Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami
evaluasi diri negatif tentang kemampuan dirinya(Fitria, 2013). Harga diri
rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, rendah diri, yang
menjadikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan
diri(keliat, 2011). Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak
berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif
terhadap diri sendiri dan kemampuan diri, dan sering disertai dengan
kurangnya perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun,
tidak berani menatap lawan bicara lebih banyak menunduk, berbicara
lambat dan nada suara lemah (Keliat, 2010). Harga diri rendah merupakan
evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negative
terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal
dalam mencapai keinginan(Herman, 2011).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa harga diri
rendah adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisa kesesuaian antara perilaku dengan ideal diri berupa
perasaan negatif terhadap kemampuan diri.

2. Rentang respon konsep diri


Respon Adaptif
Aktualisasi Konsep Diri
Diri
Positif

Respon Maladaptif
Harga Diri
Rendah

Keracunan
Identitas

Dipersonilisasi
Asi

Gambar 1. Rentang Respon Konsep Diri (Stuart, 2006)

Keterangan :
1. Aktualisasi diri :
Pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang
pengalaman nyata sukses dan di terima
2. Konsep diri :
Apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai
personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa sesuai perilaku
dirinya dengan ideal diri. Harga diri rendah adalah menolak sesuatu
yang berharga dan tidak dapat bertanggung jawab atas kehidupan
sendiri akibat gagal menyesuaikan tingkah laku dengan cita-cita
3. Kerancuan identitas : Kegagalan aspek individu mengintegrasikan
berbagai identifikasi masa kanak-kanak ke dalam kepribadian
psikososial, kepribadian dewasa yang harmonis.
4. Depersonalisasi : perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap
diri sendiri.
3. Etiologi
Menurut Fitria (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi proses
terjadinya harga diri rendah yaitu faktor predisposisi dan faktor presipitasi.
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi penyebab harga diri rendah adalah penolakan
orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain ideal diri yang
tidak realistis.
2 a. Biologi :

Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat atau sakit. Stresor fisik atau jasmani yang lain seperti suhu dingin
atau panas, suara bising, rasa nyeri atau sakit, kelelahan fisik, lingkungan
yg tidak memadai dan pencemaran (polusi) udara atau zat kimia.
b. Psikologi
Penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang
berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan
pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis. Stressor yang lain adalah
konflik, tekanan, krisis dan kegagalan.
c. Sosio kultural
Stereotipi peran gender, tuntutan peran kerja, harapan peran budaya,
tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan struktur sosial.
(http://elerning.unimus.ac.id/, diunduh 15 Mei 2011)
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi penyebab harga diri rendah biasanya adalah hilannya
sebagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, mengalami kegagalan
serta menurunya produktivitas. Faktor predisposisi gangguan harga diri,
(Suliswati 2005):
a. Penolakan dari orang lain.
b. Kurang penghargaan.
c. Pola asuh yang salah: terlalu dilarang, terlalu dikontrol, terlalu dituruti,
terlalu dituntut dan tidak konsisten.
d. Persaingan antar saudara.
e. Kesalahan dan kegagalan yang berulang.
f. Tidak mampu mencapai standart yang ditentukan.

Sementara menurut Purba, dkk (2008) gangguan harga diri rendah


dapat terjadi secara situasional dan kronik. Gangguan harga diri yang
terjadi secara situasional bisa disebabkan oleh trauma yang muncul secara
tiba-tiba misalnya harus dioperasi, mengalami kecelakaan, menjadi korban
perkosaan, atau menjadi narapidana sehingga harus masuk penjara. Selain
itu, dirawat di rumah sakit juga menyebabkan rendahnya harga diri
seseorang diakibatkan penyakit fisik, pemasangan alat bantu yang
membuat klien tidak nyaman, harapan yang tidak tercapai akan struktur,
bentuk dan fungsi tubuh, serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang
mengharagai klien dan keluarga. Sedangkan gangguan harga diri kronik
biasanya sudah berlangsung sejak lama yang dirasakan klien sebelum sakit
atau sebelum dirawat dan menjadi semakin meningkat saat dirawat.
Menurut Peplau

dan Sulivan dalam Yosep (2009) mengatakan

bahwa harga diri berkaitan dengan pengalaman interpersonal, dalam tahap


perkembangan dari bayi sampai lanjut usia seperti good me, bad me, not
me, anak sering dipersalahkan, ditekan sehingga perasaan amannya tidak
terpenuhi dan merasa ditolak oleh lingkungan dan apabila koping yang
digunakan tidak efektif akan menimbulkan harga diri rendah. Menurut
Caplan, lingkungan sosial akan mempengaruhi individu, pengalaman
seseorang dan adanya perubahan sosial seperti perasaan dikucilkan, ditolak
oleh lingkungan sosial, tidak dihargai akan menyebabkan stress dan
menimbulkan penyimpangan perilaku akibat harga diri rendah.

