Anda di halaman 1dari 6

PEMERINTAH KABUPATEN

PONOROGO

DINAS KESEHATAN

PUSKESMAS
BADEGAN

Jl. Ponorogo Solo Nomor 123 Telp. 0352


751198

No Dok : 15/PM-I1/2014

Tanggal : 24 Maret
2014

No Revisi :0

BADEGAN

BATUK REJAN
( PERTUSIS )
I.

Page 1 of 6

PENGERTIAN
Pertusis adalah penyakit infeksi saluran pernafasan akut yang sangat
menular ditandai dengan suatu sindrom yang berupa batuk yang
bersifat spasmodik dan paroksismal disertai nada yang meninggi
karena penderita berupaya keras untuk menarik nafas sehingga pada
akhir batuk sering disertai bunyi yang khas (whoop).

II.

TUJUAN
Dapat melakukan diagnosis
pasien dengan pertusis

III.

kerja dan penatalaksanaannya pada

DASAR HUKUM / REFERENSI


Paduan Praktek Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer Edisi I Tanggal 1 Bulan Januari Tahun 2013

IV.

RUANG LINGKUP
Standar ini melingkupi pemeriksaan fisik dan sederhana serta
penatalaksanaannya pada pasien dengan pertusis

V.

KUALIFIKASI PETUGAS
Dokter

VI.

ALAT DAN BAHAN


1. Tabung dan selang/sungkup oksigen
2. Cairan elektrolit parenteral
3. Obat-obatan: Eritromisin, Kodein dan Salbutamol

VII.

LANGKAH KERJA
Hasil Anamnesis(Subjective)
Keluhan
Pasien datang karena:
1. Sesak napas yang episodik.
2. Batuk-batuk berdahak yang sering memburuk pada malamdan
pagi hari menjelang subuh. Batuk biasanya terjadi kronik.
3. Mengi.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang sederhana(Objective)

PEMERINTAH KABUPATEN
PONOROGO

DINAS KESEHATAN

PUSKESMAS
BADEGAN

Jl. Ponorogo Solo Nomor 123 Telp. 0352


751198

No Dok : 15/PM-I1/2014

Tanggal : 24 Maret
2014

No Revisi :0

BADEGAN

BATUK REJAN
( PERTUSIS )

Page 2 of 6

Pemeriksaan Fisik Tanda Patognomonis


1. Sesak napas.
2. Mengi pada auskultasi.

3. Pada serangan berat digunakan otot bantu napas (retraksi


supraklavikula, interkostal, dan epigastrium).
Pemeriksaan Penunjang
1. Arus Puncak Ekspirasi(APE) menggunakan Peak Flowmeter
2. Pemeriksaan darah (eosinofil dalam darah)
Penegakan Diagnostik (Assessment)
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang, yaitu terdapat kenaikan 15 % rasio APE
sebelum dan sesudah pemberian inhalasi salbutamol.
Derajat Asma
I. Intermiten

II.

Persisten
Ringan

Gejala
Bulanan
*Gejala < 1x/Minggu
*Tanpa gejala diluar
serangan
*Serangan singkat

IV. Persisten
Berat

*
<
2
sebulan

kali

*
>
2
sebulan

kali

Mingguan
*Gejala > 1x/Minggu
Tetapi <1x/hari
*Serangan
dapat
mengganggu
aktiviti
dan tidur

III. Persisten
Sedang

Gejala Malam

Harian
*Gejala setiap hari
*Serangan
dapat
mengganggu aktiviti &
tidur
*Membutuhkan
bronkodilator
setiap
hari
Kontinyu

Faal Paru
APE 80%
*VLP1 80% nilai
prediksi
APL 80% nilai
terbaik
*Variabiliti APL <
20%
APE > 80%
*VLP1 80% nilai
prediksi
APL 80% nilai
terbaik
* Variabiliti 20-30%
APE 60-80%

*> 1x / seminggu

*VLP1 60-80% nilai


prediksi
APL 60-80% nilai
terbaik
*Variabiliti APL >
30%
APE 60%

PEMERINTAH KABUPATEN
PONOROGO

DINAS KESEHATAN

PUSKESMAS
BADEGAN

Jl. Ponorogo Solo Nomor 123 Telp. 0352


751198

No Dok : 15/PM-I1/2014

Tanggal : 24 Maret
2014

No Revisi :0

BADEGAN

BATUK REJAN
( PERTUSIS )
*Gejala Terus menerus
*Sering kambuh
*Aktiviti fisik terbatas

* Sering

Page 3 of 6
*VLP1 60% nilai
prediksi
APL 60% nilai
terbaik
*Variabiliti APL >
30%

