PRIVATISASI
Guna Memenuhi Tugas Analisis Kebijakan Publik
Disusun oleh
Nama : Eka Rochaningrum
NIM
: 7111413072
Prodi
EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Telekomunikasi
penyelenggara
bisnis
Indonesia,
T.I.M.E
Tbk.
(TELKOM)
(Telecommunication,
adalah
Information,
perusahaan
Media
and
Edutainmet) terbesar di Indonesia. Dengan portofolio yang terdiri dari sembilan anak
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka masalah yang
akan dibahas di dalam makalah ini adalah :
1.3
1.
2.
3.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1.4
1.
2.
3.
Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan ini diharapkan akan memberikan informasi dan manfaat
berupa :
1.
Manfaat Teoritis
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam hal proses
pembuatan kebijakan. Pemerintah dapat mempertimbangkan menentukan waktu
dan kondisi paling cocok dalam melakukan privatisasi terhadap BUMN terutama
BUMN Telekomunikasi, serta apakah privatisasi masih merupakan alternatif
terbaik dalam meningkatkan kinerja BUMN dan mampu meningkatkan
pembangunan ekonomi nasional secara keseluruhan.
Hasil penulisan ini juga diharapkan dapat menjadi acuan untuk evaluasi pada
kesuksesan program privatisasi yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia.
2.
Manfaat Praktik
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat membantu praktisi dalam membuat
keputusan investasi pada perusahaan BUMN yang telah diprivatisasi.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian Kinerja
Pada dasarnya pengukuran kinerja merupakan alat pengendalian bagi
perusahaan. Pengukuran kinerja digunakan untuk melakukan perbaikan dan
pengendalian atas kegiatan operasionalnya agar dapaty bersaing dengan
perusahaan lain. Selain itu, melalui pengukuran kinerja perusahaan juga dapat
memilih strategi yang akan dilaksanakan dalam mencapai tujuan perusahaan.
Pengertian kinerja dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah:
a.
b.
c.
Dalam dunia bisnis Badan Usaha Milik Negara (BUMN) disebut Public
enterprise, sedangkan perusahaan yang dilakukan oleh swasta disebut private
enterprise.
Public enterprise mengandung tiga makna yaitu: public ownership,
public control, dan public purpose. Dari ketiga makna tersebut, public purpose
menjadi inti dari konsep Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Public purpose
dijabarkan sebagai keinginan pemerintah untuk mencapai cita-cita pembangunan
(fungsi sosial politik dan fungsi ekonomis) bagi kesejahteraan bangsa dan negara.
Sedangkan public ownership dan public control dinyatakan mengingat Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan usaha milik rakyat yang dijalankan
oleh pemerintah. Wajar apabila rakyat memiliki hak kontrol/pengawasan terhadap
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjadi alasan utama pengawasan rakyat
atas pengelolaannya.
Pada tahun 1989 keluar sebuah deregulasi kebijakan yang dikenal
dengan Paket Kebijakan Juni 1989 yang berisi penataan kembali perusahaan
milik negara dengan menetapkan empat kategori sangat sehat, sehat, kurang sehat
dan tidak sehat. Dengan kategori ini perusahan milik negara yang sangat sehat
dan sehat kurang dari separoh jumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
ada.
Akibatnya tuntutan reorganisasi, swastanisasi dan transparansi keuangan
publik, mengalir deras dari masyarakat.
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dianggap kurang sehat dan
tidak sehat akan dilakukan privatisasi. Pivatisasi perusahaan diartikan sebagai
tindakan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan, melalui
perubahan
status hukum,
saham.
Privatisasi
privatisasi
yang
diambil
oleh
pemerintah
mempunyai
Kay dan D.J. Thomson sebagai means of changing relationship between the
government and private sector. Mereka mendefinisikan privatisasi sebagai cara
untuk mengubah hubungan antara pemerintah dan sektor swasta. Sedangkan
pengertian privatisasi dalam arti yang lebih sempit dikemukakan oleh C. Pas, B.
Lowes, dan L. Davies yang mengertikan privatisasi sebagai denasionalisasi suatu
industri, mengubahnya dari kepemilikan pemerintah menjadi kepemilikan swasta.
Istilah privatisasi sering diartikan sebagai pemindahan kepemilikan industri
dari pemerintah ke sektor swasta yang berimplikasi kepada dominasi kepemilikan
saham akan berpindah ke pemegang saham swasta. Privatisasi adalah suatu
terminologi yang mencakup perubahan hubungan antara pemerintah dengan
sektor swasta, dimana perubahan yang paling signifikan adalah adanya
disnasionalisasi penjualan kepemilikan publik.
