Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
Linda rata kanan kirinya ini bagaimana?kok begini?
Over all paragraf di latar belakang itu terdiri dari :
1; Masalah : masalah dl penelitianmu apa?esensi dari masalah itu apa?

jelaskan dimulai dari definisi, tanda dan gejala, dan masalah


2; Skala : singkat padat dan jelas terdiri dr jumlah populasi penderita di

international, nasional, kabupaten, dan study pendahuluan


3; Kronologis : ceritakan mulai dari penyebab sampai terjadi masalah,

semacam buat WOC sederhana secara teori dan dibuat narasi


4; Solusi : solusi apa yg kamu tawarkan dlm penelitianmu

Perhatikan tata penulisan dan DAPUS


1.1; LATAR BELAKANG

Intelegensi disebut sebagai kecerdasan atau kecakapan atau kemampuan


dasar yang bersifat umum, sedangkan kecerdasan atau kecakapan atau
kemampuan dasar yang bersifat khusus, disebut bakat (aptitude). Dalam proses
belajar mengajar, prestasi belajar mahasiswa salah satunya ditentukan oleh
intelegensi.
Selama ini banyak yang beranggapan bahwa jika seseorang memiliki
tingkat kecerdasan intelektual (IQ) yang tinggi, maka orang itu memiliki peluang
untuk meraih kesuksesan yang lebih besar, dibandingkan dengan orang yang
memiliki kecerdasan intelektual yang rata rata dan rendah. Pada kenyataannya
ada banyak kasus dimana seseorang yang memiliki IQ tinggi tersisih oleh orang
yang mempunyai IQ yang lebih rendah.

Kecerdasan intelektual (IQ) adalah sebagai kapasitas yang bersifat umum


dari individu untuk mengadakan penyesuaian terhadap situasi situasi baru atau
masalah yang dihadapi (surya Brata, 1982)
Kecerdasan intelektual (IQ) adalah kemampuan untuk berpikir abstrak, belajar
merespon, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan. (sorenson,
1977).
Stress is a condition in which the human system responds to changes in its
norma balanced state (taylor, 1997:755)
Stress merupakan istilah yang berasal dari kata latin stingere yang berarti
keras (stricus). Istilah ini mengalami perubahan seiring dengan perkembangan
penelaahan yang berlanjut dari waktu ke waktu dari straise, strest, stresce, dan
stress. Abad ke -17 istilah stress diartikan sebagai kesukaran, kesusahan,
kesulitan, atau penderitaan. Pada abad ke-18 istilah ini digunakan lebih
menunjukkan kekuatan, tekanan, ketegangan, atau usaha yang keras berpusat pada
benda dan manusia, terutama kekuatan mental manusia. Dari perkembangan
istilah stress ini dirumuskan diantaranya :
Psychological stress is : particular relationship between the person and the
environment that is appraised by the person as taxing or exceeding his or her
resources and endangering his or her well-being. (lazarus dan folkman, 1984)
Mc nerney dalam grenberg (1984), menyebutkan stress sebagai reaksi fisik,
mental, dan kimiawi dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan, mengejutkan,
membingungkan, membahayakan, dan merisaukan seseorang.
Menurut hardjana (1994) stress sebagai keadaan atau kondisi yang tercipta
bila transaksi seseorang yang mengalami stress dan hal yang dianggap
mendatangkan stress membuat orang yang bersangkutan melihat
ketidaksepadanan antara keadaan atau kondisi dn sistem sumber daya biologis,
psikologis, dan sosial yang ada padanya.