Catatan: bilaspirometritersediadigunakan penilaianVEP1 Diagnosis


Banding
1. Obstruksi jalan napas.
2. Bronkitis kronik.
3. Bronkiektasis.
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
1. Pasien disarankan untuk mengidentifikasi serta mengendalikan
faktor pencetusnya.
2. Perlu dilakukan perencanaan dan pemberianpengobatanjangka
panjang serta menetapkanpengobatanpadaseranganakut sesuai
tabel di bawah ini.
Table 38. Penatalaksanaan asma berdasarkan beratnya keluhan
Semua tahapan : ditambahkan agonis beta-2 kerja singkat untuk pelega
bila dibutuhkan, tidak melebihi 3-4 kali sehari
Berat Asma
Medikasi
Alternatif / Pilihan Alternatif lain
pengontrol
lain
harian
Asma Intermiten
Tidak perlu
-----Asma
Persisten Glukokortikosteroid
---Ringan
inhalasi
(200-400 Teofilin
lepas
g BB/hari atau
lambat
ekuivalennya)
Kromolin
Leukotrienemodi
fiers
Asma
Persisten Kombinasi inhalasi
Sedang
glukokortikosteroid
Glukokortikoster
Ditambah
(400-800
g
oid inhalasi (400agonis beta-2
BB/hari
atau
800 g BB atau
kerja lama oral,
ekuivalennya) dan
ekuivalennya)
atau
agonis beta-2 kerja
ditambah Teofilin Ditambah
lama
lepas
lambat,
teofilin
lepas
atau
lambat
Glukokortikoster
oid inhalasi (400800 g BB/hari

PEMERINTAH KABUPATEN
PONOROGO

DINAS KESEHATAN

PUSKESMAS
BADEGAN

Jl. Ponorogo Solo Nomor 123 Telp. 0352


751198

No Dok : 15/PM-I1/2014

Tanggal : 24 Maret
2014

No Revisi :0

BADEGAN

BATUK REJAN
( PERTUSIS )

Asma
Berat

Persisten

Kombinasi inhalasi
glukokortikosteroid
(> 800 g BB atau
ekuivalennya) dan
agonis beta-2 kerja
lama. Diambah 1
di bawah ini :
teofilin
lepas
lambat
leukotriene
modifiers
glukokortikoster
oid oral

Page 4 of 6

atau
ekuivalennya)
ditambah agonis
beta-2
kerja
lama oral, atau
Glukokortikoster
oid inhalasi dosis
tinggi (>800 g
BB
atau
ekuivalennya)
atau
Glukokortikoster
oid inhalasi (400800 g BB atau
ekuivalennya)
ditambahleukotri
ene modifiers
Prednisolon/
metilprednisolon
oral selang sehari
10 mg ditambah
agonis beta-2 kerja
lama oral, ditambah
teofilin lepas lambat

Semua tahapan : Bila tercapai asma terkontrol, pertahankan terapi paling


tidak 3 bulan, kemudian turunkan bertahap sampai mencapai terapi
seminimal mungkin dengan kondisi asma tetap terkontrol

Penatalaksanaan asma berdasarkan beratnya keluhan


Pemeriksaan Penunjang Lanjutan (bila diperlukan)
1. Fototoraks
2. Uji sensitifitas kulit
3. Spirometri
4. Uji Provokasi Bronkus
Komplikasi
1. Pneumotoraks.
2. Pneumomediastinum.

PEMERINTAH KABUPATEN
PONOROGO

DINAS KESEHATAN

PUSKESMAS
BADEGAN

Jl. Ponorogo Solo Nomor 123 Telp. 0352


751198

No Dok : 15/PM-I1/2014

Tanggal : 24 Maret
2014

No Revisi :0

BADEGAN

BATUK REJAN
( PERTUSIS )

Page 5 of 6

3. Gagal napas.
4. Asma resisten terhadap steroid.
Konseling & Edukasi
1. Memberikan informasi kepada individu dan keluarga mengenai
seluk beluk penyakit, sifat penyakit, perubahan penyakit (apakah
membaik atau memburuk), jenis dan mekanisme kerja obat obatan dan mengetahui kapan harus meminta pertolongan dokter.
2. Kontrol secara teratur antara lain untuk menilai dan monitor berat
asma secara berkala (asthma control test/ ACT)
3. Polahidupsehat.
4. Menjelaskan pentingnya melakukan pencegahan dengan:
1) Menghindari setiap pencetus.
2) Menggunakan
bronkodilator/steroid
inhalasi
sebelum
melakukan exercise untuk mencegah exercise induced asthma.
Kriteria Rujukan
1. Bila sering terjadi eksaserbasi.
2. Pada serangan asma akut sedangdanberat.
3. Asma dengan komplikasi.
Catatan Persiapan dalam melakukan rujukan bagi pasien asma, yaitu:
1. Terdapat oksigen.
2. Pemberian steroid sistemik injeksi atau inhalasi disamping
pemberian bronkodilator kerja cepat inhalasi.
3. Pasien harus didampingi oleh dokter/tenaga kesehatan terlatih
selama perjalanan menuju ke pelayanan sekunder.
Prognosis
Prognosis pada umumnya bonam

VIII.

DOKUMEN TERKAIT
1. Register Pasien
2. Rekam Medik
3. Inform Consent
Disahkan Oleh

Dibuat Oleh

PEMERINTAH KABUPATEN
PONOROGO

DINAS KESEHATAN

PUSKESMAS
BADEGAN

Jl. Ponorogo Solo Nomor 123 Telp. 0352


751198

No Dok : 15/PM-I1/2014

Tanggal : 24 Maret
2014

No Revisi :0

BADEGAN

BATUK REJAN
( PERTUSIS )

Page 6 of 6

Anda mungkin juga menyukai