Dari berbagai definisi di atas, dapat diperoleh pengertian bahwa privatisasi
adalah pengalihan aset yang sebelumnya dikuasai oleh negara menjadi milik
swasta. Pengertian ini sesuai dengan yang termaktub dalam Undang-undang
Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN, yaitu penjualan saham persero, baik
sebagian maupun seluruhnya, kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan
kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat,
serta memperluas pemilikan saham oleh masyarakat.
2.1.4 Tujuan Privatisasi
Pada dasarnya kebijakan privatisasi ditujukan untuk berbagai aspek
harapan, dilihat dari aspek keuangan, pembenahan internal manajemen (jasa dan
7
organisasi), ekonomi dan politik. Dari segi keuangan, privatisasi ditujukan untuk
meningkatkan penghasilan pemerintah terutama berkaitan dengan tingkat
perpajakan dan pengeluaran publik; mendorong keuangan swasta untuk
ditempatkan dalam investasi publik dalam skema infrastruktur utama; menghapus
jasa-jasa dari kontrol keuangan sektor publik.
Tujuan privatisasi dari sisi pembenahan internal manajemen (jasa dan
organisasi) yaitu:
1.
2.
3.
4.
1.
2.
Mengurangi ukuran sektor publik dan membuka pasar baru untuk modal
swasta.
Tujuan dari segi politik yaitu :
1.
2.
3.
4.
perusahaan
diartikan
sebagai
setiap
tindakan
untuk
liasion devices;
4. Design of decision making system, dengan parameter vertical and horizontal
decntralization.
9
10
pemecahan
badan
usaha,
penjualan
saham
secara
langsung,
privatisasi
Badan
Usaha
Milik
Negara
(BUMN)
adalah
11
menjadi perusahaan yang efisien dan mempunyai nilai tambah sehingga akan
berpengaruh terhadap kesejahteraan karyawan dan masyarakat.
BAB III
METODE PENULISAN
3.1
Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan merupakan metode deskriptif, yang berarti
dalam melakukan penulisan mengenai privatisasi harus dilihat permasalahan atau gap
antara kenyataan dan kebijakan tertulisnya.
Penulis juga menggunakan pendekatan metode kualitatif yaitu penelitian atau
penulisan yang menggunakan data kulaitatif dimana data tersebut berbentuk data,
kalimat, skema, dan gambar.
3.2
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
(Perum). Dalam Peraturan Pemerintah No.36 tahun 1974 dinyatakan bahwa Perum
Telekomunikasi sebagai penyelenggara jasa Telekomunikasi untuk umum baik
Telekomunikasi dalam negeri maupun luar negeri.
Perusahaan Umum (PERUM) Telekomunikasi merupakan penyelenggara jasa
telekomunikasi untuk umum, baik hubungan telekomunikasi dalam negeri maupun luar
negeri. Tentang hubungan telekomunikasi luar negeri saat itu juga diselenggarakan oleh
PT. Indonesia Satelite Corporation (INDOSAT), yang masih berstatus perusahaan asing
yakni dari American Cable and Radio Corp yaitu suatu perusahaan yang didirikan
berdasarkan peraturan negara bagian Delaware, USA. Seluruh saham PT Indosat
dengan modal asing ini pada tahun 1980 dibeli oleh Indonesia dari American Cable and
radio Corp. Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1274
berdasarkan PP No. 53 tahun 1980, Perumtel ditetapkan sebagai badan usaha yang
berwenang menyelenggarakan telekomunikasi untuk umum dalam negeri dan Indosat
ditetapkan sebagai badan usaha penyelenggara telekomunikasi urnurn untuk
internasional. Memasuki Repelita V, pemerintah merasakan perlu percepatan
pembangunan telekomunikasi sebagai infrastruktur yang diharapkan dapat memacu
pembangunan sektor lainnya. Berdasarkan PP No. 15 tahUH 1991, maka Perum
dialihkan menjadi Perusahaan Perseroan (persero). Mengantisipasi era globalisasi,
seperti diterapkannya perdagangari bebas baik internasional maupun regional, maka PT
Telkom pada tahun 1995 melaksanakan 3 program besar.
Program-program tersebut adalah restrukturisasi internal, penerapan KSO dan
persiapan Go Public Internasional (International Public Offering).
