Anda di halaman 1dari 11

Mengukur Kadar dan Memilih Metode Uji Karakteristik Enzim X

Kelompok C6:
Pricillia (102010397)
Virdan Reynaldi Limbong (102014005)
Willis (102014010)
Torda Febriantika (102014065)
Nur Latifah Kurnia Fachrudin (102014134)
Irvania Limarus (102014082)
Florensia Merlin Liem (102014141)
Nicky Sanita (102014193)
Christy Cahya Resky Dampung (102014219)

Mahasiswa Fakultas Kedokteran


Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat Korespondesi Jl. Arjuna Utara No.6
Jakarta Barat 11510
Abstrak

Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang
mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia organik. Enzim
umumnya merupakan protein globular dan ukurannya berkisar dari hanya 62 asam amino
pada monomer 4-oksalokrotonat tautomerase, sampai dengan lebih dari 2.500 residu pada
asam lemak sintase. Protein (akar kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling
utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer
darimonomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida.
Struktur protein dapat dilihat sebagai hirarki, yaitu berupa struktur primer (tingkat satu),
sekunder (tingkat dua), tersier (tingkat tiga), dan kuartener (tingkat empat). Asam amino
adalah sembarang senyawa organik yang memiliki gugus fungsionalkarboksil (-COOH) dan
amina (biasanya -NH2). Ada berbagai cara dalam pengujian terhadap protein yaitu dengan
reaksi uji asam amino dan reaksi uji protein. Reaksi uji asam amino sendiri terdiri dari 6
macam uji yaitu: uji millon, uji hopkins cole, uji belerang, uji xantroproteat, dan uji biuret.
Sedangkan untuk uji protein, berdasarkan pada pengendapan oleh garam, pengendapan oleh
logam dan alkohol. Serta uji koagulasi dan denaturasi protein.
Kata kunci: enzim, struktur enzim, protein, struktur protein, asam amino.
Abstract
Enzymes are biomolecules such as proteins that serve as catalysts (compounds that accelerate
the reaction process without completely reacted) in an organic chemical reaction. Enzymes
are generally globular proteins and range in size from just 62 amino acids in the monomer 4oksalokrotonat tautomerase, up to more than 2,500 residues in fatty acid synthase. Protein
(the root of the Greek word protos meaning "most important") is a complex organic
compound which is a high molecular weight polymer-monomer darimonomer amino acids
linked together by peptide bonds. Protein structure can be viewed as a hierarchy, in the form
of the primary structure (level one), secondary (level two), tertiary (level three), and
quaternary (four levels). Amino acids are organic compounds that have any
fungsionalkarboksil group (-COOH) and amine (-NH2 usually). There are various ways in
which testing of proteins with amino acid test reaction and the reaction of protein test. The
reaction of the amino acid test itself consists of six kinds of testing are: millon test, test
hopkins cole, sulfur test, test xantroproteat, and biuret test. As for the protein assay, based on
the deposition of the salt, and metal deposition by alcohol. As well as coagulation test and
protein denaturation.
Keywords: enzymes, enzyme structure, proteins, structural proteins, amino acids.
Pendahuluan
Protein adalah makromolekul yang secara fisik dan fungsional kompleks yang
melakukan beragam peran penting. Protein mengalami perubahan fisik dan fungsional yang
mencerminkan siklus hidup organisme tempat protein berada. Protein biasanya lahir saat
translasi, mengalami pematangan melalui pengolahan pasca translasi dan mati setelah
diuraikan menjadi asam-asam amino komponennya. Protein secara kimia lebih kompleks
lagi, tetapi seperti karbohidrat dan lipid, protein juga tersusun dari senyawa gabungan yang
sederhana. Semua protein mengandung atom karbon, oksigen, hidrogen, dan nitrogen serta
protein-protein yang mengandung sulfur dan fosfor.1

