, dan munculnya loronglorong di sekitar bangunan (Kostof, 1991:43)

6
Permukiman tidak terncana berkembang sesuai dengan aktifitas manusia didalamnya
yang pada dasarnya dilakukan sesuai keinginannya sendiri (Kostof, 1991:48). Terbentuknya
permukiman tidak terencana dapat dijelaskan melalui proses dimana awalnya individu
mendatangi suatu kawasan tertentu dan kemudian bermukim di kawasan tersebut yang
disebutkan oleh F. Castagnoli dalam bukunya yang berjudul Orthogonal Town Planning in

Antiquity, 1971 (Kostof, 1991: 43). Kemudian individu tersebut akan menghasilkan keturunan
sehingga pada permukiman tidak terencana mayoritas penduduknya memiliki hubungan saudara.
Permukiman yang terbentuk tidak terencana tidak selalu sudah jelas, karena adanya unsur
campuran antara sifat yang statis dan dinamis (Krier, 1997).
2.5
Contoh kasus Permukiman yang terencana dan Permukiman yang
tidak terencana
Permukiman yang terencana salah satu contohnya di bagian Palu Selatan ( jln
soharto. Karena ). Karena permukiman diwilayah ini selain ada perumahan yang
berfungsi sebagai tempat tinggal kelompok terdapat juga sarana prasarana
memenuhi seperti adanya sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana olahraga,
sarana hiburan dll.

Sarana Hiburan (Tempat bilyard)


Hunian / Tempat Tinggal
Sarana Kesehatan (Rumah Sakit)
Sarana Pendidikan (SD dan SMA)
Sarana Olahraga (Lap. Futsal)
Permukiman yang tidak terencana salah satu contohnya di Tatura di jln emi saelan,
masih banyak terdapat rumah masyarakat yang berada dibawah jembatan tepatnya
di pinggiran sungai yang sangat tidak teratur. Karena lokasi permukiman tidak
strategis sehingga tidak dapat memberikan dampak yang positif terhadap

masyarakatnya.sehingga kita masih sering jumpai orang yang tidak ada pekerjaan
disana. Selain itu salah satu contoh lain di kawatuna dulu disana terdapat sebuah
caf dan sekarang caf itu telah tutup. Sarana sebenarnya ada karena jumlah
penduduk yang masih sedikit serta lokasi yang jauh dari keramaian membuat
membuat masyarakatnya mengalami kerugian.
2.6

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Permukiman

Keberadaan suatu permukiman dapat mempengaruhi berkembangnya suatu


wilayah, dan sebaliknya kegiatan pembangunan dalam suatu wilayah dapat
mempengaruhi berkembangnya permukiman. Permukiman berkaitan secara langsung
dengan kehidupan dan harkat hidup manusia, faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan permukiman cukup banyak, antara lain faktor geografis, faktor
kependudukan, faktor kelembagaan, faktor swadaya dan peran serta masyarakat,
faktor keterjangkauan daya beli, faktor pertanahan, faktor ekonomi dan moneter.
Faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap pembangunan perumahan adalah
disebabkan oleh perubahan nilai-nilai budaya masyarakat.
Sedangkan menurut Siswono, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan permukiman yang dapat dilihat dari 9 aspek, antara lain: letak
geografis, kependudukan, sarana dan prasarana, ekonomi dan keterjangkauan daya
beli, sosial budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, kelembagaan, dan peran serta
masyarakat
Faktor geografi
Letak geografis suatu permukiman sangat menentukan keberhasilan pembangunan
suatu kawasan. Permukiman yang letaknya terpencil dan sulit dijangkau akan sangat
lambat untuk berkembang. Topografi suatu kawasan juga berpengaruh, jika topografi
kawasan tersebut tidak datar maka akan sulit bagi daerah tersebut untuk berkembang.
Lingkungan alam dapat mempengaruhi kondisi permukiman, sehingga menambah
kenyamanan penghuni permukiman.
Faktor Kependudukan
Perkembangan penduduk yang tinggi, merupakan permasalahan yang memberikan
pengaruh yang sangat besar terhadap pembangunan permukiman. Jumlah penduduk
yang besar merupakan sumber daya dan potensi bagi pembangunan, apabila dapat
diarahkan menjadi manusia pembangunan yang efektif dan efisien. Tetapi sebaliknya,
jumlah penduduk yang besar itu akan merupakan beban dan dapat menimbulkan
permasalahan bila tidak diarahkan dengan baik. Disamping itu, penyebaran penduduk
secara demografis yang tidak merata, merupakan permasalahan lain berpengaruh
terhadap pembangunan perumahan.