Kronologi sejarah PT Telkom dijelaskan sebagai berikut :
1.
1882 sebuah badan usaha swasta penyedia layanan pos dan telegrap dibentuk
pada masa pemerintahan kolonial Belanda.
2.
3.
4.
14
5.
1965 PN Postel dipecah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos
dan Giro), dan Perusahaan Negara Telekomunikasi (PN Telekomunikasi).
6.
1974
PN
Telekomunikasi
disesuaikan
menjadi
Perusahaan
Umum
8.
9.
10. 1995
Penawaran
Umum
perdana
saham
TELKOM
(Initial
Public
Surabaya
(BES),
New
York
Stock
Exchange
(NYSE)
dan
(Public
Offering
Without
Listing)
di
Tokyo
Stock
Exchange.
11. 1996 Kerja sama Operasi (KSO) mulai diimplementasikan pada 1 Januari
1996 di wilayah Divisi Regional I Sumatra dengan mitra PT Pramindo Ikat
Nusantara (Pramindo); Divisi Regional III Jawa Barat dan Banten-dengan
mitra PT Aria West International (AriaWest); Divisi Regional IV Jawa Tengah
dan DI Yogyakarta - dengan mitra PT Mitra Global Telekomunikasi Indonesia
(MGTI); Divisi Regional VI 5 Kalimantan dengan mitra PT Dayamitra
Telekomunikasi (Dayamitra); dan Divisi Regional VII Kawasan Timur
Indonesia-dengan mitra PT Bukaka Singtel.
12. 1999 Undang-undang nomor 36/ 1999, tentang penghapusan monopoli
penyelenggaraan telekomunikasi.
13. 2001 KOM membeli 35% saham Telkomsel dari PT Indosat sebagai bagian
dari implementasi restrukturisasi industri jasa telekomunikasi di Indonesia,
yang ditandai dengan penghapusan kepemilikan bersama dan kepemilikan
silang antara TELKOM dengan Indosat. Dengan transaksi ini, TELKOM
15
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
16
Berdasarkan organisasi divisional ini, maka kantor pusat diubah menjadi pusat
biaya. Berlakunya kebijaksanaan dekonsentrasi menjadikan jumlah SDM
menjadi lebih sedikit.
4.2
Prestasi keuangan tersebut didukung oleh kinerja operasional Telkom yang juga
solid. Saat ini kami melayani 105,2 juta pelanggan, dari bisnis seluler, telepon tidak
bergerak dan telepon tidak bergerak nirkabel. jumlah tersebut merupakan pencapaian
106% terhadap target perusahaan. Penambahan pelanggan kami dipimpin oleh bisnis
seluler yang bertambah 16,34 juta pelanggan atau pencapaian 162% terhadap target
perusahaan tahun 2009.
Operator Telekomunikasi, Informasi, Media dan Edutaintment (TIME)
Bisnis
TIME
di
perusahaan
ini
memiliki
rentang
telecommunications
business
supports
the
development
of
the
telecommunications business in the Asia Pacific and beyond. As the member of Telkom
Group, TII will be fully supported by all members of Telkom Group in establishing and
dealing with the international business. Serving mainly the corporate market, TII is
committed to bringing the best services of global communications to customers in the
Asia Pacific and beyond. With significant operation in Indonesia and Singapore, the
company provides a comprehensive portfolio of services that include voice and data
and internet services. It has driven competition as the challenger brand and led the way
in technological innovations and breakthroughs.
TII represents Telkom in AAG (Asia America Gateway) Cable Network
Consortium which highly developed international network provides direct connections
from Indonesia to more than 100 countries, as well as second-to-third country
connectivity.
TII has signed an agreement to join a Consortium for Submarine Cable
Construction of South-East Asia Japan Cable System (SJC) in Honolulu USA on last
January 18, 2010. SJC will connect Singapore, Hong Kong, Japan and other Asian
countries. The Submarine Cable to be installed uses the newest Submarine Cable
technology with the capacity to transmit 64 WL (wave length) at each fiber pair and 40
19
Gbps per WL so that the SJC submarine cable will have design capacity 17 Terabyte
per second (Tbps) able to upgrade up to 23 Tbps.