Adapun struktur protein yaitu terdiri dari rantai polipeptida memilin, melipat, dan
membungkus diri ke dalam model yang membentuk protein dengan kesesuaian bentuk
(conformation) yang berbeda-beda. Protein struktural atau fibrosa disusun dari makromolekul
linear yang panjang. Contohnya meliputi kolagen; miosin (protein otot); fibrin; dan keratin
pada rambut, kuku dan kulit. Selain itu juga dikenal protein globular adalah protein yang
sangat terpilin dan terlipat dalam bentuk yang hampir sferikal, atau mirip gulungan benang
kusut. Contohnya meliputi enzim, hormone, dan protein darah.2
Pembahasan
Enzim
Enzim adalah protein yang berfungsi sebagai katalisator, senyawa yang meningkatkan
kecepatan reaksi kimia. Enzim katalisator berikatan dengan reaktan, yang disebut substrat,
mengubah reaktan menjadi produk, lalu melepaskan produk. Walaupun enzim dapat
mengalami modifikasi selama urutan ini, pada ahkir reaksi enzim kembali ke bentuk asalnya.
Selain meningkatkan kecepatan reaksi, enzim mengadakan cara untuk mengatur kecepatan
reaksi dalam jalur metabolik tubuh.3
Enzim sebagai katalisator. Suatu enzim berikatan dengan substrat reaksi dan
mengubah substrat menjadi produk. Substrat berikatan dengan tempat pengikatan substrat
spesifik yang terdapat di enzim melalui interaksi dengan residu asam amino enzim. Geometri
ruang yang diperlukan untuk semua interaksi antara substrat dan enzim menyebabkan setiap
enzim selektif bagi substratnya, dan memastikan bahwa yang dihasilkan hanyalah produk
spesifik.3
Tempat pengikatan substrat bertumpang-tindih dengan katalitik enzim, daerah pada
enzim dimana reaksi berlangsung. Dalam tempat aktif, gugus fungsional residu asam amino
enzim, senyawa yang disebut koenzim, dan logam yang melekat erat berpartisipasi dalam
reaksi. Gugus fungsional di tempat aktif enzim mengaktifkan substrat dan menurunkan energi
yang dibutuhkan untuk membentuk stadium antara reaksi yang berenergi tinggi (stadium
transisi). Sebagian strategi katalitik yang digunakan enzim, misalnya katalisis asam-asam
umum, pembentukan zat antara kovalen dan stabilisasi stadium transisi, digambarkan oleh
kimotripsin.3
Efektivitas berbagai obat dan toksin bergantung pada kemampuannya menghambat
suatu enzim. Inhibitor paling kuat membentuk ikatan kovalen dengan gugus reaktif di tempat
aktif enzim, atau merupakan analog dari stadium antara reaksi, misalnya stadium transisi.3
3

Kecepatan suatu enzim dapat dipengaruhi oleh konsentrasi substrat, produk, aktivator,
dan inhibator. Bagi banyak enzim, hubungan antara kecepatan reaksi dan konsentrasi substrat
dijelaskan oleh persamaan Michaelis Menten. Produk inhibitor fisiologis reversible lainnya
dapat berkompetisi dengan substrat untuk berikatan pada tempat aktif, sehingga reaksi
menjadi lebih lambat.1
Pengaturan fisiologis jalur metabolik bergantung pada kemampuan mengubah fluks
melalui suatu jalur dengan mengaktifkan enzim yang mengkatalisis langkah paling lambat
dalam jalur tersebut. Enzim ini sering memiliki inhibitor atau aktivator alosterik, senyawa
yang berikatan dengan tempat di luar tempat katalik aktif dan mengatur enzim melalui
perubahan konfirmasi enzim.3
Aktivitas enzim juga dapat diatur oleh fosforilasi atau oleh protein modulator.
Sebagian enzim disintesis sebagai suatu precursor yang tidak aktif, yang disebut zimogen.
Zimogen ini diaktifkan oleh penguraian proteolitik (misalnya: protein pembekuan darah).1
Enzim yang memiliki urutan asam amino yang berbeda tetapi mengkatalisis reaksi
yang sama disebut sebagai isoenzim. Isoenzim spesifik-jaringan sering memiliki sifat yang
konsisten dengan peran yang berbeda di jaringan yang berbeda( misal, glukokinase dan
heksokinase).3
Cara Kerja Enzim
Kerja enzim dalam mengatur kecepatan reaksi kimia ditunjukkan dengan kekhususan
hubungan enzim dengan substratnya. Kecocokan hubungan enzim dengan substratnya
ditentukan