Menurut observasi Haditono maka masalah underachiever di indonesia


disebabkan oleh suatu kombinasi faktor yang banyak faktor pertama adalah
kurangnya fasilitas belajar dalam arti luas disekolah ,terutama dipelosokpelosok ,maupun di rumah. Kedua kurangnya stimulasi mental oleh orang tua di
rumah, hal ini terutama berlaku pada orang tua yang tidak berpendidikan hingga
mereka tidak mengerti sendiri bagaimana membantu anak-anak mereka supya
lebih berhasil. Faktor ketiga adalah keadaan gizi yang bilamana dapat dicapai
tingkat yang lebih tinggi maka secara fisik anak lebih mampu untuk menggunakan
kapasitas otaknya lebih baik. Faktor-faktor ini ditambah dengan keadaan lain
kurang menguntungkan seperti perubahan sistem pelajaran yang berkali-kali
dalam menemukan sistem mana yang paling baik sehingga hingga para pengajar
sendiri belum merasa mantap dalam menerapkan sistem yang baru tersebut semua
ini berdampak pada prestasi belajar.
Laporan United Nations Development Program (UNDP) Indeks
Pembangunan Manusia Indonesia berada di peringkat 108 dengan nilai 0,711 yang
mengindikasikan pembangunan SDM di Indonesia masih tertinggal jauh
dibanding negara negara lain di dunia. Penilaian Indeks Pembangunan Manusia
dinilai dari usiaharapan hidup, standar hidup, dan tentunya pendidikan. Seseorang
dapat berhasil dalam dunia pendidikan ditentukan oleh beberapa faktor namun
yang terbesar diantaranya ialah faktor kecerdasan Intelektual (Khaerani, 2014)
Intelligence Quotient (IQ) telah dihubungkan dengan berbagai macam aspek
kehidupan. Penelitian yang dilakukan oleh McDaniel di 50 Negara bagian
Amerika Serikat didapati bahwa ada hubungan antara nilai IQ rata rata di masing
masing negara bagian dengan tingkat kesehatan, Gross State Product , dan tingkat

efektivitas pemerintahan (McDaniel, 2006). Plucker menemukan adanya


peningkatan IQ antar-generasi dan fenomena ini ditemui pada lebih dari 20 negara
yang selanjutnya fenomena ini disebut Flynn Effect. Kenaikan IQ berkisar
antara 5 25 poin pergenerasi (Tjundjing, 2006). Kecerdasan intelektual atau
Intelligence Question (IQ) diyakini menjadi sebuah ukuran standar kecerdasan
selama bertahun-tahun. Di Essex, Britania Raya seorang anak Lauren Marbe yang
memiliki nilai IQ 161 diatas nilai IQ Albert Einstein yaitu 160, sebagaimana yang
dilansir Caroline Damanik dalam artikelnya Anak Sopir Taksi dengan Nilai IQ di
atas Einstein (Kompas edisi 14 Februari 2013) Lauren sendiri diprediksi akan
memperoleh hanya nilai A dan A+ dalam kurikulum internasional yang paling
populer di dunia untuk siswa usia 14 16 tahun (Damanik, 2013). Penelitian yang
dilakukan oleh Lynn & Meisenberg tentang perhitungan nilai IQ di 108 negara di
dunia, memaparkan nilai rata rata IQ Indonesia adalah 87, dibawah negara
tetangga kita Malaysia (92), juga Thailand (91). Negara dengan nilai IQ rata rata
yang tinggi didominasi oleh Negara-negara maju yaitu USA (98), UK (100),
China & Korea Selatan (105), dan yang tertinggi Singapore (108) (Lynn &
Meisenberg, 2010). Di linkup program studi DIII keperawatan Bondowoso pada
mahasiswa tahun ajaran 2014/2015 dari 68 mahasiswa nilai rata-rata IQ
mahasiswa dalam rentan 100 109 hanya berjumlah 7 mahasiswa dan mahasiswa
berada dalam rentan IQ 90 99 berjumlah 24 mahasiswa kemudian sisanya
direntan IQ 80 89 dan 70 79 (sumber data primer buku laporan hasil psikotes
SPMB PT Kesehatan jalur PMDP, Gelombang 1 dan gelomnabg 2 Tahun
Akademik 2014/2015). IQ seringkali menjadi indikator yang dominan dalam
proses pembelajaran untuk mengukur berhasil atau tidaknya guru dalam