TII business portfolio consists of three (3) major business groups as follows :
1. International Telecommunication Services
2. Investment and Strategic Partnership
3. Project Management and Consultancy
This business activity deals with investments and strategic alliances with
international and information and communication companies in the form of equity
participation, joint management, joint operations and financing. In 2009 TIIs revenue
grew by 51% from the dividends of its 31,500,000 shares (17.01%) in SCICOM (MSC)
Berhad, it invested USD 13.5 Million was invested in a Cable Landing Station for
TELIN Singapore, and increased capital by USD 12.5 Million. Since February 2008 TII
acquired a 9.8% share in SCICOM (MSC) Berhad, based in Malaysia, and in June 18,
2010 increased its holdings to 29.85%.
Project Management and Consultancy
TII provides a number of international Infocom companies with consultancy
services, access to Infocom professionals and Project Management services.
Bisnis Utama : MITRATEL : Tower & Infrastructure Provider
PT. Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) didirikan pada tahun 1995 berawal
dari perusahaan mitra KSO di wilayah Kalimantan dengan nama PT. Dayamitra
Malindo yang sahamnya dimiliki oleh beberapa perusahaan swasta nasional dan swasta
asing. Dalam perjalanannya kepemilikan saham telah mengalami beberapa kali
perubahan dan akhirnya pada tanggal 3 Desember 2004 saham Mitratel 100% dimiliki
PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.
Sejak penghujung tahun 2007 Mitratel mengalami transformasi bisnis dengan
mulai memasuki bisnis penyediaan infrastruktur telekomunikasi yang salah satu
diantaranya berupa penyediaan menara telekomunikasi (tower provider) untuk
memenuhi kebutuhan penempatan BTS bagi para operator telekomunikasi di seluruh
wilayah Indonesia. Saat ini perusahaan telah menyediakan penyewaan tower untuk
beberapa operator telekomunikasi antara lain : Divisi Telkom Flexi, PT. Telkomsel, PT.
XL Axiata,Tbk, PT. Natrindo Telepon Seluler (NTS), PT. Hutchinson CP
Telecomunication, PT Bakrie Telecom,Tbk yang tersebar di wilayah Jabodetabek, Jawa
20
Barat, Banten, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara ,Sumatra Utara, Sumatra Barat,Batam,
Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara,
Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara
Dengan memperhatikan perkembangan teknologi dan dinamika industri
telekomunikasi, Mitratel akan terus mengembangkan layanannya bukan hanya pada
penyediaan menara telekomunikasi macro namun sudah mulai dijajaki penyediaan
menara telekomunikasi microcell serta inbuilding coverage solution multi operator
(indoor antennapico). Kedepannya Mitratel akan masuk pula dalam bisnis penyediaan
BTS dan genset sebagai solusi alternatif bagi site-site yang belum dapat dilayani oleh
sambungan daya PLN setempat.
Dalam upaya mempercepat tercapainya sasaran perusahaan untuk menjadi
pemimpin dan penyedia jasa infra struktur telekomunikasi terbesar maka disamping
melakukan pembelian menara telekomunikasi melalui proses akuisisi.
Bisnis Utama : PRAMINDO : Kerjasama Operasi
PT Pramindo Ikat Nusantara (PRAMINDO) didirikan dengan Akte Notaris
Benny Kristianto, S.H., Nomor : 135 tanggal 17 Oktober 1995, berkedudukan di
Jakarta.
PRAMINDO pada awalnya didirikan dalam rangka untuk menyelenggarakan
Kerja Sama Operasi Telekomunikasi di wilayah Sumatera antara PRAMINDO
dengan PT Telekomunikasi Indonesia (TELKOM) yang dikenal sebagai Kerja Sama
Operasi (KSO) Repelita VI, untuk penyediaan fasilitas telekomunikasi di wilayah
Sumatera (disebut Unit KSO I).
Bisnis Utama : TELKOMSEL :Teknologi GSM
Telkomsel merupakan operator selular terkemuka di Indonesia yang dimiliki PT
Telkom dengan kepemilikan saham sebesar 65 persen dan SingTel sebesar 35 persen.
Hingga Juni 2010, Telkomsel dipercaya melayani 88,3 juta pelanggan,
menjadikan Telkomsel sebagai pemimpin pasar di industri telekomunikasi selular
dengan pangsa pasar sekitar 50 persen.
Sebagai operator selular yang memiliki visi Best and Leading Mobile Lifestyle
and Solutions Provider in the Region, Telkomsel menyediakan ragam pilihan layanan
yang disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan melalui produk pascabayar kartuHALO
maupun prabayar simPATI dan Kartu As.