oleh

bagian

aktifnya

yaitu

gugusan

prostetiknya

(permukaan

untuk

mengikat/melekatnya substrat), disebut juga sisi katalik. Ada dua pendapat yaitu:2
1. Hipotesa lock and key( kunci dan anak kunci) yang dikemukan oleh Emil Fisher
Antara enzim dan substrat terjadi persatuan yang kaku seperti kunci dan anak kunci.2
Selama reaksi berjalan, enzim dan substrat bergabung sementara membentuk
kompleks enzim substrat.2
2. Hipotesa Induced Fit yang dikemukan oeh Koshland
Enzim dan sisi aktifnya merupakan struktur yang secara fisik lebih fleksibel daripada

hipotesis diatas.2
Terjadi interaksi dinamis antara enzim dengan substrat.2
Jika substrat bergabung dengan enzim, akan terjadi perubahan dalam struktur
(konfirmasi) sisi aktif enzim sehingga fungsi berlangsung efektif.2

Struktur molekul substrat juga berubah selama di induksi sehingga kompleks enzimsubstrat lebih berfungsi.2

Tahapan Isolasi Enzim


Pada tahun 1920, Willstater dari Jerman dan rekan-rekannya merupakan orang yang
pertama kali mencoba untuk mengisolasi secara intensif enzim yang terdapat di dalam ekstrak
tumbuhan dan hewan. Mereka menggunakan aluminium hidroksida dan tanah liat untuk
mengadsorpsi enzim-enzim yang terdapat dalam ekstrak tersebut. Setelah pemilihan adsorben
yang baik, adsorpsi selektif dapat dilakukan sehingga enzim tersebut dapat dibebaskan dari
campuran ikutan. Adsorben dicuci dengan pelarut yang sesuai, kemudian enzim dilarutkan
kembali, untuk selanjutnya dimurnikan.3
Pada 1926, Sumner berhasil mengisolasi dan mengkristalisasi enzim urease yang
ternyata berstruktur protein. Namun, hal ini memerlukan waktu lebih dari sepuluh tahun
untuk membuktikan bahwa enzim tersebut benar-benar protein.3
Sesudah itu, banyak para ahli yang terjun ke dalam bidang isolasi dan pemurnian
enzim. Hingga saat ini, ratusan enzim telah diperoleh dalam keadaan murni, walaupun hanya
beberapa enzim saja yang berhasil dikristalkan. Hal yang perlu diingat bahwa enzim yang
telah berbentuk Kristal, tidak selalu terjamin bahwa enzim tersebut murni.3
Protein
Protein adalah zat makanan yang paling kompleks. Protein terdiri dari karbon,
hydrogen, oksigen, nitrogen, dan sulfur. Protein terkandung dalam makanan nabati dan
hewani, tetapi protein hewani yang paling bernilai untuk tubuh manusia sebagai materi
pembangun karena komposisinya sama dengan protein manusia. Semua protein dibuat dari
substansi lebih sederhana, yang disebut asam amino. Terdpat kira-kira 20 asam amino, tetapi
masing masing protein mengandung hanya beberapa asam amino tersebut.2
Struktur Protein
Struktur protein dapat dibedakan adalam 4 aras (level). Struktur primer menyatakan
susunan linear asam-asam amino sepanjang rantai polipeptida. Struktur sekunder
menggambarkan pola pelipatan (foolding) bagian bagian polipeptida ke dalam struktur yang
teratur, misalnya heliks dan lembaran yang terlipat- (-pleated sheet). Struktur tersier
menggambarkan pelipatan bagian-bagian antara heliks- dan lembaran- serta semua
interaksi nonkovalen yang menyebabkan terjadinya pelipatan yang sesuai pada satu rantai
5

polipeptida. Interaksi nonkovalen tersebut antara lain ikatan hydrogen, ikatan hidrofobik, dan
interaksi van der walls. Struktur ke empat, yaitu struktur kuarterner, menunjukkan interaksi
nonkovalen yang mengikat beberapa rantai polipeptida ke dalam satu molekul tunggal
protein, misalnya hemoglobin.4
Metabolisme Protein
Pencernaan protein dimulai dari lambung dengan enzim pepsin yang memecahkan
sekitar 10% dari ikatan peptide dalam protein dan menghasilkan protein yang lebih kecil
(polipeptida). Selanjutnya dalam usus halus, enzim-enzim yang dihasilkan oleh pangkreas,
seperti tripsin, kemotripsin, menyempurnakan penguraian polipeptida menjadi asam amino.
Asam amino tersebut kemidian diserap melalui dinding usus halus dan dialirkan ke jaringan
jaringan yang memerlukan asam amino tersebut. Didalam tubuh, asam amino tersebut dapat
digunakan untuk membangun protein yang khas, atau dapat juga dioksidasi untuk
menghasilkan energy (mengikuti rangkaian metabolisme glukosa yaitu memasuki siklus
TCA).5
Penggolongan Protein
Protein dapat dibeda-bedakan berdasarkan komposisi kimia, bentuk, atau fungsi
biologisnya, yaitu:6
1. Berdasarkan komposisi kimianya, protein dibedakan atas protein sederhana dan protein
konjugasi. Protein sederhana hanya terdiri atas asam amino, dan tidak ada gugus kimia
lain. Bagian yang bukan asam amino dari protein konjugasi disebut gugus prostetik.
Protein konjugasi digolongkan berdasarkan jenis gugus prostetiknya. Beberapa
diantaranya adalah biasanya gugus prostetik pada protein memegang peranan penting di
dalam fungsi biologisnya.
2. Berdasarkan bentuknya protein dibedakan atas protein globular dan protein serabut. Pada
protein globular rantai atau rantai-rantai polipeptidanya berlipat rapat menjadi bentuk
globular atau bulat padat. Protein globular biasanya larut dalam air dan mudah berdifusi.
Hampir semua protein globular mempunyai fungsi gerak atau dinamik, seperti enzim,
protein transpor darah, dan antibodi. Protein serabut tidak larut dalam air. Hampir semua
protein serabut mempunyai fungsi struktural atau pelindung. Contohnya adalah -keratin
pada rambut dan wol, fibroin dari sutera, dan kolagen dari urat.
3. Berdasarkan fungsi biologisnya, protein dapat dibedakan atas 7 golongan, yaitu:

Enzim, yaitu protein yang berfungsi sebagai biokatalisator. Hampir semua reaksi
senyawa organik dalam sel dikatalisis enzim. Lebih dari 2000 jenis enzim telah

ditemukan di dalam berbagai bentuk kehidupan. Contohnya, ribonuklease dan tripsin.


Protein transpor, yaitu protein yang mengikat dan memindahkan molekul atau ion
spesifik. Hemoglobin dalam sel darah merah mengikat oksigen dari paru-paru, dan
membawanya ke jaringan periferi. Lipoprotein dalam plasma darah membawa lipid
dari hati ke organ lain. Protein transpor lain terdapat dalam dinding sel dan
menyesuaikan strukturnya untuk mengikat dan membawa glukosa, asam amino, dan

nutrien lain melalui membran ke dalam sel.


Protein nutrien dan penyimpanan, ialah protein yang berfungsi sebagai cadangan
makanan. Contohnya ialah protein yang terdapat dalam biji-bijian seperti gandum,
beras dan jagung. Ovalbumin pada telur dan kasein pada susu juga merupakan protein

nutrien.
Protein kontraktil yaitu protein yang memberikan kemampuan pada sel dan organisme
untuk mengubah bentuk atau bergerak. Contohnya ialah aktin dan miosin, yaitu

protein yang berperan dalam sistem kontraksi otot kerangka.


Protein struktur, yaitu protein yang berperan sebagai penyanggah untuk memberikan
struktur biologi kekuatan atau perlindungan. Contohnya ialah kolagen yaitu
komponen utama dalam urat dan tulang rawan. Contoh lain adalah keratin yang
terdapat pada rambut, kuku, dan bulu ayam/burung, fibroin yaitu komponen utama

dalam serat sutera dan jaring laba-laba.


Protein pertahanan (antibodi), yaitu protein yang melindungi organisme terhadap
serangan organisme lain (penyakit). Contohnya adalah imunoglobin atau antibodi
yang terdapat dalam vertebrata, dapat mengenali dan menetralkan bakteri, virus, atau
protein asing dan spesi lain. Fibrinogen dan trombin merupakan protein penggumpal
darah jika sistem pembuluh terluka. Bisa ular dan toksin bakteri juga tampaknya

berfungsi sebagai protein pertahanan.


Protein pengatur, yaitu protein yang berfungsi mengatur aktivitas seluler atau
fisiologi. Contohnya ialah hormon seperti insulin yang mengatur metabolisme
penyakit diabetes. Contoh lain adalah hormon pertumbuhan dan hormon seks.

Metode Uji Protein


Ada beberapa macam uji protein, yaitu:7
1. Uji biuret
Apabila terdapat setidaknya dua ikatan peptida maka, saat diuji biuret, benda yang diuji
akan berwarna biru keunguan.
2. Uji Ninhidrin
Uji ninhidrin dilakukan untuk menguji asam amino dan protein. Ninhidrin bereaksi
dengan kelompok asam amino. Ungu Rheumann akan terbentuk apabila dua molekul
dari ninhidrin dan satu molekul ammonia dari asam amino. Apabila hasilnya berwarna
biru, maka hasilnya asam amino dalam benda yang diuji adalah glisin. Dan akan
berwarna kuning apabila asam amino yang terkandung dalam benda yang diuji adalah
prolin dan hidroksipolin.
3. Uji Xantoprotein
Uji Xantoprotein dilakukan untuk menguji protein yang dikandung adalah terdapat inti
benzene pada asam amino. Karena cincin benzena mengalami nitrasi saat diberikan asam
nitrat yang kuat dan pada suhu tinggi. Apabila hasil uji berwarna kuning, berarti protein
tersebut mengandung cincin benzena. Warna kuning adalah turunan nitro dari asam amino
aromatik. Garam sodium dari turunan nitro berwarna jingga.
4. Uji Hopkins Cole
Uji Hopkins Cole dilakukan untuk menguji cincin indola pada asam amino triptofan.
Beberapa aldehid akan beraksi dengan produk teroksidasi dari nukleus indola dari
triptofan untuk membentuk kompleks berwarna ungu.
5. Uji Millon
Uji Millon dilakukan untuk menguji tirosin. Protein mengandung tirosin akan memberi
warna merah. Hasilnya warna merah karena formasi dari ion merkuri fenolat dengan
radikal fenol sulfonat dalam tirosin.
ASAM AMINO
Protein mempunyai massa molar yang tinggi, mulai dari sekitar 5000 g sampai 10 7 g.
Tetapi persen komposisi berdasar massa dari unsur-unsur di dalam protein ternyata konstan:
karbon 50 sampai 55 persen; hydrogen, 7 persen; oksigen, 23 persen; nitrogen 16 persen dan
sulfur 1 persen. Unit struktur dasar protein ialah asam amino. Asam amino ialah senyawa
yang mengandung sedikitnya satu gugus amino (-NH2) dan sedikitnya satu gugus karboksil (COOH);8

Ada dua puluh jenis asam amino yang menjadi bahan penyusun semua protein dalam
tubuh manusia. Asam amino dalam larutan dengan pH netral hadir sebagai ion dipol (dipolar
ion), menandakan bahwa proton pada gugus karboksil telah pindah ke gugus amino.9
Dalam sintesis molekul protein ialah dengan kondensasi antara satu gugus amino pada
satu asam amino dengan satu gugus karboksil pada suatu asam amino yang lain. Molekul
yang terbentuk dari kedua asam amino ini dinamakan dipeptida, dan ikatan yang
menghubungkannya disebut ikatan peptide(lihat gambar 1).10

Gambar 1. Ikatan dari kedua asam amino membentuk ikatan peptide


Sumber: Sabiston D C. Buku ajar bedah.Jakarta: EGC; 2004:h.31
Selain gugus amino dan karboksil, masing-masing asam amino memiliki sebuah
rantai sisi, yang disebut gugus R, yang juga melekat ke karbon. Ke duapuluh asam amino
yang sering digunakan dalam sintesis protein masing-masing memiliki rantai sisi yang
berbeda. Untuk 19 dari asam amino tersebut, karbon memiliki empat substituent yang
berbeda, gugus amino, gugus karboksil, rantai sisi, dan sebuah atom hydrogen. Dengan
demikian karbon bersifat asimetrik. Sedangkan yang lainnya yaitu glisin tidak asimetrik
karena karbon pada glisin tidak asimetrik. Asam amino dibagi menjadi gugus berdasarkan
polaritas relatif rantai tersebut, yang menunjukkan kecenderungannya untuk bereaksi.11 (lihat
gambar 2)

Gambar 2. Pembagian Asam amino menjadi gugus berdasarkan polarisasi


Sumber: Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar: sebuah pendekatan
klinis. Jakarta: EGC; 2004:h.66-8

10

Asam amino dibagi menjadi asam amino esensial dan non esensial. Asam amino
esensial adalah asam amino yang tidak dapat disintesis pada sel jaringan manusia. Sedangkan
asam aminon non esensial adalah asam amino yang dapat disintesis. Asam amino esensial
antara lain asam amino isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, triptofan dan
valin. Dua asam amino lain yang dianggap esensial adalah histidin dan arginin, karena masih
dapat disintesis dalam tubuh namun tidak cukup untuk mendukung pertumbuhan dan
perkembangan. Asam amino non esensial contohnya antara lain alanin, aspartat, asparagin,
glutamate, glutamine, glisin, prolin dan serin. Asam amino non esensial bisa menjadi esensial
karena berbagai kondisi klinik dan fisiologis, yaitu sistein, glutamine, glisin, prolin, serin,
tirosin, arginin, sistein, tirosin, histidin dan arginin.12
Kesimpulan
Dalam makalah ini dibahas tentang bagai man acara kita untuk mengetahui tantang
bagai man acara mengukur kadar enzim X yang diisolasi dari suatu jaringan tikus untuk
memilih metode uji yang sesuai dengan karakteristik ensim X tersebut yaitu dengan cara:
memahami

enzim,

protein,

metabolism

dan

struktur

protein,

fungsi

protein,

penggolongannya, metode uji protein, dan tahapan isolasinya.


Daftar Pustaka
1. Watson R. Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Edisi ke-10. Jakarta: Buku Kedokteran
ECG; 2004:h.359.
2. Chang R. Kimia dasar. Edisi ke-3. Jilid 2. Jakarta: Erlangga; 2005:h.298-301.
3. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar. Jakarta: EGC; 2000:h.96.
4. Sumardjo D. Penghantar kimia: buku panduan kuliah mahasiswa kedokteran dan program
strata 1 fakultas bioeksakta. Jakarta: Buku Kedokteran ECG; 2009:h.389-90.
5. Komalasari, editor. Anatomi dan fisiologi. Ed 10. Jakarta: EGC; 2004:h 359.
6. Nuraeni
E.
Penggolongan
protein.
Di
unduh

dari

http://nurul.kimia.upi.edu/arsipkuliah/web2012/1105684/penggolongan_protein.html, 25
Desember 2014.
7. Yuwono T. Biologi molekuler. Jakarta: Erlangga; 2010:h24-25.
8. Veldeman J. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004: h 29,308-309.
9. Chawla R. Practical clinical biochemistry. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Publishers; 2014:p.56-8.
10. Sabiston D C. Buku ajar bedah. Jakarta: EGC; 2004:h.31.
11. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar: sebuah pendekatan klinis.
Jakarta: EGC; 2004:h.66-8.
12. Sandjaja, Atmarita, editors. Kamus gizi pelengkap kesehatan keluarga. Jakarta: Kompas
Media Nusantara; 2009:h.17.
13.
11

Anda mungkin juga menyukai