Faktor Kelembagaan
Faktor lain yang berpengaruh terhadap pembangunan perumahan adalah perangkat
kelembagaan yang berfungsi sebagai pemegang kebijaksanaan, pembinaan, dan
pelaksanaan baik sektor pemerintah maupun sektor swasta, baik di pusat maupun di
daerah. Secara keseluruhan perangkat kelembagaan tersebut belum merupakan suatu
sistem terpadu. Menurut UU No. 5 Tahun 1979, Pemda memegang peranan dan

mempunyai posisi strategis dalam pelaksanaan pembangunan perumahan. Namun


unsur-unsur perumahan di Tingkat Daerah yang melaksanakan program khusus untuk
koordinasi, baik dalam koordinasi vertikal maupun horisontal dalam pembangunan
perumahan, masih perlu dimantapkan dalam mempersiapkan aparaturnya.
Termasuk didalamnya adalah kebijaksanaan yang mengatur kawasan permukiman,
keberadaan lembaga-lembaga desa, misalnya LKMD, Karang Taruna, Kelompok wanita
dan sebagainya.
Faktor Swadaya dan Peran Serta Masyarakat
Dalam rangka membantu golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah,
menengah, tidak tetap, perlu dikembangkan pembangunan perumahan secara
swadaya masyarakat yang dilakukan oleh berbagai organisasi non-pemerintah. Dalam
hal ini dapat dinyatakan bahwa masyarakat yang berpenghasilan tidak tetap serta
amat rendah dan tidak berkemampuan tersebut mampu membangun rumahnya sendiri
dengan proses bertahap, yakni mula-mula dengan bahan bangunan bekas atau
sederhana, kemudian lambat laun diperbaiki dengan bangunan permanen bahkan ada
pula beberapa rumah yang sudah bertingkat. Faktor swadaya dan peran serta
masyarakat atau aspek sosial tersebut juga meliputi kehidupan sosial masyarakat,
kehidupan bertetangga, gotong royong dan pekerjaan bersama lainnya.
Sosial dan Budaya
Faktor sosial budaya merupakan faktor internal yang mempengaruhi perkembangan
permukiman. Sikap dan pandangan seseorang terhadap rumahnya, adat istiadat suatu
daerah, kehidupan bertetangga, dan proses modernisasi merupakan faktor-faktor sosial
budaya. Rumah tidak hanya sebagai tempat berteduh dan berlindung terhadap bahaya
dari luar, tetapi berkembang menjadi sarana yang dapat menunjukkan citra dan jati diri
penghuninya.
Ekonomi dan Keterjangkauan Daya Beli
Aspek ekonomi meliputi yang berkaitan dengan mata pencaharian. Tingkat
perekonomian suatu daerah yang tinggi dapat meningkatkan perkembangan
permukiman. Tingkat perekonomian suatu daerah akan mempengaruhi tingkat
pendapatan seseorang. Makin tinggi pendapatan sesorang, maka makin tinggi pula
kemampuan orang tersebut dalam memiliki rumah. Hal ini akan meningkatkan
perkembangan permukiman di suatu daerah. Keterjangkauan daya beli masyarakat
terhadap suatu rumah akan mempengaruhi perkembangan permukiman. Semakin
murah harga suatu rumah di daerah tertentu, semakin banyak pula orang yang
membeli rumah, maka semakin berkembanglah permukiman yang ada.
Sarana dan Prasarana
Kelengkapan sarana dan prasarana dari suatu perumahan dan permukiman dapat
mempengaruhi perkembangan permukiman di suatu wilayah. Dengan adanya sarana
dan prasarana yang memadai dapat memudahkan penduduknya untuk beraktivitas
sehari-hari. Semakin lengkap sarana dan prasarana yang tersedia maka semakin
banyak pula orang yang berkeinginan bertempat tinggal di daerah tersebut.
Pertanahan