21
pilar
bisnis
new
wave TELKOM
yang
fokus
pada
industri
Informasi, Media dan Edutaintment (IME). Posisi ini menjadikan METRA menerapkan
strategi bertumbuh dengan cara Capture dan Nurture. Strategi Capture dilakukan untuk
mempersingkat waktu penyediaan portofolio dan strategi Nurture dilakukan dengan
pertimbangan bahwa tidak ada perusahaan sejenis di pasar dan METRA Group
memiliki sumber daya yang dibutuhkan untuk mengembangkan bisnis tersebut.
Portofolio bisnis yang dikelola METRA Group sampai dengan tahun 2009 terdiri
dari: Satellite Data Access Services, e-Payment, Application Services, IT Managed
Service, System Integration, Software Development, e-Commerce, Content, Contact
Center, Directory Services, Pay Televisi dan akan terus bertumbuh seiring dengan aksi
korporasi yang dilakukan METRA.
METRA memiliki 5 (lima) anak perusahaan yaitu: PT Finnet Indonesia, PT
Sigma Cipta Caraka, PT Indonusa Telemedia, PT METRA-NET dan PT Infomedia
Nusantara. Portofolio perusahaan, disamping dikelola oleh anak perusahaan, juga
22
23
24
25
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
VISI
Menjadi perusahaan yang unggul dalam penyelenggaraan Telecommunication,
Information, Media & Edutainment (TIME) di kawasan regional.
MISI
Logo Perusahaan
Tanggal 23 Oktober 2009 yang lalu PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA
merayakan ulang tahunnya yang ke 153 tahun. Sekaligus pada tanggal tersebut
dilaksanakan soft lounching suatu transpormasi dan perubahan landscape bisnis
Telkom. Suatu perubahan landscape bisnis dari bisnis Informasi dan Komunikasi
menjadi Telecommunication, Information, Media and Education (TIME). Hal ini 8
dikukuhkan dengan poisoning Telkom yang baru yaitu life confident dengan
tagline-nya The World In your Hand.
Sebuah Logo akan menjadi suatu Brand Images dimanadari suatu perusahaan.
Sudah banyak perusahaan-perusahaan yang melakukan tranformasi visi dan misi
melalui Logo. Contonhya Pertamina dan Telkom.
Logo juga bersifat persepsi kuat terhadap perusahaan. Adapun Logo dan arti dari
simbol-simbol tersebut yaitu :
27
Sumber : www.telkom.co.id
1) Lingkaran
layanan
sebagai
dalam
simbol
dari
portofolio
kelengkapan
bisnis
baru
produk
Telkom
yaitu
dan
TIME
yang
meraih
ke
luar.
Simbol
ini
mencerminkan
tangan.
Simbol
ini
memaknai
sebuah
kecermatan,
tangan
maknanya
dan
lingkaran.
adalah
Simbol
perubahan
dan
dari
matahari
awal
yang
terbit
baru.
Progressive.
5) Telapak
tangan
yang
mencerminkan
kehidupan
untuk
menggapai
Blue
pada
teks
Telkom
melambangkan
keahlian
dan
suatu
yang
Yellow
pada
telapak
tangan
mencerminkan
sky
mencerminkan
blue
inovasi
pada
teks
dan
Indonesia
peluang
yang
dan
lingkaran
bawah
tak
berhingga
untuk
masa depan.
Perubahan bisnis Telkom menyeluruh dan terintegrasi yang melibatkan empat
aspek dasar perusahaan. Yakni, tranformasi bisnis, infrastruktur, system dan model
operasi, serta transformasi dumber daya manusia, yang penting dalam melakukan
tranformasi bisnis ini yang tetap menjadi patokan adalah pelanggan.
Struktur Organisasi Perusahaan
28
Sumber : www.telkom.co.id
4.3
sebanyak saham yang dimilikinya. Karena modalnya terdiri dari sahamsaham yang
dapat diperjual-belikan, perubahan kepemilikan perusahaan dapat dilakukan tanpa perlu
membubarkan perusahaan. Perseroan terbatas merupakan badan usaha dan besarnya
modal perseroan tercantum dalam anggaran dasar.
Kekayaan perusahaan terpisah dari kekayaan pribadi pemilik perusahaan
sehingga memiliki harta kekayaan sendiri. Setiap orang dapat memiliki lebih dari satu
saham yang menjadi bukti pemilikan perusahaan.
Pemilik saham mempunyai tanggung jawab yang terbatas, yaitu sebanyak saham
yang dimiliki. Apabila utang perusahaan melebihi kekayaan perusahaan, maka
kelebihan utang tersebut tidak menjadi tanggung jawab para pemegang saham. Apabila
perusahaan mendapat keuntungan maka keuntungan tersebut dibagikan sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan. Pemilik saham akan memperoleh bagian keuntungan yang
disebut dividen yang besarnya tergantung pada besar-kecilnya keuntungan yang
diperoleh perseroan terbatas.
Selain berasal dari saham, modal PT dapat pula berasal dari obligasi. Keuntungan
yang diperoleh para pemilik obligasi adalah mereka mendapatkan bunga tetap tanpa
menghiraukan untung atau ruginya perseroan terbatas tersebut.
Komposisi Pemegang Saham :
1 lembar saham Seri A Dwiwarna dan 79.999.999.999 lembar saham Seri B (saham
biasa)
Modal Dasar Perseroan :
Publik
10.320.470.711 52,47
9.348.954.068 47,53
1
30
19.669.424.779
100,0
0
490.574.500
20.159.999.279 100,0
Jenis Saham
Persentase saham
(%)
Seri A
Pemerintah
Seri B
Pemerintah
10.320.470.711
52,47
Seri B
Direksi
23.112
<0,01
Perorangan
Indonesia
109.881.600
0,56
14.316.126
0,07
Koperasi
657.220
Yayasan
9.953.880
0,05
186.820.440
0,95
Karyawan-Lokal
Dana Pensiun
31
Perusahaan
260.074.040
1,32
252.364
310.629.646
1,58
4.320
Danareksa
32.000
Reksadana
446.830.660
2,27
4.871.796
0,02
8.004.606.864
40,70
Total
9.348.930.956
47,53
Bank
Perseroan Terbatas
Badan Usaha Lainnya
Perorangan Asing
4.4
32
keluarnya
undang
undang
mengenai
monopoli
pemerintah
Akibat regulasi yang juga ikut beubah. PT.Telkom merupakan perusahan BUMN
yang bergerak dibidang penyedia jasa telekomuniksai di Indonesia. Sebagai pemain
tunggal di pasar telekomunkiasi Indonesia mau tidak mau harus mengalami perubahan.
Perubahan tersebut berdampak sangat besar kepada PT.Telkom yang awalnya dia
merupakan pihak yang memonopoli pasar telekomunikasi di Indonesia. Perubahan dan
perkembangan yang sangat signifikan bagi PT.Telkom.TBK.
Karena adanya perubahan yang sangat besar tentu saja PT. Telkom merespon
perubahan yang terjadi dengan berbagai strategi diantaranya, adalah mendirikan anak
33
sambungan
interkoneksi kepada new enterance. Perubahan fokus bisnis ini tentu saja tidak semudah
yang dipikirkan orang kebanyakan. Perubahan yang terjadi karena regulasi yang
berlaku. Membuat PT.Telkom harus merubah core bisnis yang sudah bertahan selama
puluhan tahun. Semuanya bermulai ketika terjadinya perubahan kebutuhan. Jenis
telekomunikasi yang pada awalnya hanya komunikasi suara menjadi komunikasi data.
Serta perubahan didalam regulasi yang mengimbangi dari perubahan berdasarkan
kebutuhan konsumen, dan juga pertembangan teknologi.
Perubahan kebutuhan PT.Telkom melakukan perubanan yang sangat besar dan
mendasar. Perubahan tersebut dapat dilihat yaitu dengan TIME yang menjadi pusat
bisnis dari Telkom. TIME singkatan dari Telecommunication, Information, Media &
Edutainment. Hal ini disebabkan tuntutan kebutuhan konsumen yang haus akan
informasi dan entertainment lewat media telekomunikasi data. TIME menjadi core
bisnis dan serta menjadi identitas baru dari bisnis telekomunikasi PT.Telkom. Dalam
konteks bisnis telekomunikasi-informatika di Indonesia.
4.5
34
Panggil
Keberhasilan
panggil
menunjukkan
tingkat
111,2
SST/karyawan.
Setelah
privatisasi
menunjukkan
Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan dapat diukur dari beragam kriteria dan kriteria yang paling
sering dipergunakan adalah Rentabilitas, Likuiditas dan Solvabilitas (RLS).
A. Kemampulabaan
(Rentabilitas)
Kemampuan
PT.
