Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Gangguan obsesif kompulsif digambarkan sebagai pikiran dan tindakan
yang berulang yang menghabiskan waktu atau menyebabkan distress dan hendaya
yang bermakna. Prevelensi gangguan obsesi kompulsif sebesar 2-2,4%. Sebagian
besar gangguan dialami pada saat remaja atau dewasa muda (umur 18-24 tahun),
tetapi bisa terjadi pada masa kanak.2
Obsesi adalah hal yang mengganggu, berulang, ide-ide yang tidak
diinginkan, pikiran, atau impuls yang sulit untuk diberhentikan meskipun
mengganggu alam sadar mereka. Kompulsi merupakan perilaku yang dilakukan
berulang, baik yang dapat diamati ataupun secara mental, yang dilakukan untuk
mengurangi kecemasan yang ditimbulkan oleh obsesi. Beberapa penelitian besar
menemukan bahwa obsesi yang tersering adalah pikiran tentang kontaminasi,
dan kompulsi tersering adalah tindakan memeriksa sesuatu. Namun, sebagian
besar individu dengan gangguan ini memiliki multipel obsesi dan kompulsi dari
waktu ke waktu.3
Gambaran penting gangguan obsesif kompulsif adalah gejala obesi atau
kompulsi berulang yang cukup berat hingga menimbulkan penderitaan yang jelas
pada orang yang menjalaninya.4
Gangguan

obsesif

kompulsif

dapat

merupakan

gangguan

yang

menyebabkan ketidakberdayaan karena obsesi dapat menghabiskan waktu dan


dapat mengganggu secara bermakna pada rutinitas normal seseorang, fungsi
pekerjaan, aktivitas sosial yang biasanya, atau hubungan dengan teman dan
anggota keluarga. Penderita gangguan ini mungkin telah berusaha untuk melawan
pikiran-pikiran menganggu tersebut yang timbul secara berulang-ulang akan tetapi
tidak mampu menahan dorongan melakukan tindakan berulang untuk memastikan
segala sesuatunya baik-baik saja.7

Gangguan obsesif kompulsif


Pembimbing: Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp.KJ (K)

Gangguan Obsesif-kompulsif membutuhkan adanya obsesi atau kompulsi


yang merupakan sumber gangguan atau kerusakan yang signifikan dan bukan
karena gangguan mental lainnya.1
Gangguan

Obsesif-kompulsif

diklasifikasikan

dalam

Diagnostic

and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (DSMIV-TR) sebagai gangguan kecemasan.2

Gangguan obsesif kompulsif


Pembimbing: Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp.KJ (K)

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Definisi
Obsesi adalah pikiran, perasaan, gagasan, atau sensasi yang berulang dan
mengganggu. Sedangkan kompulsi adalah perilaku yang disadari, standar, dan
berulang seperti menghitung, memeriksa, atau menghindar.7
Obsesi adalah aktivitas mental seperti pikiran, perasaan, idea, impuls yang
berulang dan intrusif. Kompulsi adalah pola perilaku tertentu yang berulang dan
disadari seperti menghitung, memeriksa, dan menghindari.2
Gangguan obsesif kompulsif (obsessive-compulsive disorder; OCD)
adalah gangguan dengan gejala obsesi atau kompulsi berulang yang cukup berat
hingga menimbulkan penderitaan yang jelas pada orang yang mengalaminya.
Pasien dengan OCD dapat memiliki obsesi atau kompulsi atau keduanya.4
Obsesif-kompulsif (Obsessive Compulsive Disorder OCD) adalah
gangguan kecemasan yang ditandai oleh pikiran-pikiran obsesif yang persisten
dan disertai tindakan kompulsif. Kondisi dimana individu tidak mampu
mengontrol daripikiran-pikirannya yang menjadi obsesi yang sebenarnya tidak
diharapkannya dan mengulang beberapa kali perbuatan tertentu untuk dapat
mengontrol pikirannya tersebut untuk menurunkan tingkat kecemasannya.5
2.2 Epidemiologi
Prevalensi gangguan obsesif kompulsif pada populasi umum diperkirakan
adalah 2 sampai 3 persen. Beberapa peneliti memperkirakan bahwa gangguan
obsesif-kompulsif ditemukan pada sebanyak 10 persen pasien rawat jalan di klinik
psikiatrik. Angka tersebut menyebabkan gangguan obsesif-kompulsif sebagai
diagnosis psikiatrik tersering keempat setelah fobia, gangguan yang berhubungan
dengan zat, dan gangguan depresif berat.4
Untuk orang dewasa, laki-laki dan wanita sama mungkin terkena. Tetapi
untuk remaja, laki-laki lebih sering terkena gangguan obsesif kompulsif
Gangguan obsesif kompulsif
Pembimbing: Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp.KJ (K)

dibandingkan perempuan. Usia onset rata-rata adalah kira kira 20 tahun, walaupun
laki-laki memiliki onset usia yang agak lebih awal (rata-rata sekitar 19 tahun)
dibandingkan wanita (rata-rata sekitar usia 22 tahun). Secara keseluruhan, kirakira dua pertiga pasien memiliki onset gejala sebelum usia 25 tahun, dan kurang
dari 15 persen pasien memiliki onset gejala setelah usia 35 tahun.7
2.3. Etiologi
2.3.1 Faktor biologis
a. Sistem serotoninergik
Banyak percobaan obat klinis yang telah dilakukan menyokong
hipotesis bahwa disregulasi serotonin terlibat di dalam pembentukkan gejala
obsesi dan kompulsi pada gangguan ini. Data yang menunjukkan bahwa
obat serotonergik lebih efektif dibandingkan dengan obat lain yang juga
mempengaruhi sistem neurotransmitter, tetapi apakah serotonin terlibat
sebagai penyebab terjadinya gangguan Obsesif-kompulsif masih belum
jelas.4
Penelitian klinis telah mengukur konsentrasi metabolit serotonin
sebagai contoh, 5-hydroxyindoleacetic acid (5-HIAA) di dalam cairan
serebrospinalis, dan afinitas serta jumlah tempat ikatan trombosit pada
pemberian imipramine (yang berikatan dengan tempat ambilan kembali
serotonin) dan telah melaporkan berbagai temuan pengukuran tersebut pada
pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif.7
b. Sistem Noradrenergik
Baru-baru ini lebih sedikit bukti yang ada untuk disfungsi
sistemnoradrenergik dalam terjadinya gangguan obsesif kompulsif. Namun,
ada laporan dari peningkatandalam OCD gejala dengan clonidine oral.4
c. Sistem Neuroimunologi
Terdapat hubungan positif antara infeksi streptokokus dan gangguan
obsesif kompulsif. Infeksi Streptokokus -Hemolitikus grup A dapat
menyebabkan demam rematik, dan sekitar 10-30% pasien juga mengalami

Gangguan obsesif kompulsif


Pembimbing: Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp.KJ (K)

Syndenhams chorea dan menunjukkan gangguan obsesif kompulsif.


Kawitan infeksi biasanya terjadi pada usia 8 tahun untuk menimbulkan
gejala sisa itu. Keadaan ini disebut pediatric autoimmune neuropsychiatric
disorder associated with streptococcal infection (PANDAS).7
2.3.2 Faktor Genetik
Data genetik yang ada tentang gangguan obsesif kompulsif adalah
konsistensi dengan hipotesis bahwa gangguan obsesif kompulsif memiliki
suatu komponen genetika yang bermakna. Tetapi, data tersebut belum
membedakan pengaruh cultural dan efek prilaku pada transmisi gangguan.
Penelitian kesesuaian pada anak kembar untuk gangguan obsesif kompulsif
telah secara konsisten menemukan adanya angka kesesuaian yang lebih
tinggi secara bermakna pada kembar monozigotik dibandingkan kembar
dizigotik.7
2.3.3 Faktor perilaku
Menurut teori, obsesi adalah stimulus yang dipelajari. Stimulus yang
relatif netral dikaitkan dengan rasa takut atau ansietas melalui proses
pembelajaran responden yaitu memasangkan stimulus netral dengan
peristiwa berbahaya sifatnya atau menimbulkan anxietas. Dengan demikian
objek dan pikiran yang tadinya netral menjadi stimulus dipelajari yang
mampu mencetuskan ansietas atau ketidaknyamanan.4
Kompulsi dibentuk dengan cara yang berbeda. Ketika seseorang
menemukan bahwa tindakan tertentu mengurangi ansietas yang melekat
dengan pikiran obsesional, ia akan mengembangkan strategi penghindaran
aktif dalam bentuk kompulsi atau ritualistik untuk mengendalikan
anxietasnya. Secara bertahap, karena efisiensinya dalam mengurangi
dorongan sekunder yang menyakitkan (anxietas), strategi penghindaran
menjadi terfiksasi seperti pola perilaku kompulsif yang dipelajari.4

Gangguan obsesif kompulsif


Pembimbing: Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp.KJ (K)

2.3.4 Faktor Psikososial


a. Faktor Kepribadian
Sebagian besar pasien gangguan obsesif kompulsif tidak memiliki
gejala kompulsif pramorbid; dengan demikian, sifat kepribadian tersebut
tidak diperlukan atau tidak cukup untuk perkembangan gangguan obsesif
kompulsif. Hanya kira-kira 15 sampai 35 persen pasien gangguan obsesif
kompulsif memiliki sifat obsesional pramorbid.7
b. Faktor Psikodinamika
Teori belajar tidak dapat secara penuh menerangkan gangguan obsesif
kompulsif, tetapi dapat membantu penanganan kongnitif-perilaku. Awalnya
muncul anxietas diikuti obsesi. Obsesi meningkatkan anxietas dan
selanjutnya kompulsi untuk mengurangi dampak obsesi yang ditakuti dan
tingkat anxietas, tetapi hanya berlangsung singkat dan bekerja hanya untuk
menguatkan kompulsi.4
Sigmund freud menjelaskan tiga mekanisme pertahanan psikologis
utama yang menentukan bentuk dan kualitas gejala dan sifat karakter
obsesif-kompulsif; isolasi, meruntuhkan (undoing) dan pembentukan reaksi
(reaction formation).Isolasi adalah mekanisme pertahanan yang melindungi
seseorang dari afek dan impuls yang mencetuskan kecemasan. Meruntuhkan
(undoing) adalah suatu tindakan kompulsif yang dilakukan dalam usaha
untuk mencegah atau meruntuhkan akibat yang secara irasional akan dialami
paisen akibat pikiran atau impuls obsesional yang menakutkan.7
Pembentukan reaksi (reaction formation) melibatkan pola perilaku
yang bermanifestasi dan sikap yang secara sadar dialami yang jelas
berlawanan dengan impuls dasar. Sering kali, pola yang terlihat oleh
pengamat adalah sangat dilebih-lebihkan dan tidak sesuai.7
2.4 Gambaran klinis
Orang dengan gangguan obsesif kompulsif memiliki preokupasi akan
peraturan, keteraturan, kerapian, rincian, dan pencapaian kesempurnaan. Ciri ini

Gangguan obsesif kompulsif


Pembimbing: Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp.KJ (K)

menyebabkan penyempitan umum keseluruhan kepribadian. Mereka bersikeras


bahwa peraturan harus dikuti dengan patuh dan tidak dapat menoleransi apa yang
mereka rasakan sebagai pelanggaran. Demikian juga, mereka tidak memiliki
fleksibilitas serta tidak toleran. Mereka mampu bekerja lama, rutin, dan tidak
memerlukan perubahan yang tidak dapat mereka adaptasi.7
Pada umumnya obsesi dan kompulsi mempunyai gambaran tertentu
seperti:2
1) Adanya ide atau impuls yang terus menerus menekan kedalam kesadaran
individu
2) Perasaan cemas/takut akan ide atau impuls yang aneh
3) Obsesi atau kompulsi egoalien
4) Pasien mengenali obsesi dan kompulsi merupakan sesuatu yang abstrak
dan irasional
5) Individu yang menderita obsesi kompulsi merasa adanya keinginan kuat
untuk melawan
2.4.1 Pola gejala
Ada 4 ( empat) pola gejala utama gangguan obsesi kompulsi yaitu:
1) Kontaminasi
Yaitu pola obsesi yang paling sering , yang diikuti oleh perilaku mencuci
dan membersihkan atau menghindari obyek yang dicurigai terkontaminasi
2) Sikap ragu-ragu yang patologik
Pola ini diikuti dengan perilaku kompulsi mengecek/memeriksa. Tema
obsesi tentang situasi berbahaya atau kekerasan
3) Pikiran yang intrusif
Pola yang jarang adalah pikiran yang intrusif tidak disertai dengan
kompulsi, biasanya pikiran berulang tentang sexual atau tindakan agresif.
4) Simetri
Obsesi yang temanya kebutuhan untuk simetri, ketepatan

sehingga

bertindak lamban, misalnya makan bisa memerlukan waktu berjam-jam.


5) Pola yang lain
Obsesi bertemakan keagamaan, trikotilomania, dan menggigit-gigit jari.2

Gangguan obsesif kompulsif


Pembimbing: Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp.KJ (K)

2.5 Diagnosis
Kriteria diagnostik untuk gangguan obsesif-kompulsif menurut DSM IV:4
a) Salah satu obsesi atau kompulsi Obsesi seperti yang didefinisikan sebagai
berikut:
1. Pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan yang rekuren dan persisten
yang dialami, pada suatu saat dimana selama gangguan, sebagai
intrusif dan tidak sesuai, dan menyebabkan kecemasan dan penderitaan
yang jelas
2. Pikiran, impuls,

atau

bayangan-bayangan

tidak

semata-mata

kekhawatiran yang berlebihan tentang masalah kehidupan yang nyata.


3. Orang berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran, impuls,
atau bayangan-bayangan tersebut untuk mentralkannya dengan pikiran
atau tindakan lain.
4. Orang menyadari bahwa pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan
obsesional adalah keluar dari pikirannya sendiri( tidak disebabkan dari
luar seperti penyisipan pikiran).
Kompulsi seperti yang didefinisikan sebagai berikut:
1.Perilaku (misalnya, mencuci tangan, mengurutkan,

memeriksa)

atau tindakan mental (misalnya berdoa, menghitung, mengulangi kata-kata


dalam
hati)yang berulang yang dirasakannya mendorong untuk melakukannya se
bagai respon terhadap suatu obsesi, atau menurut dengan aturan yang
harus dipatuhi secara kaku.
2.Perilaku atau tindakan mental ditujukan untuk mencegah atau
menurunkan penderitaan atau mencegah suatu kejadian atau situasi yang
menakutkan, tetapi perilaku atau tindakan mental tersebut tidak
dihubungkan dengan cara yang realistik dengan apa mereka dianggap
untuk menetralkan atau mencegah, atau jelas berlebihan.
b) Pada suatu waktu selama perjalanan gangguan, orang telah menyadari
bahwa obsesi atau kompulsi adalah berlebihan atau tidak beralasan.
Catatan: ini tidak berlaku bagi anak-anak
c) Obsesi atau kompulsi menyebabkan penderitaan yang jelas, menghabiskan
waktu (menghabiskan lebih dari satu jam sehari), atau secara bermakna

Gangguan obsesif kompulsif


Pembimbing: Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp.KJ (K)

mengganggu rutinitas normal orang, fungsi pekerjaan (atau akademik),


atau aktifitas atau hubungan sosial yang biasanya.
d) Jika terdapat gangguan aksis I lainnya, isi obsesi atau kompulsi tidak
terbatas padanya (misalnya preokupasi dengan makanan jika terdapat gang
guan makan, menarik rambut jika terdapat trikotilomania, permasalahan
pada penampilan jika terdapat gangguan dismorfik tubuh, preokupasi deng
an obat jika terdapat suatu gangguan penggunaan zat, preokupasi dengan
menderita suatu penyakit serius jika terdapat hipokondriasis, preokupasi
dengan dorongan atau fanatasi seksual jika terdapat parafilia, atau
perenungan bersalah jika terdapat gangguan depresif berat)
e) tidak disebabkan oleh efek langsung suatu zat (misalnya obat yang disalah
gunakan, medikasi) atau kondisi medis umum
Pedoman diagnosis menurut PPDGJ III:
a) Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan
kompulsif, atau kedua-duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya
dua minggu berturut-turut.
b) Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau mengganggu
aktivitas penderita.
c) Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut:
Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri.
Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan,

meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita.


Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut di atas bukan merupakan hal
yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari
ketegangan atau anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti

dimaksud di atas.
Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan

pengulangan yang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive)


d) Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif, dengan
depresi. penderita gangguan obsesif kompulsif seringkali juga menunjukkan
gejala depresif, dan sebaliknya penderita gangguan depresi berulang dapat
menunjukkan pikiran pikiran obsesif selama episode depresifnya. Dalam
berbagai situasi dari kedua hal tersebut, meningkat atau menurunnya gejala
depresif umumnya dibarengi secara paralel dengan perubahan gejala obsesif.
Gangguan obsesif kompulsif
Pembimbing: Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp.KJ (K)

Bila terjadi episode akut dari gangguan tersebut, maka diagnosis diutamakan
dari gejala gejala yang timbul lebih dahulu. Diagnosis gangguan obsesif
kompulsif ditegakkan hanya bila tidak ada gangguan depresif pada saat gejala
obsesif kompulsif tersebut timbul. Bila dari keduanya tidak ada yang
menonjol, maka baik menganggap depresi sebagai diagnosis yang primer.
Pada gangguan menahun, maka prioritas diberikan pada gejala yang paling
bertahan saat gejala yang lain menghilang.
e) Gejala obsesif sekunder yang terjadi pada gangguan skizofrenia, sindrom
Tourette, atau gangguan mental organk, harus dianggap sebagai bagian dari
kondisi tersebut.
F42.0 Predominan Pikiran Obsesif atau Pengulangan
Pedoman Diagnostik
a. Keadaan ini dapat berupa gagasan, bayangan pikiran, atau impuls
(dorongan perbuatan), yang sifatnya mengganggu (ego alien)
b. Meskipun isi pikiran tersebut berbeda-beda, umumnya hampir selalu
menyebabkan penderitaan (distress).5
F42.1 Predominan Tindakan Kompulsif ( obsesional ritual)
Pedoman Diagnostik
a. Umumnya tindakan kompulsif berkaitan dengan kebersihan (khususnya
mencuci tangan), memeriksa berulang untuk meyakinkan bahwa suatu
situasi yang dianggap berpotensi bahaya terjadi, atau masalah kerapian dan
keteraturan. Hal tersebut di latar belakangi perasaan takut terhadap bahaya
yang mengancam dirinya atau bersumber dari dirinya, dan tindakan ritual
tersebut merupakan ikhtiar simbolik dan tidak efektif untuk menghindari
bahaya tersebut.
b. Tindakan ritual kompulsif tersebut menyita banyak waktu sampai beberapa
jam dalam sehari dan kadang-kadang berkaitan dengan ketidakmampuan
mengambil keputusan dan kelambanan.3
F42.2 Campuran Pikiran dan Tindakan Obsesif
Pedoman Diagnostik
Gangguan obsesif kompulsif
Pembimbing: Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp.KJ (K)

a. Kebanyakan dari penderita obsesif kompulsif memperlihatkan pikiran


obsesif serta tindakan kompulsif. Diagnosis ini digunakan bila mana kedua
hal tersebut sama-sama menonjol, yang umumnya memang demikian.
b. Apabila salah satu memang jelas lebih dominan, sebaiknya dinyatakan
dalam diagnosis F42.0 atau F42.1. hal ini berkaitan dengan respon yang
berbeda terhadap pengobatan. Tindakan kompulsif lebih responsif terhadap
terapi perilaku.3
F42.8 Gangguan Obsesif Kompulsif Lainnya
F42.9 Gangguan Obsesif Kompulsif YTT
2.6 Diagnosis banding
1. Keadaan medis
Persyaratan diagnostic DSM-IV-TR pada distres pribadi dan gangguan
fungsional membedakan OCD dengan pikiran dan kebiasaan yang sedikit
berlebihan atau biasa. Gangguan neurologis utama dipertimbangkan dan
diagnosis banding adalah gangguan Tourette, gangguan tic lainnya,
epilepsi lobus termporalis dan kadang-kadang-kadang trauma serta
komplikasi pascaensefalitis.7
2. Gangguan tourette
Gejala khas gangguan Tourette adalah tik motorik dan vocal yang sering
terjadi gejala bahkan setiap hari. Gangguan Tourete dan OCD memiliki
awitan dan gejala yang serupa. Sekitar 90 peresen orang dengan gangguan
Tourette memiliki gejala kompulsif dan sebanyak dua pertiga memenuhi
kriteria diagnostik OCD.1
3. Keadaan psikiatri lain
Keadaan psikiatri lain yang dapat terkait erat dengan OCD adalah
hipokondriasi, gangguan dismorfik tubuh, dan mungkin gangguan
pengendalian impuls lain, seperti kleptomania dan judi patlogis. Pada
semua gangguan ini, pasien memiliki berulang (contohnya kepedulian
akan tubuh) atau perilaku berulang (contohnya mencuri).1
2.7 Terapi

Gangguan obsesif kompulsif


Pembimbing: Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp.KJ (K)

Mengingat faktor utama penyebab utama dari gangguan obsesifkompulsif adalah faktor biologik, maka pengobatan yang disarankan adalah
pemberian farmakoterapi dan psikoterapi.7
2.7.1 Farmakoterapi
Dalam membicarakan obat anti obsesi kompulsi yang menjadi acuan
adalah klomipramin. Obat anti obsesi kompulsi dapat digolongkan
menjadi :
1. Obat anti obsesi kompulsi trisiklik, contoh klomipramin
2.Obat anti obsesi kompulsi SSRJ, contoh sertraline, paroksin,
flovoxamine, fluoxetine
No

Nama Generik

.
1

Clomipramine

Fluvoxamine

Sertraline

Fluoxetine

Nama dagang
ANAFRANIL
(Novartis)
LUVOX
(Solvay pharma)
ZOLOFT
(Pfizer)
PROZAC
(Eli lilly)
NOPRES
(Dexa Medica)
ANDEP
(Medikon)
ANTRIPRESTIN
(Pharos)
COURAGE
(Soho)
KALXETIN
(Kalbe)

Sediaan

Dosis anjuran

Tab 25 mg

75-200 mg/h

Tab 50 mg

100-250 mg/h

Tab 50 mg

50-150 mg/h

Cap 20 mg

20-80 mg/h

Caplet 20 mg

Cap 20 mg

Cap 10-20 mg

Tab 20 mg
Caplet 10 mg

Paroxetine

Citalopram

SEROXAT
(Smith-Kline)
CIPRAM
(Lundbeck)

Cap 20 mg
Tab 20 mg

40-80 mg/h

Tab 20 mg

40-60 mg/h

Mekanisme kerja

Gangguan obsesif kompulsif


Pembimbing: Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp.KJ (K)

Menghambat re-uptake neurotransmitter serotonin sehingga gejala mereda.


Cara penggunaan
Sampai sekarang obat pilihan untuk gangguan obsesi kompulsi adalah
klomipramin. Terhadap meraka yang peka dapat dialihkan ke golongan SSRI
dimana efek samping relatif aman. Obat dimulai dengan dosis rendah
klomopramin mulai 16 dengan 25-50 mg /hari (dosis tunggal malam hari),
dinaikkan secara bertahap dengan penambahan 25 mg/hari sampai tercapai
dosis efektif (biasanya 200-300 mg/hari).
Dosis pemeliharan umumnya agak tinggi, meskipun bersifat individual,
klomipramin sekitar 100-200 mg/hari dan sertralin 100 mg/hari. Sebelum
dihentikan lakukan pengurangan dosis secara tappering off. Meskipun respon
dapat terlihat dalam 1-2 minggu, untuk mendapatkan hasil yang memadai
setidaknya diperlukan waktu 2- 3 bulan dengan dosis antara 75-225 mg/hari
Respon penderita gangguan obsesif kompulsif terhadap farmakoterapi
seringkali hanya mencapai pengurangan gejala sekitar 30% - 60% dan
kebanyakan masih menunjukkan gejala secara menahun. Namun demikian,
umumnya penderita sudah merasa sangat tertolong. Untuk mendapatkan hasil
pengobatan yang lebih baik, perlu disertai dengan terapi perilaku.6
2.7.2 Psikoterapi
Banyak pasien gangguan obsesif-kompulsif yang resisten terhadap usaha
pengobatan yang diberikan baik dengan obat maupun terapi perilaku. Walaupun
ganggun obsesif-kompulsif dasarnya adalah biologik, namun gejala obsesif
kompulsifnya mungkin mempunyai makna psikologis penting yang membuat
pasien menolak pengobatan. Eksplorasi psikodinamik terhadap resistensi pasien
terhadap pengobatan sering memperbaiki kepatuhan pengobatan.2
Jenis psikoterapi yang diberikan dapat berupa :
a.
b.
c.
d.

Psikoterapi suportif
Terapi perilaku
Terapi kognitif perilaku
Psikoterapi dinamik (UI)

Gangguan obsesif kompulsif


Pembimbing: Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp.KJ (K)

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gangguan Obsesif-kompulsif (Obsessive-Compulsive Disorder, OCD)
adalah kondisi dimana individu tidak mampu mengontrol dari pikiran-pikirannya
yang menjadi obsesi yang sebenarnya tidak diharapkannya dan mengulang
beberapa kali perbuatan tertentu untuk dapat mengontrol pikirannya tersebut
untuk menurunkan tingkat kecemasannya.
Etiologi dari gangguan obsesif-kompulsif belum diketahui secara pasti,
tetapi ada beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya gangguan obsesi
komplusif yaitu faktor biologis, perilaku dan faktor psikososial. Obsesi komplusif
terdiri dari kontaminasi, sikap ragu, pikiran instrusif, simetris dan pola lain.
Penatalaksanaan dari obsesif komplusif terdiri psikofarmakologi dan
psikoterapi. Dimana psikofarmakologi dari obsesif komplusif acuan nya obatnya
adalah clomipramine dan SSRI dan psikoterapi yang diberikan berupa psikoterapi
suportif, terapi perilaku, terapi kognitif perilaku dan psikoterapi dinamik.

Gangguan obsesif kompulsif


Pembimbing: Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp.KJ (K)

DAFTAR PUSTAKA
1. Benjamin J, Virginia A. Kaplan & Sadock's Comprehensive Textbook
of Psychiatry.

Seventh

Edition.

Lippincott

Williams

&

Wilkins

Publishers.2000. p 2569-2580
2. Elvira, D. S., Handisukanto. G. Buku Ajar Psikiatri Ed.2.Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta,2014
3. Jerald
Kay,Allan
Tasman.
Obsessive

Compulsive

Disorder.WileyEssentialOf Psychiatry.British Library Cataloguing. 2006


4. Kaplan, Harold I &Sadock, Benjamin J. Kaplan & Sadock Sinopsis
Psikiatri Klinis Jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara. 2010. 56-68
5. Ko Soo Meng. Obsessive Compulsive Disorder. 2006. Available
from:www.med.nus.edu.sg/pcm/book/14.pdf
6. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJIII dan DSM-5. Jakarta: FK-Unika Atmajaya. 2013: 102-103
7. Sadock, Benjamin J & Sadock, Virginia A. Kaplan & Sadock Buku Ajar
Psikiatri klinis Edisi 2. Jakarta:EGC. 2010. 366-372

Gangguan obsesif kompulsif


Pembimbing: Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp.KJ (K)

Anda mungkin juga menyukai