menyampaikan materi pembelajaran (Saleh dalam Fithriani, 2013). Namun, IQ


sebagai prediktor prestasi akademik, keterlibatannya masih sangat kontroversi.
Di prodi DIII keperawatan universitas Bondowoso, menurut pengalaman penulis
pernah mengalami bahwa mahasiswa sangat memerlukan refresing dengan
banyaknya tugas yang menumpuk agar otak bisa rileks. Dengan banyaknya tugas,
tekanan dari dosen, dan tanggung jawab sebagai mahasiswa. Hal ini membuat
emosi ini mendorong terjadinya perubahan perilaku pada orang yang mengalami
stress berkepanjangan. Perubahan ini meliputi penurunan minat dan aktivitas,
penurunan energi, tidak masuk atau terlambat masuk kelas, cenderung
mengekspresikan pandangan sinis pada orang lain serta melemahkan tanggung
jawab.
Kemudian untuk pihak pengelola kampus untuk lebih memperhatikan lagi
mahasiswanya khususnya dalam hal ini refresing sangat dibutuhkan untuk
bersenang senang agar fikiran selalu rileks sehingga dalam metode
pembelajaran berjalan dengan lancar. Dan buat para dosen saat mengajar tidak
terlalu monoton hanya ke pelajaran saja, dianjurkan untuk ada selingan canda
tawa, atau membuat suasana tampak rileks seperti diselingi bercerita atau
menonton video lucu. metode pembelajara ini sangat dibutuhkan karena ini
merupakan tugas dari dosen pengajar untuk mencari metode pengajaran dan
mengembangkan lagi metode perkuliahan yang seseuai sehingga diharapkan
mampu menurunkan ketegangan, dan tingkat stress mahasiswa.
1.2; RUMUSAN MASALAH

Adakah hubungan Tingkat Kecerdasan Intelektual (IQ) dengan tingkat stress


mahasiswa dan mahasiswi di prodi DIII keperawatan Universitas Bondowoso?
1.3; TUJUAN PENELITIIAN

1.3.1; tujuan umum

Menjelaskan hubungan antara kecerdasan intelektual (IQ) dengan tingkat stress


pada mahasiswa dan mahasiswi PRODI DIII Keperawatan Universitas
Bondowoso
1.3.2; tujuan khusus
1; Mengidentifikasi tentang tingkat kecerdasan intelektual (IQ) mahasiswa

dan mahasiswi PRODI DIII Keperawatan Universitas Bondowoso.


2; Mengidentifikasi tingkat stress mahasiswa dan mahasiswi PRODI DIII

Keperawatan Universitas Bondowoso


3;

Mengidentifikasi tentang hubungan antara kecerdasan intelektual dengan


tingkat stress pada mahasiswa dan mahasiswi PRODI DIII Keperawatan
Universitas Bondowoso.

1.4; TUJUAN

Adapun kegunaan atau manfaat dari penelitian ini yang kami bagi menjadi dua
yaitu Kegunaan Teoritis dan kegunaan Praktis, sebagai berikut:

1; Manfaat Teoritis:
a; Untuk ilmu keperwatan, Diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk

keilmuan psikologik hususnya teori Intelegensi dan teori kecerdasan intelektual.


b; Hasil penelitian dapat memberikan konstribusi untuk teori psikologi pendidikan

dalam aspek-aspek yang mempengaruhi stress belajar paramahasiswa.


c; Untuk mendukung penelitian-penelitian selanjutnya yang ingin mengembangkan

penelitian dibidang yang sama.


2; Manfaat Praktis:
a; Bagi mahasiswa, memberikan gambaran peran kecerdasan intelektual, terhadap

tingkat stress.

b; Bagi Pengajar, dapat dijadikan referensi untuk membuat metode pengajaran yang

lebih baik dan sesuai.


c;

Bagi Universitas, mendapatkan gambaran tentang hubungan peran kecerdasan


intelektual dengan tingkat stress mahasiswa, sehingga pihak universitas memiliki
perhatian dalam pelaksanaan program perkuliahan.

Anda mungkin juga menyukai