Kenaikan harga lahan sebagai akibat penyediaan


permukiman, menyebabkan timbulnya slum dan squatter.

kelangkaan

lahan

untuk

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Perkembangan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
dapat
meningkatkan
perkembangan perumahan dan permukiman. Dengan diciptakannya teknologiteknologi baru dalam bidang jasa konstruksi dan bahan bangunan maka membuat
pembangunan suatu rumah akan semakin cepat dan dapat menghemat waktu.
Sehingga semakin banyak pula orang-orang yang ingin membangun rumahnya. Hal ini
akan meningkatkan perkembangan permukiman.
Amos Rapoport (1983) juga menyatakan bahwa permukiman dapat dilihat sebagai
suatu bentang lahan budaya (cultural landscape feature) terutama permukiman
tradisional yang wujud fisiknya sangat besar kaitannya dengan budaya, dimana ciricirinya adalah:
Di dalamnya terdapat hubungan/kaitan antara berbagai elemen dan juga sifat dan
elemen-elemen tersebut, termasuk antara lingkungan binaan dengan lingkungan
alami.
Mempunyai ciri dan karakteristik yang khas, umumnya mengandung budaya yang
spesifik.
Tidak dirancang oleh seorang perancang. Perancangan merupakan suatu konsep
yang lebih luas yang merupakan perwujudan dan keputusan-keputusan dan pilihanpilihan manusia, sebuah pilihan diantara berbagai alternatif yang memungkinkan.
Terdapat sifat-sifat spesifik dan pilihan-pilihan tersebut yaitu didasarkan atas hukum
yang berlaku, merefleksikan budaya pada kelompoknya.
Merupakan sistem pilihan dan gaya hidup, meliputi pilihan-pilihan bagaimana
menentukan material, waktu dan sumber-sumber simbolik.
Bentang budaya misalnya permukiman adalah merupakan sebuah produk dan
sistem pilihan tersebut.
Konservasi-preservasi dan bentang budaya yang merupakan suatu tingkatan dan
kualitas lingkungan. Konservasi dan prisip-prinsip dalam bentang budaya tradisional
dapat diterapkan dalam rancangan yang baru.
Kualitas lingkungan, yang menyangkut persepsi (terkait dengan psikologikal, sosio
kultur) dan standar (terkait dengan studi fisik dan lingkungan).

10

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1

Kesimpulan

Permukiman terencana it maksudnya suatu kawasan yang di tata melalui


tahapan-tahapan dari beberapa pihak yang di tujukan untuk kelangsungan dan
kemajuan masyarakat yang ada di dalamnya salah satu contohnya seperti
menentuan lokasi menguntungkan bagi masyarakat untuk berbisnis, memfasilitasi
kegiatan yang mendukung kesejahteraan bersama, dan menciptakan keamanan.
Sedangkan permukiman yang tidak terencana it maksudnya kawasan yang
tidak tertata/ terkonsep yang langsung itujukan kepada masyarakat hanya semata
mata untuk tempat tinggal. Sehingga kemajuan masyarakat yang ada di dalamnya
tergolong kecil dan banyaknya pengangguran akibat lokasi kawasan yang tidak
mendukung.
3.2

Saran

Harusnya pemerintah menyediakan permukiman yang lokasinya strategis agar


bisa mengurangi angka pengangguran.

11

DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/46454/3/Chapter%20II.pdf

Dwi Kustianingrum - Jurnal Rekayasa Institut Teknologi Nasional Oktober Tatanan Spasial Permukiman Tak Terencana Kampung Babakan Ciamis Kota
Bandung
UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman
Nareragan.blogspot.com
79-158-1-PB pdf
673-1401-1-PB

Anda mungkin juga menyukai