4. Tanda Dan Gejala


Keliat (2009) mengemukakan beberapa tanda dan gejala harga diri rendah adalah:

a) Mengkritik diri sendiri.


b) Perasaan tidak mampu.
c) Pandangan hidup yang pesimis.
d) Penurunan produkrivitas.
e) Penolakan terhadap kemampuan diri.
Selain tanda dan gejala tersebut, penampilan seseorang dengan
harga diri rendah juga tampak kurang memperhatikan perawatan diri,
berpakaian tidak rapi, selera makan menurun,tidak berani menatap lawan
bicara, lebih banyak menunduk, dan bicara lambat dengan nada suara lemah
(keliat 2009)
Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah (Stuart, 2006)
mengemukakan 20 (dua puluh) cara individu mengekspresikan secara
langsung harga diri rendah yaitu :
Mengkritik diri sendiri dan orang, penurunan produktivitas, destruktif yang
diarahkan pada orang lain, gangguan dalam berhubungan, rasa diri penting
yang berlebihan, perasaan yang tidak mampu, rasa bersalah, mudah
tersinggung atau marah yang berlebihan, perasaan negatif tentang tubuhnya
sendiri, ketegangan peran yang dirasakan, pandangan hidup yang pesimis,

keluhan fisik, pandangan hidup yang bertentangan, penolakan terhadap


kemampuan personal, destruktif terhadap diri sendiri, pengurangan diri,

5. Pohon Masalah

Gangguan persepsi sensori

Harga diri rendah

Koping individu tidak efektif

Skema 2.4. pohon masalah harga diri rendah (yosep 2009)

6. Peroses Terjadinya Masalah

Berdasarkan hasil riset Malhi (2008, dalam http:www.tqm.com)


menyimpulkan bahwa harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya citacita seseorang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam
mencapai tujuan. Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang
rendah. Selanjutnya, hal ini menyebabkan penampilan seseorang yang
tidak optimal. Dalam tinjauan life span history klien, penyebab terjadinya
harga diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi
pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja
keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak
diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah, pekerjaan, atau
pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung
mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya.
Dalam Purba (2008), ada empat cara dalam meningkatkan harga diri yaitu:
3. Memberikan kesempatan berhasil
4. Menanamkan gagasan
5. Mendorong aspirasi
6. Membantu membentuk koping

7. Mekanisme Koping
Individu akan memberikan reaksi yang berbeda-beda untuk mengatasi
stres. Proses koping terhadap stres menjadi pedoman untuk mengatasi reaksi
stres. Koping sebagai proses dimana individu mencoba untuk mengelola jarak

yang ada antara tuntutan-tuntutan (baik tuntutan itu yang berasal dari individu
maupun tuntutan yang berasal dari lingkungan) dengan sumber-sumber daya
yang mereka gunakan dalam menghadapi situasi penuh stres ( Gustiarti,2002 )

Mekanisme koping terdiri dari pertahanan jangka pendek atau jangka


panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri
sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan. Mekanisme koping
pada klien dengan gangguan konsep diri dibagi dua yaitu:
1. Koping jangka pendek
a. Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri
( misalnya : konser musik, bekerja keras, dan obsesi nonton televisi).
b. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara ( misalnya:
ikut serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan atau
genk).
c. Aktivitas yang sementara menguatkan atau menigkatkan perasaan diri
tak menentu ( misalnya : olah raga yang kompetitif, prestasi akademik,
kontes untuk mendapatkan popularitas).
d. Aktivitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat
identitas

diluar

dari

hidup

(misalnya penyalahgunaan obat).


2. Koping jangka panjang
Mekanisme jangka panjang meliputi :

yang

tidak

bermakna

saat

ini

a. Penutupan identitas merupakan adopsi identitas prematur yang


diinginkan oleh orang terdekat tanpa memperhatikan keinginan,
aspirasi, atau potensi diri individu.
b. Identitas negatif merupakan asumsi identitas yang tidak sesuai dengan
nilai dan harapan yang diterima masyarakat.
Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi,
isolasi, proyeksi, pengalihan (displacement), splitting, berbalik marah
terhadap diri sendiri, dan amuk (Stuart, 2006).

8. Penatalaksanaan

9. Prinsip Tindakan Keperawatan

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian

2. Diagnosa keperawatan

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai