Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh
Nama
NRP
Kelompok
Meja
Tanggal Praktikum
Asisten
Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan proses pengolahan roti adalah untuk mengeahui
cara pembuatan roti baik menggunakan sponge and dough maupun straight
dough, untuk menambah nilai ekonomis dan untuk diversifikasi pada tepung dan
terigu yang digunakan serta produk pengolahan.
Prinsip Percobaan
Prinsip dari percobaan proses pengolahan roti adalah berdasarkan
terbentuknya glutenin dan gliadin serta penambahan air dan ragi sehingga terjadi
proses fermentasi dimana CO2 terperangkap dalam gluten, maka adonan
mengembang.
Metode Percobaan
Pencampuran
I
Persiapan
Bahan
Pencampuran
II
Fermentasi
Baking
II
Pengempisan
Ukuran
Roti Tawar
Pencampuran III
Fermentasi I
Pencampuran
I
Persiapan
Bahan
Pencampuran
II
Pengempisan
Ukuran
Pencampuran III
Fermentasi I
Fermentasi II
Roti Manis
Pembentukan dan
Pengisian
Baking
Terigu
Susu full krim, gula,
ragi, garam
Pencampuran I
Pencampuran II
Margarin/Mentega
Pencampuran III
Fermentasi I
T: 40C, t: 1 jam,
RH: 80%-85%
Pengempisan adonan
CO2
Bahan Isian
Fermentasi II
T: 40C, t: 1 jam, RH: 80%-85%
Tempering
T:27C, t: 5 menit
Baking
T: 180-200C, t: 25-30 menit
Uap Panas
Roti
Gambar 2. Diagram Alir Proses Pengolahan Roti Metode Straight Dough
Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Percobaan Pembuatan Roti Tawar
Keterangan
Basis
Bahan Utama
Hasil
200 gram
Tepung cakra 53% = 106 gram
Ragi 1% = 2 gram
Garam 1% = 2 gram
BI 0,1% = 0,2 gram
Bahan Tambahan
Berat Produk
%Produk
Organoleptik
1.
2.
3.
4.
5.
Warna
Rasa
Aroma
Tekstur
Kenampakan
Butter 4% = 8 gram
158,0 gram
79%
Coklat keemasan
Khas roti tawar
Khas roti
Halus
Tidak menarik
Foto Produk
Hasil
Basis
Bahan Utama
200 gram
Tepung cakra 53% = 77,7 gram
Tepung segitiga biru 15% = 30 gram
Ragi 1% = 2 gram
Garam 0,05% = 0,1 gram
BI 0,1% = 0,2 gram
Bahan Tambahan
Sukrosa 9% = 18 gram
Foaming 2,5% = 5 gram
Telur 8% = 16 gram
Air susu 16,5% = 33 gram
Margarin 9% = 18 gram
Berat Produk
%Produk
Organoleptik
1.
2.
3.
4.
5.
Warna
Rasa
Aroma
Tekstur
Kenampakan
Isian = 20 gram
204 gram
92,72%
Merah muda kecoklatan
Khas roti + coklat
Khas roti
Lembut
Tidak menarik
Foto Produk
Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan pembuatan roti tawar dan roti manis, dapat
diketahui pada pembuatan roti tawar dengan basis 200 gram menghasilkan produk
seberat 158 gram atau dengan presentase 79%. Adapun sifat organoleptiknya
memiliki warna coklat keemasan, rasa khas roti, aroma khas roti, bertekstur
lembut, dan kenampakan yang tidak menarik. Sedangkan pada pembuatan roti
manis dengan basis 220 gram menghasilkan produk 204 gram atau dengan
presentase 92,72%. Adapun sifat organoleptiknya memiliki warna merah muda
kecoklatan, rasa khas roti + coklat, aroma khas roti, bertekstur lembut, dan
kenampakan yang tidak menarik.
Didalam pembuatan roti diperlukan bahan-bahan serta perlakuan yang
baik. Dalam masing-masing bahan mempunyai fungsi diantaranya, tepung terigu
berfungsi membentuk struktur roti, serta gluten yang merupakan protein dalam
tepung terigu menghasilkan jaringan elastis yang berfungsi menahan gas CO2
yang dihasilkan ketika roti mengembang sehingga roti tidak kempes dan dapat
mengembang dengan sempurna. Pada tepung terigu protein rendah dan sangat
rendah, kandungan gluten ini sangat sedikit sehingga tidak mampu menahan gas
CO2 yang dihasilkan yang berakibat roti akan kempes atau keras/alot setelah
dipanggang.
Pada pembuatan roti manis digunakan campuran terigu cakra kembar dan
segitiga biru karena untuk menurunkan kadar protein terigu supaya roti yang
dihasilkan sesuai dengan keinginan, seperti tekstur yang lebih lembut atau roti
yang mudah digigit (tidak alot) sedangkan pembuatan roti tawar menggunakan
terigu cakra kembar karena kandungan glutennya tinggi serta membentuk remah
yang lebih porous. (Lubis, 2010).
Fungsi yeast atau nama dagang ragi roti pada pembuatan roti adalah bahan
pengembang sehingga adonan roti menjadi besar, sebagai bahan fermentasi
adonan roti yang menghasilkan gas CO2, asam, alkohol, dan panas dari hasil
berinteraksi dengan gula sebagai makanan untuk ragi, menghasilkan aroma yang
khas pada roti.
Fungsi Bread improver adalah mempertahankan keempukan roti lebih
lama, memperbaiki warna roti sehingga tampil lebih bagus dengan serat yang
lebih lembut, mempertahankan kadar air dalam roti agar roti tidak mudah kering,
memudahkan adonan roti untuk diolah, dan
Fungsi penambahan gula pada pembuatan roti sebagai makanan untuk ragi
sehingga terjadi fermentasi yang menghasilkan gas CO2, sisa pembakaran gula
menghasilkan warna roti yang lebih baik, menentukan rasa dan jenis roti yang
akan dihasilkan seperti roti tawar, roti manis, pizza, donat dan yang lainnya
dengan komposisi gula yang berbeda untuk tiap jenis roti, sebagai pengempuk
karena semakin banyak gula yang ditambahkan maka roti akan semakin empuk,
dan membuat roti lebih bertahan lama karena gula merupakan pengawet alami.
Fungsi penambahan garam pada pembuatan roti adalah menghasilkan rasa
dan aroma roti yang lebih mantap, mengontrol fermentasi dengan cara
memperlambat cara kerja ragi, mengeraskan dan memperkuat struktur roti.
Fungsi susu cair dalam pembuatan roti adalah memberikan nutrisi dan
nilai gizi lebih pada roti, memberikan rasa lezat dan gurih pada roti, memberikan
warna yang bagus pada remah roti, memberikan warna mengkilap pada
permukaan kulit roti, dan memperkuat kerja gluten pada adonan roti.
Fungsi penambahan telur pada pembuatan roti adalah memberikan nutrisi
dan nilai gizi lebih pada roti, dan sebagai bahan pengoles yang memberi warna
mengkilap pada roti.
Fungsi penambahan margarine/mentega pada pembuatan roti adalah
sebagai bahan pelumas pada roti sehingga roti mudah dibentuk, memberikan
tambahan nilai gizi pada roti, meningkatkan volume roti sehingga roti menjadi
lebih besar, dan memperbaiki warna roti menjadi lebih baik ( Anonim, 2014).
Pada
pembuatan
roti
tawar
digunakan
mentega
dengan
tujuan
menghaluskan roti tawar dan memberikan aroma. Sedangkan pada pembuatan roti
manis digunakan margarin dengan tujuan menghaluskan roti tanpa memberikan
aroma.
Tepung terigu adalah bahan utama dalam pembuatan roti. Perhatikan di
dalam memilih jenis terigu. Jenis yang paling tepat adalah tepung terigu jenis
hard dengan kandungan gluten di atas 12,5 %. Kandungan glutennya yang tinggi
akan membentuk jaringan elastis selama proses pengadukan. Pada tahap
fermentasi gas yang terbentuk oleh yeast akan tertahan oleh jaringan gluten,
hasilnya adonan roti akan mengembang besar dan empuk teksturnya (Siahaan,
2011).
Air yang digunakan pada pembuatan roti tawar adalah air dingin karena
proses pembuatan roti selalu melibatkan ragi roti (yeast). Ragi roti di dalam
adonan akan bekerja secara optimal bila suhunya di bawah 30C. Pemakaian
mesin (mixer) yang terlalu lama untuk mengaduk roti menimbulkan panas yang
akan meningkatkan suhu adonan sehingga mengurangi aktivitas ragi (yeast). Air
es berfungsi untuk menjaga agar suhu adonan sesuai/cocok untuk aktivitas ragi.
Bila suhu adonan melebihi 30C, maka aktivitas ragi akan berkurang sehingga
fermentasi roti akan semakin lama. Akibatnya aroma roti menjadi asam, serat roti
kasar, mudah keras, dan roti menjadi tidak tahan lama (Lubis, 2010).
Tahapan proses pengolahan roti yaitu mula mula semua bahan
ditimbang. Kemudian proses pencampuran merupakan tahapan awal dalam
pembuatan roti. Sebelum dilakukan proses pencampuran seluruh bahan mentah
terlebih dahulu dimasukkan ke dalam mixer dengan urutan pemasukan sebagai
berikut: terigu, gula, garam, shortening, yeast, susu, telur dan air.
Fungsi pencampuran dengan stand mixer adalah untuk mencampur seluruh
bahan mentah sehingga dihasilkan adonan yang homogen dan membentuk gluten.
Dimana pada pencampuran ini terjadi perubahan kimia dan fisika. Perubahan
kimia ketika terbentuknya gluten dan perubahan fisiknya adonan menjadi
campuran yang homogen atau kalis.
Fungsi pengadukan adalah mencampur secara merata semua bahan, untuk
mendapatkan hidrasi yang sempurna dari kanji dan protein serta untuk
pembentukan gluten, dan pelunakan yang baik. Dalam pengadukan dikenal, tahaptahap:
a
b
Pick up, adalah keadaan semua bahan telah tercampur jadi satu adonan.
Clean up; adalah keadaan adonan sudah tidak melekat di tangan atau bowl
mixer.
Develop;
permukaannya.
Final/ kalis; adalah permukaan adonan licin, halus dan kering. Tahap inilah
ditandai
dengan
adonan
mulai
terlihat
licin/
halus
yaitu.
Let Down; adonan mulai over mix (kelihatan basah, lengket, dan lembek.
Break Down; adonan sudah over mix dan sudah tidak elastis lagi. Pada
keadaan ini, adonan sudah tidak bisa digunakan lagi.
Pada tahap fermentasi terjadi perubahan biologi, kimia dan fisik, dimana
perubahan biologi terjadi pada saat fermentasi yang terbentuk karena aktifitas ragi
yang mengolah karbohidrat, menghasilkan:
-
pengembangan
adonan.
Selain
itu
karena
konsentrasi
Sponge and dough adalah proses pembuatan roti dengan dua kali
pengadukkan dengan waktu. Pembuatan roti metode biang ini, terdiri dari 2 kali
pencampuran dan 2 kali fermentasi. Sebagian bahan dicampur membentuk biang
(sponge) dan difermentasikan selama 4-6 jam. Selanjutnya biang dicampur
dengan bahan lainnya membentuk adonan (dough). Setelah adonan kalis
sempurna, adonan difermentasikan dengan waktu yang lebih pendek (20-30
menit). Roti yang dihasilkan dengan metode biang ini berteksture halus dan
harum. Fermentasi sekitar 4-6 jam, pengertian dua kali pengadukkan maksudnya
adalah:
a
b
waktu
pengadukan,
Membutuhkan
lebih
sedikit
karyawan,
Membutuhkan lebih sedkit peralatan, Waktu produksi yang lebih singkat, Lebih
sedikit kehilangan berat saat fermentasi
Kerugian Straigh Dough adalah berkurangnya toleransi terhadap waktu
fermentasi, dan kesalahan pengadukkan tidak dapat dikoreksi
maka
diperlukan
bahan
tambahan
(additive)
yang
sifatnya
gelembung
udara
berukuran
kecil
yang
disebut
foci.
Dimana seluruh bahan dicampur secara bersamaan dalam satu waktu kemudian
adonan tersebut difermentasi (Matz, 1972). Keberhasilan pencampuran tergantung
pada bentuk dan kecepatan alat pencampur, serta penyerapan air. Pada awal
pencampuran, adonan masih lengket dan menempel pada sisi wadah dan
pengaduk alat pencampur. Semakin lama adonan akan menjadi kalis, yaitu ketika
adonan sudah tidak lengket lagi pada alat. Hal ini menunjukkan bahwa adonan
telah homogen sehingga proses pencampuran segera dihentikan.
Dalam pembuatan atau pengolahan roti, ada beberapa hal yang harus
sangat diperhatikan dalam mengolah roti. Critical Control Point (CCP) pada
pengolahan roti ini adalah pada proses pembuatan adonan dan proses pembakaran.
Kedua proses utama ini akan menentukan mutu hasil akhir roti yang dihasilkan.
Pada pembuatan adonan, semua bahan yang dicampurkan harus memperhatikan
urutan dan takaran yang ditentukan. Selain itu pembuatan adonan harus
diperhatikan lamanya pengadonan yang dilakukan, tidak terlalu lama juga tidak
terlalu sebentar. Jika diadon berlebih, atau justru terlalu cepat maka akan
menurunkan kualitas roti yang dihasilkan seperti telah disebutkan sebelumnya.
Proses kedua yang juga menentukan mutu roti adalah proses pembakaran roti.
Suhu dan waktu yang digunakan harus tepat sehingga diperoleh hasil roti yang
diinginkan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan pembuatan roti tawar dan roti manis, dapat
disimpulkan pada pembuatan roti tawar dengan basis 200 gram menghasilkan
produk seberat 158 gram atau dengan presentase 79%. Adapun sifat
organoleptiknya memiliki warna coklat keemasan, rasa khas roti, aroma khas roti,
bertekstur lembut, dan kenampakan yang tidak menarik. Sedangkan pada
pembuatan roti manis dengan basis 220 gram menghasilkan produk 204 gram atau
dengan presentase 92,72%. Adapun sifat organoleptiknya memiliki warna merah
muda kecoklatan, rasa khas roti + coklat, aroma khas roti, bertekstur lembut, dan
kenampakan yang tidak menarik.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia. (2011). Metode Pembuatan Roti. http://membuatroti.info/metodepembuatan-roti/
Cauvain, S.P dan Young, L.S. 2000. More Baking Problems Solved. Willey
Listyani. 2012. Pembuatan Roti. http://listya1405.blogspot.co.id
Lubis.
(2010).
Yang
Perlu
http://kulinologi.blogspot.com
Anda
Tahu
Seputar
Roti.
(2012).
Macam-macam
Teknik
Pembuatan
http://sucishoop88.blogspot.com/
Tasya. (2010). From Flour to Bread. http://sebelasseptember.blogspot.com
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Roti Tawar
Basis 200 gram
Berat produk 158 gram
Tepung cakra 53%
Ragi 1%
53
100
1
100
x 200 = 2 gram
Roti.
Garam 1%
1
100
BI 0,1%
0,1
100
19,9
100
Susu bubuk 1%
1
100
x 200 = 2 gram
Sukrosa 8%
8
100
x 200 = 16 gram
Telur 8%
8
100
x 200 = 16 gram
Butter 4%
4
100
x 200 = 8 gram
W produk
W basis
158
200
%Produk
x 200 = 2 gram
x 100%
x 100%
= 79%
Roti Manis
Basis 200 gram
Berat produk 204 gram
Isian 20 gram
Tepung cakra 38,85%
38,85
100
15
100
x 200 = 30 gram
Ragi 1%
1
100
x 200 = 2 gram
Garam 0,05%
0,05
100
BI 0,1%
0,1
100
Sukrosa 9%
9
100
x 200 = 18 gram
Foaming 2,5%
2,5
100
Telur 8%
8
100
x 200 = 16 gram
16,5
100
x 200 = 33 gram
Margarin 9%
9
100
x 200 = 18 gram
%Produk
W produk
W basis+ isian
204
200+20
= 92,72%
x 200 = 5 gram
x 100%
x 100%
LAMPIRAN KUIS
Sebutkan syarat-syarat kacang yang baik untuk pembuatan pindekas?
Jawab :
Memiliki aroma yang khas dan kuat
Memiliki rasa yang kuat
Sudah matang atau tua
2-4 jam. Dalam pembuatan roti metode ini, semua bahan diaduk menjadi satu
dan kemudian difermentasikan. Waktu fermentasi bisa bervariasi antara 2-3
jam. Setelah fermentasi mencapai kira-kira 80% an, adonan dikempeskan,
kemudian dibulatkan kembali, dan fermentasi dilanjutkan. Selanjutnya adonan
dibentuk sesuai peruntukannya. Roti yang dihasilkan dengan metode ini tidak
sehalus dan tidak seharum roti yang dihasilkan dengan metode biang (sponge
b
harum.
Diketahui: Basis: 1500 gram
% air: kedelai (2:8) : 92%
GDL : 5%
Asam asetat : 3%
Ditanya: W berat masing-masing bahan ?
Jawab:
Air dan kedelai =
92
100
Air
2
10
x 1380
= 276 gram
Kedelai =
8
10
x 1380
= 1104 gram
GDL
5
100
Asam asetat
3
100
x 1500 = 75 gram
x 1500 = 45 gram
2
a
berupa margarin atau mentega dapat memperkuat jaringan zat gluten tepung.
Air, dalam pembuatan roti berfungsi sebagai pelarut semua bahan menjadi
adonan yang kompak. Protein bereaksi dengan air membentuk gluten.
Karbohidrat tepung bereaksi dengan air dibantu oleh panas sekitar 64oC atau
lebih. Air berubah menjadi uap di dalam oven, menyebabkan pengembangan
roti menjadi pori-pori dari remah. Persyaratan air untuk roti adalah pH netral,
kandungan mineral normal (hardness 150-300 ppm) dan layak untuk air
c
minum.
Gula, dalam pembuatan roti berfungsi sebagai sumber energi bagi ragi. Residu
gula yang tidak habis dalam proses fermentasi akan memberikan rasa manis
dan warna kecoklatan (golden brown) pada roti. Jumlah gula untuk fermentasi
2%. Gula juga berperan pada proses pewarnaan kulit (karamelisasi gula) pada
pembakaran di oven pada temperatur 150C. Gula juga bersifat pengawet
Ragi, fungsi utama ragi dalam pembuatan roti, adalah untuk mengembangkan
adonan, membangkitkan aroma dan rasa. Proses fermentasi menghasilkan gas
CO2, asam, dan alkohol. Asam berfungsi untuk melunakkan adonan supaya
mudah dibentuk setelah proses istirahat kedua. Alkohol yang bersifat cair dan
gas mudah menguap dan hilang pada proses pembakaran roti karena panas.