Telkom
dalam
menghasilkan keuntungan dapat diukur dengan beragam rasio tetapi saat ini
hanya
dipergunakan
(empat)
rasio
yaitu
(i)
Return
on
Asset ROA (rasio laba bersih/aset); (ii) Return on Equity ROE (rasio
laba bersih/modal); (iii) Profit margin (rasio laba bersih/penjualan); (iv)
Cost to sale (rasio biaya/penjualan).
b. Solvabilitas adalah rasio kewajiban perusahaan terhadap jumlah aset atau
modalnya. Berdasar rasio ini dapat diketahui tingkat ketergantungan Telkom
pada sumber pembiayaan dari hutang, baik yang berasal dari luar maupun
pemilik saham. Terdapat 5 (lima) kriteria rasio yang dipergunakan yaitu (I)
hutang jangka panjang terhadap total aset; (ii) total hutang terhadap total aset;
35
(iii) hutang jangka panjang terhadap modal; (iv) total hutang terhadap modal;
(v) hutang jangka panjang terhadap total hutang. Berdasar kriteria di atas maka
dapat disimpulkan beberapa hal yaitu (i) Rasio hutang jangka panjang
terhadap aset, rasio total hutang terhadap aset dan rasio hutang jangka panjang
terhadap total hutang relatif sama, baik sebelum dan setelah privatisasi; (ii)
Dilain pihak, rasio hutang jangka panjang terhadap modal dan rasio total
hutang terhadap modal cenderung berfluktuasi. Setelah privatisasi (1996)
menurun lalu meningkat kembali (1997).
c. Likuiditas Likuiditas dimaksudkan sebagai kriteria dalam menentukan
kemampuan membayar kewajiban-kewajibannya tepat pada waktunya, yang
diukur dari berbagai rasio yaitu (i) current ratio (rasio aset/kewajiban lancar);
(ii) quick ratio (rasio (aset persediaan)/kewajiban lancar); (iii) Cash ratio
(rasio dana tunai/kewajiban lancar); (iv) Cash to operating expenses (rasio
tunai/total pengeluaran operasional). Berdasar beberapa rasio di atas maka
dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu (I) cash ratio dan cash to operating
expenses menunjukkan perbaikan setelah privatisasi
d. Efisiensi Efisiensi diukur dengan 3 (tiga) rasio yaitu (i) pendapatan per
karyawan; (ii) pendapatan per sst; (iii) biaya pemeliharaan per sst. Dari ketiga
rasio di atas, (i) pendapatan per sst dan biaya pemeliharaan menunjukkan
penurunan setelah privatisasi. Namun tentunya penurunan biaya pemeliharaan
merupakan hal yang positip sementara penurunan pendapatan per sst bukan
hal yang diharapkan; (ii) pendapatan per karyawan menunjukkan peningkatan
setelah privatisasi.
4.6
Dampak Privatisasi
Pada dasarnya kajian sebelumnya dapat juga menjadi kriteria dalam menilai
dampak privatisasi, tetapi sebagaimana dijelaskan pada bagian terdahulu bahwa
penilaian kinerja dengan dasar RLS dan aspek lain yang bersifat internal kurang dapat
menggambarkan dampak privatisasi khususnya jika dikaitkan dengan pemikiran bahwa
BUMN merupakan perusahaan milik negara.
Konsekuensinya dampak privatisasi BUMN harus dititikberatkan pada aspek
eksternalnya. Beberapa dampak yang akan ditinjau adalah (i) nilai tambah dan efisiensi;
36
(ii) tenaga kerja; (iii) gaji dan upah; (iv) surplus sosial; (v) anggaran; (vi) tabungan dan
konsumsi.
4.6.1
4.6.2
4.6.3
Tenaga Kerja
Dampak privatisasi terhadap tenaga kerja berupa dampak langsung dan tidak
langsung. Dampak langsung adalah dampak terhadap perubahan jumlah
karyawan internal Telkom, sementara dampak tidak langsung berupa
penambahan tenaga kerja di sektor telekomunikasi.
Dampak tidak langusng sebenarnya juga mencakup sektor publik, tetapi
dengan mempertimbangkan bahwa pemerintah menetapkan kebijakan tidak
menambah pegawai kecuali mengganti yang pensiun, maka dampak terhadap
sektor publik diabaikan.
37
4.6.5
Surplus Sosial
Surplus sosial menunjukkan perbedaan yang besar antara kondisi setelah dan
sebelum privatisasi. Pada tahun 1996 perbedaan tersebut mencapai Rp. 1,5
Triliun dan meningkat menjadi Rp. 2,23 Triliun pada tahun 1997. Dan pada
tahun 2015-2016 banyak kegiatan bagi masyarakat katena surplus social yang
semakin tinggi.
4.6.6
Anggaran Dampak
Anggaran dimaksudkan sebagai penerimaan bersih pemerintah setelah
privatisasi dengan mengabaikan jumlah penerimaan hasil penjualan saham.
Penerimaan bersih mempertimbangkan subsidi yang diberikan pemerintah,
hutang Telkom pada pemerintah dan pajak yang diterima.
4.6.7
4.7
1
2
1
2
3
4
5
6
Keterangan:
= Meningkat
o = Menurun
39
Sebelum Privatisasi
Setelah Privatisasi
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
BAB V
PENUTUP
5.1
KESIMPULAN
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah adalah suatu badan usaha yang
berbaju kekuasaan pemerintah, tetapi mempunyai fleksibilitas dan inisiatif sebagai
perusahaan swasta.
Pemerintah Indonesia mendirikan BUMN ada dua tujuan utama, yaitu tujuan
yang bersifat ekonomi dan tujuan yang bersifat sosial. Tujuan yang bersifat ekonomi,
BUMN dimaksudkan untuk mengelola sektor-sektor bisnis strategis agar tidak dikuasai
pihak-pihak tertentu. Bidang-bidang usaha yang menyangkut hajat hidup orang banyak,
seperti perusahaan listrik, minyak dan gas bumi.
Tujuan BUMN yang bersifat sosial antara lain dapat dicapai melalui penciptaan
lapangan kerja serta upaya untuk membangkitkan perekonomian lokal. Penciptaan
lapangan kerja dicapai melalui perekrutan tenaga kerja oleh BUMN. Upaya untuk
membangkitkan perekonomian lokal dapat dicapai dengan jalan mengikut-sertakan
masyarakat sebagai mitra kerja dalam mendukung kelancaran proses kegiatan usaha.
Dan salah satu upaya yang ditempuh pemerintah untuk dapat meningkatkan
pendapatannya adalah dengan melakukan privatisasi BUMN seperti yang dilakukan
atau ditempuh oleh PT. Telekomunikasi Indonesia.
PT
Telekomunikasi
penyelenggara
bisnis
Indonesia,
T.I.M.E
Tbk.
(TELKOM)
(Telecommunication,
adalah
Information,
perusahaan
Media
and
Edutainmet) terbesar di Indonesia. Dengan portofolio yang terdiri dari sembilan anak
perusahaan konsolidasi yang bergerak di bidang telepon tidak bergerak, seluler,
aplikasi, konten, komunikasi data, property dan konstruksi, Telkom Group adalah salah
satu dari perusahaan BUMN terbesar di Indonesia, yang memiliki sekitar Rp.139.104
40
miliar kapitalisasi pasar di BEI pada akhir tahun 2008. Telkom adalah pemain paling
dominan dalam industri telekomunikasi.
Privatisasi PT. Telkom ini dipengaruhi oleh keluarnya undang undang mengenai
monopoli pemerintah mengeluarkan UU no 36 tahun 1999. Perubahan kondisi
pertelekomunikasiaan Indonesia sangat dipengaruhi oleh UU no 36 tahun 1999 yang
menggantikan UU no 3tahun 1989. Karena dengan munculnya UU tersebut
bermunculan pesaing-pesaing yang selama ini tidak ada.
Dengan berubahnya kepemilikan Pt Telkom, maka menimbulkan beberapa
dampak dan perubahan kinerja PT Telkom sebelum dan sesudah di privatisasi.
5.2
SARAN
Saran yang dapat penulis berikan ialah Pemerintah dalam hal ini Menteri Negara
BUMN, seyogyanya mempersiapkan diri dalam rangka pergeseran peran dari penentu
kebijakan dan pelaksana kegiatan di BUMN menjadi fasilitator dan regulator kegiatan
BUMN yang telah di privatisasi.
41
DAFTAR PUSTAKA
Ardian, M. Fazri. 2012. PERANAN REGULASI TERHADAP PERUBAHAN BISNIS PT.
TELKOM. Tugas Akhir
Manajemen
(Manajemen
Bisnis Telekomunikasi
&
42
43